D. Prilaku Antara Kelompok Yang Mendukung dan Menentang Undang- Undang Pornografi dan Pornoaksi
Beberapa masalah yang terjadi antara kelompok yang mendukung dan menentang Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi. Diantaranya mengenai hal-hal
seksual hanya menyangkut tubuh perempuan. Kelompok Majelis Ulama Indonesia MUI Medan mengemukakan tubuh perempuan diciptakan dengan sangat indah,
sehingga akan sangat berbahaya bagi lawan jenis yang melihatnya apabila tubuh tersebut tidak tertutup.
Dalam ajaran Agama Islam adalah kewajiban bagi seorang perempuan untuk menutupi auratnya. Dalam hukum ajaran Agama Islam, seorang perempuan hanya
boleh memperlihatkan bagian tubuh seperti telapak tangan dan wajah selebihnya tidak boleh diperlihatkan. Selain itu, tubuh perempuan memang sangat sensual karena
dapat membangkitkan birahi lawan jenisnya. Sehingga sudah seharusnya perempuan menutupi bagian tubuh yang sensual tersebut tidak jauh berbeda dengan seorang istri
sebenarnya tidak boleh keluar rumah tanpa didampingi suami atau izin suami, kerjanya hanya boleh melayani suami dan hanya boleh berdandan untuk suaminya
saja seperti itulah yang dikemukakan dalam hukum Islam. Hal ini yang sebagaimana telah disampaikan oleh Bapak Burhanuddin.
“Dalam ajaran Agama Islam adalah kewajiban bagi seorang perempuan untuk menutupi auratnya. Dalam hukum ajaran Agama Islam, seorang
perempuan hanya boleh memperlihatkan bagian tubuh seperti telapak tangan dan wajah selebihnya tidak boleh diperlihatkan. Selain itu, tubuh
perempuan memang sangat sensual karena dapat membangkitkan birahi lawan jenisnya. Sehingga sudah seharusnya perempuan menutupi bagian
tubuh yang sensual tersebut tidak jauh berbeda dengan seorang istri sebenarnya tidak boleh keluar rumah tanpa didampingi suami atau izin
suami, kerjanya hanya boleh melayani suami dan hanya boleh berdandan
Universitas Sumatera Utara
untuk suaminya saja seperti itulah yang dikemukakan dalam hukum Islam”.
56
“Zakaria mengatakan, dengan menganggap hanya tubuh perempuan yang sensual dan harus ditutupi berarti kita menyalahkan makluk
ciptaan Tuhan. Karena seolah-olah tubuh perempuan haram untuk dilihat, sehingga harus ditutupi. Seorang perempuan memiliki
haknya sendiri untuk mengatur tubuhnya. Sedangkan kewajiban lawan jenisnya untuk mengatur hasrat dan moralnya masing-masing.
Alangkah tidak adilnya apabila hanya perempuan yang disudutkan dengan tubuhnya”.
Sementara Zakaria mengatakan, dengan menganggap hanya tubuh perempuan yang sensual dan harus ditutupi berarti kita menyalahkan makluk ciptaan Tuhan.
Karena seolah-olah tubuh perempuan haram untuk dilihat, sehingga harus ditutupi. Seorang perempuan memiliki haknya sendiri untuk mengatur tubuhnya. Sedangkan
kewajiban lawan jenisnya untuk mengatur hasrat dan moralnya masing-masing. Alangkah tidak adilnya apabila hanya perempuan yang disudutkan dengan tubuhnya.
Hal ini yang sebagaimana telah disampaikan oleh Bapak Zakaria.
57
“Pada pembahasan isi pasal 27 ayat 1 mengenai larangan berciuman bibir dimuka umum, kelompok Majelis Ulama Indonesia MUI
Medan. Mengatakan bahwa dalam ajaran Agama Islam mendekati zinah adalah sebuah perbuatan dosa. Maka dari itu berciuman tanpa
Pada pembahasan isi pasal 27 ayat 1 mengenai larangan berciuman bibir dimuka umum, kelompok Majelis Ulama Indonesia MUI Medan. Mengatakan
bahwa dalam ajaran Agama Islam mendekati zinah adalah sebuah perbuatan dosa. Maka dari itu berciuman tanpa ikatan yang sah adalah dosa. Apalagi dengan
menunjukkan adegan berciuman tesebut dimuka umum. Hal ini yang sebagaimana telah disampaikan oleh kelompok Majelis Ulama Indonesia.
56
Wawancara dengan Bapak Burhanuddin, di Sekretariat MUI Medan, pada tanggal 26 Mei 2009.
57
Wawancara dengan Bapak Zakaria Bangun, di DPRD, pada tanggal: 29 Mei 2009.
Universitas Sumatera Utara
ikatan yang sah adalah dosa. Apalagi dengan menunjukkan adegan berciuman tesebut dimuka umum”
58
“Zakaria menganggap, berciuman bibir adalah hal yang wajar dilakukan di beberapa Negara maju sebagai salah satu salam kepada orang lain.
Dalam hal ini, Zakaria menganggap, dengan larangan tersebut, maka pemerintah telah melanggar hak-hak asasi manusia untuk mendapatkan
kebebasan dalam melakukan kegiatan tertentu tanpa mengganggu ketertiban umum. Sampai dengan saat ini, tidak ada satu kasus di
Kepolisian yang menyatakan bahwa berciuman di muka umum mengakibatkaan terganggunya ketertiban masyarakat”.
.
Sedangkan Zakaria menganggap, berciuman bibir adalah hal yang wajar dilakukan di beberapa Negara maju sebagai salah satu salam kepada orang lain.
Dalam hal ini, Zakaria menganggap, dengan larangan tersebut, maka pemerintah telah melanggar hak-hak asasi manusia untuk mendapatkan kebebasan dalam melakukan
kegiatan tertentu tanpa mengganggu ketertiban umum. Sampai dengan saat ini, tidak ada satu kasus di Kepolisian yang menyatakan bahwa berciuman di muka umum
mengakibatkaan terganggunya ketertiban masyarakat. Hal ini yang sebagaimana disampaikan oleh Bapak Zakaria Bangun.
59
“Mengenai batasan-batasan porno, kelompok Majelis Ulama Indonesia MUI Medan, menggangap batasan-batasan porno adalah bagian tubuh
perempuan yang diperlihatkan dengan sengaja dan dapat menaikan birahi lawan jenisnya. Atau bisa dikatakan gerakan-gerakan erotis yang
Mengenai batasan-batasan porno, kelompok Majelis Ulama Indonesia MUI Medan, menggangap batasan-batasan porno adalah bagian tubuh perempuan yang
diperlihatkan dengan sengaja dan dapat menaikan birahi lawan jenisnya. Atau bisa dikatakan gerakan-gerakan erotis yang dilakukan dengan sengaja yang dapat
mengundang birahi lawan jenisnya. Hal ini yang sebagaimana telah disampaikan oleh Kelompok Majelis Ulama Indonesia.
58
Wawancara dengan kelompok Majelis Ulama Indonesia, di Sekretariat MUI Medan, pada tanggal 26 Mei 2009.
59
Wawancara dengan Bapak Zakaria Bangun, di DPRD SUMUT, pada tanggal 29Mei 2009.
Universitas Sumatera Utara
dilakukan dengan sengaja yang dapat mengundang birahi lawan jenisnya”.
60
“Zakaria menganggap, bahwa batasan-batasan porno hanya sekitar alat kelamin laki-laki atau perempuan. Selain itu, tergantung kepada si
pelihat. Apabila seorang laki-laki melihat seorang perempuan dengan pakaian yang minim kemudian ia terpancing gairahnya bukan berarti
bahwa perempuan itu telah melakukan tindakan yang porno. Akan tetapi kemungkinan yang terjadi adalah seorang laki-laki yang tidak mampu
menahan dirinya. Hanya karena seorang perempuan memperlihatkan sebagian tubuhnya bukan berarti bahwa ia telah melakukan tindakan
porno”. Sedangkan Zakaria menganggap, bahwa batasan-batasan porno hanya sekitar
alat kelamin laki-laki atau perempuan. Selain itu, tergantung kepada si pelihat. Apabila seorang laki-laki melihat seorang perempuan dengan pakaian yang minim
kemudian ia terpancing gairahnya bukan berarti bahwa perempuan itu telah melakukan tindakan yang porno. Akan tetapi kemungkinan yang terjadi adalah
seorang laki-laki yang tidak mampu menahan dirinya. Hanya karena seorang perempuan memperlihatkan sebagian tubuhnya bukan berarti bahwa ia telah
melakukan tindakan porno. Hal ini yang sebagaimana telah disampaikan oleh Bapak Zakaria Bangun.
61
Strategi yang dibuat oleh Komisi A, dalam menanggapi masalah undang- undang. Komisi A sendiri tidak ada melakukan strategi apapun yang dibuat oleh
Komisi A, karena menurut Zakaria percuma saja semuanya dilakukan karena hasil dari penyelesaian yang dibuat pemerintah tidak ada sama sekali. Jadi semuanya hanya
pemborosan dan pembohongan public yang dibuat pemerintah pusat. Hal ini yang sebagaimana yang telah disampaikan oleh Bapak Zakaria Bangun.
60
Wawancara dengan kelompok MUI Medan, Sekretariat MUI Medan, pada tanggal 26 Mei 2009.
61
Wawancara dengan Bapak Zakaria, di DPRD Sumut, pada tanggal:29 Mei 2009.
Universitas Sumatera Utara
“Strategi yang dibuat oleh Komisi A, dalam menanggapi masalah undang- undang. Komisi A sendiri tidak ada melakukan strategi apapun
yang dibuat oleh Komisi A, karena menurut Zakaria percuma saja semuanya dilakukan karena hasil dari penyelesaian yang dibuat
pemerintah tidak ada sama sekali. Jadi semuanya hanya pemborosan dan pembohongan public yang dibuat pemerintah pusat”.
62
“Namun Zakaria menyatakan, tidak melakukan tindakan apapun yang dibuat oleh pihak Komisi A, untuk menanggapi masalah undang-undang
pornografi dan pornoaksi karena menurut Zakaria, percuma saja kami berbuat tindakan apapun kepada pemeritah tapi tidak pernah digubris
oleh pemerintah. tingga l pada diri kita sendiri kita jaga moral itu, seharusnya masalah moral juga menjadi tanggung jab pemerintahkarena
tugas pemerintah DPR mendengar, menjaga aspirasi masyarakatnya, tapi mau gimana lagi pemerintah pusat saja tidak ada tidak ada tindakan
apa-apa untuk Negaranya. Jadi kita sebagai bawahan mereka tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Pendapat kita soal rakyat di Sumatera Utara kita
sampaikan ke pusat tetapi tidak ada tindakan dan penanganan dari mereka tidak ada sama sekali”.
Namun tidak melakukan tindakan apapun yang dibuat oleh pihak Komisi A, dalam menanggapi masalah undang-undang pornografi dan pornoaksi tersebut.
Karena menurut Zakaria, percuma saja kami berbuat tindakan apapun kepada pemeritah tapi tidak pernah digubris oleh pemerintah. Tinggal pada diri kita sendiri
kita jaga moral itu, seharusnya masalah moral juga menjadi tanggu ng jab pemerintahkarena tugas pemerintah DPR mendengar, menjaga aspirasi
masyarakatnya, tapi mau gimana lagi pemerintah pusat saja tidak ada tidak ada tindakan apa-apa untuk Negaranya. Jadi kita sebagai bawahan mereka tidak bisa
berbuat apa-apa lagi. Pendapat kita soal rakyat di Sumatera Utara kita sampaikan ke pusat tetapi tidak ada tindakan dan penanganan dari mereka tidak ada sama sekali.
Hal ini yang sebagaimana telah disampaikan oleh Bapak Zakaria Bangun.
63
62
Wawancara dengan Bapak Zakaria Bangun, di DPRD Sumut, pada tanggal 29 Mei 2009.
63
Wawancara dengan Bapak Zakaria Bangun, di DPRD Sumut, pada tanggal 29 Mei 2009.
Universitas Sumatera Utara
Strategi yang dibuat Majelis Ulama Indonesia MUI Medan, dalam menanggapi masalah undang-undang pornografi dan pornoaksi, sebenarnya tidak ada
strategi apa-apa yang dibuat pihak Majelis Ulama Indonesia MUI Medan. Karena Ormas Islam mendesak kepada pihak Majelis Ulama Indonesia MUI Medan, supaya
undang-undang ini terlaksana karena belum menampakkan hasil dan sampai sekarang pun belum disosilisasikan kepada masyarakat undang-undang tersebut. Ya, akhirnya
kami harus turun tangan untuk memperjuangkan undang-undang tersebut supaya terlaksana. Akhirnya mau berbuat apa lagi hanya berharap-harap sajalah karena kita
tidak bisa berbuat apapun. Tinggal kita tunggu saja pelaksanaan selanjutnya dari pihak Dewan Perwakilan Rakyat DPR, apalagi keanggotaan Dewan Perwakilan
Rakyat DPR pun tinggal beberapa bulan lagi. Jadi tidak tau juga kita bagaimana nasib undang-undang tersebut. Tinggal kitanya saja yang menjaga diri dan nilai-nilai
keimanan masing-masing. Adapun pengamalan umat Islam yang memang wajib dijalani tanpa harus mengikuti peraturan undang-undang tersebut. Tanpa undang-
undang itu pengamalan umat Islam itu masih tetap berjalan. Hal ini yang sebagaimana telah disampaikan oleh Bapak Burhanuddin.
“Burhanuddin menyatakan, Strategi yang dibuat Majelis Ulama Indonesia MUI Medan, dalam menanggapi masalah undang-undang
pornografi dan pornoaksi, sebenarnya tidak ada strategi apa-apa yang dibuat pihak Majelis Ulama Indonesia MUI Medan. Karena Ormas
Islam mendesak kepada pihak Majelis Ulama Indonesia MUI Medan, supaya undang-undang ini terlaksana karena belum menampakkan hasil
dan sampai sekarang pun belum disosilisasikan kepada masyarakat undang-undang tersebut. Ya akhirnya kami harus turun tangan untuk
memperjuangkan undang-undang tersebut supaya terlaksana. Akhirnya mau berbuat apa lagi hanya berharap-harap sajalah karena kita tidak bisa
berbuat apapun. Tinggal kita tunggu saja pelaksanaan selanjutnya dari pihak Dewan Perwakilan Rakyat DPR, apalagi keanggotaan Dewan
Perwakilan Rakyat DPR pun tinggal beberapa bulan lagi. Jadi tidak tau juga kita bagaimana nasib undang-undang tersebut. Tinggal kitanya saja
yang menjaga diri dan nilai-nilai keimanan masing-masing. Adapun pengamalan umat Islam yang memang wajib dijalani tanpa harus
mengikuti peraturan undang-undang tersebut. Tanpa undang-undang itu
Universitas Sumatera Utara
pengamalan umat Islam itu masih tetap berjalan. Hal ini yang sebagaimana telah disampaikan oleh Bapak Burhanuddin”.
64
“Menurut Zakaria, tidakan yang dibuat oleh Majelis Ulama Indonesia MUI Medan dalam menanggapi masalah undang-undang ini. Ya,
hanya menanamkan nilai iman masing-masing sajalah. Kita himbau, kita beritahu dan kalau ada tontonan-tonan yang menunjukkan seksualitas
jangan dilihat, dikomputer jangan dibuka dan jangan diakses, kalau keluarga hanya menanamkan modal nilai agama kepada keluarga. Kalau
tindakan yang dibuat yang dibuat terhadap perlindungan perempuannya Adapun tidakan yang dibuat oleh Majelis Ulama Indonesia MUI Medan
dalam menanggapi masalah undang-undang ini. Ya, hanya menanamkan nilai iman masing-masing sajalah. Kita himbau, kita beritahu dan kalau ada tontonan-tonan yang
menunjukkan seksualitas jangan dilihat, dikomputer jangan dibuka dan jangan diakses, kalau keluarga hanya menanamkan modal nilai agama kepada keluarga.
Kalau tindakan yang dibuat yang dibuat terhadap perlindungan perempuannya tidak ada, karena pihak perempuannya sendiri yang tidak mau dilindungi jadi bagaimana
kami mau memberi perlindungan. Sedangkan perempuan banyak protes dengan adanya undang-undang, karena banyak dari perempuan tersebut yang tidak
sependapat. Jika mereka sepaham untuk membuat pernyataan ke Gedung Dewan Perwakilan Rakyat DPR, maka tidak akan ada yang beran lagi untuk berbuat seperti
itu, karena udah ada larangan dengan tegas. Masih banyak yang menolak dengan adanya undang-undang tersebut seperti kalangan artis. Jadi ya tindakannya seperti
yang tadi saya bilang hanya menanamkan nilai moral kepada masing-masing keluarga. Menurut Burhanuddin percuma saja kita bertindak karena kita bukan
lembaga hukum. Sedangkan dari pusat sudah mendesak supaya undang-undang tersebut terlaksana tapi tidak ada juga didengar. Hal ini yang sebagaimana telah
disampaikan oleh Bapak Burhanuddin.
64
Wawancara dengan Bapak Burhanuddin, di Sekretariat MUI Medan, pada tanggal: 26 Mei 2009.
Universitas Sumatera Utara
tidak ada, karena pihak perempuannya sendiri yang tidak mau dilindungi jadi bagaimana kami mau memberi perlindungan. Sedangkan perempuan
banyak protes dengan adanya undang-undang, karena banyak dari perempuan tersebut yang tidak sependapat. Jika mereka sepaham untuk
membuat pernyataan ke Gedung Dewan Perwakilan Rakyat DPR, maka tidak akan ada yang beran lagi untuk berbuat seperti itu, karena
udah ada larangan dengan tegas. Masih banyak yang menolak dengan adanya undang-undang tersebut seperti kalangan artis. Jadi ya
tindakannya seperti yang tadi saya bilang hanya menanamkan nilai moral kepada masing-masing keluarga. Menurut Burhanuddin percuma
saja kita bertindak karena kita bukan lembaga hukum. Sedangkan dari pusat sudah mendesak supaya undang-undang tersebut terlaksana tapi
tidak ada juga didengar”.
65
“Mohd. Hatta menyatakan, Pihak Majelis Ulama Indonesia MUI Medan tidak melakukan tindakan apapun karena menurutnya kita bukan
lembaga penegak hukumdan kita ini bukan eksikutor, jadi tidak ada yang bisa ditindak. Kita ambil peduli tetapi apa yang mau kita buat karena
tidak ada kekuasaan kita di undang-undang tersebut. Tetapi kami tetap memperjuangkan undang-undang tersebut supaya para perempuan
Indonesia terlindungi”. Mohd. Hatta menyatakan, Pihak Majelis Ulama Indonesia MUI Medan tidak
melakukan tindakan apapun karena menurutnya kita bukan lembaga penegak hukumdan kita ini bukan eksikutor, jadi tidak ada yang bisa ditindak. Kita ambil
peduli tetapi apa yang mau kita buat karena tidak ada kekuasaan kita di undang- undang tersebut. Tetapi kami tetap memperjuangkan Undang-undang tersebut supaya
para perempuan Indonesia terlindungi. Hal ini yang sebagaimana telah disampaikan oleh Bapak Mohd. Hatta.
66
Antara kelompok Komisi A Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD Sumatera Utara dan kelompok Majelis Ulama Indonesia MUI Medan, terjadi
pertentangan mengenai permasalahan dimana sebuah peraturan Perundang-Undangan
65
Wawancara dengan Bapak Burhanuddin, DI secretariat MUI Medan, pada tanggal 26 Mei 2009.
66
Wawancara dengan Bapak Mohd. Hatta. di Sekretariat MUI Medan, pada tanggal 26 Mei 2009.
Universitas Sumatera Utara
tidak hanya mengacu pada satu aliran, akan tetapi harus mewakili semua aliran kepercayaan dan budaya masyarakat yang majemuk dan multi etnik di Kota Medan.
E. Klasifikasi Kelompok Pendukung dan Penentang Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi Dalam Aliran Feminisme.
Dalam menanggani masalah Undang-undang pornografi dan pornoaksi banyak tanggapan dan pertentangan yang terjadi antara kelompok pendukung dan
penentang. Dari tanggapan kelompok pendukung dan penentang itulah yang akan di klasifikasikan menjadi dua aliran feminisme apakah kelompok pendukung dan
penentang tersebut termasuk golongan feminisme liberal atau feminisme radikal. Majelis Ulama Indonesia MUI Medan menyatakan, didalam isi dari undang-
Undang pornografi dan pornoaksi banyak menjelaskan tentang perempuan yang wajib dilindungi oleh Negara dan dijelaskan juga mengenai sanksi-sanksi yang dikenakan
bagi yang melanggar peraturan-peraturan yang tertulis didalam undang-undang pornografi dan pornoaksi tersebut. Didalam undang-undang pornografi dan pornoaksi
selain perlindungan yang didapat oleh perempuan, keadilan dan kesetaraan pun dapat diperoleh oleh perempuan. Perempuan akan mendapatkan kesetaraan dan keadilan
apabila perempuan dapat menjaga moral diri mereka masing-masing. Banyaknya prilaku-prilaku yang tidak semena-mena yang dibuat oleh laki-laki, maka datangnya
perilaku seperti itu karena perempuanlah yang mengundang si laki-laki untuk berbuat tindak kriminalitas seperti itu. Kemudian jangan mencari kesetaraan dan keadilan
tersebut dengan membanding-bandingkan apa yang dibuat laki-laki, lalu perempuan pun ikut berbuat yang sama seperti apa yang dilakukan oleh laki-laki.
Mengenai isi pasal dari undang-undang pornografi dan pornoaksi Mohd. Hatta menyatakan, tidak mengetahui betul isi pasal dari undang-undang pornografi dan
Universitas Sumatera Utara
pornoaksi tersebut setelah disahkannya undang-undang pornografi dan pornoaksi pada tanggal 30 Oktober 2008 mereka belum pernah melihat bagaimana bentuk dan
isi undang-undang pornografi dan pornoaksi tersebut. Hatta, mengetahui isi pasalnya hanya waktu pembuatannya saja. Jadi dia tidak bisa memberikan gambaran seperti
apa perlindungan yang akan didapat oleh perempuan. Hatta, hanya menyarankan supaya perempuan lebih menjaga moral diri mereka masing-masing, salah satu
anggota Majelis Ulama Indonesia MUI Medan menyatakan, walaupun dia tidak mengetahui betul bagaimana isi dari undang-undang pornografi dan pornoaksi
tersebut, tetapi sekilas dia mengetahui isi undang-undang pornografi dan pornoaksi tersebut dari media massa.
Dalam membahas sanksi-sanksi yang terdapat dalam undang-undang pornografi dan pornoaksi Burhanuddin menganggap, bahwa sanksi-sanksi yang
dikenakan kepada orang yang melanggar undang-undang pornografi dan pornoaksi haruslah dihukum seberat mungkin karena masalah moral menyangkut kelangsungan
hidup bernegara. Pihak Majelis Ulama Indonesia menyatakan, Pemerintah pusat harus segera
mensosialisasikan undang-undang pornografi dan pornoaksi tersebut ke masyarakat. Kalau pemerintah tidak benar-benar mensosialisasikan undang-undang tersebut maka
pemerintah hanya melakukan pemborosan uang Negara dan hanya melakukan pembohongan publik saja. Apabila undang-undang pornografi dan pornoaksi ini
benar-benar dilaksanakan dan diterapkan kepada masyarakat maka moral para perempuan akan terjaga dan terlindungi oleh pemerintah. Undang-undang pornografi
dan pornoaksi tersebut bukan hanya kepentingan umat Islam saja, tetapi banyak agama lain yang setuju dengan adanya undang-undang tersebut. Karena mereka
melihat semakin banyaknya penyimpangan-penyimpangan yang terjadi di tengah-
Universitas Sumatera Utara
tengah masyarakat. Apabila seterusnya pemerintah tidak perduli dengan masalah undang-undang ini maka tinggal kitanya yang menerapkan dan menjaga moral kepada
diri kita masing-masing. Prilaku yang dikemukakan oleh pihak Majelis Ulama Indonesia MUI Medan
mengenai undang-undang pornografi dan pornoaksi dalam ajaran agama Islam adalah kewajiban bagi seorang perempuan untuk menutupi auratnya. Dalam hukum ajaran
agama Islam, seorang perempuan hanya boleh memperlihatkan bagian tubuhnya seperti telapak tangan dan wajah, selebihnya tidak boleh diperlihatkan. Seluruh tubuh
perempuan sangat sensual karena dapat membangkitkan birahi lawan jenisnya. Sehingga sudah seharusnya perempuan menutup bagian tubuh yang sensual tersebut.
Mengenai berciuman dimuka umum Majelis Ulama Indonesia MUI Medan menyatakan, dalam ajaran agama Islam berciuman itu sama dengan perbuatan yang
mendekati Zinah, oleh sebab itu berciuman tanpa ikatan yang sah adalah dosa. Dari tanggapan-tanggapan yang telah dikemukakan oleh kelompok Majelis Ulama
Indonesia MUI Medan maka timbullah suatu pemahaman yang dapat dikaitkan dengan aliran feminisme radikal karena aliran feminisme radikal sifatnya lebih
melindungi perempuan, feminisme radikal membebaskan perempuan berekspresi dan memberi kebebasan untuk melakukan tindakan apapun yang mereka inginkan tetapi
perempuan tersebut harus membatasi ruang gerak mereka dari segi pakaian, tarian, dan prilaku mereka masing-masing, asalkan jangan melewati batasan-batasan yang
yang diterapkan di dalam agama seperti itulah tanggapan-tanggapan yang telah dikemukakan oleh Majelis Ulama Indonesia MUI Medan apabila dikait-kaitkan
dengan aliran feminisme radikal, maka hampir sama dengan pemahaman aliran feminisme radikal.
Universitas Sumatera Utara
Majelis Ulama Indonesia MUI Medan mendukung keras dengan adanya undang-undang pornografi dan pornoaksi tersebut. Mereka menganggap dengan
adanya undang-undang pornografi dan pornoaksi ini maka para perempuan Indonesia akan terlindungi dari tindakan-tindakan kriminalitas, lalu mereka mendesak
pemerintah segera mensosialisasikan undang-undang tersebut supaya moral warga Negara Indonesia akan terlindungi. Tetapi dari tanggapan-tanggapan yang telah
dikemukakan oleh kelompok Majelis Ulama Indonesia MUI Medan, mengenai isi pasal dari undang-undang pornografi dan pornoaksi mereka tidak mengetahui sama
sekali mengenai isi pasal undang-undang tersebut setelah sudah disahkan. Mereka mengetahui isi pasal undang-undang tersebut hanya waktu awal pembuatan undang-
undang pornografi dan pornoaksinya saja, tetapi setelah disahkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, mereka belum mengetahui isi pasalnya sama
sekali. Disini bisa terlihat jelas keanehan yang terjadi dari kelompok Majelis Ulama
Indonesia MUI Medan, mereka mendukung tetapi mereka tidak mengetahui isi pasal dari undang-undang pornografi dan pornoaksi tersebut. Dari tanggapan inilah
yang bisa menimbulkan suatu pemahaman yang sulit diterima oleh masyarakat, Apalagi kelompok Majelis Ulama Indonesia MUI Medan meminta supaya
pemerintah segera mensosialisasikan undang-undang pornografi dan pornoaksi tersebut. megapa mereka mendorong pemerintah supaya undang-undang ini dapat
dilaksanakan padahal mereka tidak mengetahui sama sekali isi pasal tesebut. Seharusnya mereka tidak usah melakukan tindakan seperti itu karena tanggapan
mereka itulah yang dapat menimbulkan tanggapan-tanggapan yang akan berakibat suatu masalah ditengah-tengah masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
Namun Zakaria berpendapat, bahwa didalam undang-undang pornografi dan pornoaksi tersebut tidak ada kesetaraan dan keadilan apapun yang didapat oleh
perempuan. Malah menurutnya, didalam undang-undang tersebut perempuanlah yang selalu dipojokkan, padahal semua itu adalah kesalahan dari laki-lakinya juga yang
memang bejat. Zakaria menolak dengan adanya undang-undang pornografi dan pornoaksi ini, dengan adanya undang-undang maka disharmonis antar suku,
kemajemukan masyarakat yang multi etnik akan hilang dan keharmonisan masyarakat pun akan menjadi tidak aman.
Karena undang-undang ini bersifat multitafsir dan masih rancunya kata-kata porno di dalam undang-undang pornografi dan pornoaksi tersebut maka masyarakat
masih sulit mengerti apa arti kata porno yang terdapat di dalam undang-undang pornografi dan pornoaksi tersebut. Hanya sebagian kalangan saja yang bisa
mengartikan apa itu porno, namun yang sebagian lagi masih meraba-raba apa arti dari kata porno.
Sedangkan masalah berciuman di muka umum itu adalah hal yang biasa dilakukan masyarakat untuk mengucapkan salam kepada teman, saudara, sesama
jenis atau orang yang udah lama tidak berjumpa dengan kita, sah-sah saja apabila itu dilakukan di muka umum. Lalu masalah moral adalah masalah masing-masing
individu sehingga tidak perlu campur tangan pemerintah dalam menangani masalah moral masing-masing individu tersebut. Dengan adanya undang-undang ini tidak
menjamin penekanan tingkat kriminalitas seksualitas di tengah-tengah masyarakat akan berkurang karena tidak adanya jaminan mutlak bahwa undang-undang ini
mampu menekan tingkat kriminalitas seksual. Mengenai isi pasal dari undang-undang pornografi dan pornoaksi dia tidak
menyetujui karena menurutnya hal-hal sensual itu tidak hanya datangnya dari tubuh
Universitas Sumatera Utara
perempuan saja, tetapi sebagian tubuh laki-laki juga memiliki daya tarik dan bisa membangkitkan syahwat lawan jenisnya. Menurutnya dengan adanya undang-undang
pornografi dan pornoaksi ini tidak mampu mengakomodasi keanekaragaman budaya, hal ini yang dapat dilihat dari beberapa pasalnya yang menyatakan perempuanlah
yang seharusnya menutup auratnya. Selain itu, undang-undang ini mengacu pada aliran budaya tanpa memperdulikan budaya lain sehingga semua masyarakat seolah-
olah disamaratakan dengan satu budaya saja. Dalam masalah undang-undang pornografi dan pornoaksi ini Zakaria
menyatakan, pemerintah kurang peduli dalam pelaksanaannya. Karena undang- undang tersebut tidak jelas hasilnya. sebenarnya tindak kriminalitas tidak terletak
pada undang-undang tetapi terletak pada aparatnya yang tidak menjalankan tugasnya dengan baik. Banyak aparat yang mengambil kesempatan untuk berbuat tidak
kriminalitas terhadap perempuan. jadi yang harus dilakukan pemerintah Negara memberi ganjaran kepada aparat supaya mereka lebih menghargai moral para
perempuan. Sedangkan prilaku yang dikemukakan oleh Zakaria, jangan hanya
menganggap tubuh perempuan yang sensual dan harus di tutupi berarti kita menyalahkan makhluk ciptaan tuhan. Karena seolah-olah tubuh perempuan haram
untuk dilihat sehingga harus ditutupi, perempuan mempunyai hak untuk mengatur tubuhnya sendiri. Sedangkan kewajiban bagi lawan jenisnya untuk mengatur hasrat
dan moralnya masing-masing. Dari tanggapan yang telah dikemukakan oleh Zakaria, dapat diambil
kesimpulan bahwa Zakaria, lebih memihak ke aliran feminisme radikal karena Zakaria, lebih membebaskan perempuan utuk berbuat apa yang diinginkan mereka
tanpa harus diatur oleh peraturan apapun, menurutnya perempuan mempunyai hak
Universitas Sumatera Utara
masing-masing untuk mengatur diri mereka sendiri. Dalam masalah berpakaian pun Zakaria, menilai hal yang wajar apabila perempuan memakai pakaian yang minim
karena itu bukan merupakan hal-hal yang sensual itu semua tergantung pada mata yang memandang, kalau memang dasar otak yang melihatnya jorok dan berfikir
negatif maka menganggapnya itu adalah hal yang sensual tetapi kalau orang yang memandang dari segi positifnya itu adalah sebuah seni dalam berpakaian.
kemudian Zakaria menyatakan, apabila pemerintah benar-benar memberlakukan undang-undang ini ke masyarakat maka pemerintahlah yang harus
menanggung akibat dari perpecahan kesatuan dan persatuan Negara. Karena dengan adanya undang-undang yang bersifat multitafsir inilah yang akan menjadi masalah
besar yang terjadi di masyarakat khususnya orang-orang yang mempunyai jiwa seni yang tinggi. Mereka akan merasa terbatasi ruang geraknya untuk melakukan hal-hal
yang berbau seni. Lebih baik biarkan saja masyarakat atau para perempuan Indonesia mau berbuat apa yang mereka inginkan tanpa harus dibatasi oleh aturan-aturan
hukum dan undang-undang karena mereka bisa menjaga moral diri mereka sendiri.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV KESIMPULAN
Sejak disosialisasikan Undang-Undang Anti Pornografi dan Pornoaksi banyak kontroversi yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. Namun pada umumnya banyak
kalangan mengiginkan pemberantasan masalah tindakan porno yang sudah cukup merusak moral bangsa dan generasi muda. Majelis Ulama Indonesia MUI Medan,
mengatakan setuju dengan adanya Undang-Undang Anti Pornografi dan Pornoaksi di Indonesia, karena dengan adanya Undang-Undang ini maka akan berkurangnya
pelecehan-pelecehan, tindakan-tindakan kriminalitas yang dapat merusak moral warga Negara Indonesia dan para perempuan Indonesia akan mendapatkan kesetaraan
dan keadilan yang sesuai dengan keinginan mereka. Mereka merasa dengan adanya undang-undang tersebut perempuan-perempuan yang selama ini merasa tidak
mendapatkan keadilan dan perlindungi, maka dengan adanya undang-undang ini perempuan-perempuan Indonesia akan terlindungi dari tindak kriminalitas yang
semakin banyak. Majelis Ulama Indonesia menganggap senjata yang paling ampuh untuk memberantas tindakan-tindakan Pornografi adalah Undang-Undang Pornografi
dan Pornoaksi ini. Mengenai isi dari Undang-Undang Anti Pornografi dan Pornoaksi, Majelis
Ulama Indonesia tidak mengetahui betul bagaimana isi dari Undang-Undang tersebut. Mereka mengetahui isi pasal Undang-Undang itu hanya waktu pembahasannya saja.
Setelah itu mereka tidak tahu lagi bagaimana bentuk isi pasal dari Undang-Undang tersebut. Setelah sudah disahkannya Undang-Undang Anti Pornografi dan Pornoaksi
mereka mengetahui isi pasal tersebut hanya dari media massa saja. Jadi Majelis Ulama Indonesia MUI Medan tidak bisa memberikan gambaran secara luas
Universitas Sumatera Utara
bagaimana isi pasal dari Undang-Undang Anti Pornografi dan Pornoaksi itu sekarang. Mereka hanya berharap kepada Pemerintah Negara supaya Undang-Undang ini
segera terlaksana dan disosialisasikan ke masyarakat. Kemudian pihak Majelis Ulama Indonesia MUI Medan justru menganggap
Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi ini adalah sebuah bentuk keborosan pemerintah dalam mengatur sebuah Undang-Undang. Jika diperhitungkan biaya
untuk penyusunan Undang-Undang ini tidak sedikit biaya yang dikeluarkan oleh pemerintah. Sedangkan sampai sekarang tidak jelas pelaksanaannya, sehingga banyak
menuai protes dikalangan masyarakat. Menurut Majelis Ulama Indonesia MUI Medan akan lebih baik apabila biaya yang dikeluarkan untuk penyusunan Undang-
Undang ini digunakan untuk biaya pendidikan atau untuk mensejahteraan masyarakat yang miskin.
Majelis Ulama Indonesia MUI Medan mengatakan, Banyak masyarakat menilai bahwa Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi ini ditunggangi oleh
kepentingan politik sekelompok masyarakat yang mengingginkan masyarakat Indonesia hanya menjalankan satu aliran kepercayaan. Dengan kata lain, menekankan
kepada masyarakat Indonesia untuk menjalankan Syariat Islam dalam kehidupan sehari-hari. Padahal bukan hanya masyarakat yang beragama Islam saja yang
menyetujui dengan adanya Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi, tetapi banyak agama lain yang menyetujui dengan adanya Undang-Undang Pornografi dan
Pornoaksi ini. Malah agama lainlah yang memaksa supaya Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi ini benar-benar terlaksana.
Namun dalam pelaksanaan Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi pihak Komisi A Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD Sumatera Utara tidak
menyetujui dengan adanya Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi. Karena
Universitas Sumatera Utara
Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi ini bersifat multitafsir dan dapat melecehkan perempuan. Dengan adanya Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi
ini tidak menjamin penekanan tingkat kriminalitas di Indonesia dan khususnya di Kota medan akan berkurang, malahan dengan adanya Undang-Undang Pornografi
dan Pornoaksi ini bisa-bisa tindakan kriminalitas malah semakin menjadi-menjadi. Di dalam Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi tersebut tidak adanya
kesetaraan dan keadilan apapun yang didapat oleh perempuan malah perempuanlah yang selalu dipojokkan, banyak yang beranggapan datangnya tindakan kriminalitas
diakibatkan karena perempuan yang memancing. Padahal itu semua karena otak laki- lakinya juga yang sudah bejat. Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi ini tidak
memiliki dasar yang kuat. Mereka menganggap bahwa dibutuhkannya sebuah Undang-Undang yang fokus kepada permasalahan porno sehingga akan lebih mudah
dalam memberantas Pornografi dan Pornoaksi di Indonesia terutama di Medan. Kemudian masih banyaknya kata-kata porno yang masih rancu dan sulit dimengerti
oleh masyarakat didalam isi pasal Undang-Undang tersebut. Apabila Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi ini benar-benar terlaksana sebaiknya isi pasal dari Undang-
Undnag tersebut diperbaiki terlebih dahulu dan menjelaskan batasan-batasan porno yang lebih jelas, supaya masyarakat dapat mengerti batasan-batasan atau larangan-
larangan yang telah tertulis didalam Undang-Undang tersebut. Apabila Pemerintah Negara benar-benar mensosialisasikan Undang-Undang
ini ke masyarakat maka pemerintah harus bertanggung jawab apabila terjadi perpecahan di tengah-tengah masyarakat. Dengan adanya Undang-Undang Pornografi
dan Pornoaksi tersebut akan menganggu keharmonisan masyarakat di Medan. Sebagai Kota dengan kondisi masyarakat yang multi etnik, Undang-Undang ini
dikhawatirkan akan menimbulkan disharmonis di tubuh masyarakat Medan. Kondisi
Universitas Sumatera Utara
Kota Medan saat ini dalam keadaan kondusif, dengan adanya dialog antar tokoh agama dan tokoh masyarakat. Lalu dengan adanya Undang-Undang Anti Pornografi
dan Pornoaksi situasi itu akan terganggu karena pemerintah harus bertanggung jawab apabila timbul konflik horizontal didalam masyarakat. Kemudian mereka keberatan
dengan adanya Undang-Undang Anti Pornografi dan Pornoaksi ini yang dianggap merendahkan kaum perempuan dan menjadikan perempuan sebagai objek seksual
dimata hukum.
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Amal, Siti Hidayati, Beberapa Persfektif Feminis Dalam Menganalisis Permasalahan Perempuan, Yayasan Obor Indonesia: Jakarta, 1995
Budiarjo, Miriam, Dasar-Dasar Ilmu Politik, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1992
Fakih, Mansour, Analisis Gender dan Transformasi Sosial, Pustaka Pelajar: Yogyakarta, 2004
Fakih, Mansour, Sesat Pikir Teori Pembangunan dan Globalisasi, Pustaka Pelajar: Yogyakarta, 2001
Fatchan, A, Teori-Teori Perubahan Sosial, Yayasan Kampusina, Surabaya, 2004 Jurnal Perempuan No. 34, Politik dan Keterwakilan Perempuan, Yayasan Jurnal
Perempuan, Jakarta, 2004 Lesmana, Tjipta, Puspa Swara Jakarta: 1995
Mulia, Siti Musdah dan Anik Farida, Perempuan dan Politik, PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta, 2005
Pusat Kajian Wanita dan Gender, Universitas Indonesia, Hak Azasi Perempuan: Instrumen untuk mewujutkan Keadilan Gender, Yayasan Obor Indonesia,
Jakarta, 2005 Parulian, Donald, Menggugat Pemilu, Pusaka Harapan, Jakarta, 1997
Roskin, G. Michael, Political Science: an Introduction, A Viacom Company: Prentice Hall Upper Saddle River New Jersey, 1997
Sadli, Saparinah, Pwngantar Tentang Kajian Wanita, dalam buku Kajian Wanita Dalam Pembagunan
Sa’idah, Najwa dan Khatimah, Husnul, Revisi Politik Perempuan, IDeA Pustaka: Bogor, 2003
Santoso, Topo, Seksualitas dan Hukum Pidana, Jakarta: Ind-Hill-Co, 1997 Senoaji, Oemar, Kekuasaan Kehakiman di Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta, 2000
Soetjipto, Ani Widyani, Politik Perempuan Bukan Gerhana, Penerbit Buku Kompas, Jakarta, 2005
Squires, Judith, Gender in Political Theory, Polity Press, USA, 1999
Universitas Sumatera Utara
Undang-Undang Politik . 2003, UU No. 12 Tentang Pemilu, Fokus Media
Undang-Undang:
Bandung, 2003
http:www.betterindonesia.org
Situs Internet:
http:www.republika.co.id http:www.waspada.co.id
http:www.feminisme.co http:www.parasindonesia.com
http:draf_ruuapp.co.id http:id.wikipedia.orgwikiuu_pornografi
Universitas Sumatera Utara
TRANSKIP WAWANCARA
Narasumber : Zakaria Bangun Jabatan : Ketua Komisi A DPRD SUMUT
Lokasi wawancara : Komisi A DPRD Sumatera Utara
Penanya : Menurut salah satu artikel yang saya baca di Internet bahwa
Komisi A DPRD Sumut tidak menyetujui dengan adanya UU Pornografi tersebut?
Narasumber : Sepengetahuan saya, tidak semua anggota dari Komisi A
yang tidak menyetujui dengan adanya Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi tersebut, yang tidak menyetujui
Undang-Undang kebanyakan dari Fraksi PDI-P dan PDS. Penanya
: Bagaimana tanggapan Bapak soal Undang-Undang Pornografi tersebut, apakah bapak pribadi menyetujui atau
tidak dengan adanya Undang-Undang Pornografi tersebut? Narasumber
: Untuk saya pribadi, saya sangat tidak menyetujui dengan adanya Undang-Undang Pornografi tersebut, karena
menurut saya tidak terdapatnya arti kata porno dalam kamus bahasa Indonesia kita. Lalu kata porno tersebut
menurut saya masih rancu, masih banyak orang yang belum menngerti kata porno tersebut.
Penanya : Apakah ada isi pasal dari Undang-Undang Pornografi yang
menyimpang dan tidak sesuai dengan keinginan Komisi A. sehingga Komisi A tidak menyetujui dengan adanya
Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi tersebut? Narasumber
: Pada isi dari pasal hal-hal sensual hanya menyangkut sebaian tubuh perempuan, saya tidak setuju dengan isi
pasal dari Undang-Undang tersebut. Karena tidak hanya tubuh perempuan yang bisa dianggap sensual. Tubuh laki-
laki juga bisa dianggap sensual. Yang juga memiliki daya tarik yang dapat membangkitkan syahwat, di pasal tersebut
Universitas Sumatera Utara
pun saya melihat bahwa perempuan selalu di sudutkan sebagai biang keladi dan maraknya kejahatan yang dibuat
oleh laki-laki padahal memang moral laki-lakinya yang sudah bejat.
Penanya : Komisi A memiliki beberapa Fraksi, menurut Bapak ada
berapa fraksi yang menyetujui dengan dirancangnya UU Pornografi dan Pornoaksi tersebut dan ada berapa fraksi
yang tidak menyetujui? Narasumber
: Menurut saya, di Komisi A sendiri memiliki anggota dari semua partai politik yang ada di Sumatera Utara, jadi dari
sepengetahuan saya dari Fraksi PDI-P dan PDS lah yang selama ini melakukan penolakan keras
Terhadap UU tersebut. Dari awal dirancangnya Undang- Undang Pornografi dan Pornoaksi ini, sampai sudah
disahkan pun mereka masih melakukan penolakan. Sampai mereka tidak mau ikut dalam rapat Untuk membicarakan
Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi tersebut. Penanya
: Strategi apa yang dibuat oleh Komisi A terhadap Undang- Undang Pornografi dan Pornoaksi tersebut?
Narasumber : Komisi A sendiri tidak ada strategi apapun yang dibuat
oleh Komisi A sendiri, karena menurut saya percuma saja semuanya dilakukan karena hasil dari penyelesaian yang
dibuat pemerintah tidak ada sama sekali. Jadi semuanya hanya pemborosan dan pembodohan publik yang dibuat
pemerintah pusat. Penanya
: Menurut Bapak apakah sekarang Undang-Undang ini benar-benar dilaksanakan atau tidak setelah disahkannya
oleh DPR pada tanggal 30 Oktober 2008? Narasumber
: Sampai sekarang tidak ada pelaksanaannya sama sekali yang dibuat oleh pemerintah, tidak jelas hasilnya sampai
sekarang pelaksanaannya tidak ada, jangankan pelaksanaannya hasil dari Undang-Undang tersebut saja
kami belum mengetahui dengan pasti isi dari Undang- Undangh anya sebuah surat lampiranUndang-Undang
Universitas Sumatera Utara
tersebut saja yang datang kepada kami tetapi hasil dari semuanya tidak ada kami dapatkan, kemudian kami hanya
banyak mendengar dari publik isi dari pasal trsebut. Penanya
: Apakah benar Komisi A membuat sebuah Raperda untuk melakukan penolakan terhadap pembuatan Undang-Undang
Pornografi tersebut? Narasumber
: Memang benar pembuatan RAPERDA itu tapi hanya masih sebatas rancangannya saja tapi sampai sekarang Komisi A
belum membuat sama sekali PERDA tersebut , karena menurut saya percumasaja dibuat RAPERDA tersebut.
Sedangkan kita dari pihak Komisi A menyatakan tidak setuju tapi penyusunannya Undang-Undang tersebut, tetap
terlaksana di pusat sana. pihak fraksi PDI-P di Sumatera Utara ini dipusat sana mereka mengajukan Walk Out dari
rapat Pansus tetapi tetap saja Undang-Undang tersebut tetap terlaksana.
Penanya : Jika dalam waktu dekat Undang-Undang ini benar-benar
tidak dilaksanakan tindakan apa yang dibuat oleh Komisi A sendiri?
Narasumber : Tidak ada tindakan apapun yang dibuat Komisi A, karena
menurut saya percuma saja kita buat tindakan apapun tapi tidak pernah digubris diperdulikan oleh pemerintah, ya
tinggal pada diri kita sendiri kita jaga moral itu, seharusnya masalah moral juga menjadi tanggung jawab
pemerintah karena tugas pemerintah DPR mendengar dan menjaga aspirasi masyarakatnya, tapi mau gimana
lagi pemerintah pusat saja tidak ada tindakan apa-apa untuk negaranya, jadi kita sebagai bawahan mereka tidak
bisa berbuat apa-apa lagi pendapat kita soal rakyat di Sumatera Utara kita sampaikan ke pusat tetapi tindakan
dan penanganan dari mereka tidak ada sama sekali. Penanya
: Menurut Bapak kesetaraan dan keadilan apa yang didapat oleh perempuan didalam isi dari Undang-Undang
Pornografi dan Pornoaksi tersebut?
Universitas Sumatera Utara
Narasumber : Di dalam Undang-Undang Pornografi dan pornoaksi
tersebut tidak ada kesetaraan dan keadilan apa-apa yang di dapat dari perempuan. Karena pihak perempuan yang
selalu dipojokkan dan disalah-salahkan. Padahal semua itu kesalahan dari laki-lakinya juga yang memang otaknya
bejat, tidak bisa menahankan nafsunya untuk berbuat yang tidak semena-mena dengan perempuan. Jadi tidak semua
tindakan pemerkosaan atau tindakan kejahatan lainnya yang dibuat laki-lakiitu semua akibat dari tingkah laku
para perempuan. Penanya
: Menurut Bapak apa yang harus dilakukan Negara dan kelompok masyarakat ketidakadilan gender didalam
Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi yang telah dibuat?
Narasumber : Barang siapa yang melakukan tindakan kejahatan kepada
perempuan setidaknya harus di hukum seberat-beratnya. Tindak kriminalitas tidak terletak pada Undang-Undang
tetapi terletak pada aparat yang menjalankannya tugasnya dengan baik. Malah aparatlah yang banyak mengambil
kesempatan untuk mlakukan tindakan kriminalitas terhadap perempuan. Jadi yang harus dilakukan oleh
Negara memberi ganjaran kepada aparat supaya mereka leih menghargai moral para perempuan jangan hanya
dengan gampangnya untuk melakukan tindakan yang semena-mena terhadap perempuan dan semua kesalahan
tidak datang dari perempuan karena memang otak laki- lakinya saja yang bejat.
Universitas Sumatera Utara
TRANSKIP WAWANCARA
Narasumber : Mohd. Hatta Jabatannya : Ketua MUI
Lokasi Wawancara : Sekretariat MUI Medan
Penanya : Bagaimana tanggapan Bapak soal UU Pornografi, apakah
Bapak menyetujui dengan adanya UU Pornografi tersebut ? Narasumber
: Secara umum saya mnyetujui dan mendukung Undang- Undang tersebut, tetapi sampai sekarang pemerintah
nampaknya tidak bersungguh-sunguh karena Undang- Undang PP petunjuk pelaksana tersebut sudah satu tahun
yang lalu ditetapkan tetapi ampai sekarang Undang- Undang tersebut belum ada hasilnya oeh karena itu kami
menganggap pemerintah tidak bersungguh-sungguh. Penanya
: Strategi apa yang dibuat oleh MUI terhadap UU Pornografi sebelum dan sesudah disahkannya UU Pornografi tersebut
? Narasumber
: Dalam ij’timah Ulama se-Indonesia yang dilaksanakan di “padang panjang” pada bulan February, sudah dbiuat
rekomendasi agar pemerintah mengeluarkan PP Petunjuk Pelaksana, tetapi sampai sekarang ampir bulan 6, juga
tidak ada sama sekali perhatian pemerintah, perhatian pemerintah kadang-kadang untuk mengapai kita tidak
ketemu jadi buat MUI sendiri tidak ada pengaruh mau ada Undang-Undang Pornografi atau tidak ada. Sedangkan
substansi Pornografi dan Pornoaksi itu sendiri aalah melindungi moral bangsa. Oleh sebab itu bagi kita ada
maupun tidak adanya Pornografi dan Pornoaksi, misi kita MUI Untuk menjalankan amal makruf nahi mungkar itu
masih tetap jalan. Sampai sekarang buat MUI gad a pengaruh lihatlah seperti di televisi semakin menjadi-jadi
perlakuan-perlakuan yang menyimpang tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Penanya : Menurut Bapak, apakah sekarang UU Pornografi ini benar-
benar dilaksanakan atau tidak oleh pemerintah setelah di sahkan oleh DPR pada tanggal 30 Oktober 2008 ?
Narasumber : Menurut saya, tidak ada pelaksanaannya sama sekali.
Tidak ada bekasnya sedikit pun pelaksanaannya. Jadi, tanggapan masyarakat terhadap pihak legislatif DPR
dianggap hanya pembohongan ke masyarakat. Tindakan MUI pun yang kita lakukan akan sia-sia.
Penanya : Jika dalam waktu dekat UU Pornografi ini benar-benar
tidak dilaksanakan, tindakan apa yang dibuat oleh MUI ? Narasumber
: Tindakan yang dilakukan MUI tidak ada, karena kita ini bukan lembaga penegak hukum. jadi, tidak ada yang bisa
di tindak. kita ini bukan esikutor, kita ambil peduli tetapi apa yang mau kita buat karena tidak ada kekuasaan kita di
Undang-Undang tersebut. Penanya
: Apakah ada isi pasal dari UU Pornografi tersebut yang tidak Bapak setujui?
Narasumber : Sampai sekarang Undang-Undang tersebut belum ada
sampai di meja kita, hanya masih Rancangannya saja yang masih kita bahas, sampai sekarang hanya dari media saja
yang saya ketahui. kalau Undang-Undang tersebut sudah ada tetapi sampai sekarang saya belum mengetahuinya isi
dari pasal Undang-Undang tersebut, jadi apa yang mau saya setujui atau tidak setujui dengan isi pasal dari
Undang-Undang itu. Penanya
: Menurut Bapak, kesetaraan dan keadilan apa yang didapat oleh perempuan didalam isi dari UU Pornografi tersebut ?
Narasumber : Tak tau saya, kesetaraan dan keadilan apa yang di dapat
perempuan, karena sampai sekarang Undang-Undang tersebut belum sampai di tangan saya, jadi saya tidak bisa
mmberikan gambaran seperti apa kesetaraan dan keadilan yang di dapat oleh perempuan.
Universitas Sumatera Utara
Penanya : Menurut Bapak, apa yang harus dilakukan Negara dan
kelompok masyarakat mengenai ketidakadilan gender didalam UU Pornografi yang telah dibuat?
Narasumber : Pemerintah harus benar-benar mengeluarkan PP
Petunjuk Pelaksanaan Undang-Undang Pornografi tersebut jangan hanya Undang-Undang tersebut dibuat dan
disahkan tetapi pelaksanaannya terbengkalai begitu saja. berarti pemerintah hanya melakukan pemborosan uang
Negara saja, karena membuat suatu Undang-Undang tersebut bukan sedikit mengeluarkan uang Negara,
membuat Undang-Undang tersebut perlu mengeluarkan dana triliyunan. jadi segeralah Undang-Undang itu benar-
benar dilaksanakan pemerintah supaya ketidak adilan Gender dan kesetaraan terhadap perempuan itu benar-
benar dilindungi dan supaya tidak ada lagi pelecehan seksual terhadap kaum perempuan.
Universitas Sumatera Utara
TRANSKIP WAWANCARA
Narasumber : Drs. H. Burhanuddin Damanik. MA Jabatannya : Sekretaris. Komisi Ukhuwah dan Kerukunan Antar
Umat Beragama MUI.
Lokasi Wawancara : Sekretariat MUI Medan
Penanya : Bagaimana tanggapan Bapak soal UU Pornografi, apakah
Bapak menyetujui dengan adanya UU Pornografi tersebut ? Narasumber
: Saya sangat menyetujui dengan Undang-Undang Pornografi tersebut. sangat terlambat itu pelaksanaannya
akan kehadirannyaUndang-Undang seperti itu di Indonesia. bahkan sudah sangat meresahkan dan sangat
merusak moral bangsa, Undang-Undang tersebut banyak andilnya karena semakin banyak perbuatan-perbuatan
kejahatan, kebebasan –kebebasan berpakaian berbusana, tarian-tarian erotis, itu sangat mendukung terjadinya
bermacam-macam pemerkosaan yang terjadi dan semaki banyaknya kebiadaban-kebiadaban prilaku yang dibuat
masyarakat. seperti orang tua rela menodai anaknya sendiri. sebenarnya prilaku itu terjadi karena dilandasi
dengan bebasnya tontonan-tontonan yang semakin bebas di televisi,internet bahkan sekarang sudah sampai di tingkat
meresahkan warga karena semakin bebasnya prilaku- prilaku tersebut. saya juga melihat adanya tayangan-
tayangan seperti itu dengan bebasnya di internet .dengan bebas seperti ituah yang dapat merusak adab anak-anak
bangsa. Penanya
: Strategi apa yang dibuat oleh MUI terhadap UU Pornografi sebelum dan sesudah disahkannya UU Pornografi tersebut
?
Universitas Sumatera Utara
Narasumber : Organisasi Masyarakat Islam mendesak kepada pihak MUI supaya Undang-Undang itu terlaksana. Undang-Undang
itu udah disahkan oleh DPR tapi pelaksanaannya pun belum menampakkan hasil, sampai sekarang pun belum
disosialisasikan ke masyarakat Undang-Undang tersebut, ya akhirnya mau berbuat apa lagi hanya berharap-harap
sajaalah karena kita tidak bisa berbuat apa-apa. tinggal kita tunggu saja pelaksanaan selanjutnya dari pihak DP,
apalagi keanggotaan DPR pun tinggal beberapa bulan lagi. ke depannya nggak tau juga kita bagaimana nasib
Undang-Undang tersebut. tinggal kitanya saja yang menjaga diri dan nilai-nilai keimanan masng-masing.
adapun pengamalan umat Islam yang memang wajib di jalani tanpa mesti mengikuti Undang-Undang tersebut.
tanpa Undang-Undang itu pengamalan umat Islam masih tetap berjalan.
Penanya : Menurut Bapak, apakah sekarang UU Pornografi ini benar-
benar dilaksanakan atau tidak oleh pemerintah setelah di sahkan oleh DPR pada tanggal 30 Oktober 2008 ?
Narasumber : Menurut saya hanya pembuatan Undang-Undangnya saja
yang dibuat pemerintah tapi pelaksanaannya tidak ada. hanya itu sja yang bisa dibuat pemerintah. Undang-
Undang tersebut hanya mengambang begitu saja karena tidak jelas pelaksanaannya. Undang-Undang tersebut
bukan kepentingan umat Islam saja, tapi banyak agama- agama lain yang setuju dengan adanya Undang-Undang
tersebut. karena mereka melihat semakin banyaknya penyimpangan-penyimpangan seperti pakaian-pakaian
terbuka dan tontonan-tontonan yang semakin menjadi-jadi karena saya melihat di lingkungan saya banyak yang
seperti itu. Penanya
: Jika dalam waktu dekat UU Pornografi ini benar-benar tidak dilaksanakan, tindakan apa yang dibuat oleh MUI ?
Universitas Sumatera Utara
Narasumber : Tindakan yang dibuat hanya menanamkan nilai iman
masing-masing sajalah. kita himbau, kita beritahu kalau ada tontonan seperti itu jangan dilihat, dikomputer jangan
dibuka dan jangan diakses. kalau keluarga, ya hanya menanamkan nilai agama kepada keluarga kalau tindakan
yang dibuat terhadap perlindungan perempuan ya tidak ada, karena pihak perempuannya sendiri yang tidak mau
dilindungi. jadi mau gimana kami mau memberi perlindungan. sedangkan perempuan banyak protes dengan
adanya Undang-Undang. karena banyak dari perempuan tersebut yang tidak sependapat. jika mereka sepaham untuk
membuat pernyataan ke gedung DPR sana maka tidak akan ada yang berani lagi untuk berbuat seperti itu, karena udah
ada larangannya dengan tegas. masih banyak yang menolak denngan adanya Undang-Undang tersebut seperti
kalangan artis. jadi ya hendaknya seperti yang tadi saya bilang hanya menanamkan nilai moral kepada masing-
masing keluarga tadi. menurut saya percuma saja kita bertindak karena kita bukan lembaga hukum sedangkan
dari pusat sudah mendesak supaya Undang-Undang tersebut terlaksana tapi tidak ada juga didengar.
Penanya : Apakah ada isi pasal dari UU Pornografi tersebut yang tidak
Bapak setujui? Narasumber
: Sepintas sudah saya baca, tapi percuma saja isi dari Undang-Undang tersebut dibuat tapi tidak dilaksanakan
karena masih banyak yang melakukan penyimpangan- penyimpangan, berpakaian terbuka. malahan semakin
bebas saya lihat. kita sulit untuk mengerti, seperti contohnya dalam agama Islam seorang istri diwajibkan
hanya dirumah dan tidak boleh berdandan di luar rumah, yang boleh hanya berdandan untuk suami tapi masih
banyak juga yang mengikutinya. apalagi dalam agama Islam seorang perempuan diwajibkan memakai jilbab
tetapi kalau hatinya tidak tergerak, tidak juga akan
Universitas Sumatera Utara
digunakan jilbab itu. jadi faktanya ya seperti itulah tidak terlaksana juga.
Penanya : Menurut Bapak, kesetaraan dan keadilan apa yang didapat
oleh perempuan didalam isi dari UU Pornografi tersebut ? Narasumber
: Di dalam isi dari pasal tersebut selain perlindungan, kesetaraan, keadilan yang ada di pasal tersebut. supaya
perempuan tersebut menjaga moralnya masing-masing. jangan mencari keadilan dengan mencontoh laki-laki
memakai celana pendek terus perempuan pun memakai celana pendek. perempuan itu seluruh tubuhnya
mempunyai daya tarik, jadi kalao perempuan yang membuat seperti itu, ya, gimana keadilan itu bakal
terlaksanakarena perempuan itu sendiri ang mengundang laki-laki untuk berbuat kejahatan. jadi bila perempuan itu
menutup auratnya kesetaraan dan keadilan itu bakal di dapat oleh perempuan. semua itu tergantung kepada diri
perempuan itu sendiri. Penanya
: Menurut Bapak, apa yang harus dilakukan Negara dan kelompok masyarakat mengenai ketidakadilan gender
didalam UU Pornografi yang telah dibuat? Narasumber
: Prilaku kesewenang-wenangan laki-laki terhadap perempuan itu harus di jaga, supaya tidak ada lagi
penyimpangan-penyimpangan seksual, sebenarnya itu kembali lagi kepada perempuan. kalau perempuan tidak
memancing dengan cara dia berpakaian maka laki-laki tidak akan terpancing. jadi percuma saja pemerintah
membuat larangan-larangan tapi toh bakal begitu saja kejadiannya. bila perempuan itu tidak seperti itu lagi dan
para perempuan-perempuan Indonesia bersatu untuk memperjuangkan supaya tidak ada lagi kebebasan-
kebebasan berpakaian maka keadilan itu bakal di dapat perempuan.
Universitas Sumatera Utara
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PORNOGRAFI
BAB I KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan: 1.Pornografi adalah materi seksualitas yang dibuat oleh manusia dalam bentuk
gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi, gambar bergerak, animasi, kartun, syair, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan komunikasi lain
melalui berbagai bentuk media komunikasi danatau pertunjukan di muka umum, yang dapat membangkitkan hasrat seksual danatau melanggar nilai-nilai
kesusilaan dalam masyarakat. 2.Jasa pornografi adalah segala jenis layanan pornografi yang disediakan oleh
orang perseorangan atau korporasi melalui pertunjukan langsung, televisi kabel, televisi teresterial, radio, telepon, internet, dan komunikasi elektronik lainnya
serta surat kabar, majalah, dan barang cetakan lainnya. 3.Setiap orang adalah orang perseorangan atau korporasi, baik yang berbadan
hukum maupun yang tidak berbadan hukum. 4.Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 delapan belas tahun.
5.Pemerintah adalah Pemerintah Pusat yang dipimpin oleh Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
6.Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
Pasal 2
Pengaturan pornografi berasaskan Ketuhanan Yang Maha Esa, penghormatan terhadap harkat dan martabat kemanusiaan, kebhinnekaan, kepastian hukum,
nondiskriminasi, dan perlindungan terhadap warga negara.
Pasal 3
Pengaturan pornografi bertujuan: a.mewujudkan dan memelihara tatanan kehidupan masyarakat yang beretika,
berkepribadian luhur, menjunjung tinggi nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa, serta menghormati harkat dan martabat kemanusiaan;
b.memberikan pembinaan dan pendidikan terhadap moral dan akhlak masyarakat;
c.memberikan kepastian hukum dan perlindungan bagi warga negara dari pornografi, terutama bagi anak dan perempuan; dan
d.mencegah berkembangnya pornografi dan komersialisasi seks di masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
BAB II LARANGAN DAN PEMBATASAN