Ketahanan Terinduksi TINJAUAN PUSTAKA

Kemampuan untuk mengembangkan ketahanan terinduksi sebagai respon terhadap rizobakteri telah dibuktikan pada beberapa spesies tanaman Van Loon et al., 1998 dan tampaknya tergantung pada kekhususan interaksi antara rizobakteri dan tanaman Van Loon, 2007. Kegagalan untuk menginduksi ketahanan pada inang tertentu mungkin disebabkan karena tidak adanya produksi komponen penginduksi di dalam rizosfer atau ketidak mampuan spesies tanaman tertentu untuk merespon senyawa tersebut Van Loon, 2007. Fakta menunjukkan bahwa diperlukan pengenalan khusus antara tanaman dan rizobakteri untuk menginduksi ketahanan. Sebagai contoh, Pseudomonas putida WCS358r dan P. fluorescens WCS374r bekerja dengan cara berbeda tergantung pada spesies tanaman. Pada tanaman Arabidopsis, WCS358r menginduksi ketahanan, tetapi tidak pada lobak dan carnation Van Peer et al., 1991; Van Peer and Schippers, 1992; Van Wees et al., 1997. Sebaliknya, tanaman lobak responsif terhadap P. fluorescens WCS374r, tetapi tanaman Arabidopsis tidak responsif Leeman et al., 1995; Van Wees et al., 1997.

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Koleksi Benih Padi Lokal Bali

Kegiatan pengumpulan benih padi lokal Bali akan dilakukan di seluruh Bali, baik dari pertanaman maupun dari penyimpanan yang dilakukan oleh petani dan Balai Pusat Sertifikasi Benih BPSB Bali. Beberapa informasi dicatat pada saat melakukan pengumpulan benih yang meliputi nama varietas, lokasi, grup cere atau bulu, umur genjah atau dalam dan informasi lain yang terkait.

3.2. Uji Ketahanan terhadap Penyakit Blas

Uji ketahanan terhadap penyakit blas dilakukan terhadap semua varietas padi lokal Bali yang berhasil dikumpulkan dan ditumbuhkan. Benih untuk setiap varietas ditanam pada nampan plastik ukuran 30 x 15 x 5 cm yang diisi media tanah subur dan kompos dengan perbandingan 3:1 ditambahkan pupuk Urea, SP-36 dan KCl masing- masing sebanyak 6 g, 3 g dan 2 g per nampan. Penambahan pupuk dilakukan sehari sebelum tanam. Benih ditanam pada jarak tanam 3 cm x 4 cm Inokulasi dengan suspensi spora jamur Pyricularia oryzae dilakukan pada tanaman berumur 18 hari sejak tanam. Jamur dibiakan pada media rice floor agar dalam 1 liter mengandung 20 gram tepung beras, 2,5 gram yeast extract, 1,5 agar dan air suling diinkubasi selama 2 minggu pada suhu 28 – 30 o C. Spora jamur dipanen dengan membasuh cawan Petri dengan 5-7 ml air steril mengandung 0,5 gelatin, disaring dengan kain kasa 4 lapis, segera ditempatkan pada wadah dengan berisi es untuk mencegah perkecambahan spora. Konsentrasi spora diatur menjadi 10 6 sporaml. Inokulasi jamur dilakukan pada petang hari dengan menyemprotkan suspensi spora sebanyak 50 ml per nampan. Segera setelah inokulasi, nampan dimasukkan ke dalam ruang lembab selama 48 jam dengan kelembaban lebih dari 90. Selanjutnya nampan dipindahkan ke dalam rumah kaca dengan alasnya kain goni basah untuk mempertahankan kelembaban. Pengamatan dilakukan setiap hari selama 7 hari untuk menentukan masa inkubasi yaitu waktu antara waktu inokulasi dengan munculnya gejala penyakit blas. Skala penyakit blas ditentukan pada umur 7 hari setelah inokulasi dengan mengamati seluruh daun yang sudah membuka sempurna. Penentuan ketahanan terhadap penyakit blas ditentukan berdasarkan sistem evaluasi standar untuk penyakit blas daun yang dikembangkan IRRI 1996 dengan ketentuan : - Skala 0-2 = tahan - Skala 3 = moderat tahan - Skala 4-6 moderat rentan - Skala 7-9 = rentan Penentuan intensitas penyakit dilakukan dengan rumus : IP = 100 x V x N v x ni Σ Keterangan: IP: intensitas penyakit ni : banyak sampel dengan skala i N : banyak semua daun sampel V : skala keparahan tertinggi v : skala keparahan penyakit 0-9 Tabel.1 Skor penilaian tingkat serangan jamur P.oryzae IRRI, 1996 - Skor Skala Kerusakan Tidak ada bercak 1 Bercak sebesar ujung daun 2 Bercak lebih besar dari ujung daun 3 Bercak nekrotik, abu-abu, bundar, sedikit memanjang, ukuran 1-2 mm, tepi coklat 4 Bercak khas blas belah ketupat, luas daun terserang kurang 2 5 Bercak khas blas, luas daun terserang 2 – 10 6 Bercak khas blas, luas daun terserang 11 – 25 7 Bercak khas blas, luas daun terserang 26 – 50 8 Bercak khas blas, luas daun terserang 51 – 75 , beberapa daun mulai mati 9 Semua daun mati

3.3. Isolasi Rizobakteri

Dokumen yang terkait

Pemanfaatan Bakteri Perakaran Pemacu Pertumbuhan Tanaman (Plant Growth-Promoting Rhizobacteria) Untuk Mengendalikan Penyakit Mosaik Tembakau (Tobacco Mosaic Virus) Pada Tanaman Cabai

4 21 55

Pemanfaatan Kompos Bioaktif Untuk Meningkatkan Pertumbuhan Dan Ketahanan Padi Gogo Terhadap Penyakit Blas Di Lapangan

0 8 148

Seleksi Plant Growth Promoting Rhizobacteria untuk Pengendalian Hayati Penyakit Embun Bulu (Pseudoperonospora cubensis) pada Tanaman Mentimun

1 4 86

Keefektifan Beberapa Isolat Plant Growth Promoting Rhizobacteria untuk Menekan Penyakit Bulai (Peronosclerospora maydis (Rac.) Shaw) pada Tanaman Jagung Manis

1 7 48

Keefektifan Kombinasi Plant Growth Promoting Rhizobacteria dan Unsur Mikro dalam Pengendalian Penyakit Antraknosa pada Cabai Merah

1 11 45

Rhizobacteria Pendukung Pertumbuhan Tanaman Plant Growth Promotor Rhizobacteria.

0 7 52

PENGEMBANGAN FORMULA PLANT GROWTH PROMOTING RHIZOBACTERIA UNTUK MENGINDUKSI KETAHANAN TERHADAP PENYAKIT BLAS DAN MENINGKATKAN HASIL TANAMAN PADI LOKAL BALI.

1 9 48

PENGARUH APLIKASI PLANT GROWTH PROMOTING RHIZOBACTERIA (PGPR) PADA PERTUMBUHAN TANAMAN KACANG HIJAU DENGAN MEDIA TANAM YANG BERBEDA Effect of Application of Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR) on Growth of Green Bean on an Ultisol

0 2 10

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMANFAATAN PGPR (PLANT GROWTH PROMOTING RHIZOBACTERIA) PADA BUDIDAYA TANAMAN MENTIMUN (Cucumis sativus L.)

0 0 11

B. PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria) - LUTFI RACHMANDA BAB II

0 0 9