Menurut The American Marketing Association’s 2004 ada terdapat tiga perspektif
yang dapat mewakili pemasaran yaitu : 1. Pemasaran sebagai kegiatan manajerial, atau apa yang pemasar lakukan
2. Pemasaran sebagai filsafat, seperti dalam organisasi 3. Pemasaran sebagai bidang studi, atau disiplin ilmu
Sedangkan Kotler 1997, mendefinisikan bahwa pemasaran strategis adalah konsep yang menjelaskan tentang keputusan, analisis dan permasalahan pemasaran,
penekanan terhadap pandangan organisasional daripada fungsional. Peran pemasaran berubah seiring dengan kesadaran akan pentingnya pelanggan bagi suatu perusahaan.
Dari definisi mengenai pemasaran di atas dapat disimpulkan bahwa proses pemasaran merupakan suatu system dari kegiatan bisnis yang saling berhubungan dan ditujukan
untuk merencanakan, mendistribusikan dan mempromosikan barang dan jasa yang dilakukan oleh perusahaan untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen dan
bertujuan untuk memuaskan konsumennya. Kunci utama untuk mencapai sasaran organisasi adalah dengan mengenali kebutuhan needs dan keinginan wants dari
pasar sasarannya dan memberikan kepuasan kepada konsumen dengan cara yang lebih efektif dan efisien dibandingkan pesaingnya.
2.2 Loyalitas Pelanggan
Loyalitas secara harfiah diartikan kesetiaan, yaitu kesetiaan seseorang terhadap objek. Mowen dan Minor 1998 mendefinisikan loyalitas sebagai kondisi di mana
pelanggan mempunyai sikap positif terhadap suatu merek, mempunyai komitmen
pada merek tersebut, dan bermaksud meneruskan pembelianya di masa mendatang. Dharmmesta 1999 juga menyebutkan bahwa loyalitas menunjukkan kecenderungan
pelanggan untuk menggunakan suatu merek tertentu dengan tingkat konsistensi yang tinggi.
Kotler 2006 menyebutkan bahwa loyalitas adalah suatu pembelian ulang yang dilakukan oleh seorang pelanggan karena komitmen kepada suatu merek atau
perusahaan. Loyalitas atau kesetiaan pelanggan tidak terbentuk dalam waktu singkat tetapi melalui proses belajar dan pengalaman pembelian secara konsisten sepanjang
waktu. Bila yang didapat sesuai dengan harapan, maka pembelian dilakukan berulang-ulang. Hal tersebut dapat dikatakan sebagai pelanggan loyal, atau
sebaliknya. Sehingga dapat dikatakan bahwa loyalitas dinyatakan dengan presentase dari orang yang pernah membeli dalam jangka waktu tertentu dan melakukan
pembelian ulang sejak pembelian yang pertama. Loyalitas menurut Oliver 1999 adalah ”a deeply held commitment to rebuy or
repatronize a preferred product or service consistently in the future, there by causing repetitive same-brand or same brand-set purchasing, despite situational influences
and marketing efforts having the potential to causes switching behaviour ”. Loyalitas
pelanggan adalah suatu keadaan terdapat komitmen yang kuat dalam pembelian ulang atau penggunaan kembali barang atau jasa secara konsisten, meskipun situasi
pengaruh dan usaha-usaha pemasaran berpotensi untuk menyebabkan perilaku berubah.