c. Juvenile glaucoma, jarang, dimana tekanan meningkat setelah usia 3
tahun sampai sebelum usia 16 tahun. Gonioskopi normal atau adanya trabeculodysgenesis Kanski, 2007.
C. Glaukoma sekunder
Peningkatan tekanan intraokular yang terjadi sebagai suatu manifestasi dari penyakit mata lain disebut glaukoma sekunder. Terapinya adalah
pengontrolan tekanan intraokular dengan cara-cara medis dan bedah, serta mengatasi penyakit yang mendasari apabila mungkin Vaughan, 2008. Yang
termasuk glaukoma sekunder antara lain: perubahan lensa, kelainan uvea, trauma, bedah, rubeosis, steroid dan lain-lain.
D. Glaukoma absolut
Glaukoma absolut merupakan stadium terakhir semua jenis glaukoma disertai kebutaan total. Apabila disertai nyeri yang tidak tertahan, dapat
dilakukan cyclocryo therapy untuk mengurangi nyeri. Seringkali enukleasi merupakan tindakan yang paling efektif. Apabila tidak disertai nyeri, bola mata
dibiarkan Ilyas, 2002.
2.2.4. Diagnosis
Pemeriksaan glaukoma jika hanya dengan memeriksa TIO tidaklah cukup untuk menegakkan diagnosa glaukoma, maka harus dilakukan
pemeriksaan mata lengkap, antara lain American Of Ophthalmology, 2002:
a. Mengukur tekanan intraokular dengan tonometri
Tonometri diperlukan untuk mengukur tekanan bola mata. Dikenal empat cara tonometri, untuk mengetahui tekanan intraokular, yaitu:
- Palpasi atau digital dengan jari telunjuk.
- Indentasi dengan tonometer Schiotz.
- Aplanasi dengan tonometer aplanasi goldman.
- Nonkontak pneumotonometri Ilyas, 2002.
Universitas Sumatera Utara
b. Memeriksa sudut aliran mata dengan gonioskopi
Gonioskopi adalah suatu cara untuk memeriksa sudut bilik mata depan dengan menggunakan lensa kontak khusus. Dalam hal
glaukoma,gonioskopi diperlukan untuk menilai lebar dan sempitnya sudut bilik mata depan Ilyas, 2002.
c. Mengevaluasi ada atau tidaknya kerusakan saraf mata dengan
oftalmoskopi Pemeriksaan fundus mata, khususnya untuk memperhatikan keadaan
papil saraf optik, sangat penting dalam pengelolaan glaukoma kronik. Papil saraf optik yang dinilai adalah warna papil saraf optik dan
lebarnya ekskavasi. Apakah suatu pengobatan berhasil atau tidak dapat dilihat dari ekskavasi yang luasnya tetap atau terus membesar Ilyas,
2002.
d. Pemeriksaan lapangan pandang
Akibat yang ditimbulkan oleh glaukoma dapat dinilai dari kerusakan lapang pandangan oleh karena itu pemeriksaan lapang pandangan
adalah sangat penting. Hasil tajam penglihatan tidak boleh dipakai sebagai patokan untuk menentukan apakah penderita mengidap
glaukoma atau tidak, atau untuk meramalkan tahap lanjutnya glaukoma Ilyas, 2002.
2.2.5. Faktor Resiko
1. Tekanan intraokular yang tinggi;
2. Riwayat keluarga dengan glaukoma;
3. Penyakit penyerta Diabetes dan hipertensi;
4. Rabun dekan dan jauh;
5. Penggunaan kortikosteroid;
6. Riwayat operasi mata dan cedera pada mata American Health
Assistance Foundation, 2010.
Universitas Sumatera Utara
2.2.6. Penatalaksanaan
Pengobatan glaukoma di bagi dalam grup, yaitu Kanski, 2007: a.
Antagonis beta-adrenergik Nonselektif dan selektif; b.
Parasimpatomimetik miotik, termasuk kolinergik dan antikolenesterase;
c. Inhibitor karbonik anhidrase oral dan topikal;
d. Lipid hipotensif, termasuk analog prostaglandin, prostamid, dan
dekonosoid; e.
Kombinasi obat-obatan; f.
Obat hiperosmotik. g.
Iriedoktomi perifer h.
Trabekuloktomi i.
Trabekuloplasti
2.2.6. Pencegahan