Analisa Paparan, Dosis Dan Sistem Proteksi Radiasi Pada Penggunaan Sinar – X Merk Hitachi di Rumah Sakit Pusat H. Adam Malik Medan

(1)

ANA

RADIA

DI R

FAKU

ALISA PA

SI PADA

RUMAH

ULTAS MA

UN

APARAN

A PENGG

SAKIT P

GEMB

DEPA

ATEMATI

NIVERSIT

N, DOSIS

GUNAAN

PUSAT H

SKRIP

Oleh BIRA KAR 1108210

ARTEME

IKA DAN I

TAS SUM

M E D

2 0 1

DAN SIS

SINAR –

H. ADAM

PSI

h

RO - KARO 001

EN FISIK

ILMU PEN

MATERA

A N

3

STEM PR

– X MER

MALIK

O

KA

NGETAHU

UTARA

ROTEKSI

RK HITAC

MEDAN

UAN ALAM

I

CHI

M


(2)

ANA

RADIA

DI R

D FAKUL

ALISA PA

SI PADA

RUMAH

Diajukan se Sa LTAS MA UN

APARAN

A PENGG

SAKIT P

ebagai sala arjana Sain Unive Ge DEPA TEMATIK NIVERSIT

N, DOSIS

GUNAAN

PUSAT H

SKRIP

ah satu syar ns dalam Pr Fakultas M ersitas Sum Oleh embira Kar 1108210 ARTEME KA DAN I TAS SUM

M E D A 2 0 1

DAN SIS

SINAR –

H. ADAM

PSI

rat untuk m rogram Stu MIPA matera Utar

h

ro - Karo 001 EN FISIKA ILMU PE MATERA U A N 3

STEM PR

– X MER

MALIK

memperoleh udi Fisika ra A NGETAH UTARA

ROTEKSI

RK HITAC

MEDAN

eh gelar HUAN ALA

I

CHI

AM


(3)

PENGESAHAN SKRIPSI

Judul Skripsi : ANALISA PAPARAN, DOSIS DAN SISTEM

PROTEKSI RADIASI PADA PENGGUNAAN

SINAR – X MERK HITACHI DI RUMAH

SAKIT PUSAT H. ADAM MALIK MEDAN

Nama Mahasiswa : Gembira Karo - Karo Nomor Induk Mahasiswa : 110821001

Program Studi : Fisika S-1 Ekstensi

Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

Menyetujui :

Pembimbing Skripsi, Ketua Departemen Fisika

Drs. Herli Ginting, MS Dr. Marhaposan Situmorang NIP. 195505191986011002 NIP. 195510301980031003


(4)

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian tentang paparan, dosis dan sistem proteksi radiasi di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan dengan menggunakan radiasi sinar-x Merk Hitachi. Didalam menggunakan peralatan yang memancarkan radiasi khususnya sinar-x perlu penanganan dan pengamanan yang ketat karena dapat membahayakan setiap objek yang terserap radiasi secara berlebihan terutama organ tubuh. Dari penelitian yang telah dilakukan bahwa dosis radiasi yang terserap sebanding dengan besar tegangan keluaran yang diberikan. Dengan menggunakan Geiger Muller Survey Meter diperoleh dosis radiasi terendah berada pada tegangan 50 kilovolt sebesar 46 µSv, dan pada tegangan tertinggi 90 kilovolt dosis yang terserap 81 µSv. Dosis ini masih dibawah batas ambang pemakaian yang ditetapkan BAPETEN yaitu sebesar 50 mSv per tahun. Untuk paparan radiasi, paparan terendah pada 40 kilovolt dimana pada jarak 1m sebesar 0,13 µSv dan pada jarak 5 m sebesar 0,01 µSv. Paparan maksimum berada pada tegangan 80 kilovolt dimana jarak 1 m sebesar 0,81 µSv dan pada jarak 5 m sebesar 0,04 µSv. Pengukuran proteksi radiasi diketahui bahwa penggunaan baju pengama (Apron) pada tegangan 50 – 60 kilovolt penyerapan bernilai 0, tetapi jika tegangann dinaikkan maka terjadi penyerapan pada baju pengaman tersebut dimana pada tegangan 90 kilovolt maka terdapat nilai penyerapan sebesar 0,02 µSv.


(5)

ANALISYS THE EXPOSURE, DOSE AND RADIATION PROTECTION SYSTEM TO USING X-RAY RADIATION HITACHI BRAND AT

GENERAL HOSPITAL H. ADAM MALIK MEDAN

ABSTRACT  

Has done research on exposure, dose and radiation protection systems at General Hospital H. Adam Malik Medan by using x-ray radiation Hitachi brand. In the use of equipment that emits x-ray radiation is specifically necessary handling and tight security as it can dangerous any object, especially excessive radiation absorbed organ. From the research that has been done that the dose of radiation absorbed is proportional to the voltage of the output is given. With use Geiger Muller Survey Meter obtain that lowest dose of radiation is at a voltage of 50 kilovolt of 46 μSv, and at the highest voltage 90 kilovolt absorbed dose 81 μSv. This dose is below the threshold set BAPETEN usage is equal to 50 mSv per year. For radiation exposure, the lowest exposure at 40 kilovolt at a distance of 1m which amounted to 0.13 μSv and at a distance of 5 m of 0.01 μSv. The maximum exposure is at 80 kilovolt voltage where the distance of 1 m of 0.81 μSv and at a distance of 5 m of 0.04 μSv. Measurement of radiation protection in mind that the use of clothes safety (Apron) on voltage 50 - 60 kilovolt absorption is 0, but if it happens voltage increased absorption in the safety clothing where the 90 kilovolt voltage then there is the absorption value of 0.02 μSv.


(6)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya,penulis dapat diberikan kekuatan dan pikiran yang sehat sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan guna memenuhi persyaratan jenjang sarjana (S-1) Fisika Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Departemen Fisika Universitas Sumatera Utara.

Didalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan – kekurangan yang terjadi.Hal tersebut dikarenakan kemampuan yang terbatas dari penulis,dan untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca sekalian demi kesempurnaan penulisan skripsi ini.

Dalam penulisan skripsi ini penulis telah banyak mendapat bimbingan dan dukungan dari pihak Pendidik, Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan, Keluarga dan teman -teman . Maka pada kesemapatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada: Bapak Dr. Marhaposan Situmorang dan Drs. Syahrul Humaidi,M.Sc selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Fisika Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara. Bapak Drs. Herli Ginting,MS, selaku pembimbing pada penyelesaian skripsi ini yang telah memberikan arahan , panduan, masukan-masukan, motivasi serta bimbingan sehingga penulisan dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Teristemewa buat Ayahanda dan Ibunda Tercinta, istriku tersayang Rosaria br Ginting dan anakku Piere Steven Randall Karo – Karo Sitepu yang telah banyak memberikan dukungan dan doa, serta semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan pembuatan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu.

Akhir kata penulis mengharapkan semoga Tuhan Yang Maha Esa yang membalas kebaikan dan melipat gandakan pahala pada semua pihak yang telah membantu dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua .Tuhan Yesus Kristus .Sekian dan Terima Kasih.


(7)

DAFTAR I SI

Halaman

UCAPAN TERIMA KASIH i

INTISARI ii

ABSTRACT iii

DAFTAR ISI iv

DAFTAR GAMBAR vi

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1.Latar Belakang 1

1.2.Rumusan Masalah 2

1.3.Batasan Masalah 3

1.4.Tujuan Penelitian 3

1.5.Manfaat Penelitian 3

1.6.Tempat Penelitian 4

1.7.Sistematika Penulisan 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5

2.1. Sinar – x 5

2.2. Proses terjadinya Sinar - x 5

2.3. Sifat Fisik Sinar – x 9

2.4. Interaksi sinar – x dengan materi 10

2.5. Dosis Radiasi 13


(8)

2.6.1 Satuan untuk paparan radiasi 13

2.6.2 satuan kecepatan pemaparan 14

2.6.3 Pemantauan paparan radiasi dipersonil 14

2.7. Sifat radiasi 15

2.8. Efek radiasi 15

2.9. Nilai ambang batas 18

2.10. Proteksi radiasi 18

BAB III METODE PENELITIAN 21

3.1. Peralatan dan Bahan 21

3.2. Diagram alir penelitian 21

3.3. Prosedur Penelitian 22

3.3.1. Dosis radiasi 22

3.3.2. Paparan radiasi 22

3.3.3 Proteksi radiasi 22

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 23 4.1. Paparan radiasi 23

4.2. Dosis radiasi 24

4.3 Proteksi radiasi 25

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 27

5.1. Kesimpulan 27


(9)

DAFTAR PUSTAKA 28

LAMPIRAN L

Daftar Gambar

Gambar 2.1 Efek foto listrik 11

Gambar 2.2 Penghamburan compton 11

Gambar 2.3 Efek produksi pasangan 12

Gambar 2.4 Penempatan personal monitoring 15


(10)

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian tentang paparan, dosis dan sistem proteksi radiasi di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan dengan menggunakan radiasi sinar-x Merk Hitachi. Didalam menggunakan peralatan yang memancarkan radiasi khususnya sinar-x perlu penanganan dan pengamanan yang ketat karena dapat membahayakan setiap objek yang terserap radiasi secara berlebihan terutama organ tubuh. Dari penelitian yang telah dilakukan bahwa dosis radiasi yang terserap sebanding dengan besar tegangan keluaran yang diberikan. Dengan menggunakan Geiger Muller Survey Meter diperoleh dosis radiasi terendah berada pada tegangan 50 kilovolt sebesar 46 µSv, dan pada tegangan tertinggi 90 kilovolt dosis yang terserap 81 µSv. Dosis ini masih dibawah batas ambang pemakaian yang ditetapkan BAPETEN yaitu sebesar 50 mSv per tahun. Untuk paparan radiasi, paparan terendah pada 40 kilovolt dimana pada jarak 1m sebesar 0,13 µSv dan pada jarak 5 m sebesar 0,01 µSv. Paparan maksimum berada pada tegangan 80 kilovolt dimana jarak 1 m sebesar 0,81 µSv dan pada jarak 5 m sebesar 0,04 µSv. Pengukuran proteksi radiasi diketahui bahwa penggunaan baju pengama (Apron) pada tegangan 50 – 60 kilovolt penyerapan bernilai 0, tetapi jika tegangann dinaikkan maka terjadi penyerapan pada baju pengaman tersebut dimana pada tegangan 90 kilovolt maka terdapat nilai penyerapan sebesar 0,02 µSv.


(11)

ANALISYS THE EXPOSURE, DOSE AND RADIATION PROTECTION SYSTEM TO USING X-RAY RADIATION HITACHI BRAND AT

GENERAL HOSPITAL H. ADAM MALIK MEDAN

ABSTRACT  

Has done research on exposure, dose and radiation protection systems at General Hospital H. Adam Malik Medan by using x-ray radiation Hitachi brand. In the use of equipment that emits x-ray radiation is specifically necessary handling and tight security as it can dangerous any object, especially excessive radiation absorbed organ. From the research that has been done that the dose of radiation absorbed is proportional to the voltage of the output is given. With use Geiger Muller Survey Meter obtain that lowest dose of radiation is at a voltage of 50 kilovolt of 46 μSv, and at the highest voltage 90 kilovolt absorbed dose 81 μSv. This dose is below the threshold set BAPETEN usage is equal to 50 mSv per year. For radiation exposure, the lowest exposure at 40 kilovolt at a distance of 1m which amounted to 0.13 μSv and at a distance of 5 m of 0.01 μSv. The maximum exposure is at 80 kilovolt voltage where the distance of 1 m of 0.81 μSv and at a distance of 5 m of 0.04 μSv. Measurement of radiation protection in mind that the use of clothes safety (Apron) on voltage 50 - 60 kilovolt absorption is 0, but if it happens voltage increased absorption in the safety clothing where the 90 kilovolt voltage then there is the absorption value of 0.02 μSv.


(12)

BAB I PENDAHULIAN

1.1 Latar belakang

Segala jenis radiasi ionisasi sangatlah berbahaya dan dapat menyebabkan terjadinya perubahan biologis pada jaringan. Bahaya efek biologis dari sinar-x pertama kali diketahui segera setelah ditemukannya sinar-x. Saat itulah, informasi tentang efek berbahaya dari ekspos sinar-x yang berlebihan berkembang seiring dengan penelitian tentang bahaya efek radiasi tersebut.

Pengujian radiografi pada dasarnya adalah penyinaran contoh uji dengan menembus logam. Pengujian ini bertujuan untuk mendeteksi diskontinuity di dalam bahan seperti diskontinuity akibat tuangan, pengelasan dan lain sebagainya. Metode pengujian ini menggunakan sinar– sinar elektromagnetik (sinar – χ atau sinar - γ) yang ditembuskan kepada bahan uji lalu direkam dalam film khusus. Dari hasil rekaman film akan dapat diamati diskontinuity bahan juga dapat diperoleh hasil rekaman yang permanen. Pengujian radiografi ini mempunyai potensi bahaya yang sangat besar baik dalam pengujian maupun dalam bahan radioaktif yang digunakan.

Pengujian yang tidak mematuhi prosedur kerja aman yang berlaku dapat menyebabkan efek berbahaya bagi tubuh, yaitu efek stokastik dan non stokastik. Begitu juga dengan kesalahan dalam pengelolaan serta penyimpanan dan penggunaan alat dan bahan radioaktif yang digunakan. Hal tersebut dapat membahayakan kesehatan pekerja dan kondisi lingkungan sekitar. Salah satu efek yang ditimbulkan oleh bahaya radiasi ini adalah kematian sel. Banyaknya sel yang mati akan meningkat sesuai dengan besar dosis radiasi yang diterima. Apabila tidak ditangani dan dilakukan sesuai dengan prosedur bekerja secara aman, hal tersebut dapat berlanjut pada kematian.

Pemantauan radiasi dan radioaktivitas lingkungan mencakup dua kegiatan utama, yaitu Pemantauan daerah kerja dan pemantauan kawasan. Kedua jenis pemantauan itu merupakan bagian dari program proteksi radiasi yang harus


(13)

dilakukan dalam setiap kegiatan pemanfaatan radiasi. Pemantauan daerah kerja dimaksudkan untuk meyakinkan bahwa setiap individu pekerja radiasi terjamin keselamatannya dari bahaya radiasi. Pemantauan ini terdiri atas pemantauan radiasi dan kontaminasi yang keduanya dapat dipakai untuk memperkirakan penerimaan dosis oleh para pekerja radiasi. Jenis pemantauan daerah kerja disesuaikan dengan jenis sumber yang digunakan dan kegiatan di tempat tersebut. Pada daerah kerja yang hanya menggunakan sumber terbungkus cukup dilakukan pemantauan radiasi saja. Sedang daerah kerja yang menggunakan sumber radiasi terbuka dan mempunyai potensi terkontaminasi oleh bahan radioaktif, disamping pemantauan radiasi perlu juga dilakukan pemantauan kontaminasi. Pemantauan daerah kerja ini bukan hanya sekadar melakukan pengukuran laju dosis maupun tingkat kontaminasi baik permukaan udara, tetapi juga menginterpretasikan hasil pengukuran tersebut untuk dibandingkan dengan batasan dosis yang telah ditetapkan.

1.2 Rumusan masalah

Untuk mempermudah melakukan penulisan ini maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Apa saja yang mempengaruhi laju paparan dosis radiasi?

2. Bagaimana laju paparan radiasi di Instalasi Radiologi RSUP Haji Adam Malik Medan?

3. Apakah terjadi kebocoran pada Tabung Sinar x di kamar periksa 3 di Instalasi Radiologi RSUP Haji Adam Malik Medan?

1.3 Batasan masalah

1. Pengamatan hanya dilakukan pada paparan, dosis dan proteksi akibat Radiasi Sinar –x.


(14)

1.3 Batasan Masalah

Pada penelitian ini masalah akan dibatasi pada:

1. Pengamatan hanya dilakukan pada paparan, dosis dan proteksi akibat radiasi sinar – x.

2. Sumber radiasi yang diamati adalah sinar – x Merk Hitachi

1.4 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui laju paparan radiasi di Instalasi Radiologi RSUP Haji Adam Malik Medan.

2. Untuk mengetahui banyaknya dosis yang diserap pekerja dari pemakaian radiasi sinar – x

merk hitachi.

3. Untuk mengetahui adanya kemungkinan kebocoran tabung X-Ray di Instalasi Radiologi RSUP Haji Adam Malik Medan

1.5 Manfaat Penelitian

1. Dapat mengetahui laju paparan radiasi di sekitar kamar periksa 3 pada Instalasi Radiologi RSUP Haji Adam Malik Medan.

2. Agar dapat diketahui banyaknya dosis yang diserap akibat pemakain radiasi sinar – x merk hitachi.

3. Dapat mengetahui adanya kemungkinan kebocoran tabung X- Ray di Instalasi Radiologi RSUP Haji Adam Malik Medan.

1.6 Tempat penelitian

Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik dan BPFK Medan


(15)

1.7. Sistematika penulisan

Sistematika penulisan pada masing-masing bab adalah sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

Bab ini mencakup latar belakang penelitian, batasan masalah yang akan diteliti, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tempat penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II Tinjauan Pustaka

Bab ini membahas tentang landasan teori yang menjadi acuan untuk proses pengambilan data, analisa data serta pembahasan.

Bab III Metode Penelitian

Bab ini membahas tentang peralatan dan bahan penelitian, diagram alir penelitian, prosedur penelitian, pengujian sampel.

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab ini membahas tentang data hasil penelitian dan analisa data yang diperoleh dari penelitian.

Bab V Kesimpulan dan Saran

Bab ini berisikan tentang kesimpulan yang diperoleh dari penelitian dan memberikan saran untuk penelitian yang lebih lanjut.


(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sinar-X

Sinar-X adalah pancaran gelombang elektromagnetik yang sejenis dengan gelombang radio, cahaya tampak (visible light) dan sinar ultraviolet, tetapi dengan panjang gelombang yang sangat pendek yaitu hanya 1/10.000 panjang gelombang cahaya yang kelihatan. Karena panjang gelombangnya yang pendek, maka sinar-X dapat menembus bahan yang tidak tertembus sinar yang terlihat (M. Akhadi, 2001).

2.2 Proses Terjadinya Sinar-X dari Tabung Roentgen

Katoda (filamen) dipanaskan sampai menyala dengan mengalirkan listrik yang berasal dari transformator sehingga elektron-elektron dari katoda (filamen) terlepas. Sewaktu dihubungkan dengan transformator tegangan tinggi, elektron-elektron akan dipercepat gerakannya menuju anoda dan dipusatkan ke alat pemusat (focusing cup). Filamen dibuat relatif negatif terhadap sasaran (target) dengan memilih potensial tinggi, awan-awan elektron mendadak dihentikan pada sasaran (target) sehingga terbentuk panas (>99%) dan sinar-X (<1%). Pelindung (perisai) timah akan mencegah keluarnya sinar-X dari tabung, sehingga sinar-X yang terbentuk hanya dapat keluar melalui jendela. Panas yang tinggi pada sasaran (target) akibat benturan elektron ditiadakan oleh radiator pendingin. Jumlah sinar-X yang dilepaskan setiap satuan waktu dapat dilihat pada alat pengukur miliampere (mA), sedangkan jangka waktu pemotretan dikendalikan oleh alat pengukur waktu. Untuk dapat menghasilkan sinax-X maka diperlukan bagian-bagian tabung sinar-X dan faktor pendukung dalam proses pembangkitan seperti tersebut di bawah ini:


(17)

1. Sumber elektron (filamen).

Sumber elektron adalah kawat pijar atau filamen (katoda) di dalam tabung sinar-X Pemanasan filamen dilakukan dengan suatu transformator khusus (Arif Jauhari, 2008).

2. Anoda.

Anoda terbuat dari tembaga sering kali berbentuk pejal dan mempunyai radiator di luar tabung yang membuat pendingin. Tabung sinar-X yang tinggi, mempunyai anoda yang cukup dan didinginkan oleh oli atau air yang mengalir melalui tabung tersebut (Arif Jauhari, 2008).

3. Katoda.

Katoda adalah sumber elektron dan terdiri dari filamen tungsten yang dipanaskan oleh arus listrik sampai memijar dan mengeluarkan elektron. Untuk mencapai target elektron, dipercepat dengan cara memberikan beda potensial yang tinggi antara anoda dan katoda.

4. Alat pemusat berkas elektron

Alat pemusat berkas elektron merupakan suatu lensa elektronik yang menyebabkan elektron-elektron tidak berpencar, tetapi diarahkan semua ke bidang fokus, dapat menimbulkan sinar-X di tempat lain atau memberi muatan listrik pada dinding bagian dalam dari kaca tabung sinar-x (Arif Jauhari, 2008).

5. Target.

Target merupakan bagian dari anoda yang terbuat dari bahan yang mempunyai Z (nomor atom) tinggi agar efisiensi produksi sinar-X sebaik mungkin. Walaupun efisiensinya tinggi, kurang dari 1% energi elektron berubah menjadi sinar-X. Selebihnya berubah menjadi panas sehingga target harus mempunyai titik lebur yang tinggi juga harus dapat menghilangkan panas. Ini diperoleh dengan membuat anoda dari tembaga yang membuat konduktivitas panas tinggi, dengan sebuah target terbuat dari tungsten yang ditempelkan berhadapan dengan katoda.


(18)

Kaca yang digunakan untuk membungkus adalah kaca yang keras dan tahan panas seperti pada anoda tetap, perlu diperhatikan bahwa ruang hampa udara harus mendekati sempurna. Tabung kaca ini biasanya terbuat dari kaca pyrex agar mampu menahan panas generator yang tinggi dan mampu memelihara isi bagian dari tabung hampa udara. Tabung ini memungkinkan produksi sinar-X yang lebih efisien dan daya tahan yang lebih lama (M. Akhadi, 2001).

7. Perisai tabung.

Perisai tabung terbuat dari bahan yang berupa lempengan timah yang tahan terhadap sinar-X dan tahan terhadap goncangan. Perisai seharusnya diberi isolasi listrik, hal ini biasanya dapat diperoleh dengan memasukkan minyak ke dalamnya. Jalan keluarnya pancaran sinar-X pada perisai tabung seharusnya sesuai dengan ukuran dan diberikan proteksi timbal yang serupa agar sinar guna yang mengenai daerah yang dibatasi ini tidak lebih dari dosis maksimal yang diperlukan (M. Akhadi, 2001).

8. Rumah tabung.

Tabung sinar-X selalu dipasang di dalam sebuah kotak timbal yang dirancang untuk mencegah bahaya serius yang sering terjadi pada masa awal radiologi yaitu adanya radiasi karena eksposi yang berlebihan dan sengatan listrik. Terjadinya kebocoran radiasi disebabkan karena adanya sinar-X yang menembus dinding perisai tabung. Radiasi ini tidak berperan dalam menghasilkan informasi diagnostik dan menghasilkan sinar-X yang tidak berguna bagi pasien (Krane, 2008).

9. Filter.

Aluminium dan tembaga merupakan bahan yang biasanya digunakan dalam radiologi diagnostik. Aluminiun dengan nomor atom 13 (tiga belas) merupakan bahan filter yang baik sekali untuk radiasi energi rendah juga baik untuk bahan filter dengan tujuan umum. Tembaga dengan nomor atom 29 (dua puluh sembilan) lebih baik untuk radiasi energi tinggi. Hal yang sulit dilakukan jika menukar filter pada setiap pemeriksan, yaitu jika lupa menukar filter. Untuk


(19)

praktisnya, banyak ahli radiologi paling suka menggunakan bahan filter tunggal, biasanya aluminium. Tembaga sering digunakan sebagai suatu bahan campuran filter kombinasi dengan aluminium dan tidak digunakan sebagai filter tunggal

10. Pembatas sinar.

Pembatas sinar-X adalah suatu alat yang dilekatkan untuk membuka rumah tabung sinar-X guna mengatur ukuran dan bentuk sinar-X, misalnya kolimator. Kolimator terdiri dari tiga pasang shutter yaitu shutter terdepan, shutter tengah, dan shutter dalam. Shutter terdepan digunakan untuk mengatur lapangan sinar-X. Saat shutter terdalam mengeluarkan radiasi yang menyebar maka shutter tengah dari pipa pencegah berguna untuk menghentikan radiasi hambur. Alat pembatas sinar-X ini terdiri dari dua pasang shutter yang sama setiap pasang dan dapat digerakkan secara bersama-sama, sehingga antara kedua pasang shutter tersebut dapat difungsikan untuk mengurangi timbulnya penumbra. Dua shutter ini dapat digunakan sebagai sistem diafragma yang dapat diatur sesuai dengan ukuran luas lapangan yang diinginkan dan biasanya dilengkapi dengan sistem cahaya tampak sedemikian rupa sehingga ukuran berkas sinar-X pada pasien kelihatan seperti sinar tampak.

Adapun bagian daripada kolimator adalah: - Lampu.

Lampu pada kolimator berperan memberikan petunjuk dalam menentukan luas lapangan penyinaran sinar-X sesuai dengan yang dibutuhkan. Lampu tersebut berada di dalam kotak kolimator. Ketika tombol lampu ditekan, maka garis persilangan di dalam lapangan cahaya menunjukkan pusat dari lapangan penyinaran. Berkas cahaya lampu yang keluar dari kotak kolimator tersebut menunjukkan ukuran lapangan penyinaran yang terkena radiasi primer.

- Cermin.

Pada kotak kolimator terdapat cermin yang dilekatkan di bawah sumber sinar-X dan membentuk sudut 45o terhadap berkas sinar-X. Cermin yang dilekatkan tersebut, ditempatkan sedemikian rupa sehingga berkas cahaya dari


(20)

bola lampu searah dan berjarak sama dengan berkas sinar-X. cermin tersebut berguna untuk memantulkan cahaya lampu dalam kotak kolimator, sehingga menunjukkan ukuran sinar-X yang diperlukan dan tergambar pada lapangan penyinaran. Jarak lampu menuju cermin harus sama dengan jarak focus menuju cermin .

2.3 Sifat Fisik Sinar-X

Adapun sifat-sifat fisik sinar-X adalah

1. Daya Tembus.

Sinar-X dapat menembus bahan, dengan daya tembus sangat besar dan digunakan dalam radiografi. Makin tinggi tegangan tabung (besarnya tegangan) yang digunakan, makin besar daya tembusnya.

2. Pertebaran.

Apabila berkas sinar-X melalui suatu bahan atau suatu zat, maka berkas tersebut akan bertebaran ke segala jurusan, menimbulkan radiasi sekunder (radiasi hambur) pada bahan/zat yang dilaluinya.

3. Penyerapan.

Sinar-x dalam radiografi diserap oleh bahan/zat sesuai dengan berat atom atau kepadatan bahan/zat tersebut. Makin tinggi kepadatannya atau berat atomnya, makin besar penyerapannya.

4. Efek Fotografik.

Sinar-X dapat menghitamkan emulsi film (emulsi perak-bromida) setelah diproses secara kimiawi (dibangkitkan) di kamar gelap.

5. Pendar Fluor (Fluoresensi).

Sinar-X menyebabkan bahan-bahan tertentu seperti kalsium-tungstat atau zink-sulfid memendarkan cahaya (luminisensi), bila bahan tersebut dikenai radiasi sinar-X (Arif Jauhari, 2008).

2.4 Interaksi Sinar-X dengan Materi

Interaksi sinar-X dengan materi mengakibatkan kehilangan energi dari sinar-X pada saat melewati materi (zat) terjadi karena tiga proses utama, yaitu:


(21)

 Efek fotolistrik  Efek Compton

 Efek produksi pasangan

Efek fotolistrik dan Efek Compton timbul karena interaksi antara sinar-X dengan elektron-elektron dalam atom dari materi (zat) itu, sedang efek produksi pasangan timbul karena interaksi dengan medan listrik inti atom (Arif Jauhari, 2008).

Apabila I0 adalah intensitas sinar-X yang datang pada suatu permukaan materi (zat) dan Ix adalah intensitas sinar-X yang berhasil menembus lapisan setebal x materi tersebut maka akan terjadi pengurangan intensitas. Hubungan antara I0 dengan Ix adalah sebagai berikut:

Ix = I0 emx

... ( 2.1 )

m disebut koefisien absorbsi linier.

Oleh karena m tidak memiliki satuan, maka jika x dinyatakan dalam cm

haruslah m dinyatakan dalam 1/cm (cm-1). Seringkali lebih disukai untuk menggantikan x dengan (rx) dan dinyatakan dalam gram/cm2 yaitu yang menyatakan massa dari lapisan tebal x dengan penampang 1 cm2. Sedangkan m digantikan menjadi (m r) dinyatakan dalam cm2/gram, disebut koefisien absorpsi massa.

Efek foto listrik.

Pada efek foto listrik energi foton diserap oleh atom, yaitu oleh elektron, sehingga elektron tersebut dilepaskan dari ikatannya dengan atom. Elektron yang dilepaskan oleh efek foto listrik disebut foto elektron. Proses efek foto listrik terutama terjadi pada foton yang berenergi rendah yaitu antara energi 0, 01 MeV hingga 0, 5 MeV bila energinya kecil.


(22)

Ha

Pengha sebuah fo elektron y datang), se

Da mungkin s energi dib semakin kekekalan

amburan C

amburan co oton dan s yang diangg

eperti yang

Gamba se

alam suatu t semua ener buat kekal. dimungkink n semua ene

Compton

ompton mer ebuah elek gap bebas (

ditunjukkan

ar 2.2 Pengha empurna anta

tumbukan a rgi foton da Hal ini dap kan. Jika h rgi foton di

Gambar 2.

rupakan sua ktron bebas (tenaga ikat n pada gam

amburan com ara sebuah fo

antara sebua apat dipinda pat diperlih

hal itu me iberikan kep

1 Efek foto li

atu tumbuka s. Dimana t elektron le mbar di bawa

mpton: suatu oton dan sebu

ah foton dan ahkan ke el hatkan deng emang ben pada elektro

istrik.

an lenting s foton beri ebih kecil d ah ini:

tumbukan le uah elektron.

n elektron b ektron jika an berasum ar, maka m on .

sempurna a interaksi de dari energi enting . bebas maka a momentum msi bahwa r

menurut hu antara engan foton tidak m dan reaksi ukum


(23)

Ef Proses Apabila fo sebagai ga massanya juga sama energi:

hv1 =

K+ = En

K- = En Oleh k minimal (

kecepatan 2.5 Dosis Do sebgai aki Be (terjemaha fek Produks produksi pa oton semac antinya timb sama deng a dengan m

(2 m0c2) + nergi Kineti nergi Kineti karena prose

(2 m0c2) (1

n cahaya.

Radiasi

osis radiasi ibat radiasi m esaran radi

an dari istila

si Pasangan

asangan han cam ini men bul sepasan gan elektron muatan ele

(K+) + (K-)

ik positron ik elektron es ini hanya 1.02 MeV)

Gamba

dapat diart mengenai m asi untuk ah exposure n

nya terjadi b ngenai inti ng

elektron-n-elektron b ektron. Pro

...

a bisa berla

m0 adalah

ar 2.3 Efek pr

tikan sebag materi (Dwi pertana ka

e) dengan si

bila energi atom berat elektron. Po bermuatan l

ses ini me

...

angsung bil h massa dia

roduksi pasan

ai kuantisas Seno, 2008 ali diperke imbol X, ya

datang lebih , foton ters ositron adal istrik positi emenuhi hu ... lamana ene am elektron ngan.

si dari pros 8).

enalkan ada ang pada Ko

h dari 1.02 sebut lenyap

lah partikel if yang bes ukum keke

... ( 2

ergi foton d on dan c a

ses yang dit

alah penyi ongres Radi MeV. p dan yang arnya ekalan 2.2 ) datang adalah tinjau naran iologi


(24)

pada tahun 1928 didefenisikan sebagai kemampuan radiasi sinar-X atau gamma untuk menimbulkan ionisasi di udara. Satuannya adalah roentgen atau R, di mana 1R adalah besarnya penyinaran yang dapat menyebabkan terbentuknya muatan listrik sebesar 1 esu (electro-static-unit) pada suatu elemen volume udara sebesar 1cc, pada kondisi temperatur dan tekanan normal (Dwi Seno, 2008).

2.6 Besaran dan Satuan Radiasi

Radiasi mempunyai satuan atau ukuran untuk menunjukkan besarnya paparan atau pancaran radiasi dari suatu sumber radiasi, maupun banyaknya dosis radiasi yang diberikan atau diterima oleh suatu medium yang terkena radiasi. Satuan radiasi ada beberapa macam tergantung pada kriteria penggunaannya yaitu:

2.6.1 Satuan untuk paparan radiasi.

Paparan radiasi adalah kemampuan sinar-X untuk menimbulkan ionisasi di udara dan digunakan untuk mendeskripsikan sifat emisi sinar-X dari sebuah sumber radiasi. Satuan ini mendeskripsikan keluaran radiasi dari sebuah sumber radiasi namun tidak mendeskripsikan energi yang diberikan pada sebuah objek yang disinari. Satuannya adalah Roentgen atau R

1 Roentgen (R) = 2.58 x 10-4Coulomb/kg udara

1 Roentgen (R) = 1.610 x 1012 pasangan ion/gr udara

2.6.2 Satuan Kecepatan Pemaparan (Exposure Rate)

Kecepatan pemaparan (ER) adalah besar pemaparan per satuan waktu. Satuannya adalah R/jam atau mR/jam; 1 mR = 10-3R.

2.6.3 Pemantauan Paparan Radiasi Personil

Pada umumnya, peralatan pemantauan harus digunakan apabila dimungkinkan bahwa seseorang dapat menerima 25 % dari maksimum paparan yang dibolehkan (Nilai Batas Dosis-NBD) ketika seseoarang tersebut melakukan


(25)

tugasnya. paparan kardiologi

Me alat terseb satu film b di luar apr

Pe film badg secara ben maksimum dalam Gam

2.7 Sifat R

Ad keberadaa 1. Radia meng radias Ketentuan yang dite i dan semua etode yang but sangat p

badge di ba ron tersebut tugas prote ge tersebut

nar. Pilihan m atau papa mbar 2.4.

Gam

Radiasi

da dua mac an sumber ra asi tidak

enalinya di si.

n ini men erima ole a personil ya

paling pop praktis dan awah apron t. eksi radiasi sehingga n lokasi ter

aran seluru

mbar 2.4 Pe

cam sifat r adiasi pada dapat did iperlukan su ngamanatkan eh dokter ang memba puler peman ekonomis. dan yang la

(PPR) haru laporan pa rsebut berg uh tubuh leb

enempatan

radiasi yang suatu temp deteksi ole uatu alat ba

n keharusa spesialis antu dalam p ntauan radia Biasanya, ain pada ba

us diberitah aparan radi gantung pad bih penting

n personal m

g dapat dig at atau baha h indra m antu pendet

an dilakuk radiologi, d pemggunaan asi adalah fi

setiap oran gian leher b

hu kesepaka asi dapat d da apakah p g, sebagaim

  monitoring

gunakan un an yaitu : manusia, s teksi yang

kan peman dokter spe

n alat. film badge s ng menggun baju yang b

atan penggu diinterpreta paparan ter mana ditunju g ntuk menge

sehingga u disebut det ntauan esialis sebab nakan berada unaan asikan rsebut ukkan etahui untuk tektor


(26)

2. Radiasi dapat berinteraksi dengan materi yang dilalui melalui proses ionisasi, eksitasi. Dengan menggunakan sifat – sifat tersebut kemudian digunakan sebagi dasar untuk membuat detektor radiasi.

2.8 Efek Radiasi

Pada penelitian ternyata tidak semua sel mempunyai kepekaan yang sama terhadap radiasi. Borgonie dan Tribondeu mendapatkan bahwa radioaktivitas berbanding terbalik dengan derajat diferensial dan berbanding lurus dengan kapasitas reproduksi. Dengan demikian jaringan yang sel – selnya aktif membelah mempunyai kepekaan yang relatif tinggi terhadap radiasi, adalah sel – sel darah putih, sel – sel pembentuk darah dalam sumsum tulang merah, sel – sel epitel kulit dan selaput lendir, sel – sel pembentuk sperma dan telur ( Bapeten, 2005 )

Darah putih merupakan komponen selular darah yang tercepat mengalami perubahan akibat radiasi. Efek pada jaringan ini berupa penurunan jumlahh sel. Komponen selular darah yang lain ( butir pembeku dan darah merah ) menyusul setelah sel darah putih. Sumsum tulang merah yang mendapat dosis tidak terlalu tinggi masih dapat memproduksi sel – sel darah, sedangkan pada dosis yang cukup tinggi akan terjadi kerusakan permanen yang berakhir dengan kematian. Akibatnya penekanan aktivitas sum – sum tulang maka orang yang terkena radiasi akan menderita kecendrungan pendarahan dan infeksi, anemia dan kekurangan haemoglobin.

Gangguan kesehatan dalam bentuk apapun merupakan akibat dari paparan radiasi yang bermula dari interaksi antara radiasi dengan sel maupun jaringan tubuh manusia. Akibat interaksi itu sel – sel dapat mengalami perubahan struktur

Menurut Akhadi ( 1997 ), berdasarkan proses berlangsungnya ada dua jenis penyinaran terhadap tubuh manusia yaitu :

1. Efek biologi seketika, yaitu efek yang kemunculannya kurang dari satu tahun sejak terjadinya penyinaran. Penyinaran akut melibatkan dosis tinggi.

2. Efek tertunda yaitu penyinaran oleh radiasi dosis rendah namun berlangsung terus menerus. Penyinaran ini biasanya tidak segera menampakan efeknya.


(27)

Komisi Nasional untuk Perlindungan Radiasi ( IRCP ) membagi efek radiasi pengion terhadap tubuh manusia menjadi dua yaitu :

1. Efek Stokastik

Berkaitan dengan paparan dosis rendah yang dapat muncul pada manusia dalam bentuk kanker ( kerusakan somatik ) atau cacat pada keturunan ( Kerusakan genetik ). Yang dimaksud radiasi dosis rendah dosis radiasi dari 0,25 sampai dengan 1.000 mSv. Dalam efek stokastik tidak dikenal adanya dosis ambang. Jadi sekecil apapun dosis radiasi yang diterima tubuh ada kemungkinan menimbulkan kerusakan somatik maupun genetik

2. Efek Deterministik

Berkaitan dengan paparan radiasi dosis tinggi yang kemunculannya dapat langsung dilihat atau dirasakan individu yang terkena radiasi. Efek tersebut dapat muncul seketika hingga beberapa minggu setelah penyinaran. Efek ini mengenal adanya dosis ambang, jadi hanya radiasi dengan dosis tertentu yang dapat menimbulkan efec deterministik radiasi dibawah dosis ambang tidak akan menimbulkan efek deterministik sebagai contoh adalah erythema kulit ( kulit merah ) karena teerpapar radiasi sebesar 3.000 – 6.000 mSv, atau kerontokan rambut yang disebabkan oleh paparan radiasi sebesar 6.000 – 12.000 mSv.

Kemunculan efek ini juga ditandai dengan munculnya keluhan baik umum maupun lokal. Keluhan umum berupa : nafsu makan berkurang, mual, lesu, lemah, demam, keringat berlebihan hingga menyebabkan shock. Beberapa saat kemudian timbul keluhan yang lebih khusus yaitu nyeri perut, rambut rontok, shock bahkan kematian. Sedangkan keluhan lokal yang biasa muncul adalah erythema kulit, pedih, gatal, bengkak, melepuh, memborok, dan kerontokan rambut kulit.

Beberapa efek deterministik lainnya yang dapat muncul akibat paparan radiasi dosis tinggi pada manusia adalah :

a. Penerimaan dosis radiasi 100.000 mSv ( 100 mSv ) mengakibatkan kerusakan sistem saraf pusat yang diikuti dengan kematian setelah beberapa jam.


(28)

b. Penyinaran dosis radiasi 10 – 50 mSv mengakibatkan kerusakan saluran pencernaan dan dapat mengakibatkan kematian 1 -2 minggu.

c. Dosis radiasi 3 – 5 mSv mengakibatkan kerusakan pada organ pembentukan sel darah merah pada sumsum tulang belakang yaitu dengan kematian setelah 1 – 2 bulan.

d. Efek somatik pada organ reproduksi adalah terganggunya produksi sperma pada pria dan kerusakan ovum pada wanita sehingga mengakibatkan kemandulan.

e. Radiasi dapat mengakibatkan kerusakan pada lensa mata sehingga mengakibatkan katarak dengan dosis 2 – 5 mSv.

2.9 Nilai Ambang Batas

Dosis radiasi yang diterima oleh seseorang dalam menjalankan suatu kegiatan tidak boleh melebihi batas dosis yang ditetapkan. International Committee Radiation Protection ( ICRP ) mendefenisikan nilai batas dosis adalah dosis yang diterima dalam jangka waktu tertentu atau dosis yang berasal dari penyinaran intensif seketika, yang menurut tingkat pengetahuan dewasa ini memberikan kemungkinan yang dapat diabaikan tentang terjadinya cacat somatik gawat atau cacat genetik ( Akhadi, 2000 ).

Dosis tertinggi yang diizinkan untuk diterima oleh seorang pekerja radiasi didasarkan akumulasi sebagai berikut :

D = 5 ( N – 18 ) ... 2.3

Dimana :

D: Dosis akumulasi dari mulai bekerja sampai ke umur N dinyatakan dalam Rem.

5: Nilai batas ambang dosis radiasi yang diterima oleh pekerja radiasi yaitu 5 rem pertahun.

N: Usia pekerja radiasi yang bersangkutan dinyatakan dalam tahun.

18: Usia terendah dari seorang yang diizinkan untuk bekerja dalam medan radiasi, dinyatakan dalam tahun.


(29)

Nilai ambang batas di Indonesia dituangkan dalam Surat Keputusan Direktur Jenderal Badan Tenaga Atom Nasional Nomor : PN 03/160/DJ/89 tentang ketentuan keselamatan kerja terhadap radiasi.

Dalam peraturan ini ditekankan bahwa pekerja yang berumur kurang 18 tahun tidak diizinkan sebagai petugas radiasi, selain itu pekerja wanita dalam masa menyusui tidak diizinkan mendapat tugas yang mengandung resiko kontaminasi radioaktif yang tinggi.

2.10 Proteksi Radiasi

Untuk menurunkan dosis serap terhadap pasien dan paparan terhadap personil, prinsip proteksi radiasi meliputi waktu, jarak dan perisai radiasi harus diterapkan dengan benar. Paparan radiasi secara langsung dihubungkan dengan waktu paparan, sedemikian sehingga dengan mengurangi waktu paparan separuhnya maka mengurangi dosis separuhnya. Oleh karena berkas sinar-X berbeda setelah melalui bahan, maka intensitas radiasi berkurang yang berbanding terbalik dengan kuadrat jarak dari sumber radiasi tersebut:

I2/I1 = d12/d22 ... 2.4

Maka, jika jarak dari sumber radiasi digandakan maka intensitas radiasi berkurang seperempat kali dari nilai semula, (Gambar 2.5). Meskipun hubungan ini diberlakukan secara tegas hanya untuk sumber titik, prinsip jarak tersebut berguna juga dalam pengurangan paparan radiasi klinis apabila pasien tersebut dianggap sebagai poin utama.

Pelemahan suatu berkas sinar-X adalah eksponensial sebab sebagian berkas tersebut diserap oleh bahan yang dilaluinya, dengan hubungan sebagai berikut:

I = Io e-µx ... 2.5

dengan:

- I adalah intensitas radiasi yang ditransmisikan; - Io adalah intensitas radiasi awal;


(30)

- µ adalah densitas, d - x adalah

h koefisien dan energi f ketebalan b

G S

atenuasi da foton); dan

bahan atenu

Gambar2.5 P Sesuai deng

ari bahan (y

uasi.

Pengurangan gan Hukum

yang tergan

n Intensitas Kuadrat Te

ntung pada n

Radiasi erbalik.


(31)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Peralatan dan bahan

- Satu set peralatan sinar – x Merk Hitachi dengan :

TYPE Pesawat : PM – 1551C, Tegangan Masuk : 110 V – 220V, Kapasitas Pesawat: 550 mA, KV Range : 35 kV – 150 kV, Phase : Singel phase, Spesifikasi : 2 buah tube.

- Survey meter

- Dosimeter

- Mistar

- Baju afron 0,5 Pb

3.2 Diagram alir penelitian

Proses Pengukuran Dosis Radiasi

Proses Pengukuran Paparan Radiasi Sumber Radiasi Merk

Hitachi

Proses Pengukuran Proteksi Radiasi

Data Pengukuran Dosis, Paparan dan Proteksi Radiasi


(32)

3.3 Prosedur Penelitian 3.3.1 Dosis Radiasi

1. Diset alat sinar – x merk hitachi pada arus 200 mA, 16 s.

2. Diletakkan alat pengukur dosis radiasi dibawah keluaran sinar –x. 3. Dihidupkan alatsinar – x pada tegangan kilovolt 40.

4. Diukur dosis radiasi sinar - x yang keluar.

5. Dilakukan pengukuran dengan cara yang sama untuk tegangan 50 kilovolt, 60 kilovolt, 70 kilovolt dan 80 kilovolt.

3.3.2 Paparan radiasi

1. Diset alat sinar – x pada 60 kilovolt, 200 mA, 16 s.

2. Disiapkan titik – titik penentuan jarak untuk 1m, 2m, 3m, 4m dan 5m dari sumber radiasi.

3. Diletakkan alat pengukur radiasi pada jarak 1m dari sumber dalam kondisi ON.

4. Dihidupkan alat sinar – x

5. Dengan cara yang sama dilakukan untuk jarak 2m, 3m, 4m dan 5m.

3.3.3 Proteksi radiasi

1. Disiapkan baju khusus anti radiasi (baju apron) 2. Diset alat sinar – x pada 200 mA, 16 s.

3. Diletakkan alat ukur dosis radiasi yang telah dilapis baju apron pada jarak 1m dari Sumber dalam kondisi ON.

4. Dihidupkan alat sinar – x pada tegangan kilovolt 40.

5. Dengan cara yang sama diukur besar radiasi yang diterima apron untuk tegangan 50 kilovolt, 60 kilovolt, 70 kilovolt dan 80 kilovolt.


(33)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Paparan radiasi

Dari hasil penelitian untuk melihat besar paparan radiasi diperlihatkan pada grafik 4.1 berikut ini :

 

Grafik 4.1 paparan radiasi

Dari grafik terlihat bahwa pengaruh paparan radiasi bergantung antara sumber radiasi dengan objek, dimana semakin jauh objek dari sumber maka semakin kecil objek terkontaminasi radiasi. Walaupun semakin kecil bukan berarti objek terbebas dari pengaruh radiasi. Ini perlu penanganan dan perhatian karena

0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1

0 1 2 3 4 5

paparan

 

radiasi

 

(

µ

Sv)

Jarak (m)

Grafik

 

Jarak

 ‐

vs

 ‐

Paparan

 

radiasi

Paparan 80 kilovolt

Paparan 70 kilovolt

Paparan 60 kilovolt

Paparan 50 kilovolt


(34)

efek radiasi tidak pernah spontan pengaruhnya tetapi perlahan – lahan. Oleh karena itu diperlukan tindakan – tindakan yang sifatnya spontan dan kontiniu untuk menanggulangi efek akibat paparan radiasi. Dari hasil diatas paparan radiasi terendah berada pada tegangan 40 kilovolt dimana besar radiasi maksimum berada pada kisaran 0,13 µSv pada jarak 1m dan pada jarak 5m sebesar 0,01 µSv Paparan radiasi maksimum berada pada tegangan 80 kilovolt dimana radiasi maksimum sebesar 0,81 µSv pada jarak 1m dan pada jarak 5m sebesar 0,04 µSv. Dari hasil ini menunjukkan bahwa semakin besar kilovolt yang diberikan maka semakin besar paparan radiasi yang dihasilkan. Dari grafik juga terlihat bahwa penurunan paparan radiasi terhadap jarak berlangsung secara eksponensial ini menunjukkan bahwa daya jelajah sinar radiasi berkurang secara eksponen.

4.1 Dosis Radiasi

Dari hasil yang diperoleh pada pengukuran dosis radiasi yang terserap dari sinar – x Merk Hitachi dapat dilihat dari grafik berikut ini :

Grafik 4.2 Dosis radiasi

Dari grafik diatas terlihat terjadi kenaikkan tingkat dosis radiasi yang diterima jika tegangan masukan (kilovolt) dinaikkan. Ini menunjukkan

46 56

64 74

81

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

0 20 40 60 80 100

Dosis

 

radiasi

 

(

 

µ

Sv)

Tegangan (kV)


(35)

bahwa besar dosis yang diterima bergantung pada tegangan (kilovolt) yang diinfutkan dimana besar dosis maksimum berkisar 81 µSv yang berada pada tegangan 90 kilovolt. Besarnya keluaran dosis masih dibawah ambang batas normal pemakian yang ditetapkan BAPETEN dimana besar tetapan dosis yang diterima maksimum 50 mSv pertahun. Dari data diatas jika dikalkulasikan pertahun berkisar 35,4 mSv. Untuk penggunaan Di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik tegangan yang digunakan adalah 60 kilovolt sehingga masih jauh dibawah ambang batas maksimum dalam pemakaian dimana dosis yang didapat 20,44 mSv.

4.3 Proteksi Radiasi

Karena berbahayanya pengaruh radiasi maka keluaran radiasi harus diproteksi agar tidak terlalu membahayakan pasien dan petugas medis. Hasil dari proteksi radiasi dengan menggunakan baju anti radiasi (baju apron) dapat dilihat dari grafik 4.3 berikut:

Grafik 4.3 Proteksi radiasi

Dari grafik diatas terlihat bahwa memproteksi radiasi dengan menggunakan baju apron sangat berfungsi dengan baik dimana pada tegangan kilovolt yang digunakan pada rumah sakit yaitu 60 kilovolt besar radiasi yang

0 0

0,01

0,02

0,03

0 0,005 0,01 0,015 0,02 0,025 0,03 0,035

50 60 70 80 90

Dosis

 

radiasi

 

(

µ

Sv)

tegangan (kilovolt)


(36)

terserap bernilai 0 atau dikatakan bebas dari pengaruh radiasi, tetapi ketika tegangan kilovolt dinaikkan terjadinya penyerapan dosis radiasi pada apron. Ini menunjukkan bahwa daya sinar radiasi sangat besar sehingga mampu menembus baju tersebut. Oleh sebab itu bagi petugas yang selalu menangani ruang ruang radiasi perlu diperhatikan dalam penggunaan kilovolt yang yang besar maka akan terkontaminasi radiasi yang sudah tentu sangat membahayakan petugas medis tersebut.


(37)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

1. Besarnya dosis radiasi yang diserap dalam penyinaran sinar – x bergantung pada tegangan yang diberi.

2. Besar paparan radiasi dipengaruhi oleh jarak antara sumber radiasi dengan objek.

3. Nilai proteksi radiasi sangat dipengaruhi besarnya kilovolt yang diberikan karena bahan proteksi radiasi dapat ditembus sinar radiasi jika besar tegangan yang diberikan diatas 70 kilovolt.

4. Nilai dosis radiasi yang terukur dari sinar – x merk hitachi RSUP H. Adam Malik masih dalam ambang batas aman pemakaian karena standar BAPETEN 50 mSv pertahun.

5. Tidak terjadi kebocoran radiasi pada pesawat sinar – x Merk Hitachi yang berada di RSUP H. Adam Malik Medan

5.2 Saran

Sebaiknya dilakukan penelitian untuk bahan – bahan proteksi yang lain agar dapat diketahui kemampuan maksimum bahan tersebut dalam menerima radiasi sehingga diketahui mana yang lebih baik dan aman untuk pemakaian terutama bagi petugas/pegawai yang menangani alat tersebut.


(38)

DAFTAR PUSTAKA

1. Akhadi,M. 1997. Pengantar Tekhnologi Nuklir. PT.Rineka Cipta Jakarta

2. Anonim. 2012 .Care for Cancer, http//www.terapibrachy.com.Diakses Tahun 2012 Medan

3. Bapeten. 1997. Pendidikan dan PelatihanPetugas Proteksi Radiasi. Jakarta 4. Bapeten. 2005. Petugas Proteksi Radiasi.Jakarta

5. Dwi Suseno, K.S, “Workshop Tentang Batas Toleransi Pengukuran Uji Kesesuaian Pesawat Sinar-x “ Fisika Universitas Indonesia 2008

6.Govinda., Advanced Medical radiation Dosimetry, Prentice Hall of India, 1992. 7. Kadek Subagiada”Pengaruh Source Skin Distance (SSD) Terhadap Profil Dosis

Radiasi Pesawat Sinar-X , 2012

8.Khan, Faiz M., The Physics of radiation Therapy, William & Wilkins, USA, 1994.

9.Syahriar rasad,1990. Radiodiagnostik, Balai Penerbit FKUI. Jakarta

10.Togap Marpaung, Proteksi radiasi Dalam Radiologi. Seminar Keselamatan Nuklir, 2006

11.William R. Hendee, Radiation Therapy Physics, Chicago London, Januari 1984.


(39)

LAMPIRAN

Tegangan (kV) Dosis Radiasi(µSv)

50 46 60 56 70 64 80 74 90 81

Paparan radiasi (µSv)

40 kV paparan 50 kV paparan 60 kV paparan 70 kV paparan 80 kV paparan 1,00 m

0,13 1,00 m

0,22 1,00 m

0,39 1,00 m

0,64 1,00 m

0,81

2,00 m

0,06 2,00 m

0,08 2,00 m

0,15 2,00 m

0,25 2,00 m

0,33

3,00 m

0,02 3,00 m

0,04 3,00 m

0,07 3,00 m

0,12 3,00 m

0,15

4,00 m

0,02 4,00 m

0,02 4,00 m

0,03 4,00 m

0,06 4,00 m

0,09

5,00 m

0,01 5,00 m

0,01 5,00 m

0,02 5,00 m

0,03 5,00 m

0,04

Tegangan (kV) Proteksi radiasi (µSv)

50 0 60 0 70 0,01 80 0,02 90 0,03


(1)

efek radiasi tidak pernah spontan pengaruhnya tetapi perlahan – lahan. Oleh karena itu diperlukan tindakan – tindakan yang sifatnya spontan dan kontiniu untuk menanggulangi efek akibat paparan radiasi. Dari hasil diatas paparan radiasi terendah berada pada tegangan 40 kilovolt dimana besar radiasi maksimum berada pada kisaran 0,13 µSv pada jarak 1m dan pada jarak 5m sebesar 0,01 µSv Paparan radiasi maksimum berada pada tegangan 80 kilovolt dimana radiasi maksimum sebesar 0,81 µSv pada jarak 1m dan pada jarak 5m sebesar 0,04 µSv. Dari hasil ini menunjukkan bahwa semakin besar kilovolt yang diberikan maka semakin besar paparan radiasi yang dihasilkan. Dari grafik juga terlihat bahwa penurunan paparan radiasi terhadap jarak berlangsung secara eksponensial ini menunjukkan bahwa daya jelajah sinar radiasi berkurang secara eksponen.

4.1 Dosis Radiasi

Dari hasil yang diperoleh pada pengukuran dosis radiasi yang terserap dari sinar – x Merk Hitachi dapat dilihat dari grafik berikut ini :

Grafik 4.2 Dosis radiasi

Dari grafik diatas terlihat terjadi kenaikkan tingkat dosis radiasi yang diterima jika tegangan masukan (kilovolt) dinaikkan. Ini menunjukkan

46 56

64 74

81

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

0 20 40 60 80 100

Dosis

 

radiasi

 

(

 

µ

Sv)

Tegangan (kV)


(2)

bahwa besar dosis yang diterima bergantung pada tegangan (kilovolt) yang diinfutkan dimana besar dosis maksimum berkisar 81 µSv yang berada pada tegangan 90 kilovolt. Besarnya keluaran dosis masih dibawah ambang batas normal pemakian yang ditetapkan BAPETEN dimana besar tetapan dosis yang diterima maksimum 50 mSv pertahun. Dari data diatas jika dikalkulasikan pertahun berkisar 35,4 mSv. Untuk penggunaan Di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik tegangan yang digunakan adalah 60 kilovolt sehingga masih jauh dibawah ambang batas maksimum dalam pemakaian dimana dosis yang didapat 20,44 mSv.

4.3 Proteksi Radiasi

Karena berbahayanya pengaruh radiasi maka keluaran radiasi harus diproteksi agar tidak terlalu membahayakan pasien dan petugas medis. Hasil dari proteksi radiasi dengan menggunakan baju anti radiasi (baju apron) dapat dilihat dari grafik 4.3 berikut:

Grafik 4.3 Proteksi radiasi

Dari grafik diatas terlihat bahwa memproteksi radiasi dengan menggunakan baju apron sangat berfungsi dengan baik dimana pada tegangan kilovolt yang digunakan pada rumah sakit yaitu 60 kilovolt besar radiasi yang

0 0

0,01

0,02

0,03

0 0,005 0,01 0,015 0,02 0,025 0,03 0,035

50 60 70 80 90

Dosis

 

radiasi

 

(

µ

Sv)

tegangan (kilovolt)

Grafik

 

Proteksi

 

radiasi


(3)

terserap bernilai 0 atau dikatakan bebas dari pengaruh radiasi, tetapi ketika tegangan kilovolt dinaikkan terjadinya penyerapan dosis radiasi pada apron. Ini menunjukkan bahwa daya sinar radiasi sangat besar sehingga mampu menembus baju tersebut. Oleh sebab itu bagi petugas yang selalu menangani ruang ruang radiasi perlu diperhatikan dalam penggunaan kilovolt yang yang besar maka akan terkontaminasi radiasi yang sudah tentu sangat membahayakan petugas medis tersebut.


(4)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

1. Besarnya dosis radiasi yang diserap dalam penyinaran sinar – x bergantung pada tegangan yang diberi.

2. Besar paparan radiasi dipengaruhi oleh jarak antara sumber radiasi dengan objek.

3. Nilai proteksi radiasi sangat dipengaruhi besarnya kilovolt yang diberikan karena bahan proteksi radiasi dapat ditembus sinar radiasi jika besar tegangan yang diberikan diatas 70 kilovolt.

4. Nilai dosis radiasi yang terukur dari sinar – x merk hitachi RSUP H. Adam Malik masih dalam ambang batas aman pemakaian karena standar BAPETEN 50 mSv pertahun.

5. Tidak terjadi kebocoran radiasi pada pesawat sinar – x Merk Hitachi yang berada di RSUP H. Adam Malik Medan

5.2 Saran

Sebaiknya dilakukan penelitian untuk bahan – bahan proteksi yang lain agar dapat diketahui kemampuan maksimum bahan tersebut dalam menerima radiasi sehingga diketahui mana yang lebih baik dan aman untuk pemakaian terutama bagi petugas/pegawai yang menangani alat tersebut.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

1. Akhadi,M. 1997. Pengantar Tekhnologi Nuklir. PT.Rineka Cipta Jakarta

2. Anonim. 2012 .Care for Cancer, http//www.terapibrachy.com.Diakses Tahun 2012 Medan

3. Bapeten. 1997. Pendidikan dan PelatihanPetugas Proteksi Radiasi. Jakarta 4. Bapeten. 2005. Petugas Proteksi Radiasi.Jakarta

5. Dwi Suseno, K.S, “Workshop Tentang Batas Toleransi Pengukuran Uji Kesesuaian Pesawat Sinar-x “ Fisika Universitas Indonesia 2008

6.Govinda., Advanced Medical radiation Dosimetry, Prentice Hall of India, 1992. 7. Kadek Subagiada”Pengaruh Source Skin Distance (SSD) Terhadap Profil Dosis

Radiasi Pesawat Sinar-X , 2012

8.Khan, Faiz M., The Physics of radiation Therapy, William & Wilkins, USA, 1994.

9.Syahriar rasad,1990. Radiodiagnostik, Balai Penerbit FKUI. Jakarta

10.Togap Marpaung, Proteksi radiasi Dalam Radiologi. Seminar Keselamatan Nuklir, 2006

11.William R. Hendee, Radiation Therapy Physics, Chicago London, Januari 1984.


(6)

LAMPIRAN

Tegangan (kV) Dosis Radiasi(µSv)

50 46 60 56 70 64 80 74 90 81

Paparan radiasi (µSv) 40 kV paparan 50 kV paparan 60 kV paparan 70 kV paparan 80 kV paparan 1,00 m

0,13 1,00

m

0,22 1,00

m

0,39 1,00

m

0,64 1,00

m

0,81

2,00 m

0,06 2,00

m

0,08 2,00

m

0,15 2,00

m

0,25 2,00

m

0,33

3,00 m

0,02 3,00

m

0,04 3,00

m

0,07 3,00

m

0,12 3,00

m

0,15

4,00 m

0,02 4,00

m

0,02 4,00

m

0,03 4,00

m

0,06 4,00

m

0,09

5,00 m

0,01 5,00

m

0,01 5,00

m

0,02 5,00

m

0,03 5,00

m

0,04

Tegangan (kV) Proteksi radiasi (µSv)

50 0 60 0 70 0,01 80 0,02 90 0,03