7
yang besar berkaitan dengan kekuasaan politik Fahmi, 2010: 25. Situasi politik seperti itu, dapat mempengaruhi pola pikir masyarakat yang dapat merubah
prilaku masyarakat itu sendiri. Di Bali,misalnya telah banyak terjadi perubahan perilaku masyarakat dalam bertani dan beralih pekerjaan.
Masyarakat Bali di era sekarang terdiri atas berbagai etnik. Oleh karena itu, bahasa Bali berkembang cukup pesat sehingga lambat laun bahasa Bali bisa
terkontaminasi oleh bahasa lain. Multietnik dan kemajuan ekonomi dapat membawa implikasi langsung terhadap perubahan perilaku masyarakat. Misalnya,
pengalihan lahan sawah menjadi perumahan, perkebunan menjadi vila, dan lain sebagainya. Perubahan alih fungsi itu dapat menjadi salah satu faktor penyebab
terjadinya perubahan terhadap bahasa Bali. Hal ini menyebabkan sejumlah leksikon yang terkait dengan faktor lingkungan dapat mengalami perubahan
pula. Khusus dalam bidang persawahan di Bali ada sejumlah leksikon yang penggunaannya tidak umum lagi bahkan cenderung dilupakan terutama oleh
generasi muda. Beberapa tahun ke depan leksikonistilah itudiprediksi akan menjadi kenangan sejarah bahasa semata dan hanya tertera dalam kamus sehingga
terasa asing bagi generasi berikutnya. Beberapa leksikon dalam bidang persawahan di Bali akan diklasifikasi menjadi dua, yaitu kelompok nominal dan
kelompok verbal. Di samping itu, akan dilengkapi dengan beberapa leksikon yang berkaitan dengan bidang persawahan sebagai metafora.Penelaah tulisan kecil ini
dengan menggunakan 30 orang responden berdasarkan kriteria umur.
3.1 Leksikon-Leksikon bidang Persawahan
Pengelompokan leksikon bidang persawahan ini akan dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu kelompok nominal nomina kongkret,nomina yang
bersifat magis, dan nomina bilangan dan kelompok verbal.Masing-masing kelompok tersebut dideskripsikan seperti berikut ini.
3.1.1 Nomina kongkret : 1. lampit
„alat penghancur‟,
2. pemlasahan
„alat meratakan‟,
3. penampad
„alat pembersih pinggir pematang dengan cara ke samping‟ ,
8
4. sorok
„alat pembersih pematang dengan cara dari atas ke bawah‟,
5. seser
„alat penjaring binatang sawah‟,
6. singkal
„mata bajak‟,
7. tenggala
„bajak‟,
8. kroso
‟alat penutup mulut sapi pada saat membajak‟, juga sebagai wadah belut,
9. capilcapilcukup
‟terbuat dari daun kelapapelapah pinang‟,
10. anggapan
‟anai-anai‟,
11. bulih
„bibit padi yg siap ditanam‟,
12. empelan
„bendungan‟
11. temuku
„alatsarana pembagian air lebih banyakbesar‟,
12. sekundan
„pembagian air dalam sekup yang lebih kecil‟,
13. kekalen
„kolam kecil di pinggir sawah‟,
14. cakar alat pembersih gulma di sawah 15. lelakutpetakut
„orang-orangan‟ yang dibuat untuk menakut-nakuti burung pemakan padi.
16. medang
„bulupadi‟
17. uga
„alat penjangka ditaruh di atas leher sapikerbau supaya sapikerbau tidak bergerak ke mana-manasalah arah
‟
18. jubel, blauk, klipes, cucutan, lelintah, pici-pici, kakul, kraca
„binatangserangga yang hidup di sawah‟
19. gelanggang
„alat pengangkut padi‟ padi yang diikat seperti pada kata bilangan
Leksikon-leksikon di atas hanya dipergunakan dalam lingkungan persawahan.Leksikon ditemukan sebanyak sembilan belas buah.Leksikon tersebut
diprediksi terancam mengalami erosi. Hal itu disebabkan, lahan tempat leksikon itu digunakan semakin berkurang bahkan banyak tergantikan oleh lahan lain.
Berdasarkan penyebaran kuisioner dan wawancara dengan beberapa petani, leksikon medangpadi
„bulupadi‟ leksikon tersebut tidak pernah lagi digunakan untuk merujuk pada padi. Hal itu dikarenakan, di Bali sistem tanam padi telah
berkurang dan jenis padinya pun berganti dari padi Bali yang banyak bulunya yang tidak mudah rontokmenjadi jenis PB 5 yang tidak berbulu dan mudah
rontok. Berdasarkan daftar koesioner yang diedarkan, bahwa anak-anak yang berumur di bawah 30 tahun menjawab 70 dengan tidak pernah melihat
medangpadi. Responden yang berumur 30 – 50 tahun menjawab 40 pernah
mendengar saja, dan responden yang berumur di atas 50 tahun mengetahui dan pernah melihat. Jadi leksikonmedangpadi
„bulu padi‟ ini telah menghilang.Kata anggapan
„anai-anai‟ alat potong padi jaman dahulu itu sekarang tidak ditemukan
9
lagi bendanya. Penggunaannya alat ini telah digantikan dengan alat pemotong padi yang lain sehingga penggunaan leksikon ini telah tererosi. Di Bali
penggunaan alat ini hanya digunakan pada lingkungan sawah saja. Kata tenggala
„bajak‟ dan singkal „mata bajak‟ adalah alat ini digunakan secara bersamaan dalam membajak sebagai alat penggembur tanah. Saat ini
penggunaan alat itu telah tergantikan oleh alat yang berbasiskan teknologi, yaitutraktor. Berdasarkan jawban responden, bahwa responden yang berumur di
bawah 30 tahun 90 mengatakan tidak pernah mengetahui leksikon itu, responden yang berumur 30-50 tahun menjawab 70 tidak mengetahui,
sedangkan responden yang berumur di atas 50 tahun menjawab pernah melihat dan pernah memakai. Kalau dibandingkan prosentase yang diperoleh bahwa telah
terjadi proses ketidaktahuan telah menunjukkan peningkatan. Jadi dapat dikatakan erosi
penggunaan leksikon
ini semakin
meningkat dan
cenderung tererosi.Selanjutnya, kata jubel, blauk, klipes, cucutan, lelintah
„sejenis binatang hanya hidup di sawah‟. Kata jubel dan cucutan berdasarkan jawaban responden
dapat dikatakan, bahwa responden yang berumur di bawah 30 tahun dan responden yang berumur 30-50 tahun menjawab 60 tidak pernahsama sekali
tidak mengetahui, sedangkan responden yang berumur di atas 50 tahun masih mengenali leksikon-leksikon tersebut dan masih bisa membayangkan wujudnya.
Namun, binatangnya tidak dapat dijumpai lagi punah. Sementara generasi muda 30 tahun ke bawah bahkan tidak pernah tahu sama sekali istilah itu apalagi
melihatnya. Berdasarkan hasil pengamatan itu, leksikon seperti itu telahtererosi oleh karena lahan mereka untuk hidup telah hilang akhirnya orang-orang tidak
pernah melihat binatang seperti itu. Kalau lahan itu telah digantikan dengan lahan lain berarti telah terjadi perubahan terhadap lingkungan lahan itu dari lahan sawah
menjadi perumahan. Oleh karena lingkungan sawah tidak ada lagi, secara otomatis leksikon-leksikon yang pernah ada, tidak akan pernah digunakan dan
lama-lama menjadi tererosi. Kata singkal dantenggala, kemajuan teknologi menyebabkan alat ini tergantikan oleh alat mesin, yaitu traktor. Kata traktor itu
akan membentuk leksikon baru dalam Bahasa Bali, seperti yang terjadi pada leksikon verba nraktor yang dijelaskan subleksikon verba.
10
3,1,2 Nomina yg bersifat magis.
Di samping leksikon di atas, ditemukan pula leksikon-leksikon dalam bahasa Bali yang mengandung nilai magis.Leksikon yang dimaksudkan dapat
dilihat seperti berikut ini.
1. sambungtulang