BAB II : PROSES PENETAPAN UNDANG-UNDANG ANTI
PORNOGRAFI DAN PORNOAKSI SUMATERA UTARA
Bab ini akan menguraikan tentang proses pembuatan Undang- Undang Anti Pornografi dan Pornoaksi secara umum dan
memberikan gambaran masalah yang terjadi setelah adanya Undang- Undang Anti Pornografi dan Pornoaksi tersebut.
BAB III : TANGGAPAN KELOMPOK PENDUKUNG DAN PENEN
TANG UNDANG-UNDANG PORNOGRAFI DAN PORNO AKSI.
Pada bab ini akan dijabarkan secara garis besar bagaimana tanggapan dari masyarakat secara umum. Kemudian tanggapan dan
pandangan Majelis Ulama Indonesia dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah tentang kebebasan dan keadilan perempuan. Kemudian
bagaimana pandangan mereka tentang peran negara dalam mengatasi permasalahan perempuan dalam Undang-Undang Anti Pornografi
dan Pornoaksi.
BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini merupakan bab terakhir dari penulisan skripsi yang berisi kesimpulan yang diperoleh dari hasil-hasil pembahasan pada bab-
bab sebelumnya, serta berisi saran-saran yang mungkin berguna bagi penulis secara khusus dan berguna bagi organisasi secara umum.
Universitas Sumatera Utara
BAB II PROSES PENETAPAN UNDANG-UNDANG ANTI PORNOGRAFI
DAN PORNOAKSI
A. Undang-Undang Anti Pornografi dan Pornoaksi
Undang-Undang Pornografi sebelumnya saat masih berbentuk Rancangan bernama Rancangan Undang-Undang Anti Pornografi dan Pornoaksi, disingkat
menjadi RUU APP, kemudian menjadi UU Pornografi adalah suatu produk hukum berbentuk Undang-Undang yang mengatur mengenai pornografi. Undang-Undang ini
disahkan menjadi Undang-Undang dalam sidang paripurna Dewan Perwakilan Rakyat DPR pada tanggal 30 Oktober 2008. Pembahasan akan Rancangan Undang-Undang
Anti Pornografi dan Pornoaksi sudah dimulai sejak tahun 1997 diajukan pada tanggal 14 Februari 2006 yang berisi 11 bab dan 93 pasal. Pornografi dalam rancangan
pertama didefenisikan sebagai “Substansi dalam media atau alat komunikasi yang dibuat untuk menyampaikan gagasan-gagasan yang mengeksploitasi seksual,
kecabulan dan erotika” sementara pornoaksi adalah perbuatan mengeksploitasi seksual, kecabulan dan erotika dimuka umum”.
29
Pada draf kedua, beberapa pasal yang kontroversial dihapus sehingga tersisa 82 pasal dan 8 bab. Diantara pasal yang dihapus pada rancangan kedua adalah
pembentukan Badan Anti Pornografi dan Pornoaksi Nasional. Selain itu, rancangan kedua juga mengubah defenisi pornografi dan pornoaksi. Karena defenisi ini
dipermasalahkan, maka disetujui untuk menggunakan defenisi pornografi yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu Porne pelacur dan Graphos gambar atau tulisan
yang secara harfiah berarti “tulisan atau gambar tentang pelacur”. Definisi pornografi
29
httpid.wikipedia.orgwikiuu_pornografi.
Universitas Sumatera Utara
pada draft ini adalah “upaya mengambil keuntungan, baik dengan memperdagangkan atau mempertontonkan pornografi”.
Dalam draft yang dikirimkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat DPR kepada Presiden pada 24 Agustus 2007, Rancangan Undang-Undang ini tinggal terdiri dari
10 bab dan 52 pasal. Judul Rancangan Undang-Undang ini pun diubah sehingga menjadi Rancangan Undang-Undang RUU Pornografi. Ketentuan mengenai
pornoaksi dihapuskan. Pada September 2008, Presiden menugaskan Menteri Agama, Menteri Komunikasi dan Informatika, Mentri Hukum dan Hak Asasi Manusia dan
Menteri Negara Pemberdaaan Perempuan untuk membahas rancangan undang- undang ini bersama Panitia Khusus PANSUS Dewan Perwakilan Rakyat DPR.
Dalam draft final yang awalnya direncanakan akan disahkan pada 23 September 2008, Rancangan Undang-Undang Pornografi tinggal terdiri dari 8 Bab dan 44 Pasal.
Pada Rancangan Undang-Undang Pornografi, defenisi pornografi disebutkan dalam pasal 1 adalah: “Pornografi adalah materi seksualitas yang dibuat oleh manusia
dalam bentuk gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi, gambar bergerak, animasi, kartun, syair, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan komunikasi lain
melalui berbagai bentuk media komunikasi dan pertunjukkan dimuka umum yang dapat membangkitkan hasrat seksual dan melanggar nilai-nilai kesusilaan dalam
masyarakat”. Defenisi ini menggabungkan Pornografi dan Pornoaksi pada Rancangan Undang-Undang Anti Pornografi dan Pornoaksi sebelumnya, dengan memasukkan
“gerak tubuh” kedalam defenisi pornografi. Rancangan terakhir Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi ini masih
menimbulkan kontroversi. Banyak elemen masyarakat dari berbagai daerah seperti
Universitas Sumatera Utara
Bali, NTT, Sulawesi Utara, Sumatera Utara, dan Papua yang tidak menyetujui Rancangan Undang-Undang ini.
30
Pengertian pornografi sangat luas sekali pemaknaannya, tentang istilah ini sangat tergantung dari aspek mana kita melihatnya. Dalam pengunaan kata “porno”
dan “pornografi” secara defenisi memang mempunyai pengertian yang sedikit berbeda. Kalau kata “porno” biasanya mencakup baik tulisan, gambar, lukisan,
maupun kata-kata lisan, tarian serta apa saja yang bersifat asusila atau cabul. Sedangkan “pornografi” hanya terbatas pada tulisan, gambar dan lukisan. Terbatas
pada apa yang bisa di graphein digambar, ditulis atau dilukis. Undang-Undang Anti Pornografi dan Pornoaksi adalah sebuah Rancangan
Undang-Undang mengenai permasalahan pornografi dan pornoaksi. Dimana dalam hal ini Undang-Undang adalah peraturan yang tegas dan mengikat yang ditunjukkan
kepada seluruh masyarakat tanpa terkecuali dan apabila ada yang melanggar maka akan mendapatkan sangsi yang kuat dan tegas.
Pengertian pornografi sangat luas sekali pemaknaannya, tentang istilah pornografi sangat tergantung dari aspek mana kita melihatnya. Pengertian porno
sendiri masih dianggap rancu, dikarenakan tidak terdapatnya kata ini dalam kamus bahasa Indonesia. Kata porno sendiri diadaptasi dari tata bahasa Yunani, hal ini
berarti dalam pengertian bahasa Indonesia baku tidak terdapat kata porno. Dalam penggunaan kata porno dan pornografi secara defenisi memang
mempunyai pengertian yang sedikit berbeda kalau kata porno biasanya mencakup baik tulisan, gambar, lukisan maupun kata-kata lisan yang terbatas pada apa yang bisa
ditulis atau dilukis.
A.1. Defenisi Pornografi dan Pornoaksi
30
Ibid
Universitas Sumatera Utara
Pengertian pornografi yang memberikan defenisi sederhana bahwa gambar, tulisan, atau bentuk komunikasi lain yang dimaksudkan untuk membangkitkan nafsu
seksual. Jadi unsur pokok materill yang disebut porno adalah yang sengaja dimaksudkan untuk membangkitkan nafsu seksual.
Berdasarkan defenisi, batasan atau kriteria diatas, tentang pornografi ditawarkan sebagai berikut: disebut porno, segala karya manusia baik berupa cerita,
gambar, film, tarian maupun lagu yang diciptakan dengan maksud sengaja untuk membakar nafsu birahi orang lain, sehingga merangsang syahwatnya serta
menimbulkan pikiran-pikiran jorok dibenaknya.
31
Pornografi memiliki tiga defenisi yaitu: Pornografi ini juga terkadang
disebut dengan istilah obscene dan banyak perkataan lainnya yang berkaitan dengan perbuatan mesum atau cabul atau tindakan sengaja yang menyebabkan rangsangan
terhadap birahi seksual atau nafsu seksual.
32
1. Defenisi pertama, defenisi yang menyatakan bahwa pornografi itu adalah semua
segala sesuatu yang menggambarkan ketelanjangan adalah pornografi, hal ini sesuai dengan pemahaman dari sudut konservatif.
2. Defenisi kedua, adalah defenisi pornografi yang bersifat pemahaman liberal, dan
pemahaman ini biasanya dipahami dan didukung oleh para seniman, arsitektur, pembuat film, mereka menyatakan bahwa pornografi itu sendiri adalah sesuatu
yang baik-baik saja, karena merupakan aspek dari seksualitas. Mereka beranggapan bahwa seksualitas merupakan sesuatu yang lumrah, manusiawi dan
tidak dapat dihilangkan. 3.
Defenisi ketiga, mengenai defenisi pornografi yang muncul dari pendekatan feminis, yang menyatakan bahwa ketelanjangan adalah segala sesuatu yang wajar
31
Tjipta Lesmana, Puspa Swara Jakarta: 1995.
32
Topo Santoso, Seksualitas dan Hukum Pidana, Jakarta: Ind-Hill-Co, 1997, hal. 141.
Universitas Sumatera Utara
saja selama ketelanjangan tersebut masih dalam konteks keindahan dan merupakan satu kesatuan arti. Bagi feminis pornografi adalah persentasi baik itu
secara verbal maupun non verbal dari perilaku seksual yang merendahkan atau kasar dari satu atau lebih pelaku. Menurut kaum feminis pornografi merupakan
suatu budaya yang mengesahkan tindakan pemerkosaan atau pelecehan seksual yang lain yang ditimpakan pada perempuan dan anak-anak.
Menurut Santoso, dalam bukunya menyatakan bahwa pornografi adalah segala tindakan yang bertujuan untuk merangsang nafsu seksual, termasuk juga dalam
kategori pornografi yakni gambar atau barang pada umumnya yang berisi atau menggambarkan sesuatu yang menyinggung rasa susila dari orang yang membaca,
melihat, atau mendengarkan. Termasuk juga yang bukan saja gambar tetapi juga segala tindakan yang berdaya menimbulkan nafsu birahi bagi orang yang
mengkonsumsinya.
33
Tayangan iklan di media elektronik atau media cetak juga seringkali menggumbar eksostisme dari tubuh perempuan untuk menarik minat masyarakat
yang melihatnya untuk membeli produk yang ditawarkan. Dalam hal ini bisa Pornografi merupakan masalah yang jamak dan sudah sering sekali diangkat
untuk dijadikan sebuah tulisan, perdebatan dan sebagainya. Namun, dengan banyaknya pembahasan mengenai hal tersebut pornografi tetap saja menjadi hal
yang menarik untuk dibahas. Hal ini terbukti dengan banyaknya tayangan-tayangan televisi yang menayangkan mengenai pembahasan pornografi sebagai daya tarik dari
acara tersebut. Tidak saja mengenai tayangan di televisi, media cetak pun seakan- akan tidak mau kalah untuk beraksi. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya buku-buku
dan majalah-majalah yang membahas masalah tersebut.
33
Topo Santoso, Ibid, hal. 145
Universitas Sumatera Utara
dikatakan bahwa pornografi atau pornoaksi adalah sesuatu yang dapat dijual kepada masyarakat. Dalam catatan sejarah, pornografi adalah masalah yang masih sering
dibahas. Hal ini dikarenakan masalah pornografi dikatakan menyangkut pada permasalahan moral. Disamping itu permasalahan pornografi cendrung dikatakan
rancu dikarenakan tidak adanya standarisasi batasan mana yang dianggap porno dan mana yang tidak porno.
Pornografi atau pornoaksi dikatakan sebagai salah satu penyebab utama terjadinya dekadensi moral. Hal ini dikarenakan setelah menikmati tontonan atau
bacaan yang “berbau” porno masyarakat bisa saja langsung mempraktekkannya tanpa memperhatikan sanksi atau aturan-aturan yang berlaku. Kebanyakan pelakunya
adalah remaja yang dalam masa pencarian jati diri. Tanpa memperhatikan norma- norma dalam masyarakat mereka akan melakukan apa yang mereka lihat dan mereka
baca. Di samping itu, sekarang ini mengakses media porno bukanlah sesuatu yang
sulit untuk dilakukan. Tayangan-tayangan dan bacaan-bacaan yang tersedia secara bebas membuat masyarakat dengan mudah mengkonsumsi media porno tersebut. Hal
inilah yang menjadi permasalahan dalam masyarakat. Dalam kehidupan sosial, masalah pornografi dan pornoaksi seringkali
dikaitkan dengan tubuh kaum perempuan. Beberapa bagian dari tubuh kaum perempuan dikaitkan sebagai pengundang nafsu yang membahayakan bagi kaum laki-
laki. Dosa awal manusia pun terjadi karena ketertarikan kaum laki-laki terhadap tubuh kaum perempuan yang membuat manusia menjadi berdosa. Tubuh kaum
perempuan diimajinasikan sebagai tubuh yang kotor, yang merupakan penyebab dari segala malapetaka. Oleh sebab itu, bagi keturunan kaum perempuan-perempuan
Universitas Sumatera Utara
lainnya, pengontrolan terhadap tubuhnya menjadi penting agar moral masyarakat terjaga dan keturunan kaum laki-laki lainnya tidak akan jatuh ke jurang nista lagi.
34
34
www.parasindonesia.com
Di beberapa Negara yang menganut faham liberalisme dan demokrasi seperti Amerika dan Eropa, permasalahan pornografi dan pornoaksi bukanlah suatu masalah
atau isu yang penting untuk dibahas. Hal ini dikarenakan beberapa faktor diantaranya adalah masyarakatnya yang sudah memperoleh pendidikan tentang seksual sejak dini,
serta terkait dengan humanisme Eropa dimana individu memiliki kebebasan untuk berekspresi.
Bukan berarti sebagian Negara yang tidak mempermasalahkan pornografi adalah Negara yang tidak memiliki budaya, akan tetapi Negara yang berpaham liberal
dan demokrasi lebih menggangap bahwa individu memiliki sebuah kebebasan tersendiri dalam memanfaatkan tubuh mereka. Beberapa Negara ini justru lebih
menekankan pada ada atau tidaknya eksploitasi yang terjadi dalam memanfaatkan tubuh tersebut. Misalnya, dalam sebuah majalah terlihat gambar perempuan tanpa
mengenakan busana, maka yang dilihat dari unsur ini adalah apakah si model bersedia untuk difoto dengan kesadaran penuh atau terjadinya eksploitasi. Setiap
individu dianggap memiliki hak untuk mengatur diri dan tubuhnya sendiri. Namun, hal ini tidak terjadi pada beberapa Negara yang menjadikan aturan
agama sebagai aturan hukum yang mutlak terhadap masyarakatnya. Beberapa Negara yang memiliki nilai agama yang kuat seperti Arab Saudi dan Vatikan, menggangap
pornografi atau segala kegiatan seksual adalah sesuatu yang tidak sepantasnya dipublikasikan atau dibicarakan secara terbuka. Hal itu dianggap menentang aturan
agama.
Universitas Sumatera Utara
Di Indonesia, sebagian besar masyarakatnya menganut agama Islam, menggangap segala hal yang “berbau” seks sangat tabu untuk dibicarakan, apalagi
dipertontonkan. Hal inilah yang menjadi permasalahan, dimana maraknya tayangan- tayangan televisi yang mempertontonkan adegan-adegan seksual dikaitkan sebagai
adegan yang kurang pantas atau tidak sesuai dengan budaya ketimuran yang dimiliki Indonesia.
Misalnya, yang terjadi pada kasus “Goyang Patah-Patah” yang dilakukan oleh “Dewi Persik” menjadi masalah yang cukup serius dan dikecam oleh banyak pihak.
Goyangan Dewi dianggap banyak merusak jiwa generasi muda di Indonesia. Bahkan, beberapa tindakan pemerkosaan yang dilakukan oleh remaja setelah menonton VCD
Video Compact Disk Dewi yang mempertontonkan “goyang patah-patahnya”. Namun sebagian masyarakat justru berpikir bahwa Dewi menemukan goyangan baru
yang menarik untuk dilihat. Goyangan Dewi dianggap tidak akan menaikkan birahi kaum laki-laki, apabila dilihat dari sisi seni. Sebagian seniman menggangap Dewi
telah merusak citra musik dangdut di Indonesia. Bahkan Dewi Persik banyak mendapat kecaman dari masyarakat dan pihak-pihak pemerintahan. Dewi dianggap
turut bertanggung jawab atas merosotnya moral para generasi muda di Indonesia. Dari masalah Dewi Persik tersebut, berkembang isu-isu pornografi dan
pornoaksi. Bukan hanya sebuah goyangan yang dinilai porno, akan tetapi bentuk tubuh hingga pakaian yang dikenakan perempuan menjadi sorotan tajam aksi porno
dikalangan masyarakat Indonesia. Berkembangnya isu pornografi dan pornoaksi itu semakin pesat dengan
terbitnya majalah Playboy pertama di Indonesia. Majalah tersebut di Negara asalnya Amerika adalah majalah yang dibuat khusus buat pria dewasa. Di beberapa Negara
bagian di Amerika majalah ini mendapat tempat khusus bagi pembacanya. Walaupun
Universitas Sumatera Utara
tidak ada larangan atau masalah bagi penerbitan majalah ini di wilayahnya, tetapi hal itu tidak menjadi permasalahan yang berarti.
Sebagian masyarakat Indonesia yang terdiri dari kaum religi menggangap terbitnya majalah akan semakin mempertajam penurunan moral manusia. Gambar-
gambar “syur” yang disajikan majalah tersebut akan membuat masyarakat semakin mudah untuk menikmati pornografi. Padahal, sebelum terbitnya majalah ini di
Indonesia, banyak media cetak lain yang menyajikan gambar atau cerita “panas” dari kaum perempuan. Semenjak terbitnya majalah ini di Indonesia, banyak aksi-aksi
penolakan yang terjadi dengan seruan-seruan bahwa majalah ini membawa perbuatan dosa dan sangat tidak pantas untuk berada di Indonesia.
Dengan adanya beberapa contoh kasus pornografi dan pornoaksi tersebut, Dewan Perwakilan Rakyat DPR pada awal tahun 2006 lalu menyiapkan tim khusus
untuk membahas permasalahan tersebut. Tim ini diketuai oleh “Balkan Kaplele” anggota DPR-RI dari Partai Demokrat. Panitia Khusus Pansus ini ditugaskan untuk
membentuk sebuah Rancangan Undang-Undang Anti Pornografi dan Pornoaksi demi menekan tindakan pornografi dan pornoaksi.
Secara normatif, Rancangan Undang-Undang Anti Pornografi dan Pornoaksi dirumuskan untuk menekan tingkat kriminalitas seksual, dimana perempuan
seringkali menjadi objeknya. Paling tidak, ada dua asumsi yang bisa diajukan untuk memahami latar belakang yang “membidani” kelahiran Undang-Undang ini.
Pertama, kriminalitas seksual dalam masyarakat kita sudah mencapai tingkat yang sangat parah. Kedua, perlu dirancang sebuah Undang-Undang untuk menekan atau
menguranginya. Pada artinya penekanan-penekanan nilai dalam Rancangan Undang-Undang
Anti Pornografi dan Pornoaksi adalah untuk mewujudkan tatanan masyarakat
Universitas Sumatera Utara
Indonesia yang serasi dan harmonis dalam keanekaragaman suku, agama, ras dan golongan atau kelompok, diperlukan adanya sikap, akhlak mulia, dan kepribadian
luhur yang beriman dan bertaqwa keepada Tuhan Yang Maha Esa.
35
Selain itu, sebagian masyarakat menggangap bahwa meningkatkan pembuatan, penyebarluasan, dan penggunaan pornografi dan perbuatan serta
penyelenggaraan pornoaksi dalam masyarakat saat ini sangat memprihatinkan dan dapat mengancam kelestarian tatanan kehidupan masyarakat yang dilandasi nilai-nilai
Ketuhanan Yang Maha Esa.
36
Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi yang bergulir “membola salju” sekaligus menuai kontroversi ditengah masyarakat. Kerja Panitia Khusus Pansus
B. Dinamika Rancangan Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi.
Rancangan Undang-Undang Anti Pornografi dan Pornoaksi yang sudah disahkan pada tanggal 30 Oktober 2008 oleh DPR. Disepakati 8 fraksi di Dewan
Perwakilan Rakyat DPR mereka menandatangani naskah draft, yang tinggal menunggu pengesahannya di rapat paripurna. Delapan fraksi terebut adalah Fraksi
PKS, Fraksi PAN, Fraksi FPD, Fraksi FPG, Fraksi PBR, Fraksi PPP dan FKB.Sedangkan dua Fraksi PDI Perjuangan dan Fraksi PDS melakukan aksi “Walk
Out”. Sebelumnya, masing-masing fraksi menyampaikan pandangan akhirnya, mayoritas fraksi mencapai kesepakatan. “Kami dari Pemerintah mewakili Presiden
menyambut baik diselesaikannya pembhasan Rancangan Undang-Undang
Pornografi”, ujar Mentri Agama, Maftuh Basyuni dalam rapat kerja PANSUS Panitia Khusus Rancangan Undang-Undang Pornografi, di gedung Dewan Perwakilan
Rakyat DPR.
35
http:Draf _ruuapp.co.id
36
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
yang diketuai oleh Balkan Kaplele dari Fraksi Demokrat, banyak mendapatkan masalah. Undang-Undang ini terus dibayang-bayangi sikap pro dan kontra yang kian
menajam. Sebagian kalangan mendukung dengan adanya Undang-Undang Anti Pornografi dan Pornoaksi, karena dianggap akan mampu menghentikan eksploitasi
perempuan, memperbaiki moral bangsa dan kriminalitas seksual. Adapun pihak yang menolak dengan alasan Undang-Undang ini akan menghambat kebebasan
berekspresi, terutama di wilayah kesenian, hiburan dan media massa serta tidak akan sanggup mengakomodasi keragaman budaya Indonesia, sekaligus bisa mengancam
sektor industri yang menjadi andalan daerah tertentu, seperti Bali, Jawa Tengah dan Papua.
Sebagian pihak lainnya menolak mengatakan bahwa pornografi yang merupakan bentuk eksploitasi berlebihan atas seksualitas, melalui majalah, buku, film
dan sebagainya, memang harus ditolak dengan tegas. Tapi tidak menyetujui bahwa untuk mencegah dan menghentikan pornografi lewat sebuah undang-undang yang
hendak mengatur moral dan akhlak manusia Indonesia secara pukul rata, seperti yang tertera dalam Rancanga Undang-Undang Anti Pornografi dan Pornoaksi atau
Rancangan Undang-Undang Porno ini, tapi seharusnya lebih mengatur penyebaran barang-barang pornografi dan bukannya mengatur soal moral dan etika manusia
Indonesia. Adapun Pro dan Kontra yang terjadi pasca disahkannya Rancangan Undang-
Undang Pornografi dan Pornoaksi menjadi Undang-Undang masih saja mewarnai dinamika masyarakat, Khususnya para pekerja media dan lingkungannya. Adanya
kesimpang siuran arus informasi mengenai apa sebenarnya isi dari Undang-Undang ini menjadikan mereka beranggapan Undang-Undang tersebut nantinya akan
menghambat kinerja mereka di dalam bentuk penayangan cetak, visual, ataupun
Universitas Sumatera Utara
audio-visual. Aturan baku dari pemerintah ini tentu saja nantinya akan menjadi batu sandung tersendiri dalam kebebasan pers itu sendiri. Spekulasi-spekulasi yang
mengarah pada kontra pasca pengesahan Rancangan Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi semacam ini memang santer terdengar di telinga penulis.
Ketakutan-ketakutan ini muncul seiring dengan adanya arus globalisasi di dunia media. Banyak media-media massa yang ikut larut terjerembab ke dalam arus
pornografi dari pada mempertahankan idealis mereka sebagai mediator informasi. Sebagai faktanya, tidak sedikit dari program-program visual yang mempertontonkan
adegan-adegan vulgar dimana syarat berbau Pornografi yang menjamur di ranah media elektronik semacam televisi. Meskipun di sudut kiri atau kanan atas telah
tercantum kode “Dewasa” ataupun “Bimbingan Orang Tua BO”, toh tentu penonton tidak akan menggubrisnya.
Beberapa aksi penolakan serta dukungan tidak hanya terjadi di Pulau Jawa saja, tetapi di kota Medan juga menjadi masalah, sejak awal kota Medan telah
memiliki keragaman suku etnis, dan agama. Oleh karenanya, budaya masyarakat yang ada juga sangat pluralis yang berdampak beragamnya nilai-nilai budaya tesebut
tentunya sangat menguntungkan. Sebab diyakini tidak satupun kebudayaan yang berciri menghambat kemajuan modernisasi, sangat diyakini pula, hidup dan
perkembangnya nilai-nilai budaya yang heterogen, dapat menjadi potensi besar dalam mencapai kemajuan. Keragaman suku, tarian daerah, alat musik, nyayian, makanan,
bangunan fisik, dan sebagainya, jusru memberikan kontribusi besar bagi upaya pengembangan industri pariwisata di kota Medan.
Adanya pluralisme ini juga merupakan peredam untuk munculnya isu-isu primodalisme yang dapat menggangu sendi-sendi kehidupan sosial. Oleh karenanya
tujuan dan sasaran, serta strategi pembangunan kota Medan dirumuskan dalam
Universitas Sumatera Utara
bingkai Visi, dan misi kebudayaan yang harus dipelihara secara harmonis. Undang- Undang Anti Pornografi dan Pornoaksi dianggap beberapa kalangan di kota Medan
sangat tidak sesuai dengan kondisi masyarakat yang majemuk. Sama halnya dengan yang terjadi di beberapa wilayah di Indonesia, sebagian kalangan menganggap
dengan berlatar belakang menjaga moral generasi penerus, Undang-Undang Anti Pornografi dan Pornoaksi dianggap sebagai “senjata” yang ampuh untuk mengurangi
tindak kriminalitas. Namun dengan keberagaman yang terdapat di kota Medan, keberadaan
Undang-Undang Anti Pornografi dan Pornoaksi juga dianggap sebagai “senjata pemusnah” kemajemukan masyarakat kota Medan.
C. Aksi Dukungan dan Penolakan Undang-Undang Pornografi di Sumatera Utara
Perdebatan publik tentang Undang-Undang Anti Pornografi dan Pornoaksi telah berlangsung lama, pada tanggal 21 Mei 2008 ratusan ribu aktivis muslim turun
ke jalan untuk menunjukkan dukungan mereka pada pengesahan Rancangan Undang- Undang Anti Pornografi dan Pornoaksi itu menjadi Undang-Undang. Mereka pun
mendorong Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia DPRD segera megesahkan Undang-Undang tersebut. Setelah banyak mendapatkan masalah
beberapa tahun belakangan ini dari berbagai pihak. Akhirnya Undang-Undang Pornografi tersebut disahkan juga pada tanggal 30 Oktober 2008. Begitu juga dengan
pihak Majelis Ulama Indonesia dan sejumlah Organisasi Masyarakat Islam di Sumatera Utara, mereka mendukung adanya Undang-Undang Anti Pornografi dan
Pornoaksi di Indonesia. Mereka melakukan aksi turun ke jalan untuk mendukung Undang-Undang Anti Pornografi dan Pornoaksi tersebut sehingga mereka melakukan
aksi untuk mendatangi tempat-tempat hiburan malam dan cafe remang-remang yang
Universitas Sumatera Utara
ada di Medan supaya mengurangi korban-korban pelecehan seksual yang semakin lama semakin banyak yang menjadi korbannya.
37
Dalam penerapan Undang-Undang Anti Pornografi dan Pornoaksi perlu segera diberlakukan, jangan hanya dibuat oleh pemerintah tetapi tidak dilaksanakan.
Penegasan itu disampaikan Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia Medan, Prof. Dr. H. Mohd Hatta, mengenai pembahasan Undang-Undang Anti Pornografi dan
Pornoaksi. Mohd. Hatta, berharap anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD dapat menjalankan tugasnya secara benar dan secepatnya dilaksanakan
Undang-Undang tersebut. Tidak perlu ditunda-tunda lagi, Karena rakyat Indonesia sudah terlalu lama menunggu kepastian Undang-Undang ini. Karena Undang-Undang
ini untuk menyelamatkan rakyat dari praktek pornografi dan pornoaksi, Undang- Undang Anti Pornografi dan Pornoaksi untuk mengangkat harkat dan martabat kaum
perempuan di Indonesia, agar tidak seenaknya berprilaku tidak sopan di muka umum. Lebih lanjut ia menjelaskan, Undang-Undang tersebut dibentuk untuk mencegah
kegiatan eksploitasi yang selama ini dilakukan terhadap kaum perempuan. Hal ini tidak bisa terus dibiarkan dan harus dicegah kalau tidak ingin bangsa ini akan menjadi
hancur dan tidak bermoral.
38
Bangsa Indonesia harus diselamatkan dari perbuatan-perbuatan yang tidak terpuji dan jelas-jelas bertentangan dengan ajaran agama. Mengenai aksi protes
terhadap pengesahan Undang-Undang. Mohd. Hatta, mengatakan aksi tersebut ada muatan politis dan tidak perlu ditanggapi. Protes itu hanya dilakukan beberapa daerah
saja, yang penting bagi kita bagaimana caranya menyelamatkan rakyat Indonesia, bukan hanya memikirkan satu daerah yang tidak mendukung Undang-Undang.
37
http:www.waspada.co.id
38
Wawancara dengan Bapak Prof.Dr.Mohd.Hatta, di Sekretariat MUI Medan pada tanggal 8 April 2009.
Universitas Sumatera Utara
Penolakan terhadap Undang-Undang ini patut diduga dipengaruhi Negara asing yang memiliki kepentingan bisnis di Indonesia. Protes yang dilakukan segelintir
Masyarakat jangan sampai mempengaruhi Undang-Undang Anti Pornografi dan Pornoaksi tersebut.
39
Namun lain halnya dengan pihak Komisi A Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sumatera Utara, mereka tidak menyetujui dengan adanya rancangan Undang-Undang
Anti Pornografi dan Pornoaksi, Zakaria Bangun, mengatakan dengan adanya Undang- Undang Anti Pornografi dan Pornoaksi di Sumatera Utara maka keharmonisan
masyarakat di Medan akan terganggu. Sebagai kota dengan kondisi masyarakat yang multi etnik, Undang-Undang Anti Pornografi dan Pornoaksi dikhawatirkan akan
menimbulkan disharmonis di tubuh masyarakat Medan. Menurut Ketua Komisi A Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD Bapak Zakaria Bangun, yang sekaligus
Ketua Fraksi PDI Perjuangan di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD Sumatera Utara, menyatakan kondisi kota Medan saat ini dalam keadaan kondusif, dengan
adanya dialog antar tokoh agama dan tokoh masyarakat. Lalu dengan adanya Undang-Undang Anti Pornografi dan Pornoaksi situasi itu menjadi terganggu, Karena
itu menurut Zakaria Bangun, pemerintah harus bertanggung jawab bila timbul konflik horizontal dalam masyarakat sebagai dampak mempersiapkan Undang-Undang Anti
Pornografi dan Pornoaksi, ia mengatakan Komisi A Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sumatera Utara mempersiapkan RAPERDA Rancangan Peraturan Daerah
penolakan pornografi dan pornoaksi sebagai turunan dari Undang-Undang Anti Pornografi dan Pornoaksi. Itu hanya sebatas rancangan saja tetapi sampai sekarang
Rancangan Peraturan Daerah RAPERDA tersebut masih belum jelas pelaksanaanya karena sia-sia saja Rancangan Peraturan Daerah RAPERDA tersebut dibuat tetapi
39
Wawancara dengan Bapak Prof.Dr.Mohd.Hatta, di Sekretariat MUI Medan pada tanggal 8 April 2009.
Universitas Sumatera Utara
Undang-Undang tersebut tetap saja di sahkan tanpa ada Fraksi PDI-Perjuangan dalam panitia pembuatan Undang-Undang tersebut.
40
Undang-Undang Pornografi banyak mengatur tentang kepantasan perempuan dalam berbusana, goyangan-goyangan tubuh, sampai intervensi estetika
karya-karya seni, dan bagaimana semua hal itu tidak membangkitkan hasrat-hasrat seksual. substansi Undang-Undang Pornografi itu sendiri bertentangan dengan judul
Undang-Undang tentang Pornografi. Secara harfiah Porne bermakna pelacur, dan grahien bermakna tulisan. pada tingkat pengunaan kata atau istilah, Undang-Undang
Kemudian menurutnya, Forum Masyarakat Sipil Sumatera Utara juga bergabung dengan kami untuk melakukan
penolakan dengan adanya Rancangan Undang-Undang Anti Pornografi dan Pornoaksi, aliansi masyarakat Sipil ini menolak Undang-Undang Pornografi, Undang-
Undang yang membahas tentang tubuh perempuan dan moralitas itu menuai pro dan kontra selang tiga tahun terakhir. masyarakat Sipi yang tergabung dalam aliansi
Nasional Bhineka Tunggal Ika menolak Undang-Undang yang dianggap mengancam integrasi bangsa itu untuk disahkan sebagai Undang-Undang. mereka menolaknya
mentah-mentah. barisan masyarakat Sipil tolak Undang-Undang Pornografi dengan melakukan aksi ke Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia DPR-RI
pada tanggal 23 Oktober itu adalah sebuah amanat masyarakat Sipil dari berbagai wilayah di Indonesia, untuk menolak pengesahan Undang-Undang Pornografi. Salah
satu anggota aliansi masyarakat Sipil ini berpendapat bahwa produk undang-undang tersebut bersifat multitafsir yang bisa memecah kesatuan dan persatuan bangsa.
Kemudian dia keberatan dengan Undang-Undang Anti Pornografi dan Pornoaksi yang dianggap merendahkan kaum perempuan dan menjadikan perempuan sebagai
objek seksual di mata hukum.
40
Wawancara dengan Bapak Zakaria Bangun, di DPRD Sumut pada tanggal 14 April 2009.
Universitas Sumatera Utara
yang mencoba mengatur, membuat batasan, dan ukuran-ukuran moralitas. Undang- Undang tersebut mencoba mengkualifikasi sesuatu yang mustahil menjadi peristiwa
kriminal dengan sanksi-sanksi pidana.
41
Masalah mengenai Undang-Undang Anti Pornografi dan Pornoaksi ini memang masih menjadi masalah pada beberapa tahun belakangan ini. Hingga saat ini
Undang-Undang Anti Pornografi dan Pornoaksi yang sudah dirancang sejak tahun 1997 lalu pun belum mencapai titik temu, karena sampai sudah disahkannya Undang-
Undang Anti Pornografi dan Pornoaksi ini tetap saja menjadi masalah bagi masyarakat. Besarnya masalah Undang-Undang Anti Pornografi dan Pornoaksi di
Indonesia terutama di Medan menjadi hal yang mendasar dan perlu mendapat penanganan yang serius dari berbagai pihak.
41
http:www.betterindonesia.org
Universitas Sumatera Utara
BAB III TANGGAPAN KELOMPOK PENDUKUNG DAN PENENTANG
UNDANG-UNDANG PORNOGRAFI DAN PORNOAKSI
A. Persepsi Tentang Keadilan dan Kesetaraan Perempuan
Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi adalah Undang-Undang yang diusulkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia DPR-RI yang
bergulir “membola salju” sekaligus banyak menuai kontroversi ditengah-tengah masyarakat Indonesia. Di dalam isi dari Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi
banyak menjelaskan tentang perempuan yang wajib dilindungi oleh Hukum dan peraturan Perundang-undangan. Di dalam isi pasal dari Undang-Undang Pornografi
tersebut di jelaskan juga mengenai sanksi-sanksi yang dikenakan bagi yang melanggar peraturan-peraturan yang tertulis didalam Undang-Undang Pornografi dan
Pornoaksi tersebut. Kemudian didalam isi pasal tersebut selain perlindungan yang didapat oleh perempuan, keadilan dan kesetaraan pun dapat diperoleh oleh
perempuan. Perempuan akan mendapatkan kesetaraan dan keadilan apabila perempuan
dapat menjaga moral diri mereka masing-masing, karena banyaknya prilaku-prilaku yang tidak semena-mena yang dibuat oleh laki-laki. Datangnya prilaku seperti itu
karena si perempuanlah yang mengundang si laki-laki untuk berbuat tindak kriminalitas tersebut. Kemudian jangan mencari kesetaraan dan keadilan tersebut
dengan membanding-bandingkan apa yang dibuat laki-laki, lalu perempuan pun ikut berbuat yang sama seperti apa yang dilakukan oleh laki-laki. Contohnya apabila laki-
laki menggunakan celana pendek kemudian perempuan pun ikut menggunakan celana pendek. apabila perempuan mengikuti seperti itu maka semakin banyak prilaku-
prilaku bejat yang dibuat oleh laki-laki, karena seluruh tubuh perempuan mempunyai
Universitas Sumatera Utara
daya tarik tersendiri dibanding laki-laki. Jadi apabila perempuan tidak berbuat seperti itu dan para perempuan Indonesia bersatu untuk memperjuangkan supaya tidak ada
lagi kebebasan dalam berpakaian, tarian-tarian erotis dan penyimpangan- penyimpangan yang lain maka keadilan dan kesetaraan yang dituntut perempuan akan
didapat sesuai dengan keinginan para perempuan-perempuan Indonesia. Namun ada juga pihak yang menolak dengan adanya undang-undang
pornografi dan pornoaksi, dengan alasan undang-undang ini akan menghambat kebebasan berekspresi, terutama di wilayah kesenian, hiburan dan media massa serta
undang-undang pornografi ini tidak akan sanggup mengakomodasi keragaman budaya Indonesia. Undang-undang tersebut sekaligus bisa mengancam sektor
pariwisata yang menjadi andalan daerah tertentu, seperti Bali, dan Yogyakarta. Adapun beberapa persepsi yang dikemukakan oleh kelompok pendukung dan
penentang
A.1. Persepsi dari Kelompok Majelis Ulama Indonesia MUI Medan Tentang Keadilan dan Kesetaraan Perempuan
Undang-Undang Pornogrrafi dan Pornoaksi banyak menimbulkan tanggapan yang beragam di kalangan masyarakat. Terutama tanggapan dari kelompok Majelis
Ulama Indonesia MUI Medan. Kelompok Majelis Ulama Indonesia menyetujui dan sangat mendukung dengan adanya Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi tesebut.
Karena menurut mereka senjata yang paling ampuh dalam mengatasi tindak kriminalitas seksual, dekadensi moral, kejahatan seksual serta menjalankan ajaran
agama dengan sebaik-baiknya. Seperti yang dikemukakan oleh Burhanuddin, selaku anggota Majelis Ulama Indonesia MUI Medan yang menangani bidang keagamaan
ini “setiap orang dilarang berciuman di muka umum” karena menurutnya berciuman
Universitas Sumatera Utara
dimuka umum akan mengganggu ketertiban masyarakat dan tidak sesuai dengan budaya timur. Selain itu menurutnya hal tersebut tidak sesuai dengan ajaran agama.
Alasan yang lain adalah bahwa goyangan erotis bisa membangkitkan gairah dari si penonton sehingga akibatnya bisa terjadi kejahatan seksual. Hal ini justru akan
mendorong meningkatnya tingkat kriminalitas seksual. Kelompok Majelis Ulama Indonesia MUI Medan menganggap bahwa
pertunjukkan seks, adalah suatu pertunjukkan yang tidak memiliki nilai pendidikan yang baik bagi penontonnya, mereka menganggap bahwa menonton pertunjukkan
seks sangat dilarang oleh agama karena dapat menimbulkan kemaksiatan. Seharusnya kegiatan seni hanya dipertunjukkan di gedung kesenian, sehingga kegiatan seni yang
tidak pantas ditonton oleh anak-anak tidak mempengaruhi anak-anak itu sendiri. Karena dalam kategori usia anak-anak tersebut belum dewasa, belum bisa
membedakan antara seni dan pornografi. Kelompok Majelis Ulama Indonesia MUI Medan menganggap tubuh
perempuan menjadi salah satu faktor munculnya tindak kejahatan seksual di tengah masyarakat. Dengan semakin banyaknya perempuan yang mengumbar aurat maka
akan semakin banyaknya tindak kejahatan seksual. Di dalam Undang-Undang Pornografi terdapat perlindungan dan keadilan
yang di dapat perempuan, tetapi jangan mencari keadilan dengan mencontohkan laki- laki dan membandingkan prilaku yang dibuat laki-laki. Perempuan seluruh tubuhnya
mempunyai daya tarik tersendiri, jadi kalau perempuan yang membuat seperti itu bagaimana keadilan itu akan terlaksana karena perempuan itu sendiri yang
mengundang laki-laki untuk berbuat kejahatan. Jadi bila perempuan itu menutup auratnya kesetaraan dan keadilan itu akan di dapat oleh perempuan. hal ini
sebagaimana yang telah disampaikan Bapak Burhanuddin.
Universitas Sumatera Utara
“
Bapak Burhanuddin menyatakan, di dalam isi dari pasal tersebut selain perlindungan, kesetaraan, dan keadilan yang ada di pasal tersebut. ya, supaya
perempuan tersebut menjaga moral masing-masing. jangan mencari keadilan dengan mencontohkan laki-laki memakai elana pendek kemudian perempuan
pun ikut memakai celana pendek. perempuan seluruh tubuhnya mempunyai daya tarik, jadi kalau perempuan yang membuat seperti itu. ya, gimana
keadilan itu bakal terlaksana karena perempuan itu sendiri yang mengundang laki-laki untuk berbuat kejahatan. jadi bila perempuan itu menutup auratnya
kesetaraan dan keadilan itu akan di dapat oleh perempuan”
42
“
Bapak Mohd. Hatta menyatakan, dengan adanya Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi tersebut maka dapat mengakomodasi keanekaragaman budaya
di Indonesia. kemudian dia menganggap tidak ada hambatan bagi etnis manapun di Indonesia dalam menjalankan kebudayaan karena setiap orang
masih bisa melakukan kegiatan apa saja sesuai dengan adat budayanya masing- masing”.
Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi tersebut mampu mengakomodasi keanekaragaman budaya di Indonesia.Mohd. Hatta, menganggap tidak ada hambatan
bagi etnis manapun di Indonesia dalam menjalankan kebudayaannya.karena setiap orang masih bisa melakukan kegiatan apa saja sesuai dengan adat budanyanya
masing-masing. hal ini sebagaimana yang telah disampaikan Bapak Mohd. Hatta.
43
Pihak Majelis Ulama Indonesia MUI Medan, menganggap Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi tersebut dapat melindungi kaum perempuan dari tindak
kejahatan seksual dengan menerapkan peraturan atau larangan bagi perempuan untuk mengenakan pakaian yang minim. Mereka mengatakan dengan menutup aurat
perempuan akan menghargai dirinya sendiri. Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi mampu menekan tingkat kriminalitas seksual, mereka mengatakan apabila
perempuan mengenakan pakaian tertutup maka keinginan lawan jenisnya untuk melakukan kejahatan seksual akan dapat diredam. Selain itu, dengan adanya larangan
42
wawancara dengan Bapak. Drs.Burhanuddin Damanik, sekretaris Komisi Ukhuwah dan kerukunan antar umat beragama, di kantor Sekretariat MUI Medan, pada tanggal: 26 Mei 2009.
43
Wawancara dengan Bapak Mohd. Hatta, di Sekretariat MUI Medan, pada tanggal: 26 Mei 2009.
Universitas Sumatera Utara
mengenai tarian atau goyangan erotis maka tindakan yang menaikkan birahi akan dapat diminimalisir sehingga tindak pemerkosaan tidak akan terjadi.
A.2. Persepsi dari Kelompok Komisi A Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD Sumatera Utara Tentang Keadilan dan Kesetaraan Perempuan
Namun Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi tidak hanya mendatangkan tanggapan yang mendukung saja, tetapi ada kelompok lain yang mempunyai
tanggapan yang menentang terhadap Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi tersebut. Kelompok Komisi A Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD Sumatera
Utara, menyatakan tidak semua anggota Fraksi Komisi A yang tidak menentang. Tetapi, ada satu fraksi yang menentang dengan adanya Undang-Undang Pornografi
dan Pornoaksi. Penentang tersebut dari Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan atau yang sering disebut dengan PDI-P. mereka menentang dengan adanya Undang-
Undang Pornografi dan Pornoaksi. Tidak terdapatnya arti kata porno dalam kamus Bahasa Indonesia. Mereka
mengaku tidak ada kata porno dalam kamus Bahasa Indonesia. Mereka mengaku tidak tahu tentang arti kata porno yang dijabarkan dalam Undang-Undang Pornografi
dan Pornoaksi ini. Bapak Zakaria yang sekaligus menjadi ketua Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD Sumatera Utara
ini menganggap arti karta porno yang dijabarkan dalam Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi ini terkesan sangat rancu. Pada dasarnya, menurut kalangan yang tidak
tahu arti porno, porno atau tidaknya sesuatu tidak bisa dinilai dengan pemikiran yang konvensional dan negatif. Namun bila dilihat dengan menggunakan logika berpikir
yang positif sesuatu belum tentu porno namun bisa dikatakan memiliki nilai seni yang cukup tinggi.
Universitas Sumatera Utara
Porno adalah sesuatu yang relatif tergantung dari mata yang memandang. Bisa saja lukisan orang tanpa mengenakan busana oleh masyarakat awam dikatakan porno
dan merusak moral orang yang melihatnya justru dianggap memiliki nilai seni yang luar biasa. Sedangkan larangan terhadap setiap orang yang berciuman bibir dimuka
umum dianggap mereka adalah hal yang wajar dilakukan. Di beberapa Negara maju, berciuman bibir menjadi salah satu budaya orang yang memiliki kedekatan satu sama
lain baik itu berlawanan jenis, laki-laki dan peremuan atau sesama jenis. Bukan berarti orang yang melakukan hal tersebut adalah orang-orang yang tidak memiliki
moral. Selain itu, berciuman bibir adalah hak setiap individu dalam mengungkapkan kasih sayang kepada lawan jenis atau sesama jenisnya. Hal ini sebagaimana yang
telah disampaikan oleh Bapak Zakaria Bangun. “Bapak Zakaria menyatakan,
Tidak terdapatnya arti kata porno dalam kamus Bahasa Indonesia. Mereka mengaku tidak ada kata porno dalam kamus Bahasa
Indonesia. dia mengaku tidak tahu tentang arti kata porno yang dijabarkan dalam Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi ini menganggap arti karta
porno yang dijabarkan dalam Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi ini terkesan sangat rancu. Pada dasarnya, menurut kalangan yang tidak tahu arti
porno, porno atau tidaknya sesuatu tidak bisa dinilai dengan pemikiran yang konvensional dan negatif. Namun bila dilihat dengan menggunakan logika
berpikir yang positif sesuatu belum tentu porno namun bisa dikatakan memiliki nilai seni yang cukup tinggi. Porno adalah sesuatu yang relatif tergantung dari
mata yang memandang. Bisa saja lukisan orang tanpa mengenakan busana oleh masyarakat awam dikatakan porno dan merusak moral orang yang melihatnya
justru dianggap memiliki nilai seni yang luar biasa. Sedangkan larangan terhadap setiap orang yang berciuman bibir dimuka umum dianggap mereka
adalah hal yang wajar dilakukan. Di beberapa Negara maju, berciuman bibir menjadi salah satu budaya orang yang memiliki kedekatan satu sama lain baik
itu berlawanan jenis, laki-laki dan peremuan atau sesama jenis. Bukan berarti orang yang melakukan hal tersebut adalah orang-orang yang tidak memiliki
moral. Selain itu, berciuman bibir adalah hak setiap individu dalam mengungkapkan kasih sayang kepada lawan jenis atau sesama jenisnya”.
44
Hak seseorang juga apabila seseorang individu ingin menyaksikan pertunjukkan seks. Seks pada saat itu bukanlah sebagai sesuatu yang tabu untuk
dibicarakan. Pada dasarnya setiap orang membutuhkan pendidikan seks untuk dirinya
44
Wawancara dengan Bapak Zakaria Bangun, di DPRD SUMUT, pada tanggal, 29 Mei 2009
Universitas Sumatera Utara
sendiri. Pendidikan seks itu sendiri berguna untuk menekan tingkat kehamilan diluar nikah yang sekarang ini banyak terjadi di Indonesia. Dengan pendidikan seks,
penyebaran penyakit kelamin juga dapat ditekan. Pada hakikatnya kegiataan seni bisa dilakukan dimanapun. Kegiatan seni
misalnya, hak setiap orang untuk mendapatkan hiburan dari sebuah pertunjukan seni. Dengan membatasi ruang gerak bagi kaum seniman atau pencinta seni, maka
Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi ini sudah melanggar hak-hak asasi manusia dalam mendapatkan kebebasan untuk memenuhi kebutuhannya.
Sedangkan masalah moral adalah masalah masing-masing individu sehingga tidak perlu campur tangan pemerintah dalam menangani moral masing-masing orang.
Selain itu, seharusnya pemerintah tidak boleh memasuki ruang pribadi dari seseorang apalagi sampai mengatur moral seseorang.
Namun didalam Undang-Undang Pornografi tersebut, tidak terdapatnya kesetaraan dan keadilan yang didapat dari perempuan karena pihak perempuanlah
yang selalu di pojokkan dan di salah-salahkan, padahal semua itu kesalahan dari laki- lakinya yang memang otaknya yang bejat tidak bisa menahankan nafsunya. Untuk
berbuat yang tidak semena-mena dengan perempuan, tidak semua tindakan pemerkosaan atau tindakan lainnya yang dibuat laki-laki itu semua akibat dari tingkah
laku para perempuan. Hal ini sebagaimana yang telah disampaikan oleh Bapak Zakaria Bangun.
“
Bapak Zakaria Bangun menyatakan, di dalam Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi tersebut, tidak terdapatnya kesetaraan dan keadilan
yang didapat dari perempuan karena pihak perempuanlah yang selalu dipojokkan dan
disalah-salahkan, padahal semua itu kesalahan dari laki-lakinya yang memang otaknya yang bejat tidak bisa menahankan nafsunya. untuk
berbuat yang tidak semena-mena dengan perempuan, tidak semua tindakan pemerkosaan dan tindakan lainnya yang dibuat laki-laki itu
semua akibat dari tingkah aku perempuan”.
45
45
wawancara dengan Bapak Zakaria Bangun, di DPRD SUMUT, pada tanggal: 29 Mei 2009.
Universitas Sumatera Utara
Sebuah Undang-Undang seharusnya ditaati oleh semua warga Negara di semua wilayah kepulauan Republik Indonesa tanpa terkecuali. Dengan menetapkan
pengecualian daerah-daerah tertentu, seperti Bali, Yogyakarta dan Batam, menyebabkan ketidakadilan terhadap daerah lainnya. Komisi A, menganggap dengan
menetapkan pengecualian, pemerintah tidak tegas dalam menjalankan kebijakannya dan melanggar supremasi hukum.
Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi tidak menjamin penekanan tingkat kriminalitas seksual ditengah-tengah masyarakat. Tidak ada jaminan mutlak bahwa
Undang-Undang ini mampu menekan tingkat kriminalitas seksual apabila di terapkan di Indonesia. Apalagi di Medan malah semakin sulit untuk di terapkannya Undang-
Undang Pornografi dan Pornoaksi tersebut. Dalam masalah penekanan tingkat kriminalitas seksual, sudah seharusnya diemban oleh aparat hukum dalam
menjalankan tugasnya. Penekanan tingkat kriminalitas seksual tidak terletak pada Undang-Undangnya akan tetapi terletak pada aparat yang menjalankan tugasnya
dengan baik. Hal ini sebagaimana yang telah disampaikan oleh Bapak Zakaria Bangun.
“Zakaria menyatakan,
Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi tidak menjamin penekanan tingkat kriminalitas seksual ditengah-tengah masyarakat.
Tidak ada jaminan mutlak bahwa Undang-Undang ini mampu menekan tingkat kriminalitas seksual apabila di terapkan di Indonesia. Apalagi di Medan malah
semakin sulit untuk di terapkannya Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi tersebut. Dalam masalah penekanan tingkat kriminalitas seksual, sudah
seharusnya diemban oleh aparat hukum dalam menjalankan tugasnya. Penekanan tingkat kriminalitas seksual tidak terletak pada Undang-Undangnya
akan tetapi terletak pada aparat yang menjalankan tugasnya dengan baik”.
46
Dengan adanya Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi tidak menjamin apapun selain terjadinya perpecahan dalam masyarakat, serta diskriminasi yang
46
Wawancara dengan Bapak Zakaria Bangun di DPRD SUMUT, pada tanggal: 29 Mei 2009.
Universitas Sumatera Utara
semakin menguat terhadap kaum perempuan. Selain itu, Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi hanya menjalankan satu aliran budaya yang tidak bisa diterapkan
dalam kebudayaan masyarakat yang majemuk di Kota Medan.
B. Tanggapan Kelompok Pendukung dan Penentang Tentang Isi Pasal Undang- Undang Pornografi dan Pornoaksi
Sampai sekarang Kelompok Majelis Ulama Indonesia MUI Medan tidak mengetahui isi pasal dari Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi. Kelompok
Majelis Ulama Indonesia MUI Medan hanya mengetahui isi pasal dari media. Jadi kelompok Majelis Ulama Indonesia MUI tidak mengetahui apa yang mau disetujui
atau tidak dengan isi pasal dari Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi tersebut. Mengenai kesetaraan dan keadilan apa yang di dapat perempuan dari isi pasal
Undang-Undang Pornografi, Mohd. Hatta, tidak bisa memberikan gambaran seperti apa kesetaraan dan keadilan yang di dapat oleh perempuan. Hal ini sebagaimana yang
telah disampaikan oleh Bapak Mohd. Hatta. “
Mohd. Hatta menyatakan, sampai sekarang Undang-Undang Pornografi belum ada sampai di meja kita hanya dari media massa saja yang saya ketahui
tentang Undang-Undang tersebut. sampai sekarang saya belum mengetahui isi pasal dari Undang-Undang tersebut. jadi apa yang mau saya setujui atau tidak
setujui dengan isi pasal dari Undang-Undang Pornografi. Mengenai kesetaraan dan keadilan apa yang di dapat perempuan, saya tidak bisa memberikan
gambaran seperti kesetaraan dan keadilan yang di dapat oleh perempuan”.
47
Dengan isi pasal dari Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi ini. Burhanuddin menyatakan, percuma saja isi pasal tersebut dibuat tapi tidak ada
pelaksanaannya karena masih banyak juga yang melakukan penyimpangan- penyimpangan. Bahwa tubuh perempuan mampu mengundang hasrat seksual
terhadap lawan jenisnya sehingga ini akan mengganggu pribadi seseorang. Dalam
47
Wawancara dengan Bapak Mohd. Hatta di Sekretariat MUI, pada tanggal: 26 Mei 2009.
Universitas Sumatera Utara
membahas sanksi-sanksi yang terdapat dalam Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi. Burhanuddin menganggap, bahwa sanksi-sanksi yang dikenakan kepada
orang yang melanggar Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi haruslah dihukum seberat mungkin karena masalah moral menyangkut kelangsungan kehidupan
bernegara. Pelanggaran Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi sama dengan pelanggaran hukum-hukum agama sehingga sudah sepantasnya mendapatkan
hukuman yang seberat-beratnya. Hal ini sebagaimana yang telah disampaikan oleh Bapak Burhanuddin.
“Bapak Burhanudin menyatakan,
Dengan isi pasal dari Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi ini. Burhanuddin menyatakan percuma saja isi pasal
tersebut dibuat tapi tidak ada pelaksanaannya karena masih banyak juga yang melakukan penyimpangan-penyimpangan. Bahwa tubuh perempuan mampu
mengundang hasrat seksual terhadap lawan jenisnya sehingga ini akan mengganggu pribadi seseorang. Dalam membahas sanksi-sanksi yang terdapat
dalam Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi. Burhanuddin, menganggap bahwa sanksi-sanksi yang dikenakan kepada orang yang melanggar Undang-
Undang Pornografi dan Pornoaksi haruslah dihukum seberat mungkin karena masalah moral menyangkut kelangsungan kehidupan bernegara. Pelanggaran
Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi sama dengan pelanggaran hukum- hukum agama sehingga sudah sepantasnya mendapatkan hukuman yang
seberat-beratnya”.
48
Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi tersebut mampu mengakomodasi keanekaragaman budaya di Indonesia, tidak ada hambatan bagi etnis manapun di
Indonesia dalam menjalankan kebudayaannya. Karena setiap orang masih bisa Mengenai isu-isu lain diluar pasal-pasal yang diatur seperti isu perlu atau
tidaknya pemerintah ikut campur dalam masalah moral warga Negaranya. Kelompok Majelis Ulama Indonesia MUI Medan, mengganggap permasalah moral tidak hanya
bergantung pada kepercayaan masing-masing saja, namun dalam hal ini pemerintah juga seharusnya turun tangan dalam menangani permasalahan moral warga
Negaranya.
48
Wawancara dengan Bapak Drs. Burhanuddin Damanik, di Sekretariat MUI Medan, pada tanggal: 26 Mei 2009.
Universitas Sumatera Utara
melakukan kegiatan sesuai dengan alat budayanya, walaupun sampai sekarang saya tidak mengetahui isi pasal dari Undang-Undang tersebut. Hal ini yang sebagaimana
telah disampaikan oleh Bapak Mohd. Hatta. “Mohd. Hatta menyatakan, bahwa Undang-Undang Pornografi dan
Pornoaksi tersebut mampu mengakomodasi keanekaragaman budaya di Indonesia, tidak ada hambatan bagi etnis manapun di Indonesia dalam
menjalankan kebudayaannya. Karena setiap orang masih bisa melakukan kegiatan seni sesuai dengan alat budayanya, walaupun sampai sekarang
saya tidak mengetahui isi pasal dari Undang-Undang tersebut”.
49
Pada pasal Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi bahwa hal-hal sensual hanya menyangkut sebagian tubuh perempuan. Zakaria menyatakan, tidak menyetujui
dengan isi pasal dari Undang-Undang tersbut. tidak hanya bagian tubuh perempuan yang bisa dianggap sensual. Namun, sebagian tubuh laki-laki juga memiliki daya
tarik yang dapat membangkitkan syahwat. Selain itu dalam pasal Undang-Undang tersebut pemerintah justru menyudutkan posisi perempuan sebagai “biang keladi”
dari maraknya kejahatan sensual yang terjadi. Padahal belum tentu kesalahan terletak Pihak Majelis Ulama Indonesia Medan, menganggap Undang-Undang
Pornografi dan Pornoaksi tersebut dapat melindungi kaum perempuan dari tindak kejahatan seksual dengan menerapkan peraturan atau larangan bagi perempuan untuk
mengenakan pakaian yang minim. Mereka mengatakan dengan menutup aurat perempuan akan menghargai dirinya sendiri. Undang-Undang Pornografi dan
Pornoaksi mampu menekan tingkat kriminalitas seksual. Mereka mengatakan apabila perempuan mengenakan pakaian tertutup maka keinginan lawan jenisnya untuk
melakukan kejahatan seksual akan dapat diredam. Selain itu, dengan adanya larangan mengenai tarian atau goyangan erotis maka tindakan yang menaikkan birahi akan
dapat diminimalisir sehingga tindak pemerkosaan tidak akan terjadi.
49
Wawancara dengan Bapak Mohd. Hatta, di Sekretariat MUI Medan, pada tanggal 26 Mei 2009.
Universitas Sumatera Utara
pada seorang perempuan saja, akan tetapi moral si pemerkosa yang pada dasarnya sudah bejat. Hal ini yang sebagaimana telah disampaikan oleh Bapak Zakaria
Bangun.
“Bapak Zakaria menyatakan, Pada pasal Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi bahwa hal-hal sensual hanya menyangkut sebagian tubuh
perempuan. saya, tidak menyetujui dengan isi pasal dari Undang-Undang tersbut. tidak hanya bagian tubuh perempuan yang bisa dianggap sensual.
Namun, sebagian tubuh laki-laki juga memiliki daya tarik yang dapat membangkitkan syahwat. selain itu dalam pasal Undang-Undang tersebut
pemerintah justru menyudutkan posisi perempuan sebagai “biang keladi” dari maraknya kejahatan sensual yang terjadi. padahal belum tentu kesalahan
terletak pada seorang perempuan saja, akan tetapi moral si pemerkosa yang pada dasarnya sudah bejat”.
50
“Bapak Zakaria menyatakan, Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi tidak mampu mengakomodasi keanekaragaman budaya. hal ini dapat dilihat dari
beberapa pasalnya yang mengatakan perempuan yang seharusnya menutup aurat. kata aurat hanya diketahui oleh sebagian kalangan saja. sedangkan
kalangan lain masih meraba-raba maksud dari menutup aurat. selain itu, Undang-Undang ini mengacu pada aturan budaya tanpa memperdulikan
budaya lain. sehingga semua masyarakat seolah-olah disamaratakan dengan satu budaya”.
Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi tidak mampu mengakomodasi keanekaragaman budaya. Hal ini dapat dilihat dari beberapa pasalnya yang
mengatakan perempuan yang seharusnya menutup aurat. kata aurat hanya diketahui oleh sebagian kalangan saja. sedangkan kalangan lain masih meraba-raba maksud
dari menutup aurat. selain itu, Undang-Undang ini mengacu pada aturan budaya tanpa memperdulikan budaya lain. Sehingga semua masyarakat seolah-olah disamaratakan
dengan satu budaya. Hal ini yang sebagaimana telah disampaikan oleh Bapak Zakaria Bangun.
51
Sebuah Undang-Undang seharusnya di taati oleh semua warga Negara di semua wilayah kepulauan Republik Indonesia tanpa terkecuali. Dengan menetapkan
pengecualian bagi daerah-daerah tertentu seperti Bali, Yogyakarta dan Batam,
50
Wawancara dengan Bapak Zakaria Bangun, di DPRD SUMUT, pada tanggal: 29 Mei 2009.
51
Wawancara dengan Bapak Zakaria Bangun, di DPRD SUMUT, pada tanggal: 29 Mei 2009.
Universitas Sumatera Utara
menyebabkan ketidakadilan terhadap daerah lainnya. Zakaria menganggap, dengan menetapkan pengecualian, pemerintah tidak tegas dalam menjalankan kebijakannya
dan melanggar supremasi hukum. Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi tidak menjamin penekanan tingkat
kriminalitasseksual di tengah-tengah masyarakat. Tidak ada jaminan mutlak bahwa Undang-Undang ini mampu menekan tingkat kriminalitas seksual apabila di terapkan
di Indonesia. Apalagi di Medan malah semakin sulit untuk diterapkannya Undang- Undang Pornografi dan Pornoaksi tersebut. Dalam masalah penekanan tingkat
kriminalitas seksual, sudah seharusnya diemban oleh aparat hukum dalam menjalankan tugasnya. Penekanan tingkat kriminalitas seksual tidak terletak pada
Undang-Undangnya akan tetapi terletak pada aparat yang menjalankan tugasnya dengan baik. Hal ini sebagaimana yang telah disampaikan oleh Bapak Zakaria
Bangun.
“Menurut Zakaria, Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi tidak menjamin penekanan tingkat kriminalitasseksual di tengah-tengah masyarakat. Tidak ada
jaminan mutlak bahwa Undang-Undang ini mampu menekan tingkat kriminalitas seksual apabila di terapkan di Indonesia. apalagi di Medan malah
semakin sulit untuk diterapkannya Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi tersebut. dalam masalah penekanan tingkat kriminalitas seksual, sudah
seharusnya diemban oleh aparat hukum dalam menjalankan tugasnya. Penekanan tingkat kriminalitas seksual tidak terletak pada Undang-Undangnya
akan tetapi terletak pada aparat yang menjalankan tugasnya dengan baik”.
52
Pemerintah pusat harus benar-benar melaksanakan dan mensosialisasikan Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi tersebut ke masyarakat. Apabila Undang-
Undang Pornografi dan Pornoaksi tidak terlaksana maka pemerintah hanya melakukan pemborosan uang Negara Pembohongan Publik. Lebih baik uang yang
C. Tanggapan Kelompok Pendukung dan Penentang Tentang Peran Negara Dalam Menangani Masalah Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi
52
Wawancara dengan Bapak Zakaria Bangun, di DPRD SUMUT, pada tanggal: 29 Mei 2009.
Universitas Sumatera Utara
digunakan untuk pembuatan Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi tersebut digunakan untuk warga Negara yang miskin dan tertimpa bencana. Apabila Undang-
Undang Pornografi dan Pornoaksi ini benar-benar dilaksanakan dan diterapkan kepada masyarakat maka moral masyarakat khususnya perempuan akan terjaga dan
terlindungi oleh pemerintah. Supaya dapat berkurang tindak kriminalitas seksual di
Indonesia. Hal ini yang sebagaimana telah disampaikan oleh Bapak Mohd. Hatta.
“Mohd. Hatta menyatakan. Pemerintah pusat harus benar-benar melaksanakan dan mensosialisasikan Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi tersebut ke
masyarakat. Apabila Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi tidak terlaksana maka pemerintah hanya melakukan pemborosan uang Negara
Pembohongan Publik. lebih baik uang yang digunakan untuk pembuatan Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi tersebut digunakan untuk warga
Negara yang miskin dan tertimpa bencana. apabila Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi ini benar-benar dilaksanakan dan diterapkan kepada masyarakat
maka moral masyarakat khususnya perempuan akan terjaga dan terlindungi oleh pemerintah. supaya dapat berkurang tindakan kriminalitas seksual di
Indonesia”.
53
“Bapak Burhanuddin menyatakan, Segera berlakukan Undang-Undang tersebut, jangan hanya pembuatannya saja yang dibuat pemerintah, tapi
pelaksanaannya tidak ada. Undang-Undang Pornografi hanya mengambang begitu saja, karena tidak jelas pelaksanaannya oleh pemerintah.Undang-
Segera berlakukan Undang-Undang tersebut, jangan hanya pembuatannya saja yang dibuat pemerintah, tapi pelaksanaannya tidak ada. Undang-Undang Pornografi
hanya mengambang begitu saja, karena tidak jelas pelaksanaannya oleh pemerintah.Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi tersebut bukan hanya
kepentingan Umat Islam saja, tapi banyak agama lain yang setuju dengan adanya Undang-Undang tersebut. Karena semakin banyaknya penyimpangan-penyimpangan
seperti pakaian-pakaian terbuka dan tontonan-tontonan yang semakin menjadi-jadi. apabila sampai seterusnya penanganan dari pemerintah tidak ada sama sekali maka
tinggal kitanya yang menerapkan dan menjaga moral kepada diri kita masing-masing. Hal ini yang sebagaimana telah disampaikan oleh Bapak Burhanuddin .
53
Wawancara dengan Bapak Mohd. Hatta, di Sekretariat MUI Medan, pada tanggal, 26 Mei 2009.
Universitas Sumatera Utara
Undang Pornografi dan Pornoaksi tersebut bukan hanya kepentingan Umat Islam saja, tapi banyak agama lain yang setuju dengan adanya Undang-Undang
tersebut. Karena semakin banyaknya penyimpangan-penyimpangan seperti pakaian-pakaian terbuka dan tontonan-tontonan yang semakin menjadi-jadi.
apabila sampai seterusnya penanganan dari pemerintah tidak ada sama sekali maka tinggal kitanya yang menerapkan dan menjaga moral kepada diri kita
masing-masing”.
54
“Zakaria menyatakan, tidak ada sama sekali peran Negara Pemerintah dalam melaksanakan Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi tersebut hanya
pembuatan Undang-Undangnya saja yang dibuat tetapi pelaksanaannya tidak ada. tidak jelas hasil dari Undang-Undang tersebut. Zakaria menganggap,
pemerintah hanya melakukan pemborosan, karena Undang-Undang tersebut tidak jelas hasilnya sampai sekarang. Sebenarnya tindak kriminalitas tidak
terletak pada Undang-Undang tetapi terletak pada aparat yang tidak menjalankan tugasnya dengan baik. kebanyakan yang banyak mengambil
kesempatan untuk melakukan tindak kriminalitas terhadap perempuan itu pihak aparatnya. Jadi yang harus dilakukan oleh Negara memberi ganjaran kepada
aparat supaya mereka lebih menghargai moral para perempuan. Jangan hanya dengan gampangnya untuk melakukan tindakan yang semena-mena terhadap
perempuan”.
Namun Zakaria menyatakan, tidak ada sama sekali peran Negara Pemerintah dalam melaksanakan Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi tersebut hanya
pembuatan Undang-Undangnya saja yang dibuat tetapi pelaksanaannya tidak ada. tidak jelas hasil dari Undang-Undang tersebut. Zakaria menganggap, pemerintah
hanya melakukan pemborosan, karena Undang-Undang tersebut tidak jelas hasilnya sampai sekarang. Sebenarnya tindak kriminalitas tidak terletak pada Undang-Undang
tetapi terletak pada aparat yang tidak menjalankan tugasnya dengan baik. Kebanyakan yang banyak mengambil kesempatan untuk melakukan tindak
kriminalitas terhadap perempuan itu pihak aparatnya. Jadi yang harus dilakukan oleh Negara memberi ganjaran kepada aparat supaya mereka lebih menghargai moral para
perempuan. Jangan hanya dengan gampangnya untuk melakukan tindakan yang semena-mena terhadap perempuan.
55
54
Wawancara dengan Bapak Drs. Burhanuddin Damanik, di Sekretariat MUI Medan, pada tanggal 26 Mei 2009
55
Wawancara dengan Bapak Zakaria Bangun, di DPRD SUMUT, pada tanggal: 29 Mei 2009.
Universitas Sumatera Utara
D. Prilaku Antara Kelompok Yang Mendukung dan Menentang Undang- Undang Pornografi dan Pornoaksi
Beberapa masalah yang terjadi antara kelompok yang mendukung dan menentang Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi. Diantaranya mengenai hal-hal
seksual hanya menyangkut tubuh perempuan. Kelompok Majelis Ulama Indonesia MUI Medan mengemukakan tubuh perempuan diciptakan dengan sangat indah,
sehingga akan sangat berbahaya bagi lawan jenis yang melihatnya apabila tubuh tersebut tidak tertutup.
Dalam ajaran Agama Islam adalah kewajiban bagi seorang perempuan untuk menutupi auratnya. Dalam hukum ajaran Agama Islam, seorang perempuan hanya
boleh memperlihatkan bagian tubuh seperti telapak tangan dan wajah selebihnya tidak boleh diperlihatkan. Selain itu, tubuh perempuan memang sangat sensual karena
dapat membangkitkan birahi lawan jenisnya. Sehingga sudah seharusnya perempuan menutupi bagian tubuh yang sensual tersebut tidak jauh berbeda dengan seorang istri
sebenarnya tidak boleh keluar rumah tanpa didampingi suami atau izin suami, kerjanya hanya boleh melayani suami dan hanya boleh berdandan untuk suaminya
saja seperti itulah yang dikemukakan dalam hukum Islam. Hal ini yang sebagaimana telah disampaikan oleh Bapak Burhanuddin.
“Dalam ajaran Agama Islam adalah kewajiban bagi seorang perempuan untuk menutupi auratnya. Dalam hukum ajaran Agama Islam, seorang
perempuan hanya boleh memperlihatkan bagian tubuh seperti telapak tangan dan wajah selebihnya tidak boleh diperlihatkan. Selain itu, tubuh
perempuan memang sangat sensual karena dapat membangkitkan birahi lawan jenisnya. Sehingga sudah seharusnya perempuan menutupi bagian
tubuh yang sensual tersebut tidak jauh berbeda dengan seorang istri sebenarnya tidak boleh keluar rumah tanpa didampingi suami atau izin
suami, kerjanya hanya boleh melayani suami dan hanya boleh berdandan
Universitas Sumatera Utara
untuk suaminya saja seperti itulah yang dikemukakan dalam hukum Islam”.
56
“Zakaria mengatakan, dengan menganggap hanya tubuh perempuan yang sensual dan harus ditutupi berarti kita menyalahkan makluk
ciptaan Tuhan. Karena seolah-olah tubuh perempuan haram untuk dilihat, sehingga harus ditutupi. Seorang perempuan memiliki
haknya sendiri untuk mengatur tubuhnya. Sedangkan kewajiban lawan jenisnya untuk mengatur hasrat dan moralnya masing-masing.
Alangkah tidak adilnya apabila hanya perempuan yang disudutkan dengan tubuhnya”.
Sementara Zakaria mengatakan, dengan menganggap hanya tubuh perempuan yang sensual dan harus ditutupi berarti kita menyalahkan makluk ciptaan Tuhan.
Karena seolah-olah tubuh perempuan haram untuk dilihat, sehingga harus ditutupi. Seorang perempuan memiliki haknya sendiri untuk mengatur tubuhnya. Sedangkan
kewajiban lawan jenisnya untuk mengatur hasrat dan moralnya masing-masing. Alangkah tidak adilnya apabila hanya perempuan yang disudutkan dengan tubuhnya.
Hal ini yang sebagaimana telah disampaikan oleh Bapak Zakaria.
57
“Pada pembahasan isi pasal 27 ayat 1 mengenai larangan berciuman bibir dimuka umum, kelompok Majelis Ulama Indonesia MUI
Medan. Mengatakan bahwa dalam ajaran Agama Islam mendekati zinah adalah sebuah perbuatan dosa. Maka dari itu berciuman tanpa
Pada pembahasan isi pasal 27 ayat 1 mengenai larangan berciuman bibir dimuka umum, kelompok Majelis Ulama Indonesia MUI Medan. Mengatakan
bahwa dalam ajaran Agama Islam mendekati zinah adalah sebuah perbuatan dosa. Maka dari itu berciuman tanpa ikatan yang sah adalah dosa. Apalagi dengan
menunjukkan adegan berciuman tesebut dimuka umum. Hal ini yang sebagaimana telah disampaikan oleh kelompok Majelis Ulama Indonesia.
56
Wawancara dengan Bapak Burhanuddin, di Sekretariat MUI Medan, pada tanggal 26 Mei 2009.
57
Wawancara dengan Bapak Zakaria Bangun, di DPRD, pada tanggal: 29 Mei 2009.
Universitas Sumatera Utara
ikatan yang sah adalah dosa. Apalagi dengan menunjukkan adegan berciuman tesebut dimuka umum”
58
“Zakaria menganggap, berciuman bibir adalah hal yang wajar dilakukan di beberapa Negara maju sebagai salah satu salam kepada orang lain.
Dalam hal ini, Zakaria menganggap, dengan larangan tersebut, maka pemerintah telah melanggar hak-hak asasi manusia untuk mendapatkan
kebebasan dalam melakukan kegiatan tertentu tanpa mengganggu ketertiban umum. Sampai dengan saat ini, tidak ada satu kasus di
Kepolisian yang menyatakan bahwa berciuman di muka umum mengakibatkaan terganggunya ketertiban masyarakat”.
.
Sedangkan Zakaria menganggap, berciuman bibir adalah hal yang wajar dilakukan di beberapa Negara maju sebagai salah satu salam kepada orang lain.
Dalam hal ini, Zakaria menganggap, dengan larangan tersebut, maka pemerintah telah melanggar hak-hak asasi manusia untuk mendapatkan kebebasan dalam melakukan
kegiatan tertentu tanpa mengganggu ketertiban umum. Sampai dengan saat ini, tidak ada satu kasus di Kepolisian yang menyatakan bahwa berciuman di muka umum
mengakibatkaan terganggunya ketertiban masyarakat. Hal ini yang sebagaimana disampaikan oleh Bapak Zakaria Bangun.
59
“Mengenai batasan-batasan porno, kelompok Majelis Ulama Indonesia MUI Medan, menggangap batasan-batasan porno adalah bagian tubuh
perempuan yang diperlihatkan dengan sengaja dan dapat menaikan birahi lawan jenisnya. Atau bisa dikatakan gerakan-gerakan erotis yang
Mengenai batasan-batasan porno, kelompok Majelis Ulama Indonesia MUI Medan, menggangap batasan-batasan porno adalah bagian tubuh perempuan yang
diperlihatkan dengan sengaja dan dapat menaikan birahi lawan jenisnya. Atau bisa dikatakan gerakan-gerakan erotis yang dilakukan dengan sengaja yang dapat
mengundang birahi lawan jenisnya. Hal ini yang sebagaimana telah disampaikan oleh Kelompok Majelis Ulama Indonesia.
58
Wawancara dengan kelompok Majelis Ulama Indonesia, di Sekretariat MUI Medan, pada tanggal 26 Mei 2009.
59
Wawancara dengan Bapak Zakaria Bangun, di DPRD SUMUT, pada tanggal 29Mei 2009.
Universitas Sumatera Utara
dilakukan dengan sengaja yang dapat mengundang birahi lawan jenisnya”.
60
“Zakaria menganggap, bahwa batasan-batasan porno hanya sekitar alat kelamin laki-laki atau perempuan. Selain itu, tergantung kepada si
pelihat. Apabila seorang laki-laki melihat seorang perempuan dengan pakaian yang minim kemudian ia terpancing gairahnya bukan berarti
bahwa perempuan itu telah melakukan tindakan yang porno. Akan tetapi kemungkinan yang terjadi adalah seorang laki-laki yang tidak mampu
menahan dirinya. Hanya karena seorang perempuan memperlihatkan sebagian tubuhnya bukan berarti bahwa ia telah melakukan tindakan
porno”. Sedangkan Zakaria menganggap, bahwa batasan-batasan porno hanya sekitar
alat kelamin laki-laki atau perempuan. Selain itu, tergantung kepada si pelihat. Apabila seorang laki-laki melihat seorang perempuan dengan pakaian yang minim
kemudian ia terpancing gairahnya bukan berarti bahwa perempuan itu telah melakukan tindakan yang porno. Akan tetapi kemungkinan yang terjadi adalah
seorang laki-laki yang tidak mampu menahan dirinya. Hanya karena seorang perempuan memperlihatkan sebagian tubuhnya bukan berarti bahwa ia telah
melakukan tindakan porno. Hal ini yang sebagaimana telah disampaikan oleh Bapak Zakaria Bangun.
61
Strategi yang dibuat oleh Komisi A, dalam menanggapi masalah undang- undang. Komisi A sendiri tidak ada melakukan strategi apapun yang dibuat oleh
Komisi A, karena menurut Zakaria percuma saja semuanya dilakukan karena hasil dari penyelesaian yang dibuat pemerintah tidak ada sama sekali. Jadi semuanya hanya
pemborosan dan pembohongan public yang dibuat pemerintah pusat. Hal ini yang sebagaimana yang telah disampaikan oleh Bapak Zakaria Bangun.
60
Wawancara dengan kelompok MUI Medan, Sekretariat MUI Medan, pada tanggal 26 Mei 2009.
61
Wawancara dengan Bapak Zakaria, di DPRD Sumut, pada tanggal:29 Mei 2009.
Universitas Sumatera Utara
“Strategi yang dibuat oleh Komisi A, dalam menanggapi masalah undang- undang. Komisi A sendiri tidak ada melakukan strategi apapun
yang dibuat oleh Komisi A, karena menurut Zakaria percuma saja semuanya dilakukan karena hasil dari penyelesaian yang dibuat
pemerintah tidak ada sama sekali. Jadi semuanya hanya pemborosan dan pembohongan public yang dibuat pemerintah pusat”.
62
“Namun Zakaria menyatakan, tidak melakukan tindakan apapun yang dibuat oleh pihak Komisi A, untuk menanggapi masalah undang-undang
pornografi dan pornoaksi karena menurut Zakaria, percuma saja kami berbuat tindakan apapun kepada pemeritah tapi tidak pernah digubris
oleh pemerintah. tingga l pada diri kita sendiri kita jaga moral itu, seharusnya masalah moral juga menjadi tanggung jab pemerintahkarena
tugas pemerintah DPR mendengar, menjaga aspirasi masyarakatnya, tapi mau gimana lagi pemerintah pusat saja tidak ada tidak ada tindakan
apa-apa untuk Negaranya. Jadi kita sebagai bawahan mereka tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Pendapat kita soal rakyat di Sumatera Utara kita
sampaikan ke pusat tetapi tidak ada tindakan dan penanganan dari mereka tidak ada sama sekali”.
Namun tidak melakukan tindakan apapun yang dibuat oleh pihak Komisi A, dalam menanggapi masalah undang-undang pornografi dan pornoaksi tersebut.
Karena menurut Zakaria, percuma saja kami berbuat tindakan apapun kepada pemeritah tapi tidak pernah digubris oleh pemerintah. Tinggal pada diri kita sendiri
kita jaga moral itu, seharusnya masalah moral juga menjadi tanggu ng jab pemerintahkarena tugas pemerintah DPR mendengar, menjaga aspirasi
masyarakatnya, tapi mau gimana lagi pemerintah pusat saja tidak ada tidak ada tindakan apa-apa untuk Negaranya. Jadi kita sebagai bawahan mereka tidak bisa
berbuat apa-apa lagi. Pendapat kita soal rakyat di Sumatera Utara kita sampaikan ke pusat tetapi tidak ada tindakan dan penanganan dari mereka tidak ada sama sekali.
Hal ini yang sebagaimana telah disampaikan oleh Bapak Zakaria Bangun.
63
62
Wawancara dengan Bapak Zakaria Bangun, di DPRD Sumut, pada tanggal 29 Mei 2009.
63
Wawancara dengan Bapak Zakaria Bangun, di DPRD Sumut, pada tanggal 29 Mei 2009.
Universitas Sumatera Utara
Strategi yang dibuat Majelis Ulama Indonesia MUI Medan, dalam menanggapi masalah undang-undang pornografi dan pornoaksi, sebenarnya tidak ada
strategi apa-apa yang dibuat pihak Majelis Ulama Indonesia MUI Medan. Karena Ormas Islam mendesak kepada pihak Majelis Ulama Indonesia MUI Medan, supaya
undang-undang ini terlaksana karena belum menampakkan hasil dan sampai sekarang pun belum disosilisasikan kepada masyarakat undang-undang tersebut. Ya, akhirnya
kami harus turun tangan untuk memperjuangkan undang-undang tersebut supaya terlaksana. Akhirnya mau berbuat apa lagi hanya berharap-harap sajalah karena kita
tidak bisa berbuat apapun. Tinggal kita tunggu saja pelaksanaan selanjutnya dari pihak Dewan Perwakilan Rakyat DPR, apalagi keanggotaan Dewan Perwakilan
Rakyat DPR pun tinggal beberapa bulan lagi. Jadi tidak tau juga kita bagaimana nasib undang-undang tersebut. Tinggal kitanya saja yang menjaga diri dan nilai-nilai
keimanan masing-masing. Adapun pengamalan umat Islam yang memang wajib dijalani tanpa harus mengikuti peraturan undang-undang tersebut. Tanpa undang-
undang itu pengamalan umat Islam itu masih tetap berjalan. Hal ini yang sebagaimana telah disampaikan oleh Bapak Burhanuddin.
“Burhanuddin menyatakan, Strategi yang dibuat Majelis Ulama Indonesia MUI Medan, dalam menanggapi masalah undang-undang
pornografi dan pornoaksi, sebenarnya tidak ada strategi apa-apa yang dibuat pihak Majelis Ulama Indonesia MUI Medan. Karena Ormas
Islam mendesak kepada pihak Majelis Ulama Indonesia MUI Medan, supaya undang-undang ini terlaksana karena belum menampakkan hasil
dan sampai sekarang pun belum disosilisasikan kepada masyarakat undang-undang tersebut. Ya akhirnya kami harus turun tangan untuk
memperjuangkan undang-undang tersebut supaya terlaksana. Akhirnya mau berbuat apa lagi hanya berharap-harap sajalah karena kita tidak bisa
berbuat apapun. Tinggal kita tunggu saja pelaksanaan selanjutnya dari pihak Dewan Perwakilan Rakyat DPR, apalagi keanggotaan Dewan
Perwakilan Rakyat DPR pun tinggal beberapa bulan lagi. Jadi tidak tau juga kita bagaimana nasib undang-undang tersebut. Tinggal kitanya saja
yang menjaga diri dan nilai-nilai keimanan masing-masing. Adapun pengamalan umat Islam yang memang wajib dijalani tanpa harus
mengikuti peraturan undang-undang tersebut. Tanpa undang-undang itu
Universitas Sumatera Utara
pengamalan umat Islam itu masih tetap berjalan. Hal ini yang sebagaimana telah disampaikan oleh Bapak Burhanuddin”.
64
“Menurut Zakaria, tidakan yang dibuat oleh Majelis Ulama Indonesia MUI Medan dalam menanggapi masalah undang-undang ini. Ya,
hanya menanamkan nilai iman masing-masing sajalah. Kita himbau, kita beritahu dan kalau ada tontonan-tonan yang menunjukkan seksualitas
jangan dilihat, dikomputer jangan dibuka dan jangan diakses, kalau keluarga hanya menanamkan modal nilai agama kepada keluarga. Kalau
tindakan yang dibuat yang dibuat terhadap perlindungan perempuannya Adapun tidakan yang dibuat oleh Majelis Ulama Indonesia MUI Medan
dalam menanggapi masalah undang-undang ini. Ya, hanya menanamkan nilai iman masing-masing sajalah. Kita himbau, kita beritahu dan kalau ada tontonan-tonan yang
menunjukkan seksualitas jangan dilihat, dikomputer jangan dibuka dan jangan diakses, kalau keluarga hanya menanamkan modal nilai agama kepada keluarga.
Kalau tindakan yang dibuat yang dibuat terhadap perlindungan perempuannya tidak ada, karena pihak perempuannya sendiri yang tidak mau dilindungi jadi bagaimana
kami mau memberi perlindungan. Sedangkan perempuan banyak protes dengan adanya undang-undang, karena banyak dari perempuan tersebut yang tidak
sependapat. Jika mereka sepaham untuk membuat pernyataan ke Gedung Dewan Perwakilan Rakyat DPR, maka tidak akan ada yang beran lagi untuk berbuat seperti
itu, karena udah ada larangan dengan tegas. Masih banyak yang menolak dengan adanya undang-undang tersebut seperti kalangan artis. Jadi ya tindakannya seperti
yang tadi saya bilang hanya menanamkan nilai moral kepada masing-masing keluarga. Menurut Burhanuddin percuma saja kita bertindak karena kita bukan
lembaga hukum. Sedangkan dari pusat sudah mendesak supaya undang-undang tersebut terlaksana tapi tidak ada juga didengar. Hal ini yang sebagaimana telah
disampaikan oleh Bapak Burhanuddin.
64
Wawancara dengan Bapak Burhanuddin, di Sekretariat MUI Medan, pada tanggal: 26 Mei 2009.
Universitas Sumatera Utara
tidak ada, karena pihak perempuannya sendiri yang tidak mau dilindungi jadi bagaimana kami mau memberi perlindungan. Sedangkan perempuan
banyak protes dengan adanya undang-undang, karena banyak dari perempuan tersebut yang tidak sependapat. Jika mereka sepaham untuk
membuat pernyataan ke Gedung Dewan Perwakilan Rakyat DPR, maka tidak akan ada yang beran lagi untuk berbuat seperti itu, karena
udah ada larangan dengan tegas. Masih banyak yang menolak dengan adanya undang-undang tersebut seperti kalangan artis. Jadi ya
tindakannya seperti yang tadi saya bilang hanya menanamkan nilai moral kepada masing-masing keluarga. Menurut Burhanuddin percuma
saja kita bertindak karena kita bukan lembaga hukum. Sedangkan dari pusat sudah mendesak supaya undang-undang tersebut terlaksana tapi
tidak ada juga didengar”.
65
“Mohd. Hatta menyatakan, Pihak Majelis Ulama Indonesia MUI Medan tidak melakukan tindakan apapun karena menurutnya kita bukan
lembaga penegak hukumdan kita ini bukan eksikutor, jadi tidak ada yang bisa ditindak. Kita ambil peduli tetapi apa yang mau kita buat karena
tidak ada kekuasaan kita di undang-undang tersebut. Tetapi kami tetap memperjuangkan undang-undang tersebut supaya para perempuan
Indonesia terlindungi”. Mohd. Hatta menyatakan, Pihak Majelis Ulama Indonesia MUI Medan tidak
melakukan tindakan apapun karena menurutnya kita bukan lembaga penegak hukumdan kita ini bukan eksikutor, jadi tidak ada yang bisa ditindak. Kita ambil
peduli tetapi apa yang mau kita buat karena tidak ada kekuasaan kita di undang- undang tersebut. Tetapi kami tetap memperjuangkan Undang-undang tersebut supaya
para perempuan Indonesia terlindungi. Hal ini yang sebagaimana telah disampaikan oleh Bapak Mohd. Hatta.
66
Antara kelompok Komisi A Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD Sumatera Utara dan kelompok Majelis Ulama Indonesia MUI Medan, terjadi
pertentangan mengenai permasalahan dimana sebuah peraturan Perundang-Undangan
65
Wawancara dengan Bapak Burhanuddin, DI secretariat MUI Medan, pada tanggal 26 Mei 2009.
66
Wawancara dengan Bapak Mohd. Hatta. di Sekretariat MUI Medan, pada tanggal 26 Mei 2009.
Universitas Sumatera Utara
tidak hanya mengacu pada satu aliran, akan tetapi harus mewakili semua aliran kepercayaan dan budaya masyarakat yang majemuk dan multi etnik di Kota Medan.
E. Klasifikasi Kelompok Pendukung dan Penentang Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi Dalam Aliran Feminisme.
Dalam menanggani masalah Undang-undang pornografi dan pornoaksi banyak tanggapan dan pertentangan yang terjadi antara kelompok pendukung dan
penentang. Dari tanggapan kelompok pendukung dan penentang itulah yang akan di klasifikasikan menjadi dua aliran feminisme apakah kelompok pendukung dan
penentang tersebut termasuk golongan feminisme liberal atau feminisme radikal. Majelis Ulama Indonesia MUI Medan menyatakan, didalam isi dari undang-
Undang pornografi dan pornoaksi banyak menjelaskan tentang perempuan yang wajib dilindungi oleh Negara dan dijelaskan juga mengenai sanksi-sanksi yang dikenakan
bagi yang melanggar peraturan-peraturan yang tertulis didalam undang-undang pornografi dan pornoaksi tersebut. Didalam undang-undang pornografi dan pornoaksi
selain perlindungan yang didapat oleh perempuan, keadilan dan kesetaraan pun dapat diperoleh oleh perempuan. Perempuan akan mendapatkan kesetaraan dan keadilan
apabila perempuan dapat menjaga moral diri mereka masing-masing. Banyaknya prilaku-prilaku yang tidak semena-mena yang dibuat oleh laki-laki, maka datangnya
perilaku seperti itu karena perempuanlah yang mengundang si laki-laki untuk berbuat tindak kriminalitas seperti itu. Kemudian jangan mencari kesetaraan dan keadilan
tersebut dengan membanding-bandingkan apa yang dibuat laki-laki, lalu perempuan pun ikut berbuat yang sama seperti apa yang dilakukan oleh laki-laki.
Mengenai isi pasal dari undang-undang pornografi dan pornoaksi Mohd. Hatta menyatakan, tidak mengetahui betul isi pasal dari undang-undang pornografi dan
Universitas Sumatera Utara
pornoaksi tersebut setelah disahkannya undang-undang pornografi dan pornoaksi pada tanggal 30 Oktober 2008 mereka belum pernah melihat bagaimana bentuk dan
isi undang-undang pornografi dan pornoaksi tersebut. Hatta, mengetahui isi pasalnya hanya waktu pembuatannya saja. Jadi dia tidak bisa memberikan gambaran seperti
apa perlindungan yang akan didapat oleh perempuan. Hatta, hanya menyarankan supaya perempuan lebih menjaga moral diri mereka masing-masing, salah satu
anggota Majelis Ulama Indonesia MUI Medan menyatakan, walaupun dia tidak mengetahui betul bagaimana isi dari undang-undang pornografi dan pornoaksi
tersebut, tetapi sekilas dia mengetahui isi undang-undang pornografi dan pornoaksi tersebut dari media massa.
Dalam membahas sanksi-sanksi yang terdapat dalam undang-undang pornografi dan pornoaksi Burhanuddin menganggap, bahwa sanksi-sanksi yang
dikenakan kepada orang yang melanggar undang-undang pornografi dan pornoaksi haruslah dihukum seberat mungkin karena masalah moral menyangkut kelangsungan
hidup bernegara. Pihak Majelis Ulama Indonesia menyatakan, Pemerintah pusat harus segera
mensosialisasikan undang-undang pornografi dan pornoaksi tersebut ke masyarakat. Kalau pemerintah tidak benar-benar mensosialisasikan undang-undang tersebut maka
pemerintah hanya melakukan pemborosan uang Negara dan hanya melakukan pembohongan publik saja. Apabila undang-undang pornografi dan pornoaksi ini
benar-benar dilaksanakan dan diterapkan kepada masyarakat maka moral para perempuan akan terjaga dan terlindungi oleh pemerintah. Undang-undang pornografi
dan pornoaksi tersebut bukan hanya kepentingan umat Islam saja, tetapi banyak agama lain yang setuju dengan adanya undang-undang tersebut. Karena mereka
melihat semakin banyaknya penyimpangan-penyimpangan yang terjadi di tengah-
Universitas Sumatera Utara
tengah masyarakat. Apabila seterusnya pemerintah tidak perduli dengan masalah undang-undang ini maka tinggal kitanya yang menerapkan dan menjaga moral kepada
diri kita masing-masing. Prilaku yang dikemukakan oleh pihak Majelis Ulama Indonesia MUI Medan
mengenai undang-undang pornografi dan pornoaksi dalam ajaran agama Islam adalah kewajiban bagi seorang perempuan untuk menutupi auratnya. Dalam hukum ajaran
agama Islam, seorang perempuan hanya boleh memperlihatkan bagian tubuhnya seperti telapak tangan dan wajah, selebihnya tidak boleh diperlihatkan. Seluruh tubuh
perempuan sangat sensual karena dapat membangkitkan birahi lawan jenisnya. Sehingga sudah seharusnya perempuan menutup bagian tubuh yang sensual tersebut.
Mengenai berciuman dimuka umum Majelis Ulama Indonesia MUI Medan menyatakan, dalam ajaran agama Islam berciuman itu sama dengan perbuatan yang
mendekati Zinah, oleh sebab itu berciuman tanpa ikatan yang sah adalah dosa. Dari tanggapan-tanggapan yang telah dikemukakan oleh kelompok Majelis Ulama
Indonesia MUI Medan maka timbullah suatu pemahaman yang dapat dikaitkan dengan aliran feminisme radikal karena aliran feminisme radikal sifatnya lebih
melindungi perempuan, feminisme radikal membebaskan perempuan berekspresi dan memberi kebebasan untuk melakukan tindakan apapun yang mereka inginkan tetapi
perempuan tersebut harus membatasi ruang gerak mereka dari segi pakaian, tarian, dan prilaku mereka masing-masing, asalkan jangan melewati batasan-batasan yang
yang diterapkan di dalam agama seperti itulah tanggapan-tanggapan yang telah dikemukakan oleh Majelis Ulama Indonesia MUI Medan apabila dikait-kaitkan
dengan aliran feminisme radikal, maka hampir sama dengan pemahaman aliran feminisme radikal.
Universitas Sumatera Utara
Majelis Ulama Indonesia MUI Medan mendukung keras dengan adanya undang-undang pornografi dan pornoaksi tersebut. Mereka menganggap dengan
adanya undang-undang pornografi dan pornoaksi ini maka para perempuan Indonesia akan terlindungi dari tindakan-tindakan kriminalitas, lalu mereka mendesak
pemerintah segera mensosialisasikan undang-undang tersebut supaya moral warga Negara Indonesia akan terlindungi. Tetapi dari tanggapan-tanggapan yang telah
dikemukakan oleh kelompok Majelis Ulama Indonesia MUI Medan, mengenai isi pasal dari undang-undang pornografi dan pornoaksi mereka tidak mengetahui sama
sekali mengenai isi pasal undang-undang tersebut setelah sudah disahkan. Mereka mengetahui isi pasal undang-undang tersebut hanya waktu awal pembuatan undang-
undang pornografi dan pornoaksinya saja, tetapi setelah disahkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, mereka belum mengetahui isi pasalnya sama
sekali. Disini bisa terlihat jelas keanehan yang terjadi dari kelompok Majelis Ulama
Indonesia MUI Medan, mereka mendukung tetapi mereka tidak mengetahui isi pasal dari undang-undang pornografi dan pornoaksi tersebut. Dari tanggapan inilah
yang bisa menimbulkan suatu pemahaman yang sulit diterima oleh masyarakat, Apalagi kelompok Majelis Ulama Indonesia MUI Medan meminta supaya
pemerintah segera mensosialisasikan undang-undang pornografi dan pornoaksi tersebut. megapa mereka mendorong pemerintah supaya undang-undang ini dapat
dilaksanakan padahal mereka tidak mengetahui sama sekali isi pasal tesebut. Seharusnya mereka tidak usah melakukan tindakan seperti itu karena tanggapan
mereka itulah yang dapat menimbulkan tanggapan-tanggapan yang akan berakibat suatu masalah ditengah-tengah masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
Namun Zakaria berpendapat, bahwa didalam undang-undang pornografi dan pornoaksi tersebut tidak ada kesetaraan dan keadilan apapun yang didapat oleh
perempuan. Malah menurutnya, didalam undang-undang tersebut perempuanlah yang selalu dipojokkan, padahal semua itu adalah kesalahan dari laki-lakinya juga yang
memang bejat. Zakaria menolak dengan adanya undang-undang pornografi dan pornoaksi ini, dengan adanya undang-undang maka disharmonis antar suku,
kemajemukan masyarakat yang multi etnik akan hilang dan keharmonisan masyarakat pun akan menjadi tidak aman.
Karena undang-undang ini bersifat multitafsir dan masih rancunya kata-kata porno di dalam undang-undang pornografi dan pornoaksi tersebut maka masyarakat
masih sulit mengerti apa arti kata porno yang terdapat di dalam undang-undang pornografi dan pornoaksi tersebut. Hanya sebagian kalangan saja yang bisa
mengartikan apa itu porno, namun yang sebagian lagi masih meraba-raba apa arti dari kata porno.
Sedangkan masalah berciuman di muka umum itu adalah hal yang biasa dilakukan masyarakat untuk mengucapkan salam kepada teman, saudara, sesama
jenis atau orang yang udah lama tidak berjumpa dengan kita, sah-sah saja apabila itu dilakukan di muka umum. Lalu masalah moral adalah masalah masing-masing
individu sehingga tidak perlu campur tangan pemerintah dalam menangani masalah moral masing-masing individu tersebut. Dengan adanya undang-undang ini tidak
menjamin penekanan tingkat kriminalitas seksualitas di tengah-tengah masyarakat akan berkurang karena tidak adanya jaminan mutlak bahwa undang-undang ini
mampu menekan tingkat kriminalitas seksual. Mengenai isi pasal dari undang-undang pornografi dan pornoaksi dia tidak
menyetujui karena menurutnya hal-hal sensual itu tidak hanya datangnya dari tubuh
Universitas Sumatera Utara
perempuan saja, tetapi sebagian tubuh laki-laki juga memiliki daya tarik dan bisa membangkitkan syahwat lawan jenisnya. Menurutnya dengan adanya undang-undang
pornografi dan pornoaksi ini tidak mampu mengakomodasi keanekaragaman budaya, hal ini yang dapat dilihat dari beberapa pasalnya yang menyatakan perempuanlah
yang seharusnya menutup auratnya. Selain itu, undang-undang ini mengacu pada aliran budaya tanpa memperdulikan budaya lain sehingga semua masyarakat seolah-
olah disamaratakan dengan satu budaya saja. Dalam masalah undang-undang pornografi dan pornoaksi ini Zakaria
menyatakan, pemerintah kurang peduli dalam pelaksanaannya. Karena undang- undang tersebut tidak jelas hasilnya. sebenarnya tindak kriminalitas tidak terletak
pada undang-undang tetapi terletak pada aparatnya yang tidak menjalankan tugasnya dengan baik. Banyak aparat yang mengambil kesempatan untuk berbuat tidak
kriminalitas terhadap perempuan. jadi yang harus dilakukan pemerintah Negara memberi ganjaran kepada aparat supaya mereka lebih menghargai moral para
perempuan. Sedangkan prilaku yang dikemukakan oleh Zakaria, jangan hanya
menganggap tubuh perempuan yang sensual dan harus di tutupi berarti kita menyalahkan makhluk ciptaan tuhan. Karena seolah-olah tubuh perempuan haram
untuk dilihat sehingga harus ditutupi, perempuan mempunyai hak untuk mengatur tubuhnya sendiri. Sedangkan kewajiban bagi lawan jenisnya untuk mengatur hasrat
dan moralnya masing-masing. Dari tanggapan yang telah dikemukakan oleh Zakaria, dapat diambil
kesimpulan bahwa Zakaria, lebih memihak ke aliran feminisme radikal karena Zakaria, lebih membebaskan perempuan utuk berbuat apa yang diinginkan mereka
tanpa harus diatur oleh peraturan apapun, menurutnya perempuan mempunyai hak
Universitas Sumatera Utara
masing-masing untuk mengatur diri mereka sendiri. Dalam masalah berpakaian pun Zakaria, menilai hal yang wajar apabila perempuan memakai pakaian yang minim
karena itu bukan merupakan hal-hal yang sensual itu semua tergantung pada mata yang memandang, kalau memang dasar otak yang melihatnya jorok dan berfikir
negatif maka menganggapnya itu adalah hal yang sensual tetapi kalau orang yang memandang dari segi positifnya itu adalah sebuah seni dalam berpakaian.
kemudian Zakaria menyatakan, apabila pemerintah benar-benar memberlakukan undang-undang ini ke masyarakat maka pemerintahlah yang harus
menanggung akibat dari perpecahan kesatuan dan persatuan Negara. Karena dengan adanya undang-undang yang bersifat multitafsir inilah yang akan menjadi masalah
besar yang terjadi di masyarakat khususnya orang-orang yang mempunyai jiwa seni yang tinggi. Mereka akan merasa terbatasi ruang geraknya untuk melakukan hal-hal
yang berbau seni. Lebih baik biarkan saja masyarakat atau para perempuan Indonesia mau berbuat apa yang mereka inginkan tanpa harus dibatasi oleh aturan-aturan
hukum dan undang-undang karena mereka bisa menjaga moral diri mereka sendiri.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV KESIMPULAN
Sejak disosialisasikan Undang-Undang Anti Pornografi dan Pornoaksi banyak kontroversi yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. Namun pada umumnya banyak
kalangan mengiginkan pemberantasan masalah tindakan porno yang sudah cukup merusak moral bangsa dan generasi muda. Majelis Ulama Indonesia MUI Medan,
mengatakan setuju dengan adanya Undang-Undang Anti Pornografi dan Pornoaksi di Indonesia, karena dengan adanya Undang-Undang ini maka akan berkurangnya
pelecehan-pelecehan, tindakan-tindakan kriminalitas yang dapat merusak moral warga Negara Indonesia dan para perempuan Indonesia akan mendapatkan kesetaraan
dan keadilan yang sesuai dengan keinginan mereka. Mereka merasa dengan adanya undang-undang tersebut perempuan-perempuan yang selama ini merasa tidak
mendapatkan keadilan dan perlindungi, maka dengan adanya undang-undang ini perempuan-perempuan Indonesia akan terlindungi dari tindak kriminalitas yang
semakin banyak. Majelis Ulama Indonesia menganggap senjata yang paling ampuh untuk memberantas tindakan-tindakan Pornografi adalah Undang-Undang Pornografi
dan Pornoaksi ini. Mengenai isi dari Undang-Undang Anti Pornografi dan Pornoaksi, Majelis
Ulama Indonesia tidak mengetahui betul bagaimana isi dari Undang-Undang tersebut. Mereka mengetahui isi pasal Undang-Undang itu hanya waktu pembahasannya saja.
Setelah itu mereka tidak tahu lagi bagaimana bentuk isi pasal dari Undang-Undang tersebut. Setelah sudah disahkannya Undang-Undang Anti Pornografi dan Pornoaksi
mereka mengetahui isi pasal tersebut hanya dari media massa saja. Jadi Majelis Ulama Indonesia MUI Medan tidak bisa memberikan gambaran secara luas
Universitas Sumatera Utara
bagaimana isi pasal dari Undang-Undang Anti Pornografi dan Pornoaksi itu sekarang. Mereka hanya berharap kepada Pemerintah Negara supaya Undang-Undang ini
segera terlaksana dan disosialisasikan ke masyarakat. Kemudian pihak Majelis Ulama Indonesia MUI Medan justru menganggap
Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi ini adalah sebuah bentuk keborosan pemerintah dalam mengatur sebuah Undang-Undang. Jika diperhitungkan biaya
untuk penyusunan Undang-Undang ini tidak sedikit biaya yang dikeluarkan oleh pemerintah. Sedangkan sampai sekarang tidak jelas pelaksanaannya, sehingga banyak
menuai protes dikalangan masyarakat. Menurut Majelis Ulama Indonesia MUI Medan akan lebih baik apabila biaya yang dikeluarkan untuk penyusunan Undang-
Undang ini digunakan untuk biaya pendidikan atau untuk mensejahteraan masyarakat yang miskin.
Majelis Ulama Indonesia MUI Medan mengatakan, Banyak masyarakat menilai bahwa Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi ini ditunggangi oleh
kepentingan politik sekelompok masyarakat yang mengingginkan masyarakat Indonesia hanya menjalankan satu aliran kepercayaan. Dengan kata lain, menekankan
kepada masyarakat Indonesia untuk menjalankan Syariat Islam dalam kehidupan sehari-hari. Padahal bukan hanya masyarakat yang beragama Islam saja yang
menyetujui dengan adanya Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi, tetapi banyak agama lain yang menyetujui dengan adanya Undang-Undang Pornografi dan
Pornoaksi ini. Malah agama lainlah yang memaksa supaya Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi ini benar-benar terlaksana.
Namun dalam pelaksanaan Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi pihak Komisi A Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD Sumatera Utara tidak
menyetujui dengan adanya Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi. Karena
Universitas Sumatera Utara
Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi ini bersifat multitafsir dan dapat melecehkan perempuan. Dengan adanya Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi
ini tidak menjamin penekanan tingkat kriminalitas di Indonesia dan khususnya di Kota medan akan berkurang, malahan dengan adanya Undang-Undang Pornografi
dan Pornoaksi ini bisa-bisa tindakan kriminalitas malah semakin menjadi-menjadi. Di dalam Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi tersebut tidak adanya
kesetaraan dan keadilan apapun yang didapat oleh perempuan malah perempuanlah yang selalu dipojokkan, banyak yang beranggapan datangnya tindakan kriminalitas
diakibatkan karena perempuan yang memancing. Padahal itu semua karena otak laki- lakinya juga yang sudah bejat. Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi ini tidak
memiliki dasar yang kuat. Mereka menganggap bahwa dibutuhkannya sebuah Undang-Undang yang fokus kepada permasalahan porno sehingga akan lebih mudah
dalam memberantas Pornografi dan Pornoaksi di Indonesia terutama di Medan. Kemudian masih banyaknya kata-kata porno yang masih rancu dan sulit dimengerti
oleh masyarakat didalam isi pasal Undang-Undang tersebut. Apabila Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi ini benar-benar terlaksana sebaiknya isi pasal dari Undang-
Undnag tersebut diperbaiki terlebih dahulu dan menjelaskan batasan-batasan porno yang lebih jelas, supaya masyarakat dapat mengerti batasan-batasan atau larangan-
larangan yang telah tertulis didalam Undang-Undang tersebut. Apabila Pemerintah Negara benar-benar mensosialisasikan Undang-Undang
ini ke masyarakat maka pemerintah harus bertanggung jawab apabila terjadi perpecahan di tengah-tengah masyarakat. Dengan adanya Undang-Undang Pornografi
dan Pornoaksi tersebut akan menganggu keharmonisan masyarakat di Medan. Sebagai Kota dengan kondisi masyarakat yang multi etnik, Undang-Undang ini
dikhawatirkan akan menimbulkan disharmonis di tubuh masyarakat Medan. Kondisi
Universitas Sumatera Utara
Kota Medan saat ini dalam keadaan kondusif, dengan adanya dialog antar tokoh agama dan tokoh masyarakat. Lalu dengan adanya Undang-Undang Anti Pornografi
dan Pornoaksi situasi itu akan terganggu karena pemerintah harus bertanggung jawab apabila timbul konflik horizontal didalam masyarakat. Kemudian mereka keberatan
dengan adanya Undang-Undang Anti Pornografi dan Pornoaksi ini yang dianggap merendahkan kaum perempuan dan menjadikan perempuan sebagai objek seksual
dimata hukum.
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Amal, Siti Hidayati, Beberapa Persfektif Feminis Dalam Menganalisis Permasalahan Perempuan, Yayasan Obor Indonesia: Jakarta, 1995
Budiarjo, Miriam, Dasar-Dasar Ilmu Politik, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1992
Fakih, Mansour, Analisis Gender dan Transformasi Sosial, Pustaka Pelajar: Yogyakarta, 2004
Fakih, Mansour, Sesat Pikir Teori Pembangunan dan Globalisasi, Pustaka Pelajar: Yogyakarta, 2001
Fatchan, A, Teori-Teori Perubahan Sosial, Yayasan Kampusina, Surabaya, 2004 Jurnal Perempuan No. 34, Politik dan Keterwakilan Perempuan, Yayasan Jurnal
Perempuan, Jakarta, 2004 Lesmana, Tjipta, Puspa Swara Jakarta: 1995
Mulia, Siti Musdah dan Anik Farida, Perempuan dan Politik, PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta, 2005
Pusat Kajian Wanita dan Gender, Universitas Indonesia, Hak Azasi Perempuan: Instrumen untuk mewujutkan Keadilan Gender, Yayasan Obor Indonesia,
Jakarta, 2005 Parulian, Donald, Menggugat Pemilu, Pusaka Harapan, Jakarta, 1997
Roskin, G. Michael, Political Science: an Introduction, A Viacom Company: Prentice Hall Upper Saddle River New Jersey, 1997
Sadli, Saparinah, Pwngantar Tentang Kajian Wanita, dalam buku Kajian Wanita Dalam Pembagunan
Sa’idah, Najwa dan Khatimah, Husnul, Revisi Politik Perempuan, IDeA Pustaka: Bogor, 2003
Santoso, Topo, Seksualitas dan Hukum Pidana, Jakarta: Ind-Hill-Co, 1997 Senoaji, Oemar, Kekuasaan Kehakiman di Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta, 2000
Soetjipto, Ani Widyani, Politik Perempuan Bukan Gerhana, Penerbit Buku Kompas, Jakarta, 2005
Squires, Judith, Gender in Political Theory, Polity Press, USA, 1999
Universitas Sumatera Utara
Undang-Undang Politik . 2003, UU No. 12 Tentang Pemilu, Fokus Media
Undang-Undang:
Bandung, 2003
http:www.betterindonesia.org
Situs Internet:
http:www.republika.co.id http:www.waspada.co.id
http:www.feminisme.co http:www.parasindonesia.com
http:draf_ruuapp.co.id http:id.wikipedia.orgwikiuu_pornografi
Universitas Sumatera Utara
TRANSKIP WAWANCARA
Narasumber : Zakaria Bangun Jabatan : Ketua Komisi A DPRD SUMUT
Lokasi wawancara : Komisi A DPRD Sumatera Utara
Penanya : Menurut salah satu artikel yang saya baca di Internet bahwa
Komisi A DPRD Sumut tidak menyetujui dengan adanya UU Pornografi tersebut?
Narasumber : Sepengetahuan saya, tidak semua anggota dari Komisi A
yang tidak menyetujui dengan adanya Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi tersebut, yang tidak menyetujui
Undang-Undang kebanyakan dari Fraksi PDI-P dan PDS. Penanya
: Bagaimana tanggapan Bapak soal Undang-Undang Pornografi tersebut, apakah bapak pribadi menyetujui atau
tidak dengan adanya Undang-Undang Pornografi tersebut? Narasumber
: Untuk saya pribadi, saya sangat tidak menyetujui dengan adanya Undang-Undang Pornografi tersebut, karena
menurut saya tidak terdapatnya arti kata porno dalam kamus bahasa Indonesia kita. Lalu kata porno tersebut
menurut saya masih rancu, masih banyak orang yang belum menngerti kata porno tersebut.
Penanya : Apakah ada isi pasal dari Undang-Undang Pornografi yang
menyimpang dan tidak sesuai dengan keinginan Komisi A. sehingga Komisi A tidak menyetujui dengan adanya
Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi tersebut? Narasumber
: Pada isi dari pasal hal-hal sensual hanya menyangkut sebaian tubuh perempuan, saya tidak setuju dengan isi
pasal dari Undang-Undang tersebut. Karena tidak hanya tubuh perempuan yang bisa dianggap sensual. Tubuh laki-
laki juga bisa dianggap sensual. Yang juga memiliki daya tarik yang dapat membangkitkan syahwat, di pasal tersebut
Universitas Sumatera Utara
pun saya melihat bahwa perempuan selalu di sudutkan sebagai biang keladi dan maraknya kejahatan yang dibuat
oleh laki-laki padahal memang moral laki-lakinya yang sudah bejat.
Penanya : Komisi A memiliki beberapa Fraksi, menurut Bapak ada
berapa fraksi yang menyetujui dengan dirancangnya UU Pornografi dan Pornoaksi tersebut dan ada berapa fraksi
yang tidak menyetujui? Narasumber
: Menurut saya, di Komisi A sendiri memiliki anggota dari semua partai politik yang ada di Sumatera Utara, jadi dari
sepengetahuan saya dari Fraksi PDI-P dan PDS lah yang selama ini melakukan penolakan keras
Terhadap UU tersebut. Dari awal dirancangnya Undang- Undang Pornografi dan Pornoaksi ini, sampai sudah
disahkan pun mereka masih melakukan penolakan. Sampai mereka tidak mau ikut dalam rapat Untuk membicarakan
Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi tersebut. Penanya
: Strategi apa yang dibuat oleh Komisi A terhadap Undang- Undang Pornografi dan Pornoaksi tersebut?
Narasumber : Komisi A sendiri tidak ada strategi apapun yang dibuat
oleh Komisi A sendiri, karena menurut saya percuma saja semuanya dilakukan karena hasil dari penyelesaian yang
dibuat pemerintah tidak ada sama sekali. Jadi semuanya hanya pemborosan dan pembodohan publik yang dibuat
pemerintah pusat. Penanya
: Menurut Bapak apakah sekarang Undang-Undang ini benar-benar dilaksanakan atau tidak setelah disahkannya
oleh DPR pada tanggal 30 Oktober 2008? Narasumber
: Sampai sekarang tidak ada pelaksanaannya sama sekali yang dibuat oleh pemerintah, tidak jelas hasilnya sampai
sekarang pelaksanaannya tidak ada, jangankan pelaksanaannya hasil dari Undang-Undang tersebut saja
kami belum mengetahui dengan pasti isi dari Undang- Undangh anya sebuah surat lampiranUndang-Undang
Universitas Sumatera Utara
tersebut saja yang datang kepada kami tetapi hasil dari semuanya tidak ada kami dapatkan, kemudian kami hanya
banyak mendengar dari publik isi dari pasal trsebut. Penanya
: Apakah benar Komisi A membuat sebuah Raperda untuk melakukan penolakan terhadap pembuatan Undang-Undang
Pornografi tersebut? Narasumber
: Memang benar pembuatan RAPERDA itu tapi hanya masih sebatas rancangannya saja tapi sampai sekarang Komisi A
belum membuat sama sekali PERDA tersebut , karena menurut saya percumasaja dibuat RAPERDA tersebut.
Sedangkan kita dari pihak Komisi A menyatakan tidak setuju tapi penyusunannya Undang-Undang tersebut, tetap
terlaksana di pusat sana. pihak fraksi PDI-P di Sumatera Utara ini dipusat sana mereka mengajukan Walk Out dari
rapat Pansus tetapi tetap saja Undang-Undang tersebut tetap terlaksana.
Penanya : Jika dalam waktu dekat Undang-Undang ini benar-benar
tidak dilaksanakan tindakan apa yang dibuat oleh Komisi A sendiri?
Narasumber : Tidak ada tindakan apapun yang dibuat Komisi A, karena
menurut saya percuma saja kita buat tindakan apapun tapi tidak pernah digubris diperdulikan oleh pemerintah, ya
tinggal pada diri kita sendiri kita jaga moral itu, seharusnya masalah moral juga menjadi tanggung jawab
pemerintah karena tugas pemerintah DPR mendengar dan menjaga aspirasi masyarakatnya, tapi mau gimana
lagi pemerintah pusat saja tidak ada tindakan apa-apa untuk negaranya, jadi kita sebagai bawahan mereka tidak
bisa berbuat apa-apa lagi pendapat kita soal rakyat di Sumatera Utara kita sampaikan ke pusat tetapi tindakan
dan penanganan dari mereka tidak ada sama sekali. Penanya
: Menurut Bapak kesetaraan dan keadilan apa yang didapat oleh perempuan didalam isi dari Undang-Undang
Pornografi dan Pornoaksi tersebut?
Universitas Sumatera Utara
Narasumber : Di dalam Undang-Undang Pornografi dan pornoaksi
tersebut tidak ada kesetaraan dan keadilan apa-apa yang di dapat dari perempuan. Karena pihak perempuan yang
selalu dipojokkan dan disalah-salahkan. Padahal semua itu kesalahan dari laki-lakinya juga yang memang otaknya
bejat, tidak bisa menahankan nafsunya untuk berbuat yang tidak semena-mena dengan perempuan. Jadi tidak semua
tindakan pemerkosaan atau tindakan kejahatan lainnya yang dibuat laki-lakiitu semua akibat dari tingkah laku
para perempuan. Penanya
: Menurut Bapak apa yang harus dilakukan Negara dan kelompok masyarakat ketidakadilan gender didalam
Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi yang telah dibuat?
Narasumber : Barang siapa yang melakukan tindakan kejahatan kepada
perempuan setidaknya harus di hukum seberat-beratnya. Tindak kriminalitas tidak terletak pada Undang-Undang
tetapi terletak pada aparat yang menjalankannya tugasnya dengan baik. Malah aparatlah yang banyak mengambil
kesempatan untuk mlakukan tindakan kriminalitas terhadap perempuan. Jadi yang harus dilakukan oleh
Negara memberi ganjaran kepada aparat supaya mereka leih menghargai moral para perempuan jangan hanya
dengan gampangnya untuk melakukan tindakan yang semena-mena terhadap perempuan dan semua kesalahan
tidak datang dari perempuan karena memang otak laki- lakinya saja yang bejat.
Universitas Sumatera Utara
TRANSKIP WAWANCARA
Narasumber : Mohd. Hatta Jabatannya : Ketua MUI
Lokasi Wawancara : Sekretariat MUI Medan
Penanya : Bagaimana tanggapan Bapak soal UU Pornografi, apakah
Bapak menyetujui dengan adanya UU Pornografi tersebut ? Narasumber
: Secara umum saya mnyetujui dan mendukung Undang- Undang tersebut, tetapi sampai sekarang pemerintah
nampaknya tidak bersungguh-sunguh karena Undang- Undang PP petunjuk pelaksana tersebut sudah satu tahun
yang lalu ditetapkan tetapi ampai sekarang Undang- Undang tersebut belum ada hasilnya oeh karena itu kami
menganggap pemerintah tidak bersungguh-sungguh. Penanya
: Strategi apa yang dibuat oleh MUI terhadap UU Pornografi sebelum dan sesudah disahkannya UU Pornografi tersebut
? Narasumber
: Dalam ij’timah Ulama se-Indonesia yang dilaksanakan di “padang panjang” pada bulan February, sudah dbiuat
rekomendasi agar pemerintah mengeluarkan PP Petunjuk Pelaksana, tetapi sampai sekarang ampir bulan 6, juga
tidak ada sama sekali perhatian pemerintah, perhatian pemerintah kadang-kadang untuk mengapai kita tidak
ketemu jadi buat MUI sendiri tidak ada pengaruh mau ada Undang-Undang Pornografi atau tidak ada. Sedangkan
substansi Pornografi dan Pornoaksi itu sendiri aalah melindungi moral bangsa. Oleh sebab itu bagi kita ada
maupun tidak adanya Pornografi dan Pornoaksi, misi kita MUI Untuk menjalankan amal makruf nahi mungkar itu
masih tetap jalan. Sampai sekarang buat MUI gad a pengaruh lihatlah seperti di televisi semakin menjadi-jadi
perlakuan-perlakuan yang menyimpang tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Penanya : Menurut Bapak, apakah sekarang UU Pornografi ini benar-
benar dilaksanakan atau tidak oleh pemerintah setelah di sahkan oleh DPR pada tanggal 30 Oktober 2008 ?
Narasumber : Menurut saya, tidak ada pelaksanaannya sama sekali.
Tidak ada bekasnya sedikit pun pelaksanaannya. Jadi, tanggapan masyarakat terhadap pihak legislatif DPR
dianggap hanya pembohongan ke masyarakat. Tindakan MUI pun yang kita lakukan akan sia-sia.
Penanya : Jika dalam waktu dekat UU Pornografi ini benar-benar
tidak dilaksanakan, tindakan apa yang dibuat oleh MUI ? Narasumber
: Tindakan yang dilakukan MUI tidak ada, karena kita ini bukan lembaga penegak hukum. jadi, tidak ada yang bisa
di tindak. kita ini bukan esikutor, kita ambil peduli tetapi apa yang mau kita buat karena tidak ada kekuasaan kita di
Undang-Undang tersebut. Penanya
: Apakah ada isi pasal dari UU Pornografi tersebut yang tidak Bapak setujui?
Narasumber : Sampai sekarang Undang-Undang tersebut belum ada
sampai di meja kita, hanya masih Rancangannya saja yang masih kita bahas, sampai sekarang hanya dari media saja
yang saya ketahui. kalau Undang-Undang tersebut sudah ada tetapi sampai sekarang saya belum mengetahuinya isi
dari pasal Undang-Undang tersebut, jadi apa yang mau saya setujui atau tidak setujui dengan isi pasal dari
Undang-Undang itu. Penanya
: Menurut Bapak, kesetaraan dan keadilan apa yang didapat oleh perempuan didalam isi dari UU Pornografi tersebut ?
Narasumber : Tak tau saya, kesetaraan dan keadilan apa yang di dapat
perempuan, karena sampai sekarang Undang-Undang tersebut belum sampai di tangan saya, jadi saya tidak bisa
mmberikan gambaran seperti apa kesetaraan dan keadilan yang di dapat oleh perempuan.
Universitas Sumatera Utara
Penanya : Menurut Bapak, apa yang harus dilakukan Negara dan
kelompok masyarakat mengenai ketidakadilan gender didalam UU Pornografi yang telah dibuat?
Narasumber : Pemerintah harus benar-benar mengeluarkan PP
Petunjuk Pelaksanaan Undang-Undang Pornografi tersebut jangan hanya Undang-Undang tersebut dibuat dan
disahkan tetapi pelaksanaannya terbengkalai begitu saja. berarti pemerintah hanya melakukan pemborosan uang
Negara saja, karena membuat suatu Undang-Undang tersebut bukan sedikit mengeluarkan uang Negara,
membuat Undang-Undang tersebut perlu mengeluarkan dana triliyunan. jadi segeralah Undang-Undang itu benar-
benar dilaksanakan pemerintah supaya ketidak adilan Gender dan kesetaraan terhadap perempuan itu benar-
benar dilindungi dan supaya tidak ada lagi pelecehan seksual terhadap kaum perempuan.
Universitas Sumatera Utara
TRANSKIP WAWANCARA
Narasumber : Drs. H. Burhanuddin Damanik. MA Jabatannya : Sekretaris. Komisi Ukhuwah dan Kerukunan Antar
Umat Beragama MUI.
Lokasi Wawancara : Sekretariat MUI Medan
Penanya : Bagaimana tanggapan Bapak soal UU Pornografi, apakah
Bapak menyetujui dengan adanya UU Pornografi tersebut ? Narasumber
: Saya sangat menyetujui dengan Undang-Undang Pornografi tersebut. sangat terlambat itu pelaksanaannya
akan kehadirannyaUndang-Undang seperti itu di Indonesia. bahkan sudah sangat meresahkan dan sangat
merusak moral bangsa, Undang-Undang tersebut banyak andilnya karena semakin banyak perbuatan-perbuatan
kejahatan, kebebasan –kebebasan berpakaian berbusana, tarian-tarian erotis, itu sangat mendukung terjadinya
bermacam-macam pemerkosaan yang terjadi dan semaki banyaknya kebiadaban-kebiadaban prilaku yang dibuat
masyarakat. seperti orang tua rela menodai anaknya sendiri. sebenarnya prilaku itu terjadi karena dilandasi
dengan bebasnya tontonan-tontonan yang semakin bebas di televisi,internet bahkan sekarang sudah sampai di tingkat
meresahkan warga karena semakin bebasnya prilaku- prilaku tersebut. saya juga melihat adanya tayangan-
tayangan seperti itu dengan bebasnya di internet .dengan bebas seperti ituah yang dapat merusak adab anak-anak
bangsa. Penanya
: Strategi apa yang dibuat oleh MUI terhadap UU Pornografi sebelum dan sesudah disahkannya UU Pornografi tersebut
?
Universitas Sumatera Utara
Narasumber : Organisasi Masyarakat Islam mendesak kepada pihak MUI supaya Undang-Undang itu terlaksana. Undang-Undang
itu udah disahkan oleh DPR tapi pelaksanaannya pun belum menampakkan hasil, sampai sekarang pun belum
disosialisasikan ke masyarakat Undang-Undang tersebut, ya akhirnya mau berbuat apa lagi hanya berharap-harap
sajaalah karena kita tidak bisa berbuat apa-apa. tinggal kita tunggu saja pelaksanaan selanjutnya dari pihak DP,
apalagi keanggotaan DPR pun tinggal beberapa bulan lagi. ke depannya nggak tau juga kita bagaimana nasib
Undang-Undang tersebut. tinggal kitanya saja yang menjaga diri dan nilai-nilai keimanan masng-masing.
adapun pengamalan umat Islam yang memang wajib di jalani tanpa mesti mengikuti Undang-Undang tersebut.
tanpa Undang-Undang itu pengamalan umat Islam masih tetap berjalan.
Penanya : Menurut Bapak, apakah sekarang UU Pornografi ini benar-
benar dilaksanakan atau tidak oleh pemerintah setelah di sahkan oleh DPR pada tanggal 30 Oktober 2008 ?
Narasumber : Menurut saya hanya pembuatan Undang-Undangnya saja
yang dibuat pemerintah tapi pelaksanaannya tidak ada. hanya itu sja yang bisa dibuat pemerintah. Undang-
Undang tersebut hanya mengambang begitu saja karena tidak jelas pelaksanaannya. Undang-Undang tersebut
bukan kepentingan umat Islam saja, tapi banyak agama- agama lain yang setuju dengan adanya Undang-Undang
tersebut. karena mereka melihat semakin banyaknya penyimpangan-penyimpangan seperti pakaian-pakaian
terbuka dan tontonan-tontonan yang semakin menjadi-jadi karena saya melihat di lingkungan saya banyak yang
seperti itu. Penanya
: Jika dalam waktu dekat UU Pornografi ini benar-benar tidak dilaksanakan, tindakan apa yang dibuat oleh MUI ?
Universitas Sumatera Utara
Narasumber : Tindakan yang dibuat hanya menanamkan nilai iman
masing-masing sajalah. kita himbau, kita beritahu kalau ada tontonan seperti itu jangan dilihat, dikomputer jangan
dibuka dan jangan diakses. kalau keluarga, ya hanya menanamkan nilai agama kepada keluarga kalau tindakan
yang dibuat terhadap perlindungan perempuan ya tidak ada, karena pihak perempuannya sendiri yang tidak mau
dilindungi. jadi mau gimana kami mau memberi perlindungan. sedangkan perempuan banyak protes dengan
adanya Undang-Undang. karena banyak dari perempuan tersebut yang tidak sependapat. jika mereka sepaham untuk
membuat pernyataan ke gedung DPR sana maka tidak akan ada yang berani lagi untuk berbuat seperti itu, karena udah
ada larangannya dengan tegas. masih banyak yang menolak denngan adanya Undang-Undang tersebut seperti
kalangan artis. jadi ya hendaknya seperti yang tadi saya bilang hanya menanamkan nilai moral kepada masing-
masing keluarga tadi. menurut saya percuma saja kita bertindak karena kita bukan lembaga hukum sedangkan
dari pusat sudah mendesak supaya Undang-Undang tersebut terlaksana tapi tidak ada juga didengar.
Penanya : Apakah ada isi pasal dari UU Pornografi tersebut yang tidak
Bapak setujui? Narasumber
: Sepintas sudah saya baca, tapi percuma saja isi dari Undang-Undang tersebut dibuat tapi tidak dilaksanakan
karena masih banyak yang melakukan penyimpangan- penyimpangan, berpakaian terbuka. malahan semakin
bebas saya lihat. kita sulit untuk mengerti, seperti contohnya dalam agama Islam seorang istri diwajibkan
hanya dirumah dan tidak boleh berdandan di luar rumah, yang boleh hanya berdandan untuk suami tapi masih
banyak juga yang mengikutinya. apalagi dalam agama Islam seorang perempuan diwajibkan memakai jilbab
tetapi kalau hatinya tidak tergerak, tidak juga akan
Universitas Sumatera Utara
digunakan jilbab itu. jadi faktanya ya seperti itulah tidak terlaksana juga.
Penanya : Menurut Bapak, kesetaraan dan keadilan apa yang didapat
oleh perempuan didalam isi dari UU Pornografi tersebut ? Narasumber
: Di dalam isi dari pasal tersebut selain perlindungan, kesetaraan, keadilan yang ada di pasal tersebut. supaya
perempuan tersebut menjaga moralnya masing-masing. jangan mencari keadilan dengan mencontoh laki-laki
memakai celana pendek terus perempuan pun memakai celana pendek. perempuan itu seluruh tubuhnya
mempunyai daya tarik, jadi kalao perempuan yang membuat seperti itu, ya, gimana keadilan itu bakal
terlaksanakarena perempuan itu sendiri ang mengundang laki-laki untuk berbuat kejahatan. jadi bila perempuan itu
menutup auratnya kesetaraan dan keadilan itu bakal di dapat oleh perempuan. semua itu tergantung kepada diri
perempuan itu sendiri. Penanya
: Menurut Bapak, apa yang harus dilakukan Negara dan kelompok masyarakat mengenai ketidakadilan gender
didalam UU Pornografi yang telah dibuat? Narasumber
: Prilaku kesewenang-wenangan laki-laki terhadap perempuan itu harus di jaga, supaya tidak ada lagi
penyimpangan-penyimpangan seksual, sebenarnya itu kembali lagi kepada perempuan. kalau perempuan tidak
memancing dengan cara dia berpakaian maka laki-laki tidak akan terpancing. jadi percuma saja pemerintah
membuat larangan-larangan tapi toh bakal begitu saja kejadiannya. bila perempuan itu tidak seperti itu lagi dan
para perempuan-perempuan Indonesia bersatu untuk memperjuangkan supaya tidak ada lagi kebebasan-
kebebasan berpakaian maka keadilan itu bakal di dapat perempuan.
Universitas Sumatera Utara
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PORNOGRAFI
BAB I KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan: 1.Pornografi adalah materi seksualitas yang dibuat oleh manusia dalam bentuk
gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi, gambar bergerak, animasi, kartun, syair, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan komunikasi lain
melalui berbagai bentuk media komunikasi danatau pertunjukan di muka umum, yang dapat membangkitkan hasrat seksual danatau melanggar nilai-nilai
kesusilaan dalam masyarakat. 2.Jasa pornografi adalah segala jenis layanan pornografi yang disediakan oleh
orang perseorangan atau korporasi melalui pertunjukan langsung, televisi kabel, televisi teresterial, radio, telepon, internet, dan komunikasi elektronik lainnya
serta surat kabar, majalah, dan barang cetakan lainnya. 3.Setiap orang adalah orang perseorangan atau korporasi, baik yang berbadan
hukum maupun yang tidak berbadan hukum. 4.Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 delapan belas tahun.
5.Pemerintah adalah Pemerintah Pusat yang dipimpin oleh Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
6.Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
Pasal 2
Pengaturan pornografi berasaskan Ketuhanan Yang Maha Esa, penghormatan terhadap harkat dan martabat kemanusiaan, kebhinnekaan, kepastian hukum,
nondiskriminasi, dan perlindungan terhadap warga negara.
Pasal 3
Pengaturan pornografi bertujuan: a.mewujudkan dan memelihara tatanan kehidupan masyarakat yang beretika,
berkepribadian luhur, menjunjung tinggi nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa, serta menghormati harkat dan martabat kemanusiaan;
b.memberikan pembinaan dan pendidikan terhadap moral dan akhlak masyarakat;
c.memberikan kepastian hukum dan perlindungan bagi warga negara dari pornografi, terutama bagi anak dan perempuan; dan
d.mencegah berkembangnya pornografi dan komersialisasi seks di masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
BAB II LARANGAN DAN PEMBATASAN
Pasal 4
1 Setiap orang dilarang memproduksi, membuat, memperbanyak, menggandakan, menyebarluaskan, menyiarkan, mengimpor, mengekspor,
menawarkan, memperjualbelikan, menyewakan, atau menyediakan pornografi yang memuat:
2 Setiap orang dilarang menyediakan jasa pornografi yang: a. menyajikan secara eksplisit ketelanjangan atau tampilan yang mengesankan
ketelanjangan; b. menyajikan secara eksplisit alat kelamin;
c. mengeksploitasi atau memamerkan aktivitas seksual; atau d. menawarkan atau mengiklankan, baik langsung maupun tidak langsung
layanan seksual. e.persenggamaan, termasuk persenggamaan yang menyimpang;
f.kekerasan seksual; g.masturbasi atau onani;
h.ketelanjangan atau tampilan yang mengesankan ketelanjangan; atau i.alat kelamin.
Pasal 5
Setiap orang dilarang meminjamkan atau mengunduh pornografi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat 1.
Pasal 6
Setiap orang dilarang memperdengarkan, mempertontonkan, memanfaatkan, memiliki, atau menyimpan produk pornografi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 ayat 1, kecuali yang diberi kewenangan oleh perundang-undangan.
Pasal 7
Setiap orang dilarang mendanai atau memfasilitasi perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4.
Pasal 8
Setiap orang dilarang dengan sengaja atau atas persetujuan dirinya menjadi objek atau model yang mengandung muatan pornografi.
Pasal 9
Setiap orang dilarang menjadikan orang lain sebagai objek atau model yang mengandung muatan pornografi.
Universitas Sumatera Utara
Pasal 10
Setiap orang dilarang mempertontonkan diri atau orang lain dalam pertunjukan atau di muka umum yang menggambarkan ketelanjangan, eksploitasi seksual,
persenggamaan, atau yang bermuatan pornografi lainnya.
Pasal 11
Setiap orang dilarang melibatkan anak dalam kegiatan danatau sebagai objek sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, Pasal 5, Pasal 6, Pasal 8, Pasal 9, atau
Pasal 10.
Pasal 12
Setiap orang dilarang mengajak, membujuk, memanfaatkan, membiarkan, menyalahgunakan kekuasaan atau memaksa anak dalam menggunakan produk
atau jasa pornografi.
Pasal 13
1 Pembuatan, penyebarluasan, dan penggunaan pornografi yang memuat selain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat 1 wajib mendasarkan pada
peraturan perundang-undangan.
2 Pembuatan, penyebarluasan, dan penggunaan pornografi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 harus dilakukan di tempat dan dengan cara khusus.
Pasal 14
Pembuatan, penyebarluasan, dan penggunaan materi seksualitas dapat dilakukan untuk kepentingan dan memiliki nilai:
a.seni dan budaya; b.adat istiadat; dan
c.ritual tradisional.
Pasal 15
Ketentuan mengenai syarat dan tata cara perizinan pembuatan, penyebarluasan, dan penggunaan produk pornografi untuk tujuan dan kepentingan pendidikan
dan pelayanan kesehatan dan pelaksanaan ketentuan Pasal 13 diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Universitas Sumatera Utara
BAB III PERLINDUNGAN ANAK