Tingkat Kecemasan dalam Proses Menyusui

commit to user 5 BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Tingkat Kecemasan dalam Proses Menyusui

a. Pengertian tingkat Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 2008 tingkat adalah susunan berlapis yang menyatakan kualitas atau keadaan lebih tinggi atau lebih rendah yang dihubungkan dengan titik tertentu. b. Kecemasan 1 Pengertian kecemasan Kecemasan ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya Stuart, 2006. Kecemasan memberikan sinyal untuk menyadarkan, memperingatkan adanya bahaya yang mengancam dan memungkinkan seseorang mengambil tindakan untuk mengatasi ancaman Kaplan Sadock, 2005. Kecemasan juga berhubungan dengan pengalaman dan pemahaman tentang sesuatu yang baru Kaplan Sadock, 2005 ; Suradi, 2004. 2 Penyebab kecemasan. Penyebab kecemasan terdiri dari berbagai sumber. Menurut Durrand 2006, kecemasan disebabkan dari berbagai kontribusi- kontribusi sebagai berikut : commit to user 6 a Kontribusi biologis. Banyak bukti penelitian menunjukkan bahwa manusia mewarisi kecenderungan untuk tegang atau gelisah. Kontribusi- kontribusi kecil dari berbagai macam gen di berbagai wilayah kromosom membuat seseorang rentan mengalami kecemasan. Kecemasan juga berhubungan dengan sirkuit otak dan system neurotransmitter tertentu. Daerah otak yang paling sering berhubungan dengan kecemasan adalah sistem limbik. Sebuah penelitian mengidentifikasi adanya sirkuit otak dalam sistem limbik yang dapat menimbulkan kecemasan. b Kontribusi psikologis. Kecemasan adalah reaksi psikis terhadap bahaya di seputar re- aktivasi situasi menakutkan pada masa kanak-kanak. Pada masa tersebut, seseorang menyadari bahwa tidak semua kejadian dapat dikontrol. Kontinum untuk persepsi ini bervariasi dari keyakinan penuh atas kemampuan untuk mengontrol semua aspek kehidupan hingga ketidakpastian seseorang mengatasi berbagai kejadian di masa datang. Kemampuan untuk mengontol diri menimbulkan action tendency kecenderungan untuk bertindak yang disebut dengan emosi. Fungsi utama emosi dapat dipahami sebagai penuntun seseorang untuk melakukan tindakan sebagai respons adanya kejadian eksternal. Berbagai keadaan emosional yang commit to user 7 menyertai individu dalam bertindak dan berucap disebut dengan afek. Afek negatif dialami oleh individu yang cenderung takut, cemas, gelisah dan depresi. Afek positif merangkum berbagai kecenderungan untuk merasa senang, riang, gembira dan sebagainya. c Kontribusi sosial. Peristiwa yang menimbulkan stres dapat memicu kerentanan seseorang terhadap kecemasan. Peristiwa tersebut sebagian besar bersifat pribadi seperti masalah perkawinan, perceraian, masalah di tempat kerja, tekanan sosial dan sebagainya. Sebagian lainnya mungkin bersifat fisik seperti cedera atau penyakit. d Model integratif. Model integratif atau triple vulnerability theory merupakan integrasi dari kontribusi biologis, psikologis dan sosial dalam perkembangan teori kecemasan. Triple vulnerability theory terdiri dari : 1 Generalized biological vulnerability kerentanan biologis menyeluruh adalah kecenderungan untuk tegang atau gelisah berasal dari genetik atau diturunkan. 2 Generalized psychological vulnerability kerentanan psikologis menyeluruh adalah adanya keyakinan yang kuat pada individu bahwa dunia ini berbahaya dan berada di luar commit to user 8 kontrol sehingga bila terjadi hal-hal buruk, individu tersebut akan merasa tidak mampu untuk mengatasinya. 3 Specific psychological vulnerability kerentanan psikologis spesifik adalah adanya pengalaman buruk terhadap objek tertentu yang berbahaya meskipun sebenarnya tidak menimbulkan bahaya apapun. Husada dalam Andari 2010 mengatakan kecemasan akan menyertai disetiap kehidupan manusia, terutama bila dihadapkan pada hal-hal yang baru maupun adanya sebuah konflik. Faktor- faktor penyebab kecemasan adalah : a Faktor fisik. Kelelahan fisik bisa melemahkan kondisi mental individu sehingga memudahkan timbulnya simptom-simptom neurotic. b Trauma dan konflik. Konflik akan terus membayangi apabila belum diselesaikan. Menurut Carnegie dalam Mursyidi 2010, faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya kecemasan dibagi menjadi 3, yaitu: a Faktor kognitif Kecemasan dapat timbul sebagai akibat adanya pengalaman masa lalu yang menakutkan dan pernah menimbulkan rasa sakit, maka apabila individu dihadapkan pada peristiwa yang sama ia akan merasakan kecemasan sebagai reaksi adanya bahaya. commit to user 9 b Faktor lingkungan Kecemasan dapat timbul dari hubungan-hubungan dan kondisi di masyarakat. Kecemasan dalam kadar terberat dirasakan sebagai akibat dari perubahan sosial yang amat cepat, dimana tanpa persiapan yang cukup seseorang sudah dihadapkan pada situasi yang terus menerus berubah sehingga seseorang sulit melepaskan diri dari pengalaman yang mencemaskan ini. c Faktor proses belajar Kecemasan timbul sebagai akibat dari proses belajar. Manusia mempelajari respons terhadap stimulus yang memperingatkan adanya peristiwa berbahaya akan segera terjadi. 3 Tingkatan kecemasan Videbeck 2008 mengungkapkan bahwa kecemasan dapat dibagi menjadi 4 tingkatan. Setiap tingkat menyebabkan perubahan fisiologis dan emosional pada individu. Tingkatan tersebut yakni : a Kecemasan ringan Adalah perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda dan membutuhkan perhatian khusus. Stimulasi sensori meningkat dan membantu individu memfokuskan perhatian untuk belajar, menyelesaikan masalah, berpikir, bertindak, merasakan dan melindungi dirinya sendiri. commit to user 10 b Kecemasan sedang Merupakan perasaan yang mengganggu bahwa ada sesuatu yang benar-benar berbeda sehingga individu menjadi gugup. c Kecemasan berat Dialami ketika individu yakin bahwa ada sesuatu yang berbeda dan ancaman sehingga ia memperlihatkan respons takut dan distress. d Panik Merupakan tingkatan tertinggi dari kecemasan. Pada tingkatan ini semua pemikiran rasional berhenti dan individu tersebut mengalami respons fight, flight , atau freeze . 4 Gejala kecemasan Sensasi kecemasan sering dialami oleh hampir semua manusia. Kumpulan gejala tertentu yang ditemukan selama kecemasan cenderung bervariasi dari orang ke orang Kaplan Sadock, 2005. Terdapat empat tingkatan kecemasan yakni ringan, sedang, berat dan panik Tabel 2.1. Pada masing-masing tahap, individu memperlihatkan perubahan perilaku, kemampuan kognitif, dan respons emosional ketika berupaya menghadapi kecemasan. commit to user 11 Tabel 2.1 Tingkat respons kecemasan Tingkat kecemasan Respons fisik Respons kognitif Respons emosional Ringan 1+ Ketegangan otot ringan, sadar akan lingkungan, rileks atau sedikit gelisah, penuh perhatian, rajin Lapang persepsi luas, terlihat tenang, percaya diri, perasaan gagal sedikit, waspada dan memperhatikan banyak hal, mempertimbangkan informasi, tingkat pembelajaran optimal Perilaku otomatis, sedikit tidak sabar, aktivitas menyendiri, terstimulasi, tenang Sedang 2+ Ketegangan otot sedang, tanda-tanda vital meningkat, pupil dilatasi, mulai berkeringat, sering mondar- mandir, memukulkan tangan, suara berubah, kewaspadaan meningkat, sering berkemih, sakit kepala, pola tidur berubah, nyeri punggung Lapang persepsi menurun, tidak perhatian secara selektif, fokus terhadap stimulus meningkat, rentang perhatian menurun, penyelesaian masalah menurun, pembelajaran terjadi dengan memfokuskan Tidak nyaman, mudah tersinggung, kepercayaan diri goyah, tidak sabar, gembira Berat 3+ Ketegangan otot berat, hiperventilasi, kontak mata buruk, pengeluaran keringat meningkat, bicara cepat, tindakan tanpa tujuan, rahang menegang, kebutuhan ruang gerak meningkat, mondar- mandir, meremas tangan Lapang persepsi terbatas, proses berpikir terpecah- pecah, sulit berpikir, penyelesaian masalah buruk, tidak mampu mempertimbangkan informasi, hanya memperhatikan ancaman, egosentris Sangat cemas, agitasi, takut, bingung, menarik diri, penyangkalan, ingin bebas Panik 4+ Fight, flight, freeze, ketegangan otot meningkat, tanda-tanda vital meningkat kemudian menurun, tidak dapat tidur, hormone stress dan neurotransmitter berkurang, wajah menyeringai, mulut ternganga Persepsi sangat sempit, pikiran tidak logis, kepribadian kacau, tidak dapat menyelesaikan masalah, tidak rasional, halusinasi Merasa terbebani, merasa tidak mampu, lepas kendali, mengamuk, putus asa, marah, sangat takut, kaget, lelah Sumber : Videbeck, 2008 commit to user 12 c. Menyusui 1 Pengertian menyusui Menyusui adalah cara pemberian makanan yang alamiah kepada bayi dari payudara ibu. Keberhasilan menyusui tidak diperlukan alat-alat yang khusus dan biaya yang mahal karena hanya diperlukan kesabaran, waktu, pengetahuan tentang menyusui serta dukungan dari lingkungan dan suami Handayani, 2007. 2 Perilaku bayi saat menyusui Ibu harus mengetahui bahwa jika seorang bayi tidak lapar, bayi tidak akan mencari puting. Bayi biasanya mengantuk selama beberapa hari dan pada mulanya bukan merupakan pengisap yang baik Berhman, 2006. Pada 24 jam pertama, bayi mengonsumsi 7 ml susu setiap kali menyusu dan pada 24 jam kedua konsumsi meningkat hingga 14 ml setiap kali menyusu Fraser, 2009. Bayi cukup bulan akan dengan cepat menaikkan masukkannya dari 30 ml sampai 80-90 ml setiap 3-4 jam pada usia 4-5 hari Berhman, 2006. d. Tingkat kecemasan dalam proses menyusui 1 Pengertian Tingkat kecemasan dalam proses menyusui adalah suatu keadaan atau tahapan yang menyebabkan adanya perubahan psikologis ibu selama proses menyusui Handerson, 2005. Kecemasan tersebut berkaitan erat dengan kondisi psikologis ibu pada masa commit to user 13 postpartum. Pada masa postpartum terdapat periode yang akan menyebabkan stress emosional terhadap ibu baru, bahkan lebih menyulitkan bila terjadi perubahan fisik yang hebat. Berdasarkan teori Reva Rubin, ibu akan mengalami tiga tahapan perubahan psikologi pada periode postpartum yaitu : a Taking in Terjadi 1-2 hari setelah melahirkan. Pada umumnya ibu pasif dan perhatiannya tertuju pada kekhawatiran akan tubuhnya. Ibu akan terus menceritakan pengalamannya waktu bersalin. Peningkatan nutrisi mungkin dibutuhkan karena selera makan biasanya bertambah. b Taking hold Terjadi 2-4 hari postpartum. Perhatian ibu tertuju pada fungsi- fungsi tubuh dan kemampuannya menjadi orang tua yang sukses sehingga ibu akan berusaha keras menguasai keterampilan merawat dan menyusui bayi. Nasihat dari bidan sangat diperlukan agar kepercayaan diri ibu timbul. c Letting go Terjadi setelah ibu pulang ke rumah sehingga harus bertanggung jawab sepenuhnya terhadap kebutuhan bayi. Hal ini akan menyebabkan berkurangnya hak ibu dalam kebebasan dan berhubungan sosial. Bahiyatun, 2009. commit to user 14 Sekitar 80 ibu postpartum akan mengalami periode emosional stress pada hari ke-3 sampai dengan hari ke-10 yang disebut dengan postpartum blues . Ibu akan mengalami perubahan mood , cemas, pusing serta perasaan sedih dan sendiri. Periode ini akan hilang dengan sendirinya namun tetap diperlukan dukungan psikososial. Penyebab timbulnya postpartum blues adalah : a Perubahan kadar hormon yang terjadi secara cepat perubahan kadar estrogen, progesterone, dan prolaktin. b Ketidaknyamanan yang didapatkan payudara bengkak, nyeri persalinan. c Menyusui dengan ASI. d Perubahan pola tidur. Bahiyatun, 2009 2 Faktor –faktor yang menyebabkan kecemasan ibu dalam proses menyusui a Stressor psikososial Stressor psikososial adalah suatu peristiwa atau kejadian yang mengakibatkan seseorang harus melakukan penyesuaian atau adaptasi terhadap kondisi yang dialami tersebut. Setiap orang mempunyai kekuatan atau ketahanan tertentu terhadap stressor yang dialaminya. Ketahanan terhadap stressor mengakibatkan perbedaan reaksi yang berbeda-beda pada tiap orang Elvira, 2006. commit to user 15 Menyusui merupakan pengalaman baru yang dapat menjadikan stressor bagi ibu primipara Nichol, 2005. Seorang ibu dengan bayi pertamanya mungkin mengalami berbagai masalah, hanya karena tidak mengetahui bagaimana cara-cara yang sebenarnya sangat sederhana Bahiyatun, 2009. Ibu primipara sering membutuhkan lebih banyak informasi praktis tentang cara menyusui, menggendong, menenangkan, dan merawat bayi baru lahir Handerson, 2005. Ibu multipara cenderung lebih berpengalaman dibandingkan dengan ibu primipara sehingga segala permasalahan yang akan timbul terkait menyusui dapat segera diantisipasi. Kecemasan ibu multipara lebih terkait dengan sikap saudara kandung sibling terhadap bayi yang baru lahir Handerson, 2005. b Usia ibu Martadisoebrata dalam Handayani 2007 mengatakan bahwa umur sangat menentukan kondisi maternal dan berkaitan dengan kondisi kehamilan, persalinan, dan menyusui bayi. Ibu yang berumur kurang dari 20 tahun dianggap belum matang secara fisik dan psikologi dalam menghadapi peran baru sebagai orang tua sedangkan ibu yang berumur diatas 35 tahun dianggap berbahaya karena fisiknya sudah jauh berkurang. Menurut Hurlock dalam Handayani, 2007, ibu yang berumur commit to user 16 20-35 tahun disebut sebagai “masa dewasa” dimana masa ini diharapkan orang telah mampu memecahkan masalah yang dihadapi dengan tenang secara emosional. c Dukungan sosial terutama dari keluarga dan suami. Faktor eksternal seperti kurangnya dukungan keluarga, masyarakat dan tenaga kesehatan juga mempengaruhi timbulnya rasa cemas bagi ibu dalam menyusui bayinya. Ibu yang sebelumnya sudah mendapatkan kesulitan dalam menyusui dan mendapat perhatian maupun dukungan yang kurang dari lingkungan sekitar akan membuat ibu putus asa dan frustasi Fraser, 2009. Dukungan psikologis sangat diperlukan agar ibu memiliki rasa percaya diri untuk menyusui bayinya Bahiyatun, 2009. d Kondisi bayi Kondisi bayi juga memberikan kontribusi kecemasan bagi ibu dalam menyusui bayi. Ibu yang mendapati bayinya lahir dengan kondisi yang berkebutuhan khusus misal prematur akan membuat ibu merasa kesulitan dan cemas dalam menyusui bayinya Kodrat, 2010. e Ketidaknyamanan payudara ibu Masalah lain yang terkait dengan timbulnya kecemasan dalam proses menyusui adalah adanya ketidaknyamanan pada payudara yang kerap menghampiri ibu primipara seperti adanya commit to user 17 pembengkakan pada payudara, puting lecet, saluran tersumbat, mastitis, abses payudara, kelainan anatomi puting atau bayi enggan menyusu Bahiyatun, 2009.

2. Pengertian primipara dan multipara