Perbuatan Yang Dilarang Bagi Pelaku Usaha

36 Pengertian mengenai bahan tambahan pangan berdasarkan penraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan No. 16 tahun 2013 tentang bahan tambahan pangan pasal 1 ayat 2 adalah: Bahan Tambahan Pangan, selanjutnya disingkat BTP, adalah bahan yang ditambahkan ke dalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan.

E. Perbuatan Yang Dilarang Bagi Pelaku Usaha

Berdasarkan UUPK pelaku usaha dilarang melakukan perbuatan yang sesuai ketentuan Pasal 8 ayat 1 UUPK, pelaku usaha dilarang memproduksi danatau memperdagangkan barang danatau jasa, yaitu: 1. Tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan dan ketentuan peraturan perundang-undangan. 2. Tidak sesuai dengan berat bersih, isi bersih atau netto, dan jumlah dalam hitungan sebagaimana dinyatakan dalam label atau etiket barang tersebut. 3. Tidak sesuai dengan ukuran, takaran, timbangan, dan jumlah dalam hitungan menurut ukuran yang sebenarnya. 4. Tidak sesuai dengan kondisi, jaminan, keistimewaan, atau kemanjuran sebagaimana dinyatakan dalam label, etiket, atau keterangan barang danatau jasa tersebut. 5. Tidak sesuai dengan mutu, tingkatan, komposisi, proses pengolahan, gaya, mode, atau penggunaan tertentu sebagaimana dinyatakan dalam label atau keterangan barang danatau jasa tersebut. 37 6. Tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam label, etiket, keterangan, iklan, atau promosi penjualan barang danatau jasa tersebut. 7. Tidak mencantumkan tanggal kadaluwarsa atau jangka waktu penggunaanpemanfaatan yang paling baik atas barang tertentu. 8. Tidak mengikuti ketentuan berproduksi secara “halal” yang dicantumkan dalam label. 9. Tidak memasang label atau membuat penjelasan barang yang memuat nama barang, ukuran, beratisi bersih atau netto, komposisi, aturan pakai, tanggal pembuatan, akibat sampingan, nama dan alamat pelaku usaha, serta keterangan lain untuk penggunaan yang menurut ketentuan harus dipasangdibuat. 10. Tidak mencantumkan informasi danatau petunjuk penggunaan barang dalam bahasa Indonesia sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku. 38

BAB III TINJAUAN MENGENAI SAUS SAMBAL INDOSARI DAN PRODUK

PANGAN

A. Penemuan Pangan Olahan Saus Sambal Indosari

Porlestabes Bandung mendapatkan laporan dari Masyarakat Warga Bandung Kulon bahwa terdapat salah satu Industri Rumah tangga yang memproduksi saus sambal dengan merek “INDOSARI” dicurigai oleh warga merupakan suatu praktik usaha ilegal warga mencurigai praktik usaha tersebut karena komposisi yang tertera pada abel pangan tersebut tidak sesuai dengan proses pembuatannya. Polrestabes Bandung, Menggerebek Industri rumah tangga produk saus sambal tersebut didapat bahwa dalam proses pembuatan produk saus sambal tidak menggunakan bahan bukan dari cabai atau tomat layaknya kebanyakan saus dan sambal melainkan, Ekstrak cabe atau leoresin capsikum jika digunakan dalam olahan makanan sebagai bahan utama, tidak disertai cabe yang asli sangat membahayakan bagi kesehatan konsumen 1 . Produk sambal yang diproduksi dalam kemasannya tertera komposisi kandungan Garam, cabai, bawang putih, cuka, sunset yellow, sakarin dan natrium benzonat. Adapun bahan-bahan yang digunakan adalah Sambal dan saus ini bahannya dari ampas tapioka onggok 27 kilogram, ekstrak bawang putih 3-4 kilogram, ekstrak cabai leoserin capsikum 0,5 ons, saksrin 50 gram, 1 Berdasarkan Surat Keputusan KA. Badan POM RI No.:HK.00.05.52.4040, Tanggal 9 Oktober 2006 Tentang Kategori Pangan