BAB III TANGGAPAN KELOMPOK PENDUKUNG DAN PENENTANG
UNDANG-UNDANG PORNOGRAFI DAN PORNOAKSI
A. Persepsi Tentang Keadilan dan Kesetaraan Perempuan
Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi adalah Undang-Undang yang diusulkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia DPR-RI yang
bergulir “membola salju” sekaligus banyak menuai kontroversi ditengah-tengah masyarakat Indonesia. Di dalam isi dari Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi
banyak menjelaskan tentang perempuan yang wajib dilindungi oleh Hukum dan peraturan Perundang-undangan. Di dalam isi pasal dari Undang-Undang Pornografi
tersebut di jelaskan juga mengenai sanksi-sanksi yang dikenakan bagi yang melanggar peraturan-peraturan yang tertulis didalam Undang-Undang Pornografi dan
Pornoaksi tersebut. Kemudian didalam isi pasal tersebut selain perlindungan yang didapat oleh perempuan, keadilan dan kesetaraan pun dapat diperoleh oleh
perempuan. Perempuan akan mendapatkan kesetaraan dan keadilan apabila perempuan
dapat menjaga moral diri mereka masing-masing, karena banyaknya prilaku-prilaku yang tidak semena-mena yang dibuat oleh laki-laki. Datangnya prilaku seperti itu
karena si perempuanlah yang mengundang si laki-laki untuk berbuat tindak kriminalitas tersebut. Kemudian jangan mencari kesetaraan dan keadilan tersebut
dengan membanding-bandingkan apa yang dibuat laki-laki, lalu perempuan pun ikut berbuat yang sama seperti apa yang dilakukan oleh laki-laki. Contohnya apabila laki-
laki menggunakan celana pendek kemudian perempuan pun ikut menggunakan celana pendek. apabila perempuan mengikuti seperti itu maka semakin banyak prilaku-
prilaku bejat yang dibuat oleh laki-laki, karena seluruh tubuh perempuan mempunyai
Universitas Sumatera Utara
daya tarik tersendiri dibanding laki-laki. Jadi apabila perempuan tidak berbuat seperti itu dan para perempuan Indonesia bersatu untuk memperjuangkan supaya tidak ada
lagi kebebasan dalam berpakaian, tarian-tarian erotis dan penyimpangan- penyimpangan yang lain maka keadilan dan kesetaraan yang dituntut perempuan akan
didapat sesuai dengan keinginan para perempuan-perempuan Indonesia. Namun ada juga pihak yang menolak dengan adanya undang-undang
pornografi dan pornoaksi, dengan alasan undang-undang ini akan menghambat kebebasan berekspresi, terutama di wilayah kesenian, hiburan dan media massa serta
undang-undang pornografi ini tidak akan sanggup mengakomodasi keragaman budaya Indonesia. Undang-undang tersebut sekaligus bisa mengancam sektor
pariwisata yang menjadi andalan daerah tertentu, seperti Bali, dan Yogyakarta. Adapun beberapa persepsi yang dikemukakan oleh kelompok pendukung dan
penentang
A.1. Persepsi dari Kelompok Majelis Ulama Indonesia MUI Medan Tentang Keadilan dan Kesetaraan Perempuan
Undang-Undang Pornogrrafi dan Pornoaksi banyak menimbulkan tanggapan yang beragam di kalangan masyarakat. Terutama tanggapan dari kelompok Majelis
Ulama Indonesia MUI Medan. Kelompok Majelis Ulama Indonesia menyetujui dan sangat mendukung dengan adanya Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi tesebut.
Karena menurut mereka senjata yang paling ampuh dalam mengatasi tindak kriminalitas seksual, dekadensi moral, kejahatan seksual serta menjalankan ajaran
agama dengan sebaik-baiknya. Seperti yang dikemukakan oleh Burhanuddin, selaku anggota Majelis Ulama Indonesia MUI Medan yang menangani bidang keagamaan
ini “setiap orang dilarang berciuman di muka umum” karena menurutnya berciuman
Universitas Sumatera Utara
dimuka umum akan mengganggu ketertiban masyarakat dan tidak sesuai dengan budaya timur. Selain itu menurutnya hal tersebut tidak sesuai dengan ajaran agama.
Alasan yang lain adalah bahwa goyangan erotis bisa membangkitkan gairah dari si penonton sehingga akibatnya bisa terjadi kejahatan seksual. Hal ini justru akan
mendorong meningkatnya tingkat kriminalitas seksual. Kelompok Majelis Ulama Indonesia MUI Medan menganggap bahwa
pertunjukkan seks, adalah suatu pertunjukkan yang tidak memiliki nilai pendidikan yang baik bagi penontonnya, mereka menganggap bahwa menonton pertunjukkan
seks sangat dilarang oleh agama karena dapat menimbulkan kemaksiatan. Seharusnya kegiatan seni hanya dipertunjukkan di gedung kesenian, sehingga kegiatan seni yang
tidak pantas ditonton oleh anak-anak tidak mempengaruhi anak-anak itu sendiri. Karena dalam kategori usia anak-anak tersebut belum dewasa, belum bisa
membedakan antara seni dan pornografi. Kelompok Majelis Ulama Indonesia MUI Medan menganggap tubuh
perempuan menjadi salah satu faktor munculnya tindak kejahatan seksual di tengah masyarakat. Dengan semakin banyaknya perempuan yang mengumbar aurat maka
akan semakin banyaknya tindak kejahatan seksual. Di dalam Undang-Undang Pornografi terdapat perlindungan dan keadilan
yang di dapat perempuan, tetapi jangan mencari keadilan dengan mencontohkan laki- laki dan membandingkan prilaku yang dibuat laki-laki. Perempuan seluruh tubuhnya
mempunyai daya tarik tersendiri, jadi kalau perempuan yang membuat seperti itu bagaimana keadilan itu akan terlaksana karena perempuan itu sendiri yang
mengundang laki-laki untuk berbuat kejahatan. Jadi bila perempuan itu menutup auratnya kesetaraan dan keadilan itu akan di dapat oleh perempuan. hal ini
sebagaimana yang telah disampaikan Bapak Burhanuddin.
Universitas Sumatera Utara
“
Bapak Burhanuddin menyatakan, di dalam isi dari pasal tersebut selain perlindungan, kesetaraan, dan keadilan yang ada di pasal tersebut. ya, supaya
perempuan tersebut menjaga moral masing-masing. jangan mencari keadilan dengan mencontohkan laki-laki memakai elana pendek kemudian perempuan
pun ikut memakai celana pendek. perempuan seluruh tubuhnya mempunyai daya tarik, jadi kalau perempuan yang membuat seperti itu. ya, gimana
keadilan itu bakal terlaksana karena perempuan itu sendiri yang mengundang laki-laki untuk berbuat kejahatan. jadi bila perempuan itu menutup auratnya
kesetaraan dan keadilan itu akan di dapat oleh perempuan”
42
“
Bapak Mohd. Hatta menyatakan, dengan adanya Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi tersebut maka dapat mengakomodasi keanekaragaman budaya
di Indonesia. kemudian dia menganggap tidak ada hambatan bagi etnis manapun di Indonesia dalam menjalankan kebudayaan karena setiap orang
masih bisa melakukan kegiatan apa saja sesuai dengan adat budayanya masing- masing”.
Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi tersebut mampu mengakomodasi keanekaragaman budaya di Indonesia.Mohd. Hatta, menganggap tidak ada hambatan
bagi etnis manapun di Indonesia dalam menjalankan kebudayaannya.karena setiap orang masih bisa melakukan kegiatan apa saja sesuai dengan adat budanyanya
masing-masing. hal ini sebagaimana yang telah disampaikan Bapak Mohd. Hatta.
43
Pihak Majelis Ulama Indonesia MUI Medan, menganggap Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi tersebut dapat melindungi kaum perempuan dari tindak
kejahatan seksual dengan menerapkan peraturan atau larangan bagi perempuan untuk mengenakan pakaian yang minim. Mereka mengatakan dengan menutup aurat
perempuan akan menghargai dirinya sendiri. Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi mampu menekan tingkat kriminalitas seksual, mereka mengatakan apabila
perempuan mengenakan pakaian tertutup maka keinginan lawan jenisnya untuk melakukan kejahatan seksual akan dapat diredam. Selain itu, dengan adanya larangan
42
wawancara dengan Bapak. Drs.Burhanuddin Damanik, sekretaris Komisi Ukhuwah dan kerukunan antar umat beragama, di kantor Sekretariat MUI Medan, pada tanggal: 26 Mei 2009.
43
Wawancara dengan Bapak Mohd. Hatta, di Sekretariat MUI Medan, pada tanggal: 26 Mei 2009.
Universitas Sumatera Utara
mengenai tarian atau goyangan erotis maka tindakan yang menaikkan birahi akan dapat diminimalisir sehingga tindak pemerkosaan tidak akan terjadi.
A.2. Persepsi dari Kelompok Komisi A Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD Sumatera Utara Tentang Keadilan dan Kesetaraan Perempuan
Namun Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi tidak hanya mendatangkan tanggapan yang mendukung saja, tetapi ada kelompok lain yang mempunyai
tanggapan yang menentang terhadap Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi tersebut. Kelompok Komisi A Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD Sumatera
Utara, menyatakan tidak semua anggota Fraksi Komisi A yang tidak menentang. Tetapi, ada satu fraksi yang menentang dengan adanya Undang-Undang Pornografi
dan Pornoaksi. Penentang tersebut dari Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan atau yang sering disebut dengan PDI-P. mereka menentang dengan adanya Undang-
Undang Pornografi dan Pornoaksi. Tidak terdapatnya arti kata porno dalam kamus Bahasa Indonesia. Mereka
mengaku tidak ada kata porno dalam kamus Bahasa Indonesia. Mereka mengaku tidak tahu tentang arti kata porno yang dijabarkan dalam Undang-Undang Pornografi
dan Pornoaksi ini. Bapak Zakaria yang sekaligus menjadi ketua Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD Sumatera Utara
ini menganggap arti karta porno yang dijabarkan dalam Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi ini terkesan sangat rancu. Pada dasarnya, menurut kalangan yang tidak
tahu arti porno, porno atau tidaknya sesuatu tidak bisa dinilai dengan pemikiran yang konvensional dan negatif. Namun bila dilihat dengan menggunakan logika berpikir
yang positif sesuatu belum tentu porno namun bisa dikatakan memiliki nilai seni yang cukup tinggi.
Universitas Sumatera Utara
Porno adalah sesuatu yang relatif tergantung dari mata yang memandang. Bisa saja lukisan orang tanpa mengenakan busana oleh masyarakat awam dikatakan porno
dan merusak moral orang yang melihatnya justru dianggap memiliki nilai seni yang luar biasa. Sedangkan larangan terhadap setiap orang yang berciuman bibir dimuka
umum dianggap mereka adalah hal yang wajar dilakukan. Di beberapa Negara maju, berciuman bibir menjadi salah satu budaya orang yang memiliki kedekatan satu sama
lain baik itu berlawanan jenis, laki-laki dan peremuan atau sesama jenis. Bukan berarti orang yang melakukan hal tersebut adalah orang-orang yang tidak memiliki
moral. Selain itu, berciuman bibir adalah hak setiap individu dalam mengungkapkan kasih sayang kepada lawan jenis atau sesama jenisnya. Hal ini sebagaimana yang
telah disampaikan oleh Bapak Zakaria Bangun. “Bapak Zakaria menyatakan,
Tidak terdapatnya arti kata porno dalam kamus Bahasa Indonesia. Mereka mengaku tidak ada kata porno dalam kamus Bahasa
Indonesia. dia mengaku tidak tahu tentang arti kata porno yang dijabarkan dalam Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi ini menganggap arti karta
porno yang dijabarkan dalam Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi ini terkesan sangat rancu. Pada dasarnya, menurut kalangan yang tidak tahu arti
porno, porno atau tidaknya sesuatu tidak bisa dinilai dengan pemikiran yang konvensional dan negatif. Namun bila dilihat dengan menggunakan logika
berpikir yang positif sesuatu belum tentu porno namun bisa dikatakan memiliki nilai seni yang cukup tinggi. Porno adalah sesuatu yang relatif tergantung dari
mata yang memandang. Bisa saja lukisan orang tanpa mengenakan busana oleh masyarakat awam dikatakan porno dan merusak moral orang yang melihatnya
justru dianggap memiliki nilai seni yang luar biasa. Sedangkan larangan terhadap setiap orang yang berciuman bibir dimuka umum dianggap mereka
adalah hal yang wajar dilakukan. Di beberapa Negara maju, berciuman bibir menjadi salah satu budaya orang yang memiliki kedekatan satu sama lain baik
itu berlawanan jenis, laki-laki dan peremuan atau sesama jenis. Bukan berarti orang yang melakukan hal tersebut adalah orang-orang yang tidak memiliki
moral. Selain itu, berciuman bibir adalah hak setiap individu dalam mengungkapkan kasih sayang kepada lawan jenis atau sesama jenisnya”.
44
Hak seseorang juga apabila seseorang individu ingin menyaksikan pertunjukkan seks. Seks pada saat itu bukanlah sebagai sesuatu yang tabu untuk
dibicarakan. Pada dasarnya setiap orang membutuhkan pendidikan seks untuk dirinya
44
Wawancara dengan Bapak Zakaria Bangun, di DPRD SUMUT, pada tanggal, 29 Mei 2009
Universitas Sumatera Utara
sendiri. Pendidikan seks itu sendiri berguna untuk menekan tingkat kehamilan diluar nikah yang sekarang ini banyak terjadi di Indonesia. Dengan pendidikan seks,
penyebaran penyakit kelamin juga dapat ditekan. Pada hakikatnya kegiataan seni bisa dilakukan dimanapun. Kegiatan seni
misalnya, hak setiap orang untuk mendapatkan hiburan dari sebuah pertunjukan seni. Dengan membatasi ruang gerak bagi kaum seniman atau pencinta seni, maka
Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi ini sudah melanggar hak-hak asasi manusia dalam mendapatkan kebebasan untuk memenuhi kebutuhannya.
Sedangkan masalah moral adalah masalah masing-masing individu sehingga tidak perlu campur tangan pemerintah dalam menangani moral masing-masing orang.
Selain itu, seharusnya pemerintah tidak boleh memasuki ruang pribadi dari seseorang apalagi sampai mengatur moral seseorang.
Namun didalam Undang-Undang Pornografi tersebut, tidak terdapatnya kesetaraan dan keadilan yang didapat dari perempuan karena pihak perempuanlah
yang selalu di pojokkan dan di salah-salahkan, padahal semua itu kesalahan dari laki- lakinya yang memang otaknya yang bejat tidak bisa menahankan nafsunya. Untuk
berbuat yang tidak semena-mena dengan perempuan, tidak semua tindakan pemerkosaan atau tindakan lainnya yang dibuat laki-laki itu semua akibat dari tingkah
laku para perempuan. Hal ini sebagaimana yang telah disampaikan oleh Bapak Zakaria Bangun.
“
Bapak Zakaria Bangun menyatakan, di dalam Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi tersebut, tidak terdapatnya kesetaraan dan keadilan
yang didapat dari perempuan karena pihak perempuanlah yang selalu dipojokkan dan
disalah-salahkan, padahal semua itu kesalahan dari laki-lakinya yang memang otaknya yang bejat tidak bisa menahankan nafsunya. untuk
berbuat yang tidak semena-mena dengan perempuan, tidak semua tindakan pemerkosaan dan tindakan lainnya yang dibuat laki-laki itu
semua akibat dari tingkah aku perempuan”.
45
45
wawancara dengan Bapak Zakaria Bangun, di DPRD SUMUT, pada tanggal: 29 Mei 2009.
Universitas Sumatera Utara
Sebuah Undang-Undang seharusnya ditaati oleh semua warga Negara di semua wilayah kepulauan Republik Indonesa tanpa terkecuali. Dengan menetapkan
pengecualian daerah-daerah tertentu, seperti Bali, Yogyakarta dan Batam, menyebabkan ketidakadilan terhadap daerah lainnya. Komisi A, menganggap dengan
menetapkan pengecualian, pemerintah tidak tegas dalam menjalankan kebijakannya dan melanggar supremasi hukum.
Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi tidak menjamin penekanan tingkat kriminalitas seksual ditengah-tengah masyarakat. Tidak ada jaminan mutlak bahwa
Undang-Undang ini mampu menekan tingkat kriminalitas seksual apabila di terapkan di Indonesia. Apalagi di Medan malah semakin sulit untuk di terapkannya Undang-
Undang Pornografi dan Pornoaksi tersebut. Dalam masalah penekanan tingkat kriminalitas seksual, sudah seharusnya diemban oleh aparat hukum dalam
menjalankan tugasnya. Penekanan tingkat kriminalitas seksual tidak terletak pada Undang-Undangnya akan tetapi terletak pada aparat yang menjalankan tugasnya
dengan baik. Hal ini sebagaimana yang telah disampaikan oleh Bapak Zakaria Bangun.
“Zakaria menyatakan,
Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi tidak menjamin penekanan tingkat kriminalitas seksual ditengah-tengah masyarakat.
Tidak ada jaminan mutlak bahwa Undang-Undang ini mampu menekan tingkat kriminalitas seksual apabila di terapkan di Indonesia. Apalagi di Medan malah
semakin sulit untuk di terapkannya Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi tersebut. Dalam masalah penekanan tingkat kriminalitas seksual, sudah
seharusnya diemban oleh aparat hukum dalam menjalankan tugasnya. Penekanan tingkat kriminalitas seksual tidak terletak pada Undang-Undangnya
akan tetapi terletak pada aparat yang menjalankan tugasnya dengan baik”.
46
Dengan adanya Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi tidak menjamin apapun selain terjadinya perpecahan dalam masyarakat, serta diskriminasi yang
46
Wawancara dengan Bapak Zakaria Bangun di DPRD SUMUT, pada tanggal: 29 Mei 2009.
Universitas Sumatera Utara
semakin menguat terhadap kaum perempuan. Selain itu, Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi hanya menjalankan satu aliran budaya yang tidak bisa diterapkan
dalam kebudayaan masyarakat yang majemuk di Kota Medan.
B. Tanggapan Kelompok Pendukung dan Penentang Tentang Isi Pasal Undang- Undang Pornografi dan Pornoaksi
Sampai sekarang Kelompok Majelis Ulama Indonesia MUI Medan tidak mengetahui isi pasal dari Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi. Kelompok
Majelis Ulama Indonesia MUI Medan hanya mengetahui isi pasal dari media. Jadi kelompok Majelis Ulama Indonesia MUI tidak mengetahui apa yang mau disetujui
atau tidak dengan isi pasal dari Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi tersebut. Mengenai kesetaraan dan keadilan apa yang di dapat perempuan dari isi pasal
Undang-Undang Pornografi, Mohd. Hatta, tidak bisa memberikan gambaran seperti apa kesetaraan dan keadilan yang di dapat oleh perempuan. Hal ini sebagaimana yang
telah disampaikan oleh Bapak Mohd. Hatta. “
Mohd. Hatta menyatakan, sampai sekarang Undang-Undang Pornografi belum ada sampai di meja kita hanya dari media massa saja yang saya ketahui
tentang Undang-Undang tersebut. sampai sekarang saya belum mengetahui isi pasal dari Undang-Undang tersebut. jadi apa yang mau saya setujui atau tidak
setujui dengan isi pasal dari Undang-Undang Pornografi. Mengenai kesetaraan dan keadilan apa yang di dapat perempuan, saya tidak bisa memberikan
gambaran seperti kesetaraan dan keadilan yang di dapat oleh perempuan”.
47
Dengan isi pasal dari Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi ini. Burhanuddin menyatakan, percuma saja isi pasal tersebut dibuat tapi tidak ada
pelaksanaannya karena masih banyak juga yang melakukan penyimpangan- penyimpangan. Bahwa tubuh perempuan mampu mengundang hasrat seksual
terhadap lawan jenisnya sehingga ini akan mengganggu pribadi seseorang. Dalam
47
Wawancara dengan Bapak Mohd. Hatta di Sekretariat MUI, pada tanggal: 26 Mei 2009.
Universitas Sumatera Utara
membahas sanksi-sanksi yang terdapat dalam Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi. Burhanuddin menganggap, bahwa sanksi-sanksi yang dikenakan kepada
orang yang melanggar Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi haruslah dihukum seberat mungkin karena masalah moral menyangkut kelangsungan kehidupan
bernegara. Pelanggaran Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi sama dengan pelanggaran hukum-hukum agama sehingga sudah sepantasnya mendapatkan
hukuman yang seberat-beratnya. Hal ini sebagaimana yang telah disampaikan oleh Bapak Burhanuddin.
“Bapak Burhanudin menyatakan,
Dengan isi pasal dari Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi ini. Burhanuddin menyatakan percuma saja isi pasal
tersebut dibuat tapi tidak ada pelaksanaannya karena masih banyak juga yang melakukan penyimpangan-penyimpangan. Bahwa tubuh perempuan mampu
mengundang hasrat seksual terhadap lawan jenisnya sehingga ini akan mengganggu pribadi seseorang. Dalam membahas sanksi-sanksi yang terdapat
dalam Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi. Burhanuddin, menganggap bahwa sanksi-sanksi yang dikenakan kepada orang yang melanggar Undang-
Undang Pornografi dan Pornoaksi haruslah dihukum seberat mungkin karena masalah moral menyangkut kelangsungan kehidupan bernegara. Pelanggaran
Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi sama dengan pelanggaran hukum- hukum agama sehingga sudah sepantasnya mendapatkan hukuman yang
seberat-beratnya”.
48
Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi tersebut mampu mengakomodasi keanekaragaman budaya di Indonesia, tidak ada hambatan bagi etnis manapun di
Indonesia dalam menjalankan kebudayaannya. Karena setiap orang masih bisa Mengenai isu-isu lain diluar pasal-pasal yang diatur seperti isu perlu atau
tidaknya pemerintah ikut campur dalam masalah moral warga Negaranya. Kelompok Majelis Ulama Indonesia MUI Medan, mengganggap permasalah moral tidak hanya
bergantung pada kepercayaan masing-masing saja, namun dalam hal ini pemerintah juga seharusnya turun tangan dalam menangani permasalahan moral warga
Negaranya.
48
Wawancara dengan Bapak Drs. Burhanuddin Damanik, di Sekretariat MUI Medan, pada tanggal: 26 Mei 2009.
Universitas Sumatera Utara
melakukan kegiatan sesuai dengan alat budayanya, walaupun sampai sekarang saya tidak mengetahui isi pasal dari Undang-Undang tersebut. Hal ini yang sebagaimana
telah disampaikan oleh Bapak Mohd. Hatta. “Mohd. Hatta menyatakan, bahwa Undang-Undang Pornografi dan
Pornoaksi tersebut mampu mengakomodasi keanekaragaman budaya di Indonesia, tidak ada hambatan bagi etnis manapun di Indonesia dalam
menjalankan kebudayaannya. Karena setiap orang masih bisa melakukan kegiatan seni sesuai dengan alat budayanya, walaupun sampai sekarang
saya tidak mengetahui isi pasal dari Undang-Undang tersebut”.
49
Pada pasal Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi bahwa hal-hal sensual hanya menyangkut sebagian tubuh perempuan. Zakaria menyatakan, tidak menyetujui
dengan isi pasal dari Undang-Undang tersbut. tidak hanya bagian tubuh perempuan yang bisa dianggap sensual. Namun, sebagian tubuh laki-laki juga memiliki daya
tarik yang dapat membangkitkan syahwat. Selain itu dalam pasal Undang-Undang tersebut pemerintah justru menyudutkan posisi perempuan sebagai “biang keladi”
dari maraknya kejahatan sensual yang terjadi. Padahal belum tentu kesalahan terletak Pihak Majelis Ulama Indonesia Medan, menganggap Undang-Undang
Pornografi dan Pornoaksi tersebut dapat melindungi kaum perempuan dari tindak kejahatan seksual dengan menerapkan peraturan atau larangan bagi perempuan untuk
mengenakan pakaian yang minim. Mereka mengatakan dengan menutup aurat perempuan akan menghargai dirinya sendiri. Undang-Undang Pornografi dan
Pornoaksi mampu menekan tingkat kriminalitas seksual. Mereka mengatakan apabila perempuan mengenakan pakaian tertutup maka keinginan lawan jenisnya untuk
melakukan kejahatan seksual akan dapat diredam. Selain itu, dengan adanya larangan mengenai tarian atau goyangan erotis maka tindakan yang menaikkan birahi akan
dapat diminimalisir sehingga tindak pemerkosaan tidak akan terjadi.
49
Wawancara dengan Bapak Mohd. Hatta, di Sekretariat MUI Medan, pada tanggal 26 Mei 2009.
Universitas Sumatera Utara
pada seorang perempuan saja, akan tetapi moral si pemerkosa yang pada dasarnya sudah bejat. Hal ini yang sebagaimana telah disampaikan oleh Bapak Zakaria
Bangun.
“Bapak Zakaria menyatakan, Pada pasal Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi bahwa hal-hal sensual hanya menyangkut sebagian tubuh
perempuan. saya, tidak menyetujui dengan isi pasal dari Undang-Undang tersbut. tidak hanya bagian tubuh perempuan yang bisa dianggap sensual.
Namun, sebagian tubuh laki-laki juga memiliki daya tarik yang dapat membangkitkan syahwat. selain itu dalam pasal Undang-Undang tersebut
pemerintah justru menyudutkan posisi perempuan sebagai “biang keladi” dari maraknya kejahatan sensual yang terjadi. padahal belum tentu kesalahan
terletak pada seorang perempuan saja, akan tetapi moral si pemerkosa yang pada dasarnya sudah bejat”.
50
“Bapak Zakaria menyatakan, Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi tidak mampu mengakomodasi keanekaragaman budaya. hal ini dapat dilihat dari
beberapa pasalnya yang mengatakan perempuan yang seharusnya menutup aurat. kata aurat hanya diketahui oleh sebagian kalangan saja. sedangkan
kalangan lain masih meraba-raba maksud dari menutup aurat. selain itu, Undang-Undang ini mengacu pada aturan budaya tanpa memperdulikan
budaya lain. sehingga semua masyarakat seolah-olah disamaratakan dengan satu budaya”.
Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi tidak mampu mengakomodasi keanekaragaman budaya. Hal ini dapat dilihat dari beberapa pasalnya yang
mengatakan perempuan yang seharusnya menutup aurat. kata aurat hanya diketahui oleh sebagian kalangan saja. sedangkan kalangan lain masih meraba-raba maksud
dari menutup aurat. selain itu, Undang-Undang ini mengacu pada aturan budaya tanpa memperdulikan budaya lain. Sehingga semua masyarakat seolah-olah disamaratakan
dengan satu budaya. Hal ini yang sebagaimana telah disampaikan oleh Bapak Zakaria Bangun.
51
Sebuah Undang-Undang seharusnya di taati oleh semua warga Negara di semua wilayah kepulauan Republik Indonesia tanpa terkecuali. Dengan menetapkan
pengecualian bagi daerah-daerah tertentu seperti Bali, Yogyakarta dan Batam,
50
Wawancara dengan Bapak Zakaria Bangun, di DPRD SUMUT, pada tanggal: 29 Mei 2009.
51
Wawancara dengan Bapak Zakaria Bangun, di DPRD SUMUT, pada tanggal: 29 Mei 2009.
Universitas Sumatera Utara
menyebabkan ketidakadilan terhadap daerah lainnya. Zakaria menganggap, dengan menetapkan pengecualian, pemerintah tidak tegas dalam menjalankan kebijakannya
dan melanggar supremasi hukum. Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi tidak menjamin penekanan tingkat
kriminalitasseksual di tengah-tengah masyarakat. Tidak ada jaminan mutlak bahwa Undang-Undang ini mampu menekan tingkat kriminalitas seksual apabila di terapkan
di Indonesia. Apalagi di Medan malah semakin sulit untuk diterapkannya Undang- Undang Pornografi dan Pornoaksi tersebut. Dalam masalah penekanan tingkat
kriminalitas seksual, sudah seharusnya diemban oleh aparat hukum dalam menjalankan tugasnya. Penekanan tingkat kriminalitas seksual tidak terletak pada
Undang-Undangnya akan tetapi terletak pada aparat yang menjalankan tugasnya dengan baik. Hal ini sebagaimana yang telah disampaikan oleh Bapak Zakaria
Bangun.
“Menurut Zakaria, Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi tidak menjamin penekanan tingkat kriminalitasseksual di tengah-tengah masyarakat. Tidak ada
jaminan mutlak bahwa Undang-Undang ini mampu menekan tingkat kriminalitas seksual apabila di terapkan di Indonesia. apalagi di Medan malah
semakin sulit untuk diterapkannya Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi tersebut. dalam masalah penekanan tingkat kriminalitas seksual, sudah
seharusnya diemban oleh aparat hukum dalam menjalankan tugasnya. Penekanan tingkat kriminalitas seksual tidak terletak pada Undang-Undangnya
akan tetapi terletak pada aparat yang menjalankan tugasnya dengan baik”.
52
Pemerintah pusat harus benar-benar melaksanakan dan mensosialisasikan Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi tersebut ke masyarakat. Apabila Undang-
Undang Pornografi dan Pornoaksi tidak terlaksana maka pemerintah hanya melakukan pemborosan uang Negara Pembohongan Publik. Lebih baik uang yang
C. Tanggapan Kelompok Pendukung dan Penentang Tentang Peran Negara Dalam Menangani Masalah Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi
52
Wawancara dengan Bapak Zakaria Bangun, di DPRD SUMUT, pada tanggal: 29 Mei 2009.
Universitas Sumatera Utara
digunakan untuk pembuatan Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi tersebut digunakan untuk warga Negara yang miskin dan tertimpa bencana. Apabila Undang-
Undang Pornografi dan Pornoaksi ini benar-benar dilaksanakan dan diterapkan kepada masyarakat maka moral masyarakat khususnya perempuan akan terjaga dan
terlindungi oleh pemerintah. Supaya dapat berkurang tindak kriminalitas seksual di
Indonesia. Hal ini yang sebagaimana telah disampaikan oleh Bapak Mohd. Hatta.
“Mohd. Hatta menyatakan. Pemerintah pusat harus benar-benar melaksanakan dan mensosialisasikan Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi tersebut ke
masyarakat. Apabila Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi tidak terlaksana maka pemerintah hanya melakukan pemborosan uang Negara
Pembohongan Publik. lebih baik uang yang digunakan untuk pembuatan Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi tersebut digunakan untuk warga
Negara yang miskin dan tertimpa bencana. apabila Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi ini benar-benar dilaksanakan dan diterapkan kepada masyarakat
maka moral masyarakat khususnya perempuan akan terjaga dan terlindungi oleh pemerintah. supaya dapat berkurang tindakan kriminalitas seksual di
Indonesia”.
53
“Bapak Burhanuddin menyatakan, Segera berlakukan Undang-Undang tersebut, jangan hanya pembuatannya saja yang dibuat pemerintah, tapi
pelaksanaannya tidak ada. Undang-Undang Pornografi hanya mengambang begitu saja, karena tidak jelas pelaksanaannya oleh pemerintah.Undang-
Segera berlakukan Undang-Undang tersebut, jangan hanya pembuatannya saja yang dibuat pemerintah, tapi pelaksanaannya tidak ada. Undang-Undang Pornografi
hanya mengambang begitu saja, karena tidak jelas pelaksanaannya oleh pemerintah.Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi tersebut bukan hanya
kepentingan Umat Islam saja, tapi banyak agama lain yang setuju dengan adanya Undang-Undang tersebut. Karena semakin banyaknya penyimpangan-penyimpangan
seperti pakaian-pakaian terbuka dan tontonan-tontonan yang semakin menjadi-jadi. apabila sampai seterusnya penanganan dari pemerintah tidak ada sama sekali maka
tinggal kitanya yang menerapkan dan menjaga moral kepada diri kita masing-masing. Hal ini yang sebagaimana telah disampaikan oleh Bapak Burhanuddin .
53
Wawancara dengan Bapak Mohd. Hatta, di Sekretariat MUI Medan, pada tanggal, 26 Mei 2009.
Universitas Sumatera Utara
Undang Pornografi dan Pornoaksi tersebut bukan hanya kepentingan Umat Islam saja, tapi banyak agama lain yang setuju dengan adanya Undang-Undang
tersebut. Karena semakin banyaknya penyimpangan-penyimpangan seperti pakaian-pakaian terbuka dan tontonan-tontonan yang semakin menjadi-jadi.
apabila sampai seterusnya penanganan dari pemerintah tidak ada sama sekali maka tinggal kitanya yang menerapkan dan menjaga moral kepada diri kita
masing-masing”.
54
“Zakaria menyatakan, tidak ada sama sekali peran Negara Pemerintah dalam melaksanakan Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi tersebut hanya
pembuatan Undang-Undangnya saja yang dibuat tetapi pelaksanaannya tidak ada. tidak jelas hasil dari Undang-Undang tersebut. Zakaria menganggap,
pemerintah hanya melakukan pemborosan, karena Undang-Undang tersebut tidak jelas hasilnya sampai sekarang. Sebenarnya tindak kriminalitas tidak
terletak pada Undang-Undang tetapi terletak pada aparat yang tidak menjalankan tugasnya dengan baik. kebanyakan yang banyak mengambil
kesempatan untuk melakukan tindak kriminalitas terhadap perempuan itu pihak aparatnya. Jadi yang harus dilakukan oleh Negara memberi ganjaran kepada
aparat supaya mereka lebih menghargai moral para perempuan. Jangan hanya dengan gampangnya untuk melakukan tindakan yang semena-mena terhadap
perempuan”.
Namun Zakaria menyatakan, tidak ada sama sekali peran Negara Pemerintah dalam melaksanakan Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi tersebut hanya
pembuatan Undang-Undangnya saja yang dibuat tetapi pelaksanaannya tidak ada. tidak jelas hasil dari Undang-Undang tersebut. Zakaria menganggap, pemerintah
hanya melakukan pemborosan, karena Undang-Undang tersebut tidak jelas hasilnya sampai sekarang. Sebenarnya tindak kriminalitas tidak terletak pada Undang-Undang
tetapi terletak pada aparat yang tidak menjalankan tugasnya dengan baik. Kebanyakan yang banyak mengambil kesempatan untuk melakukan tindak
kriminalitas terhadap perempuan itu pihak aparatnya. Jadi yang harus dilakukan oleh Negara memberi ganjaran kepada aparat supaya mereka lebih menghargai moral para
perempuan. Jangan hanya dengan gampangnya untuk melakukan tindakan yang semena-mena terhadap perempuan.
55
54
Wawancara dengan Bapak Drs. Burhanuddin Damanik, di Sekretariat MUI Medan, pada tanggal 26 Mei 2009
55
Wawancara dengan Bapak Zakaria Bangun, di DPRD SUMUT, pada tanggal: 29 Mei 2009.
Universitas Sumatera Utara
D. Prilaku Antara Kelompok Yang Mendukung dan Menentang Undang- Undang Pornografi dan Pornoaksi