B. Pembentukan Akhlak
1. Pengertian Akhlak
Perkataan akhlak adalah bentuk jamak dari kata khuluk , kata khuluk
di dalam kamus Al-Munjid berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat.
34
Di dalam Dairatul Ma’arif yang dikutip oleh Asmaran AS kata akhlak berarti :
ق ـ ا ـ د ا ن ﺎ ـ ا ت ﺎـ ه
ﺔ ـ
Akhlak ialah sifat-sifat manusia yang terdidik .
35
Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa akhlak adalah sifat-sifat yang dibawa oleh manusia sejak lahir, yang tertanam di dalam jiwanya dan selalu ada
padanya. Sifat itu dapat lahir berupa perbuatan baik, disebut akhlakul karimah atau perbuatan buruk, disebut akhlakul mazmumah.
Adapun pengertian akhlak secara Terminologi adalah suatu daya yang telah bersemi dalam jiwa seseorang sehingga dapat menimbulkan perbuatan-perbuatan
dengan mudah tanpa pikir dan direnungkan lagi.
36
Tentang akhlak terpuji ada empat sendi yang cukup mendasar dan menjadi induk seluruh akhlak, induk-induk akhlak
yang baik itu seperti disebut oleh Imam Al-Ghazali, adalah sebagai berikut : a.
Kekuatan ilmu wujudnya adalah hikmah kebijaksanaan, yaitu keadaan jiwa yang dapat menemukan hal-hal yang benar diantara yang salah dalam urusan
ikhtiaria perbuatan yang dilaksanakan dengan pikiran dan kemauan sendiri. b.
Kekuatan marah wujudnya adalah syaja’ah berani, yaitu keadaan marah yang tunduk kepada akal pada waktu dilakukan atau dikekang.
c. Kekuatan nafsu syahwat wujudnya adalah iffah perwira, yaitu keadaan
syahwat yang terdidik oleh akal dan syari’at agama. d.
Kekuatan keseimbangan diantara kekuatan yang tiga diatas, wujudnya adalah adil, yaitu kekuatan jiwa yang dapat menuntun amarah dan syahwat sesuai
dengan apa yang dikehendaki oleh hikmah.
34
Luis Ma’luf, Kamus Al-Munjid Bairut, Al-Maktabah Al-Katulikiyah, t.t hlm.194
35
Asmaran AS., Pengantar Study Akhlak, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 1994 cet.2 hlm.1
36
Suhardi Sadili, Bimbingan Akhlak Yang Mulia, Tasik Malaya, Widya Graha, 1986 cet.1 hlm.5
ء ء
Dari empat sendi akhlak yang terpuji itu, akan lahirlah perbuatan-perbuatan baik seperti: jujur, suka memberi kepada sesama, tawadhu, tabah, tinggi cita-cita,
pemaaf, kasih sayang terhadap sesama, berani dalam kebenaran, menghormati orang lain, sabar, malu, pemurah, memelihara rahasia, qonaah, dan sebagainya.
2. Proses Pembentukan Akhlakul Karimah
Pembentukan akhlak yang mulia adalah jiwa Pendidikan Islam dari sinilah Al- Ghazali menyarankan agar murid sebagai langkah pertama dalam belajarnya
mensucikan jiwa dari perilaku buruk dan jahat. Al-Qur’an adalah akhlaknya Rasulullah demikian penjelasan Siti Aisyah RA
ketika ditanya, bagaimana akhlak Rasulullah SAW. maka beliau menjawab bahwa akhlaknya Rasulullah SAW. adalah Al-Qur’an, maka dengan Al-Qur’an tercantum
petunjuk dan pedoman untuk membentuk akhlakul karimah. Bacaan Al-Qur’an adalah bacaan yang mengandung kekuatan yang sangat
dahsyat untuk membentuk pribadi seseorang, sebagaimana dijelaskan Allah SWT. dalam Al-Qur’an surat Al-Hasyr ayat 21.
ـ ﻰ ن أ ﺮـ ا ﺬـه ﺎ ـ ﺰـ أ ﻮـ ـ أ ﺮـ
ـ ــ ـ ﺎ ﺎـ ــ ﷲا ﺔـ ـ ـ ﺎ ﺪ
ﺜ ا ﻚــ ـ و ـ ـ ﻬــ ـ ـ سﺎـ ﺎﻬ ﺮـ ـ ل ﺎـ
ن و ﺮــﻜــ ـ ﺮ ا
:
Artinya : Kalau sekiranya Kami menurunkan Al-Qur’an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah.
Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berpikir.
QS. Al-Hasyr ; 21 Karena kehebatan dan kedahsyatan bacaan Al-Qur’an, sehingga jin pun
terpesona dan takjub kemudian mereka beriman. Setelah mereka mendengar Al- Qur’an dibaca oleh Nabi Muhammad SAW, mula-mula mereka takjub, merasa
heran, dan tercengang, sehingga tidak ada jalan buat membantah dan menolak maka kami pun beriman kepadaNya, kata sekelompok jin. Hal ini dijelaskan dalam Al-
Qur’an surat Jin ayat 1 dan 2.
أ ـ إ و أ ـ ـ ا ـ
ـ ا ـ ﺮــ ـ ـ .
ـ ﺎـ ـ أ ﺮـ ﺎ ـ ـ ﺎـ إ اﻮ
ﺎ ﺮ ا ﻰـ إ ىﺪـﻬ ﺎ ـ
ﺄـ ﺪـ ـ ك ﺮ ـ ـ و ــ ﺎـ ـ
اﺪ ا ﺎ ــ ﺮ ا
:
Katakanlah : telah diwahyukan kepadaku bahwasanya telah mendengar
sekumpulan dari jin, lalu mereka berkata ; “sesungguhnya kami tlah mendengar Al- Qur’an yang menakjubkan itu.” Memberi petunjuk kepada jalan yang bijaksana,
̃ ‘
‘ ̃
-
maka kami pun berimanlah kepadaNya, dan sekali-kali tidak kami akan mempersekutukan sesuatupun dengan Tuhan kami
. QS. Al-Jin; 1-2 Mendengarkan bacaan Al-Qur’an dengan baik, dapat menghibur perasaan sedih,
menenangkan jiwa yang gelisah, dan melunakkan hati yang keras, serta mendatangkan petunjuk. Itulah yng dimaksud dengan Rahmat yang diberikan
kepada orang yang mendengarkan bacaan Al-Qur’an dengan baik. Demikian besar mukjizat Al-Qur’an sebagai wahyu Ilahi, yang tak bosan-bosan orang membaca dan
mendengarkannya. Malahan semakin sering orang membaca dan mendengarkannya, maka semakin terpikat hatinya kepada Al-Qur’an, bila Al-Qur’an dibaca dengan
lidah yang fasih, dengan suara yang baik dan merdu akan lebih memberi pengaruh kepada jiwa orang yang mendengarkannya dan bertambah imannya. Hal ini telah
dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Al-Anfal ayat 2, sebagai berikut :
ا ﺎـ ـ إ ذ إ و ـﻬ ﻮـ ـ ـ ـ و ﷲا ﺮآ ذ ا ذ إ ﺬــ ا نﻮ ﺆ
ـ ا ﻬ ـ ـ ـ
ـ أ
ر ﻰ ـ و ﺎـ ﺎ إ ﻬــ د از ــ ﺎ ﻬـ
ن ﻮـ ــآ ﻮـ ـ لﺎ ا
:
Artinya : Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka
ayat-ayatNya, bertambahlah iman mereka karenaNya dan kepada Tuhanlah mereka bertawakal.
QS. Al-Anfal ayat 2 Dari uraian di atas dapat kita ketahui bahwa bacaan Al-Qur’an dapat
berpengaruh dalam diri dan jiwa seseorang termasuk siswa. Anak yang sering membaca Al-Qur’an maka tyingkah laku dan akhlaknya lebih baik dibandingkan
dengan anak yang tidak membaca Al-Qur’an. Begitu pula anak yang suka mendengarkan bacaan Al-Qur’an akan lebih baik budi pekertinya dibandingkan
dengan anak yang hanya lebih suka mendengarkan musik dan lagu-lagu.
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlakul Karimah
Bacaan Al-Qur’an akan dapat mempengaruhi pembentukan akhlakul karimah pada siswa jika telah memenuhi empat faktor :
a. Mempunyai perhatian yang besar terhadap Al-Qur’an
Apabila seseorang mencurahkan perhatiannya terhadap bacaan Al-Qur’an maka ia akan menyadari, bahwa hanya bacaan Al-Qur’an lah yang paling disadari,
meskipun hal-hal lain menarik perhatiannya, agar perhatian seseorang mencapai hasil yang optimal ada tiga hal yang perlu diperhatikan :
1. Segala ransangan yang tidak ada hubungannya dengan objek yang kita
perhatikan harus kita kesampingkan. Inhibisi yaitu membatasi atau melingkungi aktivitas kejiwaan.
2. Objek yang kita perhatikan itu ada hubungannya atau dihubungkan dengan
sesuatu yang pernah kita ketahui, maka perhatian kita akan berlangsung lebih baik.
3. Harus ada penyesuaian diri dengan objek yang kita perhatikan.
37
b. Adanya kesenangan untuk membaca Al-Qur’an
Anak akan senang dan selalu membaca Al-Qur’an bila ia mampu membacanya dan ia semakin cinta kepada Al-Qur’an kalau selalu membacanya karena Al-Qur’an semakin sering dibaca akan semakin terasa manfaat dan pengaruh bagi
dirinya.
c. Selalu ingin membaca dan mempelajari Al-Qur’an
Keinginan itu datangnya dari dorongan atau nafsu. Apabila yang dituju itu sesuatu yang nyata atau kongkrit maka nafsu itu disebut keinginan. Dengan
demikian dapat diartikan sebagai dorongan atau nafsu yang tertuju pada suatu benda tertentu atau kepada sesuatu yang kongkrit. Lawan dari keinginan adalah
kesenangan atau kebencian. Anak yang berminat untuk membaca Al-Qur’an, terbukti dari keinginannya untuk belajar membaca Al-Qur’an dengan baik dan
benar.
d. Adanya kemauan untuk membaca Al-Qur’an
Kemauan adalah kekuatan yang sadar dan hidup pada diri seseorang untuk berbuat atau menciptakan sesuatu berdasarkan perasaan dan pikiran. Kemauan
ini jelasnya adalah merupakan dorongan atau gejala kehendak yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang dikendalikan oleh akal dan budi.
38
37
M. Alisuf Jabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan Jakarta, Pedoman Ilmu Jaya, 1997 cet.2 hlm.43-44
38
M.Alisuf Jabri, Pengantar Psikologi ..., hlm.123
Anak yang berminat biasanya selalu membaca Al-Qur’an dengan jumlah yang lebih banyak dibandingkan dengan anak yang tidak berminat, begitu juga
dengan pelajaran-pelajaran yang mendukung dalam pembelajaran Al-Qur’an seperti tajwid dan qiraah.
C. Kerangka Berfikir