Word Of Mouth TINJAUAN PUSTAKA

Jansen 2009 menyebutkan bahwa meskipun mirip dengan bentuk WOM, EWOM menawarkan berbagai cara untuk bertukar informasi, banyak juga diantaranya secara anonim atau secara rahasia. Hal ini dilakukan untuk memberikan kebebasan geografis dan temporal, apalagi EWOM memiliki setidaknya beberapa diantaranya bersifat permanen berupa tulisan. Menurut Arwiedya 2011 dalam media promosi yang berpengaruh terhadap keputusan pembelian salah satunya ialah online word of mouth dengan mengatakan bahwa word of mouth adalah komunikasi interpersonal antara dua bahkan lebih individu seperti anggota kelompok referensi atau konsumen dan tenaga penjual dimana semua orang mempunyai pengaruh atas pembelian terus menerus melalui suatu komunikasi dengan menggukan media internet atau web. Zhang 2010 juga menyebutkan ketika terjadi pertukaran informasi melalui EWOM, konsumen akan melakukan evaluasi terhadap produk. Selain itu, EWOM positif juga dapat mempersuasi pelanggan potensial dan mempengaruhi persepsi konsumen terhadap suatu review produk ataupun produk yang direkomendasikan pelanggan lain. Dengan demikian secara konseptual word of mouth yang Positif dapat dirumuskan sebagai komunikasi interpersonal antara dua bahkan lebih individu yang berefek pada pembentukan citra positif dari suatu produk atau layanan. Menurut Harrison-Walker 2001 dan Brown 2005, komunikasi word of mouth dapat diukur dengan menggunakan indikator-indikator: 1. Frekuensi komunikasi WOM 2. Kesenangan menceritakan pengalam-an yang menyenangkan 3. Meyakinkan orang lain untuk mengkonsumsi suatu produk atau jasa, dan 4. Kesenangan merekomendasikan kepada orang lain Menurut Hasan 2010 karakteristik E-WOM terdiri dari valence, focus, timing, solicition, and intervention. Berikut penjelasan dari karakteristik tersebut : 1. Valence Dari sudut pandang pemasaran, WOM dapat bersifat positif atau negative. Positif WOM terjadi ketika berita baik testimonial dan dukungan yang dikehendaki oleh perusahaan diucapkan. WOM negatif adalah bayangan cermin. Perlu dicatat bahwa apa yang negatif dari sudut pandang perusahaan dapat dianggap sebagai sangat positif dari sudut pandang konsumen. Tidak hanya valensi, tetapi juga volume pasca pembelian WOM yang dipengaruhi oleh manajemen usaha. 2. Focus Pemasaran yang berorientasi pada pasar, focus marketer EWOM adalah konsumen membangun dan memelihara hubungan yang saling menguntungkan dalam berbagai peran utama pelanggan end user sekaligus mediator, pemasok aliansi, karyawan, influencer, rekruitmen, dan komender. Fokus EWOM adalah pelanggan yang puas, mereka akan berkomunikasi dengan calon pelanggan. Dengan kata lain fungsi EWOM adalah menciptakan kesetiaan pelanggan dengan cara mengubah prospek menjadi pelanggan dan seterusnya partner marketing bisnis. 3. Timing Rekomendasi EWOM mungkin baik dilakukan sebelum atau setelah pembelian EWOM dapat beroperasi sebagai sumber penting informasi pada prapembelian, yang umumnya dikenal sebagai masukan EWOM. Pelanggan dapat menjadi EWOM apabila telah melakukan pembelian suatu produk atau pengalaman konsumsi. 4. Solicitation Tidak semua EWOM berasal dari komunikasi pelanggan. EWOM dapat ditawarkan dengan tanpa permohonan, ketika sulit ditemukan talker, WOM dapat ditawarkan tanpa permohonan pelanggan. Namun, ketika otoritas infomasi muncul dari prospek yang mencari masukan lain dari orang pemimpin opini, atau orang yang berpengaruh, maka pemimpin opini menjadi salah satu sasarannya yang dapat direkrut untuk menjadi EWOM marketing jejaring sosial. 5. Intervention Meskipun EWOM secara spontan dapat dihasilkan, semakin banyak perusahaan melakukan intervensi proaktif dalam upaya untuk mendorong dan mengelola aktifitas EWOM. Mengatur EWOM agar dapat beroperasi pada individu atau tingkat organisasi. Individu yang dicari adalah yang dapat mendesain dan menyampaikan EWOM sendiri secara aktif atau yang dapat teladan melayani bagi mereka yang akan mengikuti. Menurut Thurau and Gwinner 2004 electronic word of mouth melalui delapan dimensi sebagai berikut : 1. Platform Assistancepenyedia Bantuan, yaitu frekuensi konsumen dalam kunjungan serta menuliskan opininya. 2. Concern for Otherperhatian terhadap konsumen lain, yaitu keinginan membantu orang lain dalam pengambilan keputusan pembelian. 3. Economic Intensivepenghargaan Ekonomi, yaitu pendorong perilaku manusia sebagai tanda penghargaan dari pemberi hadiah. 4. Helping Companymembantu perusahaan, yaitu keinginan membantu perusahaan sebagai imbalan terhadap perusahaan karena telah puas terhadap produk maupun jasanya. 5. Expressing Positive Emotionsmengekspresikan pengalaman positif, yaitu mengungkapkan perasaan positif serta peningkatan diri setelah memakai produkjasa. 6. Venting Negative Feelingsmelampiaskan perasaan negatif, yaitu berbagi pengalaman yang tidak menyenangkan untuk mengurangi ketidakpuasan. 7. Social Benefitskeuntungan Sosial, yaitu anggapan menerima manfaat sosial dari anggota komunitas. 8. Advice Seekingmencari nasihat, yaitu harapan mendapatkan pemecahan masalah setelah adanya interaksi dengan orang lain.

2.4.2 Perbedaan Electronic Word Of Mouth dan Word Of Mouth

EWOM berbeda dengan WOM tradisional dalam banyak hal yaitu : 1. Komunikasi EWOM melibatkan multi-way exchanges information dalam mode asynchronous Henning, Thurau, 2004 dan dengan berbagai macam teknologi seperti forum diskusi online, electronic bulletin boards, newsgroup, blogs, review site, dan social networking mampu memfasilitasi pertukaran informasi diantara komunikator Christy, 2008. 2. Komunikasi EWOM lebih mudah diakses dan tersedia terus menerus ketimbang Tradisional WOM karena pesan yang disajikan berbasis text sehingga secara teori pesan tersebut tersedia untuk waktu yang tidak terbatas Park, Lee, 2009. 3. Komunikasi EWOM lebih mudah untuk diukur daripada Tradisional WOM. Dengan format presentasi, kuantitas, dan persistant dari EWOM membuat pesan EWOM lebih mudah diamati. 4. Terakhir dalam EWOM, sang penerima pesan memiliki halangan dalam menilai apakah pengirim pesan dan pesan yang diberikan dapat dipercaya atau memiliki kredibilitas pesan yang tinggi.karena dalam lingkungan online, orang-orang hanya dapat menilai kredibilitas seorang komunikator berdasarkan sistem reputasi online seperti online rating, atau website credibility. Secara umum terbentuknya komunitas virtual dalam media sosial yang didalamnya seringkali menimbulkan electronic word of mouth memberikan beberapa manfaat, seperti peningkatan loyalitas pelanggan, penjualan, partisipasi dan umpan balik pelanggan; bertambahnya pengunjung baru; dan sumber informasi pemasaran seperti demografis, psikografis, sikap, dan keyakinan pelanggan terhadap produk, jasa atau isu-isu tertentu. Manfaat-manfaat ini berhubungan erat dengan jasa-jasa yang disediakan pada komunitas virtual, seperti message boards termasuk didalamnya opini dan respon dan aktifitas para anggota komunitas misalnya menyangkut peristiwa yang sedang terjadi, statistik situs tertentu, chatting rooms, jasa e-mail gratis, dan webpage gratis.

2.5 Merek Brand

Para pemasar mengatakan bahwa pemberian merek adalah seni dan bagian paling penting dalam pemasaran. Menurut American Marketing Association merek adalah nama, istilah, tanda, simbol, rancangan, atau kombinasi dari hal-hal tersebut, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari seorang atau kelompok penjual dan untuk membedakannya dari produk pesaing. Kotler, Armstrong 1997 menyebutkan brand atau merek adalah janji penjual untuk menyampaikan kumpulan sifat, manfaat, dan jasa spesifik secara konsisten kepada pembeli. Menurut Aaker 1991 merek adalah “ A distinguishing name and or symbol such as logo,trade mark, or package design intended to identify to goods or services of either one seller of a group of seller, and to differentiate those goods or services from those of competitors”. Suatu merek pada gilirannya memberi tanda pada konsumen mengenai sumber produk tersebut. Di samping itu, merek melindungi, baik konsumen maupun produsen dari para kompetitor yang berusaha memberikan produk-produk yang tampak identik. Merek sebenarnya merupakan janji penjual untuk secara konsisten memberikan keistimewaan, manfaat, dan jasa tertentu kepada pembeli. Merek-merek terbaik memberikan jaminan mutu. Akan tetapi, merek lebih dari sekedar simbol. Kotler 2006 menyebutkan merek dapat memiliki enam level pengertian yaitu sebagai berikut; 1. Atribut: merek mengingatkan pada atribut tertentu. Mercedes memberi kesan sebagai mobil yang mahal, dibuat dengan baik, dirancang dengan baik, tahan lama, dan bergengsi tinggi. 2. Manfaat: bagi konsumen, kadang sebuah merek tidak sekadar menyatakan atribut, tetapi manfaat. Mereka membeli produk tidak membeli atribut, tetapi membeli manfaat. Atribut yang dimiliki oleh suatu produk dapat diterjemahkan menjadi manfaat fungsional dan atau emosional. Sebagai contoh : atribut “tahan lama” diterjemahkan menjadi manfaat fungsional “tidak perlu cepat beli lagi, atribut “mahal“ diterjemahkan menjadi manfaat emosional “bergengsi”, dan lain-lain. 3. Nilai: merek juga menyatakan sesuatu tentang nilai produsen. Jadi, Mercedes berarti kinerja tinggi, keamanan, gengsi, dan lain-lain. 4. Budaya: merek juga mewakili budaya tertentu. Mercedes mewakili budaya Jerman, terorganisasi, efisien, bermutu tinggi. 5. Kepribadian: merek mencerminkan kepribadian tertentu. Mercedes mencerminkan pimpinan yang masuk akal orang, singa yang memerintah binatang, atau istana yang agung objek. 6. Pemakai: merek menunjukkan jenis konsumen yang membeli atau menggunakan produk tersebut. Mercedes menunjukkan pemakainya seorang diplomat atau eksekutif. Pada intinya merek adalah penggunaan nama, logo, trade mark, serta slogan untuk membedakan perusahaan perusahaan dan individu-individu satu sama lain dalam hal apa yang mereka tawarkan. Penggunaan konsisten suatu merek, simbol, atau logo membuat merek tersebut segera dapat dikenali oleh konsumen sehingga segala sesuatu yang berkaitan dengannya tetap diingat. Dengan demikian, suatu merek dapat mengandung tiga hal, yaitu sebagai berikut. 1. Menjelaskan apa yang dijual perusahaan. 2. Menjelaskan apa yang dijalankan oleh perusahaan. 3. Menjelaskan profil perusahaan itu sendiri. Suatu merek memberikan serangkaian janji yang di dalamnya menyangkut kepercayaan, konsistensi, dan harapan. Dengan demikian, merek sangat penting, baik bagi konsumen maupun produsen. Bagi konsumen, merek bermanfaat untuk mempermudah proses keputusan pembelian dan merupakan jaminan akan kualitas. Sebaliknya, bagi produsen, merek dapat membantu upaya upaya untuk membangun loyalitas dan hubungan berkelanjutan dengan konsumen. Persoalan merek menjadi salah satu persoalan yang harus dipantau secara terus menerus oleh setiap perusahaan.Merek-merek yang kuat, teruji, dan bernilai tinggi terbukti tidak hanya sukses mengalahkan hitungan-hitungan rasional, tetapi juga canggih mengolah sisi- sisi emosional konsumen. Merek bisa memiliki nilai tinggi karena ada brand building activity yang bukan sekedar berdasarkan komunikasi, tetapi merupakan segala macam usaha lain untuk memperkuat merek tersebut. Adanya komunikasi, merek bisa menjanjikan sesuatu, bahkan lebih dari janji, merek juga mensinyalkan sesuatu brand signaling. Merek akan mempunyai reputasi jika ia memiliki kualitas dan kharisma. Agar memiliki karisma, merek harus mempunyai aura, harus konsisten, kualitasnya harus dijaga dari waktu ke waktu, selain tentunya juga harus mempunyai kredibilitas. Merek terbaik, tentu suatu merek harus terlihat baik di pasar hingga mampu membuat konsumen tertarik membelinya. Agar terlihat baik, merek tersebut harus memiliki costumer value jauh di atas merek-merek yang lain. Selain itu, harus mampu meningkatkan keterlibatan emosi pelanggan sehingga pelanggan mempunyai ikatan dan keyakinan terhadap merek tersebut.

2.5.1 Kepercayaan Terhadap Merek Brand Trust

Dokumen yang terkait

ANALISIS PENGARUH KUALITAS LAYANAN TERHADAP LOYALITAS PELANGGAN DENGAN KEPUASAN PELANGGAN SEBAGAI VARIABEL MEDIASI (Studi pada London Beauty Center Malang)

4 29 28

PENGARUH EKUITAS MEREK TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN (Studi Pada Toko Roti Shereen Cakes & Bread Di Bandar Lampung)

6 56 65

IMPLIKASI EXPERIENTIAL MARKETING DAN KUALITAS PRODUK TERHADAP LOYALITAS DENGAN DI MEDIASI OLEH KEPUASAN KONSUMEN (Studi pada Mahasiswi Pengguna Pembalut Wanita Merek Charm di Universitas Lampung)

3 35 84

PENGARUH KEPERCAYAAN MEREK TERHADAP LOYALITAS PELANGGAN (Studi pada CV Aan Ibrahim Brother’s di Kota Bandar Lampung)

3 40 59

PENGARUH NILAI KESEHATAN, PENGETAHUAN KONSUMEN, KEPERCAYAAN KONSUMEN DAN ATRIBUT PRODUK TERHADAP WORD OF MOUTH (WOM) NEGATIF PRODUK KOSMETIK QWEENA SKINCARE (Studi pada mahasiswi di Universitas Lampung)

5 33 99

MEMBANGUN LOYALITAS MEREK MELALUI KEPERCAYAAN MEREK, KARAKTERISTIK MEREK, DAN KARAKTERISTIK HUBUNGAN PELANGGAN-MEREK (Studi Pada Pelanggan Bedak Muka Pixy di Bandar Lampung)

2 12 85

PENGARUH DIMENSI KUALITAS LAYANAN DALAM MENCIPTAKAN WORD OF MOUTH (WOM) (Studi Kasus Pada Klinik Kecantikan Kusuma di Bandar Lampung)

2 16 70

IMPLIKASI ELECTRONIC WORD OF MOUTH TERHADAP LOYALITAS PELANGGAN DENGAN DI MEDIASI OLEH KEPERCAYAAN MEREK DAN KEPUASAN KONSUMEN (Studi Pada Mahasiswa/i yang Pernah Berbelanja Online di Bandar Lampung)

13 66 86

PERAN MEDIASI KEPUASAN PADA HUBUNGAN CITRA DAN KEPERCAYAAN DENGAN LOYALITAS PRODUK KOSMETIK LT-PRO LATULIPE

0 0 17

PENGARUH MANAJEMEN HUBUNGAN PELANGGAN DAN KEWAJARAN HARGA TERHADAP LOYALITAS MEREK DIMEDIASI OLEH KEPUASAN KONSUMEN

0 0 13