Latar Belakang Masalah KESIMPULAN DAN SARAN A.

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Seiring dengan tumbuh dan berkembangnya perkekonomian di Indonesia maka muncul para pelaku usaha, dengan bermunculnya pelaku usaha maka ada Konsumen.Dalam ketetapan MPR Tahun 1993 adanya arahan mengenai perlindungan konsumen yaitu untuk melindungi produsen dan konsumen dimana masing masing kepentingan konsumen dan produsen harus dilindungi. Perlu adanya sistem perlindungan untuk melindungi konsumen, perlindungan hukum bagi konsuemn dengan melindungi hak-hak konsumen kemudian dibuatlah Undang Undang No 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen yang selanjutnya disebut UUPK. Perlindungan bagi konsumen merupakan jaminan yang didapatkan oleh para konsumen dari sebuah produk yang telah diproduksi oleh para pelaku usaha didasarkan pada posisi tawar konsumen yang lemah. 1 Untuk mewujudkan perlindungan hukum bagi konsumen negara bertanggung jawab atas pembinaan dan penyelenggaraan perlindungan hukum bagi konsumen dilakukan untuk menciptakaan iklim usaha yang sehat, tujuan dari penyelenggaran, pengembangan dan pengaturan perlindungan hukum bagi konsumen yang direncanakan adalah untuk 1 Nasution, AZ, hukum perlindungan konsumen suatu pengantar, jakarta; diadit media 2006h. 34 2 meningkatkan martabat dan kesadaran konsumen dan juga mendorong pelaku usaha dalam melakukan kegiatan usahanya dengan penuh tanggung jawab. 2 Kepastian hukum untuk memberikan perlindungan kepada konsumen dengan meningkatkan harkat dan martabat konsumen serta membuka akses informasi tentang barang atau jasa bagi konsumen dan menumbuhkan sikap pelaku usaha yang jujur dan bertanggung jawab. 3 Banyaknya produk pangan yang beredar dimasyarakat sehingga membuat para pelaku usaha menggunakan berbagai cara untuk menekan biaya produksi produk pangannya. Beberapa tahun belakangan indonesia digemparkan dengan banyaknya produk pangan olahan yang mengandung zat berbahayadan tidak memnuhi kriteriayang telah ditetapkan oleh Undang – Undang dan Peraturan Pemerintah. produk pangan olahan yang beredar tanpa memiliki izin dan kriteria yang telah diteapkan oleh Undang –Undang Perlindungan konsumen Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungana Konsumen Selanjutnya disebut UUPK merupakan produk yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Penlitian yang dilakukan oleh Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia YLKI terhadap sekitar 50 bakso yang diuji mengandung senyawa kimia boraks didalamnya 4 . Penggunaan kandungan yang dilarang digunakan untuk produk pangan yang dapat merugikan kesahatan konsumen yang mengkonsumsinya. 2 Abdul Halim Barkatullah, hak-hak konsumen bandung : nusa media, 2010 cet. 1 h. 23 3 Adrian sutedi, Tanggung jawab Produk dalam perlindungan Konsumen, bogor; Ghalia 2008 h. 9 4 http:ylki.or.id 3 Berdasarkan UUPK konsumen, mempunya sejumlah hak yang termuat dalam pasal 4 yaitu bahwa konsumen berhak atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam mengkonsumsi suatu barang danatau jasa dan pelaku usaha bertanggung jawab memenuhi kewajibannya untuk memberikan infromasi yang benar, jelas dan jujur megenai kondisi barang danatau jasa tersebut. Kemudian dalam Undang Undng No 7 Tahun 1996 tentang pangan selanjutnya disebut UUP yang mengatur mengenai makanan dan minuman,pengadaan serta, persediaan dan pengadaan pangan. 5 . Indonesia memberikan pengaturan mengenai jenis produk yang dapat digunakan dalam pengolahan produk. Dasar hak hak konsumen secara garis besar hak hak konsumen dibagi menjadi 3 hak yang menjadi prinsip dasar yaitu; 6 1. Hak untuk mencegah konsumen dari kerugian, baik kerugian personal maupun kerugian harta kekayaan 2. Hak untuk memperoleh barang atau jasa dengan harga yang sewajarnya 3. Hak untuk memperoleh penyelesaian yang patut terhadap permasalahaan yang dihadapi Penemuan kasus kasus tersebut banyak ditemukan pada produk pangan yang diproduksi oleh Industri rumah tangga yang komposisinya tidak sesuai 5 NHT. Siahaan, Hukum Konsumen;perlindungan konsumen dan tanggung jawab produk h.139 6 Ahmad miru, prinsip prinsip hukumbagi konsumen surabaya : airlangga 2000 h.140 4 dengan bahan yang digunakan. Dari kasus diatas kurangnya peranan pemerintah dan BPOM dalam mengawasi pelaku usaha yang memperoduksi produk pangan berbahaya tersebut. Sehingga, Produk pangan tersebut dijual bebas di pasar dan dikonsumsi oleh para konsumen, maka kurangnya pengawasaan peredaran produk pangan tersebut agar seluruh proses pengolahan makanan tersebut memenuhi persyaratan keamanan, mutu dan gizi pangan, maka perlu diwujudkan suatu sistem pembinaan dan pengawasan yang efektif dibidang keamanan, mutu dan gizi pangan. Pembinaan terhadap produsen mengandung makna mendorong pelaku usaha supaya bertindak sesuai aturan yang berlaku, baik aturan yang diharuskan undang-undang, kebiasaan maupun kepatutan. 7

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah