bingkai Visi, dan misi kebudayaan yang harus dipelihara secara harmonis. Undang- Undang Anti Pornografi dan Pornoaksi dianggap beberapa kalangan di kota Medan
sangat tidak sesuai dengan kondisi masyarakat yang majemuk. Sama halnya dengan yang terjadi di beberapa wilayah di Indonesia, sebagian kalangan menganggap
dengan berlatar belakang menjaga moral generasi penerus, Undang-Undang Anti Pornografi dan Pornoaksi dianggap sebagai “senjata” yang ampuh untuk mengurangi
tindak kriminalitas. Namun dengan keberagaman yang terdapat di kota Medan, keberadaan
Undang-Undang Anti Pornografi dan Pornoaksi juga dianggap sebagai “senjata pemusnah” kemajemukan masyarakat kota Medan.
C. Aksi Dukungan dan Penolakan Undang-Undang Pornografi di Sumatera Utara
Perdebatan publik tentang Undang-Undang Anti Pornografi dan Pornoaksi telah berlangsung lama, pada tanggal 21 Mei 2008 ratusan ribu aktivis muslim turun
ke jalan untuk menunjukkan dukungan mereka pada pengesahan Rancangan Undang- Undang Anti Pornografi dan Pornoaksi itu menjadi Undang-Undang. Mereka pun
mendorong Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia DPRD segera megesahkan Undang-Undang tersebut. Setelah banyak mendapatkan masalah
beberapa tahun belakangan ini dari berbagai pihak. Akhirnya Undang-Undang Pornografi tersebut disahkan juga pada tanggal 30 Oktober 2008. Begitu juga dengan
pihak Majelis Ulama Indonesia dan sejumlah Organisasi Masyarakat Islam di Sumatera Utara, mereka mendukung adanya Undang-Undang Anti Pornografi dan
Pornoaksi di Indonesia. Mereka melakukan aksi turun ke jalan untuk mendukung Undang-Undang Anti Pornografi dan Pornoaksi tersebut sehingga mereka melakukan
aksi untuk mendatangi tempat-tempat hiburan malam dan cafe remang-remang yang
Universitas Sumatera Utara
ada di Medan supaya mengurangi korban-korban pelecehan seksual yang semakin lama semakin banyak yang menjadi korbannya.
37
Dalam penerapan Undang-Undang Anti Pornografi dan Pornoaksi perlu segera diberlakukan, jangan hanya dibuat oleh pemerintah tetapi tidak dilaksanakan.
Penegasan itu disampaikan Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia Medan, Prof. Dr. H. Mohd Hatta, mengenai pembahasan Undang-Undang Anti Pornografi dan
Pornoaksi. Mohd. Hatta, berharap anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD dapat menjalankan tugasnya secara benar dan secepatnya dilaksanakan
Undang-Undang tersebut. Tidak perlu ditunda-tunda lagi, Karena rakyat Indonesia sudah terlalu lama menunggu kepastian Undang-Undang ini. Karena Undang-Undang
ini untuk menyelamatkan rakyat dari praktek pornografi dan pornoaksi, Undang- Undang Anti Pornografi dan Pornoaksi untuk mengangkat harkat dan martabat kaum
perempuan di Indonesia, agar tidak seenaknya berprilaku tidak sopan di muka umum. Lebih lanjut ia menjelaskan, Undang-Undang tersebut dibentuk untuk mencegah
kegiatan eksploitasi yang selama ini dilakukan terhadap kaum perempuan. Hal ini tidak bisa terus dibiarkan dan harus dicegah kalau tidak ingin bangsa ini akan menjadi
hancur dan tidak bermoral.
38
Bangsa Indonesia harus diselamatkan dari perbuatan-perbuatan yang tidak terpuji dan jelas-jelas bertentangan dengan ajaran agama. Mengenai aksi protes
terhadap pengesahan Undang-Undang. Mohd. Hatta, mengatakan aksi tersebut ada muatan politis dan tidak perlu ditanggapi. Protes itu hanya dilakukan beberapa daerah
saja, yang penting bagi kita bagaimana caranya menyelamatkan rakyat Indonesia, bukan hanya memikirkan satu daerah yang tidak mendukung Undang-Undang.
37
http:www.waspada.co.id
38
Wawancara dengan Bapak Prof.Dr.Mohd.Hatta, di Sekretariat MUI Medan pada tanggal 8 April 2009.
Universitas Sumatera Utara
Penolakan terhadap Undang-Undang ini patut diduga dipengaruhi Negara asing yang memiliki kepentingan bisnis di Indonesia. Protes yang dilakukan segelintir
Masyarakat jangan sampai mempengaruhi Undang-Undang Anti Pornografi dan Pornoaksi tersebut.
39
Namun lain halnya dengan pihak Komisi A Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sumatera Utara, mereka tidak menyetujui dengan adanya rancangan Undang-Undang
Anti Pornografi dan Pornoaksi, Zakaria Bangun, mengatakan dengan adanya Undang- Undang Anti Pornografi dan Pornoaksi di Sumatera Utara maka keharmonisan
masyarakat di Medan akan terganggu. Sebagai kota dengan kondisi masyarakat yang multi etnik, Undang-Undang Anti Pornografi dan Pornoaksi dikhawatirkan akan
menimbulkan disharmonis di tubuh masyarakat Medan. Menurut Ketua Komisi A Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD Bapak Zakaria Bangun, yang sekaligus
Ketua Fraksi PDI Perjuangan di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD Sumatera Utara, menyatakan kondisi kota Medan saat ini dalam keadaan kondusif, dengan
adanya dialog antar tokoh agama dan tokoh masyarakat. Lalu dengan adanya Undang-Undang Anti Pornografi dan Pornoaksi situasi itu menjadi terganggu, Karena
itu menurut Zakaria Bangun, pemerintah harus bertanggung jawab bila timbul konflik horizontal dalam masyarakat sebagai dampak mempersiapkan Undang-Undang Anti
Pornografi dan Pornoaksi, ia mengatakan Komisi A Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sumatera Utara mempersiapkan RAPERDA Rancangan Peraturan Daerah
penolakan pornografi dan pornoaksi sebagai turunan dari Undang-Undang Anti Pornografi dan Pornoaksi. Itu hanya sebatas rancangan saja tetapi sampai sekarang
Rancangan Peraturan Daerah RAPERDA tersebut masih belum jelas pelaksanaanya karena sia-sia saja Rancangan Peraturan Daerah RAPERDA tersebut dibuat tetapi
39
Wawancara dengan Bapak Prof.Dr.Mohd.Hatta, di Sekretariat MUI Medan pada tanggal 8 April 2009.
Universitas Sumatera Utara
Undang-Undang tersebut tetap saja di sahkan tanpa ada Fraksi PDI-Perjuangan dalam panitia pembuatan Undang-Undang tersebut.
40
Undang-Undang Pornografi banyak mengatur tentang kepantasan perempuan dalam berbusana, goyangan-goyangan tubuh, sampai intervensi estetika
karya-karya seni, dan bagaimana semua hal itu tidak membangkitkan hasrat-hasrat seksual. substansi Undang-Undang Pornografi itu sendiri bertentangan dengan judul
Undang-Undang tentang Pornografi. Secara harfiah Porne bermakna pelacur, dan grahien bermakna tulisan. pada tingkat pengunaan kata atau istilah, Undang-Undang
Kemudian menurutnya, Forum Masyarakat Sipil Sumatera Utara juga bergabung dengan kami untuk melakukan
penolakan dengan adanya Rancangan Undang-Undang Anti Pornografi dan Pornoaksi, aliansi masyarakat Sipil ini menolak Undang-Undang Pornografi, Undang-
Undang yang membahas tentang tubuh perempuan dan moralitas itu menuai pro dan kontra selang tiga tahun terakhir. masyarakat Sipi yang tergabung dalam aliansi
Nasional Bhineka Tunggal Ika menolak Undang-Undang yang dianggap mengancam integrasi bangsa itu untuk disahkan sebagai Undang-Undang. mereka menolaknya
mentah-mentah. barisan masyarakat Sipil tolak Undang-Undang Pornografi dengan melakukan aksi ke Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia DPR-RI
pada tanggal 23 Oktober itu adalah sebuah amanat masyarakat Sipil dari berbagai wilayah di Indonesia, untuk menolak pengesahan Undang-Undang Pornografi. Salah
satu anggota aliansi masyarakat Sipil ini berpendapat bahwa produk undang-undang tersebut bersifat multitafsir yang bisa memecah kesatuan dan persatuan bangsa.
Kemudian dia keberatan dengan Undang-Undang Anti Pornografi dan Pornoaksi yang dianggap merendahkan kaum perempuan dan menjadikan perempuan sebagai
objek seksual di mata hukum.
40
Wawancara dengan Bapak Zakaria Bangun, di DPRD Sumut pada tanggal 14 April 2009.
Universitas Sumatera Utara
yang mencoba mengatur, membuat batasan, dan ukuran-ukuran moralitas. Undang- Undang tersebut mencoba mengkualifikasi sesuatu yang mustahil menjadi peristiwa
kriminal dengan sanksi-sanksi pidana.
41
Masalah mengenai Undang-Undang Anti Pornografi dan Pornoaksi ini memang masih menjadi masalah pada beberapa tahun belakangan ini. Hingga saat ini
Undang-Undang Anti Pornografi dan Pornoaksi yang sudah dirancang sejak tahun 1997 lalu pun belum mencapai titik temu, karena sampai sudah disahkannya Undang-
Undang Anti Pornografi dan Pornoaksi ini tetap saja menjadi masalah bagi masyarakat. Besarnya masalah Undang-Undang Anti Pornografi dan Pornoaksi di
Indonesia terutama di Medan menjadi hal yang mendasar dan perlu mendapat penanganan yang serius dari berbagai pihak.
41
http:www.betterindonesia.org
Universitas Sumatera Utara
BAB III TANGGAPAN KELOMPOK PENDUKUNG DAN PENENTANG
UNDANG-UNDANG PORNOGRAFI DAN PORNOAKSI
A. Persepsi Tentang Keadilan dan Kesetaraan Perempuan