Seorang dokter yang bertanggungjawab secara medis dalam penyelenggaraan layanan VCT.
Petugas administrasi untuk data entry yang sudah mengenal ruang lingkup pelayanan VCT.
Petugas jasa kantor atau prakarya kantor. Tenaga lain sesuai kebutuhan, misalnya relawan.
Semua petugas
pelayanan VCT
bertanggung jawab
atas konfidensialitas klien atau pasien. Klien atau pasien akan
menandatangani dokumen konfidensialitas terlebih dahulu yang memuat perlindungan dan kerahasiaan pasien. Pendokumentasian data
harus dipersiapkan secara tepat dan cepat agar memudahkan dalam pelayanan dan rujukan.
D. Struktur Organisasi
Susuan Pengurus Pokja HIV RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung
Gambar 4. Susunan Pengurus
Ketua Dr. Tehar Karo Karo,
Sp.PD Pelaksana Harian
Pj. Klinik KANCA SEHATI Dr. Farah Karina C.HP
Koordinator Klinik KANCA SEHATI Heni Muharawati, S.Kep
Sekretaris Pokja Christie Widya Ningrum, S.Kom
Dewan Pleno
VCT CST
Ketua : Dr. Tehar Karo Karo, Sp. PD
Koord : Heni Muharawati, S.Kep Kons : Dr. Adelina
Siregar Wahyuniari, SST Ns. Viva Magdalena, S.Kep
Lisda Purnama,Amk Lab
: Sofwan Halimi, Amd, Ak RR
: Christie Widya N,S,Kom
Ketua : Dr. Tehar Karo
Karo, Sp.PD Dr Umum
:Dr. Farah Karina, C.HP
Perawat
: Heni Muharawati, S.Kep
Sekretaris
: Christie Widya N,S,Kom
Farmasi
:
Humaida
, SAA Case Manager : Ade Komariah
PMTC Ketua
: Dr. Murdoyo Rahmonoe, Sp.A Dr Obgin
: Dr. Zulkarnaen Husein, Sp. OG Konselor
: Nurhayati, SST Misti Azizah, Amk
RR : Christie Widya N,S,Kom
TB Ketua
: Dr. Nina Marlina, Sp.P
Anggota
: Dr. Eka RR
: Christie Widya N,S,Kom
VI. SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
Berdasarkan pada penjelasan mengenai kualitas pelayanan kesehatan pada penderita HIVAIDS di Rumah Sakit Abdul Moeloek khususnya pelayanan yang
dilakukan di Klinik VCT Kanca Sehati maka dapat disimpulkan bahwa dari kesepuluh indikator yang penulis gunakan, yakni indikator ketampakan fisik,
reliabilitas, responsivitas, kompetensi, kesopanan, kredibilitas, keamanan, akses, komunikasi dan pengertian terdapat 4 empat indikator yang belum bisa
dikatakan berkualitas. Pertama, ketampakan fisik tangible yang meliputi ketersediaan sarana dan
prasarana. Kenyataan yang penulis dapati di lapangan, klinik ini belum memiliki dokter jaga yang sangat dibutuhkan pasien karena kurangnya sumber daya
manusia, tidak adanya ruang pengambilan darah dan ruang laboratorim khusus. Kedua, reliabilitas reliability yang meliputi kemampuan petugas untuk
memberikan pelayanan yang diharapkan dan dijanjikan. Reliabilitas sangat dipengaruhi oleh indikator ketampakan fisik yang secara langsung akan saling
mempengaruhi. Ketiga, responsivitas responsiveness yang tercermin dari ketanggapan petugas dalam menerima kritik dan keluhan serta saran dari pasien.
Tidak tersedianya kotak saran mengurangi objektivitas pasien yang hendak menyampaikan keluhan kepada pihak klinik. Kemudian yang terakhir yakni
kompetensi yang meliputi kesesuaian keterampilan petugas dengan pekerjaan
yang dilakukan. Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan, terdapat ketidaksesuaian keterampilan petugas farmasi dengan latar belakang pendidikan
yang dimiliki. Berdasarkan konsep kualitas yang kemudian dikaitkan dengan pelayanan,
pelayanan yang berkualitas adalah pemberian pelayanan yang melebihi standar serta memenuhi atau bahkan melampaui harapan penerima pelayanan, maka
pemberian pelayanan di Klinik VCT Kanca Sehati Rumah Sakit Abdul Moeleok ini belum dapat dikatakan berkualitas. Pelayanan dapat dikatakan berkualitas
apabila kesepuluh indikator tersebut telah terpenuhi bahkan melampaui harapan sehingga mampu memberikan kepuasan kepada pasien sebagai penerima
pelayanan. Lebih lanjut, hasil analisis penulis berdasarkan tujuh prinsip Paradigma New
Public Service, terdapat dua prinsip yang tidak terpenuhi. Kedua prinsip tersebut ialah kemampuan untuk berpikir strategis dan bertindak demokratis yang masih
belum terpenuhi, Hal tersebut tercermin pada tidak tersedianya kotak saran sebagai sarana penyampai pesan yang paling objektif dan tidak adanya
pengembangan program-program inovatif guna memperbaiki kualitas pelayanan seperti penyuluhan dan sosialisai. Selain itu, keengganan petugas untuk
menyampaikan informasi kepada publik berupa dokumen aset kepemilikan fasilitas klinik, padahal hal tersebut diatur dalam UU No. 142008 tentang
Keterbukaan Informasi Publik.
Selajutnya ialah prinsip memenuhi kepentingan publik. Kenyataan yang penulis
dapatkan di lapangan, klinik VCT Kanca Sehati belum sepenuhnya memenuhi kebutuhan pasien, hal ini tercermin dari ketidaktersediaannya dokter jaga yang
sangat dibutuhkan oleh para pasien. Meskipun sudah seringkali keluhan ini disampaikan, namun belum ada solusi terbaik yang dilakukan oleh pihak
manajemen rumah sakit maupun pihak klinik itu sendiri.
B. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang penulis paparkan, maka penulis memberikan
beberapa saran terkait dengan kegiatan pemberian pelayanan pada penderita HIVAIDS di Rumah Sakit Abdul Moeloek khususnya di Klinik VCT Kanca
Sehati. Adapun saran-saran tersebut antara lain: 1.
Menanggapi keluhan dari pasien mengenai tidak tersedianya dokter jaga di klinik ini, seharusnya pihak klinik mengajukan permohonan kepada pihak
manajemen rumah sakit untuk menyediakan dokter jaga yang sangat dibutuhkan oleh pasien di klinik ini. Sehingga, kebutuhan pasien akan
pengobatan yang dilakukan akan terpenuhi dan tercapai pulalah kepuasan pasien.
2. Keterbatasan sarana dan prasarana yang tersedia yang juga meliputi
ketersediaan sumber daya manusia yang ada, maka secara otomatis akan mempengaruhi kualitas pemberian pelayanan. Hal tersebut, kemudian
berpengaruh pada adanya kesenjangan antara pelayanan yang diharapkan dengan pelayanan yang didapatkan di lapangan.
3. Tidak ada yang salah dengan keberadaan kotak saran terutama pada tempat
pemberian jasa pelayanan. Pada dasarnya kotak saran tersebut akan berisi materi-materi yang berguna untuk memperbaiki mutu pelayanan klinik
tersebut. Keberadaan kotak saran akan menciptakan penyampaian keluhan yang lebih objektif dan jujur sehingga pihak klinik maupun rumah sakit dapat
dengan bijak menyelesaikan keluhan-keluhan yang disampaikan. 4.
Berkaitan dengan ketidaksesuaian keterampilan petugas dengan pekerjaan yang dilakukan, maka sebaiknya pihak rumah sakit mendelegasikan petugas
sesuai dengan latar belakang pendidikannya. Jika permasalahnnya ialah mengenai keterbatasan sumber daya manusia, maka hal tersebut bisa saja
dikordinasikan dengan pihak-pihak terkait seperti misalnya Dinas Kesehatan Provinsi maupun Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
5. Kemudian, penulis menyanyangkan adanya sikap yang kurang transparan dari
petugas klinik ketika penulis hendak mengkonfirmasi kesesuaian data yang didapat di lapangan dengan dokumen yang tercatat milik Klinik VCT Kanca
Sehati. Pada dasarnya penelitian ini bersifat objektif dan independen, guna menilai kualitas pelayanan yang diberikan. Seharusnya petugas lebih
kooperatif dalam membantu penulis melakukan penelitian, karena pada akhirnya hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan yang
positif sebagai bahan perbaikan kepada pihak manajemen rumah sakit.