Identifikasi Masalah Pembatasan Masalah Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Kebiasaan Membaca Al-Qur’an

أ ﺮــ ا أ ﺮـ أ ـ ﺎ ﺎ ـ ـ ﺔ ﺎ ـ ا م ﻮ ﻰ ﺄـ ــ ﺈـ ن ا اور Artinya : “Bacalah Al-Qur’an karena ia akan datang pada hari Qiamat sebagai pembela kepada orang selalu mempelajari dan mentaatinya” HR. Muslim Untuk itu bagi setiap Muslim harus sudah membiasakan diri membaca Al-Qur’an sejak usia dini, agar setelah dewasa nanti bahkan sampai usia lanjut terbiasa membaca Al-Qur’an setiap hari, sehingga Rahmat Allah SWT. dapat merata ke seluruh jiwa kaum Muslimin, hal ini telah dijelaskan Allah SWT didalam Al-Qur’an : أ ﺮــ ا ى ﺮــ ا ذ إ و و ــ ﻮ ــ ـ ﺎـ ن أ ن ﻮ ﺮـ ﻜــ ـ ــ اﻮــ ــ ف ار ء ا : Artinya : “Dan apabila dibacakan Al-Qur’an, maka dengarkanlah baik-baik dan perhatikanlah dengan tenang, agar kamu mendapat Rahmat” Al-A’araf, 204 Namun kenyataan yang ada, kebiasaan membaca Al-Qur’an bagi sebagian besar umat Islam, lebih-lebih bagi anak usia sekolah dasar belum merata. Ini disebabkan karena ketidakmampuan dalam membaca Al-Qur’an atau kurangnya motivasi dalam membaca Al-Qur’an. Adapun kebiasaan membaca Al-Qur’an pada Madrasah Diniyyah As-Salam Joglo sudah ditanamkan sejak kelas satu, yaitu lima belas menit sebelum pelajaran dimulai, walaupun ada mata pelajaran membaca Al-Qur’an, tajwid dan hafalan surat-surat pendek, dengan tujuan agar siswa dapat membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar serta terbiasa membacanya baik di sekolah maupun di rumah, sehingga perubahan akhlak siswa yang sangat diharapkan orang tua, guru dan masyarakat dapat terwujud. Berdasarkan kenyataan di atas, penulis terdorong untuk mengadakan penelitian secara ilmiah, dan menuangkannya dalam skripsi yang berjudul : “ Pengaruh Kebiasaan Membaca Al-Qur’an Terhadap Akhlak Siswa Madrasah Diniyyah As-Salam Joglo-Jakarta Barat”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian di atas dapat diungkapkan beberapa masalah sebagai berikut : 1. Seberapa besar pengaruh kebiasaan membaca Al-Qur’an sehingga dapat merubah tingkah laku siswa usia sekolah dasar menjadi lebih baik. ‘ ‘ ̃ ˚ ء ء ̃ ٤ 2. Bagaimana upaya guru memotivasi siswa, sehingga tumbuh keinginan untuk selalu membaca Al-Qur’an setiap saat. 3. Perubahan tingkah laku seperti apa yang dapat dipengaruhi oleh kebiasaan membaca Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari. 4. Bagaimana kebiasaan siswa dalam membaca Al-Qur’an dan keinginan untuk mendalami isi kandungan Al-Qur’an. 5. Adakah motivasi yang diberikan oleh orang tua yang cukup signifikan dalam mempengaruhi minat anak dalam membaca Al-Qur’an.

C. Pembatasan Masalah

Untuk mempermudah dalam melaksanakan penelitian, penulis membatasi masalah yang diteliti, yaitu pada: 1. Bagaimana pengaruh kebiasaan membaca Al-Qur’an terhadap akhlak siswa pada Madrasah Diniyyah As-Salam Joglo. 2. Bagaimana kebiasaan membaca Al-Qur’an siswa pada Madrasah Diniyyah As- Salam Joglo. 3. Bagaimana akhlak siswa pada Madrasah Diniyyah As-Salam Joglo setelah terbiasa membaca Al-Qur’an.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: Apakah kebiasaan membaca Al-Qur’an mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap akhlak siswa.

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan : 1. Untuk mengetahui pengaruh kebiasaan membaca Al-Qur’an terhadap akhlak siswa pada Madrasah Diniyyah As-Salam Joglo. 2. Untuk mengetahui kebiasaan membaca Al-Qur’an siswa pada Madrasah Diniyyah As-Salam Joglo. 3. Untuk mengetahui akhlak siswa pada Madrasah Diniyyah As-Salam Joglo setelah terbiasa membaca Al-Qur’an setiap hari.

F. Manfaat Penelitian

a. Secara praktis hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi mengenai hubungan kebiasaan membaca Al-Qur’an terhadap tingkah laku siswa. b. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memperlengkap khazanah kajian ilmu pendidikan khususnya mengenai pengaruh kebiasaan membaca Al- Qur’an terhadap akhlak siswa.

BAB II KAJIAN TEORITIS

A. Kebiasaan Membaca Al-Qur’an

1. Pengertian Sebelum membahas tentang pengertian kebiasaan membaca Al-Qur’an, penulis akan mengemukakan terlebih dahulu pengertian masing-masing kata. a. Kebiasaan Menurut Denis Child, “kebiasaan merupakan reaksi stimulus tertentu yang umumnya diperoleh dengan mengulang perbuatan tersebut secara berturut- turut“ 1 . Sedangkan Menurut Dali Gulo, kebiasaan adalah “tingkah laku yang diperoleh dan dimanifestasikan secara konsisten dan mapan serta relatif otomatis 1 Denis Child, Psychology and Teacher, London: Holot Rinehart and Wiston, 1979 hlm.7. melalui pengulangan yang terus menerus” 2 . Sedangkan menurut Witherington, arti “kebiasaan merupakan cara bertindak yang telah dikuasai dan bersifat tahan uji persistent, seragam dan otomatis” 3 . Otomatis berarti “perbuatan yang dilakukan berlangsung sendirinya, seperti mesin” 4 . Kebiasaan merupakan perbuatan yang konsisten, artinya dilakukan dengan pola yang sama. Tingkah laku ini menjadi mapan menyatu dalam diri karena sering dilakukan. Berdasarkan definisi yang dikemukakan diatas, maka yang dimaksud dengan kebiasaan adalah cara bertindak seseorang yang bersifat menetap secara otomatis dengan tanpa melakukan pemikiran terlebih dahulu dalam melakukannya. Hal ini disebabkan karena proses penyusutan kecenderungan dengan menggunakan stimulasi yang berulang-ulang. Karena proses penyusutan inilah muncul suatu pola tingkah laku baru yang menetap dan otomatis. Kebiasaan dapat timbul melalui dua cara, cara pertama adalah kecenderungan pada setiap orang untuk mengikuti jalan dengan jumlah rintangan terkecil. Cara yang kedua adalah dengan sengaja melakukan sesuatu dalam cara tertentu, supaya dengan demikian terbentuklah semacam pola sambutan otomatis. Cara kedua ini biasanya dipergunakan bila seseorang berusaha membentuk suatu kebiasaan baru untuk menggantikan kebiasaan lama yang harus dibuang . 5 b. Pengertian Membaca Al-Qur’an Menurut bahasa, kata membaca dalam bahasa Indonesia sama artinya dengan kata Qora’a ءاﺮ dalam bahasa Arab. Kata membaca merupakan fi’il madhi dan masdarnya adalah Qira’ah ةءاﺮ yang berarti bacaan. Menurut W. J. S. Purwadarminta, membaca adalah : “Melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis” 6 . Jika dikaitkan dengan penggunaan kata 2 Dali Gulo, Kamus Psikologi, Bandung: Penerbit Tonis, 1982 hlm.99 3 Witherington, Education of Psychology, Terjemahan oleh M. Buchori, Jakarta, Angkasa Baru, 1983 hlm.15 4 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: PN Balai Pustaka, 1976 hlm.689D 5 H.C. Witherington, etal, Teknik-Teknik Belajar dan Mengajar Bandung : Jemmars, 1994, hlm.13 6 Kamus Besar Bahasa Indonesia , Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Balai Pustaka, 1988 hlm.62 membaca Al-Qur’an, maka arti membaca adalah mengeja atau melafalkan apa yang tertulis. Menurut Prof. Dr. T.M. Hasby Ash Shiddiqy, mentilawat membaca Al- Qur’an adalah : “Memahamkan makna-makna Al-Qur’an, mempelajari segala maknanya, supaya dapat mengambil pelajaran-pelajaran dan peringatan yang lengkap daripadanya” . 7 Sedangkan dalam buku sejarah dan pengantar ilmu Al-Qur’anTafsir, arti membaca Al-Qur’an adalah : “Perbedaan lafadz-lafadz wahyu mengenai huruf dan cara-cara membunyikannya, seperti tidak mentasydidkan, mentasydidkan dan lain sebagainya”. 8 Para ulama dahulu dan sekarang, menaruh perhatian besar terhadap tilawah Qur’an membaca Al-Qur’an sehingga pengucapan lafadz-lafadz Qur’an menjadi baik dan benar. Cara membaca ini, dikalangan mereka dikenal dengan Tajwidul Qur’an, yang berarti : “memberikan kepada huruf-huruf akan hak-hak dan tertibnya, mengembalikan huruf kepada makhraj dan asalnya, serta menghaluskan pengucapannya dengan cara yang sempurna tanpa berlebihan, kasar, tergesa-gesa dan dipaksa-paksakan”. 9 Dari uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa pengertian membaca Al- Qur’an adalah suatu aktifitas lisan dalam melafadzkan konteks ayat Al-Qur’an berdasarkan kaidah ilmu tajwid. Bacaan Al-Qur’an mengandung kesan yang tersirat, tersurat, bahkan sampai kepada getaran jiwa yang mampu bangkit dari keterpurukan, berkata Amrubnul Ash : أ ﺮــ ا أ ﺮــ ن ة ﻮ ــ ا ـ ر د ا ــ ــ ا إ ـ ــ ـ ـ إ ﻰ ﻮ Barang siapa membaca Al-Qur’an, niscaya masuklah nubuwwah kenabian diantara kedua lambungnya, hanya tidak diturunkan wahyu kepadanya. 10 7 Hasby Ash-Shiddieqy, Al-Islam, Jakarta, Bulan Bintang, 1970 Cet.I, hlm. 533 8 Hasby Ash-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur’anTafsyir, Jakarta, Bulan Bintang, 1977 Cet I, hlm. 23 9 Manna Kholil Al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, Terjemahan dari Mabahis fi Ulumil Qur’an, oleh Mudzakir AS Bogor, Pustaka Litera Antar Nusa, 2004 Cet. 8, hlm. 265 10 Imam Al Ghazali, Ihya Ulumuddin, Singapura, Daru Sulaiman Maro’i, Juz I hlm. 274 ̃ ‘ c. Pengertian Al-Qur’an Al-Qur’anul Karim adalah mukjizat Islam yag kekal dan mukjizatnya selalu diperkuat oleh kemajuan Ilmu Pengetahuan. Tujuan Allah SWT. menurunkan Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad SAW. adalah untuk mengeluarkan manusia dari suasana yang gelap menuju yang terang, serta membimbing mereka ke jalan yang lurus. Al-Qur’an secara harfiah berarti “bacaan yang sempurna” 11 . “Qur’an” menurut pendapat yang lebih kuat seperti yang dikemukakan oleh Dr. Subhi Al- Salih berarti “bacaan”, asal kata qara’a. Kata Al-Qur’an itu berbentuk masdar dengan arti isim maf’ul yaitu maqru yang berarti dibaca 12 . Al-Qur’an merupakan suatu nama pilihan Allah SWT. yang sangat tepat, karena tiada ada satu bacaan pun sejak manusia mengenal tulis baca lima ribu tahun yang lalu yang dapat menandingi Al-Qur’anul Karim. Sedangkan arti Al-Qur’an menurut Terminologi adalah kalam Allah SWT. yang merupakan mukjizat diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. dan ditulis di mushaf, diriwayatkan dengan mutawatir serta membacanya adalah ibadah 13. Al-Qur’an layaknya sebuah permata yang mancarkan cahaya yang berbeda-beda sesuai dengan sudut pandang masing-masing. Tiada bacaan seperti Al-Qur’an yang diatur tata cara membacanya, mana yang dipendekkan dan mana yang dipanjangkan, dipertebal, atau diperhalus ucapannya, dimana tempat yang terlarang, atau boleh, atau harus memulai dan berhenti, bahkan diatur lagu dan iramanya sampai kepada etika membacanya. d. Pengertian Kebiasaan Membaca Al-Qur’an Dari penjelasan yang dikemukakan di atas, maka yang dimaksud dengan kebiasaan membaca Al-Qur’an adalah cara atau teknik yang sering dilakukan oleh siswa dalam membaca Al-Qur’an. Teknik atau cara yang dilakukan tersebut 11 Manna’ Kholil Al-Qattan, Study ..., hlm.1 12 Al-Qur’an dan Terjemahnya, Departemen Agama Republik Indonesia,1971 hlm.16 13 Manna’ Kholil Al-Qattan, Study ..., hlm.1 bersifat otomatis, menyatu dalam diri dan sering tidak disadari. Kebiasaan membaca Al-Qur’an yang dilakukan siswa menguasai perilakunya pada setiap kali perbuatan tersebut dilakukan. Kebiasaan berhubungan dengan kesenangan yang bersifat individual, artinya cara yang disenangi seseorang berbeda dengan yang disenangi oleh orang lain. Karena berhubungan dengan kesenangan, maka dalam melakukannya akan cenderung diulangi lagi, akhirnya akan menyatu pada dirinya. Kebiasaan membaca Al-Qur’an seperti yang diuraikan di atas dapat dipahami sebagai segala cara atau strategi yang digunakan siswa secara konsisten dalam upaya memahami isi kandungan Al-Qur’an. Setiap siswa yang telah berusaha membiasakan dirinya untuk membaca Al-Qur’an, akan mengalami perubahan tingkah laku. Menurut Brudghardt 1973, “kebiasaan itu timbul karena penyusutan kecendrungan respons dengan menggunakan stimulasi yang berulang-ulang” 14 . Pembiasaan juga meliputi pengurangan perilaku yang tidak diperlukan, karena proses penyusutan atau pengurangan inilah, muncul suatu pola bertingkah laku baru yang relatif menetap dan otomatis. 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebiasaan Membaca Al-Qur’an Untuk membiasakan diri membaca Al-Qur’an secara teratur memerlukan keinginan yang kuat. Banyak kendala yang dapat mengganggu usaha ini. Kendala itu ada yang berasal dari dalam diri sendiri dan adapula yang berasal dari luar diri sendiri. Adapun kendala yang berasal dari dalam diri sendiri meliputi faktor fisik dan psikis. 14 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, Bandung : PT. Remaja Roda Karya, 1995, h. 117 A. Faktor Fisik Fisik atau tubuh manusia merupakan “sistem organ yang kompleks dan sangat mengagumkan” 15 . Keadaan tubuh yang sehat merupakan kondisi yang memungkinkan seseorang untuk dapat membaca Al-Qur’an dengan baik. Kondisi organ-organ khusus siswa seperti tingkat kesehatan, indera pendengar dan indera penglihatan juga sangat mempengaruhi kebiasaan siswa dalam membaca Al-Qur’an. Seseorang siswa yang sering sakit biasanya mengalami kesulitan dalam membaca Al-Qur’an, misalnya cepat lelah, tidak bisa konsentrasi dan merasa malas. B. Faktor Psikis Kata psikis berasal dari bahasa Yunani Kuno, psyche yang berarti jiwa. Apa yang dimaksud dengan jiwa tidak seorang pun tahu dengan sesungguhnya. “Jiwa adalah sangat abstrak dan tidak dapat diikuti oleh panca indera”. 16 Adapun faktor kendala kebiasaan membaca Al-Qur’an yang termasuk psikis adalah : 1. Minat Yang dimaksud dengan minat adalah “ motif pokok dari semua makhluk, bagi manusia tidak semata-mata merupakan keinginan, untuk tetap hidup tidak sakit atau mati, tetapi merupakan juga keinginan untuk hidup dalam hubungannya yang aktif dengan lingkungannya”. 17 Sikap dan minat merupakan faktor psikologis yang akan mempengaruhi kebiasaan siswa dalam membaca Al-Qur’an. Dalam hal ini sikap yang menunjang kebiasaan siswa dalam membaca Al- Qur’an ialah sikap positif menerima atau suka terhadap bahan pelajaran Al-Qur’an, terhadap guru dan lingkungan tempat ia belajar. Bila sikap dan 15 Syamsu Yusuf, Psikolgi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya Cet. 4, Maret 2004, hlm. 101 16 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 2006 Cet. 21, hlm. 65 17 Sururin, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2004 Cet. IV, hlm. 2 minat tidak dimiliki oleh siswa dalam membaca Al-Qur’an, maka ia akan bermalas-malasan dan sulit untuk membiasakan diri membaca Al-Qur’an. 2. Motivasi Yang dimaksud dengan motivasi adalah “segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu”. 18 Motivasi sangat berperan dalam segala hal. Dengan motivasi inilah siswa tekun membaca Al-Qur’an, dan dengan motivasi ini pulalah kebiasaan siswa dalam membaca Al-Qur’an dapat terwujud. Motivasi dapat efektif bila dilakukan dengan memperhatikan kebutuhan siswa 19 . Kekurangan atau ketiadaan motivasi dalam membaca Al-Qur’an akan menyebabkan kurang bersemangatnya siswa untuk membiasakan dirinya dalam membaca Al-Qur’an baik di sekolah maupun di rumah. 3. Disiplin Disiplin adalah “langkah-langkah yang dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang sudah digariskan”. 20 Seseorang siswa yang ingin terbiasa membaca Al-Qur’an harus berusaha secara teratur, mulai dari waktu, kegiatan dan istirahat. Oleh karena itu pembagian waktu sangat penting untuk di atur sedemikian rupa, sehingga tidak terjadi pembagian waktu secara percuma. Banyak siswa yang mengeluh karena kekurangan waktu untuk membaca Al- Qur’an, tetapi sebenarnya mereka tidak kekurangan waktu melainkan tidak dapat mengatur waktu atau menyia-nyiakan waktu yang tersedia. Disiplin dalam membiasakan diri membaca Al-Qur’an sangat diperlukan. siswa yang dapat mendisiplinkan diri maka ia akan hidup teratur dan dapat mengerjakan semua tugas tepat pada waktunya sehingga tidak akan mengalami kesulitan-kesulitan yang berarti ketika dihadapkan pada suatu permasalahan. 18 Ngalim Purwanto, Psikologi ..., hlm. 65 19 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta, PT. Rineka Cipta, 2000 Cet. I, hlm. 45 20 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta, PT. Rineka Cipta Cet. I, hlm. 16 Dalam menumbuhkan kebiasaan membaca Al-Qur’an terdapat pula kendala- kendala, kendala-kendala tersebut ada yang berasal dari dalam diri anak seperti : kecenderungan bermalas-malasan, keluh kesah dan kebiasaan melamun, hal ini hanya dapat diatasi oleh sikap disiplin oleh sikap disiplin siswa itu sendiri. Adapun kendala-kendala yang menghambat dari luar diri siswa meliputi : 1. Faktor keluarga Keluarga merupakan “lingkungan pertama dan utama bagi anak. Oleh karena itu kedudukan keluarga dalam pengembangan kepribadian anak sangatlah dominan”. 21 Karena faktor keluarga ini sangat luas, maka dibagi dalam beberapa aspek, yaitu : a. Aspek orang tua Orang tua merupakan “pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka, karena dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan”. 22 Yang dimaksud faktor orang tua adalah cara orang tua mendidik anaknya tidak mapan, hubungan antara orang tua dengan anaknya yang tidak lancar, dan contoh sikap orang tua yang kurang baik. Hal tersebut dapat mempengaruhi kebiasaan anak-anak dalam membaca Al-Qur’an. b. Suasana rumah Suasana rumah yang ramai, selalu tegang, sering cekcok dan sebagainya akan dapat mengganggu kebiasaan anak membaca Al- Qur’an. c. Keadaan ekonomi keluarga Keadaan ekonomi keluarga yang kurang dapat mempengaruhi kebiasaan anak membaca Al-Qur’an, seperti tidak adanya kitab suci Al-Qur’an, tempat membaca Al-Qur’an, dan lampu penerang yang 21 Syamsu Yusuf, Psikolgi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 2004 Cet. 4, hlm. 138 22 Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta, Bumi Aksara, 2004 Cet. 5, hlm. 35 memadai, akan menjadi penyebab anak kurang bersemangat untuk membaca Al-Qur’an. 3. Adab Membaca Al-Qur’an Sebagaimana dimaklumi bahwa Al-Qur’an adalah “Kitab Suci yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai salah satu rahmat yang tak ada taranya bagi alam semesta” 23 . Sehubungan dengan itu, Dr. Subhi Al-Salih merumuskan bahwa Al-Qur’an adalah “Firman Allah yang bersifat atau berfungsi sebagai mukjizat sebagai bukti kebenaran atas kenabian Muhammad SAW. yang diturunkan kepada Nabi Muhammad, yang tertulis di dalam mushaf-mushaf yang diriwayatkan dengan jalan mutawatir, dipandang beribadah membacanya”. 24 Oleh karena itu membaca Al-Qur’an mempunyai adab-adab tertentu. Menurut Imam Al Ghozali dalam bukunya Ihya Ulumuddin, adab membaca Al-Qur’an itu terbagi dua, yaitu adab secara bathin dan adab secara zhohir. 25 Adapun adab membaca Al-Qur’an secara bathin dapat disimpulkan menjadi : 1. Memahami asal kalimat, yang ada di dalam Al-Qur’an 2. Cara hati membesarkan kalimat Allah 3. Menghadirkan hati dikala membaca sampai ketingkat memperluas, memperluas perasaan dan membersihkan jiwa. 26 Dengan demikian kandungan Al-Qur’an yang dibaca dengan perantaraan lidah, dapat bersemi ke dalam jiwa dan meresap ke dalam hati sanubari. Kesemua ini adalah adab yang berhubungan dengan bathin, yaitu dengan hati dan jiwa. Adapun cara hati membesarkan kalimat Allah, ialah bagi pembaca Al-Qur’an ketika dia memulainya, maka terlebih dahulu ia harus menghadirkan dalam hatinya, betapa kebesaran Allah SWT. yang mempunyai kalimat-kalimat itu. Dia harus yakin di dalam hatinya, bahwa yang dibacanya itu bukanlah kalam manusia tetapi Kalam Allah SWT. Yang Maha Mulia dan Tinggi tidak ada kalam yang lebih tinggi dari 23 Al-Qur’an dan Terjemahnya, Departemen ..., hlm 121 24 Masyfuk Zuhdi, Pengantar Ulumul Qur’an, Surabaya, PT Bina Ilmu, 1980 hlm. 1 25 Imam Al-Ghazali, Menghidupkan kembali Ilmu-Ilmu Agama, Terjemahan dari Ihya Ulumuddin, Jilid II, oleh Isma’il Ya’kub, Surabaya, CV. Fauzan, 1989 Cet. V, hlm. 223 26 Imam Al Ghazali, Menghidupkan kembali ..., hlm. 113 kalamNya, itulah keagungan Kalam Allah dan keistimewaannya dibandingkan dengan kalam-kalam makhluk lain. Sedangkan adab membaca Al-Qur’an secara zhohir menurut Imam Al Ghozali dapat disimpulkan menjadi : 1. Disunatkan berwudhu sebelum membaca Al-Qur’an, karena yang dibacanya ialah kitab suci, Kalam Allah SWT dan wahyuNya Yang Suci dan Mulia. 2. Disunatkan di tempat yang bersih dalam membacanya, seperti di masjid, mushala, rumah, dan tempat lain yang dianggap bersih. 3. Membacanya menghadap kiblat, dengan penuh perhatian, khusyu, dan tenang serta berpakaian yang rapi dan sopan. 4. Mulut dan gigi sebaiknya dibersihkan, sebelum membaca Al-Qur’an. 5. Di dalam membaca Al-Qur’an, disunatkan membaca ta’awwudz terlebih dahulu, kemudian diiringi bacaan basmalah dan diakhiri dengan membaca : ﺪــ ـﻈـ ــ ا ﷲا ق .Disamping berdoa yang telah kami uraikan di atas. 6. Disunatkan membacanya dengan tartil, yakni dengan membaca yang pelan- pelan dan tenang. Sebagaimana Firman Allah SWT. di dalam surat Al- Muzammil ayat 4 : أ د ز و ـ ـ ﺮـ ن أ ﺮـ ــ ا ــ رو ـ ـ Artinya : “Dan bacalah Al-Qur’an itu dengan tartil.” Al-Muzammil,4 7. Membacanya dengan penuh perhatian dan pemikiran tentang ayat-ayat yang dibacanya dan bagi yang sudah mengerti arti dan maksudnya, sangat dianjurkan untuk merenungkan dan memikirkan akan hikmah dan rahasia pada ayat-ayat yang dibacanya, yaitu dengan lidahnya bergerak membaca, hatinya turut memperhatikan arti dan maksud serta hikmah dan rahasia yang dikandungnya. 8. Dilarang dalam membaca Al-Qur’an dengan bermain-main dan tertawa-tawa serta yang semacamnya. Karena perbuatan yang semacam itu tidak layak dilakukan sewaktu membaca kitab suci yang sangat mulia dan agung yang datang dari Allah Yang Maha Suci. Menurut Manna Kholil Al Qottan dalam buku Mabahis fi Ulumil Qur’an yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Mudzakir AS menyempurnakan adab membaca Al-Qur’an menjadi : 1. Membacanya dengan khusyu’, tenang dan penuh hormat ̃ 2. Membaguskan suaranya, karena Al-Qur’an hiasan bagi suara dan suara yang bagus lagi merdu akan lebih berpengaruh dan meresap ke dalam jiwa. Dalam sebuah Hadits Rosulullah SAW bersabda : ﺎــ ن أ ﺮــ ا اﻮــ ــ ز ﻜـ اﻮ آ ﺎ ا اور “ Hiasilah Al-Qur’an dengan suaramu yang merdu” Hadits Al-Hakim 27 3. Mengeraskan bacaan Al-Qur’an, karena membacanya dengan suara jahar lebih utama, karena dapat membangkitkan semangat dan gelora jiwa untuk lebih banyak beraktifitas, memalingkan pendengaran kepada bacaan Al- Qur’an, dan membawa manfaat bagi para pendengar serta mengkosentrasikan segenap perasaan untuk lebih jauh memikirkan, memperhatikan dan merenungkan ayat-ayat yang dibaca itu. Tetapi bila dengan suara jahar itu dikhawatirkan timbul rasa riya, atau akan mengganggu orang lain, seperti mengganggu orang yang sedang sholat, maka membaca Al-Qur’an dengan suara indah adalah lebih utama. 28 Sedangkan di dalam tafsir Al-Qur’an dan terjemahannya milik Departemen Agama Republik Indonesia menjelaskan tentang adab membaca Al-Qur’an adalah sebagai berikut : membaca ta’awwudz, yang berbunyi ذ ﻮ ا ــ ﺎ ــ ﺮ ا ن ﺎــﻄـ ـــ ـ . Sesudah itu barulah dibaca ــ ـ ـ ﺮـ ا ـ ـ ﺮـ ا ﷲا Maksudnya diminta lebih dahulu perlindungan Allah SWT, supaya terjauh dari tipu daya syetan, sehingga hati dan pikiran tetap tenang di waktu membaca Al-Qur’an. Dan biasa juga sebelum atau sesudah membaca ta’awwudz berdo’a kepada Allah SWT agar hatinya menjadi tenang. Do’a itu berbunyi : ﺎـ ــ ـ ـ ﺮـ ــ او ﻚــ ـ ـﻜ ﺎــ ـ ـ ــ ا ﻬــ ا . ــ ر ـ ﻚـ ـ ـ ر نء ﺰــ ﺮ ا ر ا ﻚـ ا ـ “Ya Allah, bukakanlah kiranya kepada kami hikmat-Mu dan taburkankanlah kepada kami rahmat dari khazanah-Mu, Ya Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang” 29 27 Manna Kholil Al-Qattan, Study Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, Terjemahan dari Mabahis fi Ulumil Qur’an oleh Mudzakir AS Bogor, Pustaka Litera Antar Nusa, 2004 Cet. 8, hlm. 273 28 Manna Kholil Al-Qattan, Study ..., hlm. 274 29 Al-Qur’an dan Terjemahnya, Departemen ..., hlm. 126 ̃ ء Itulah adab-adab membaca Al-Qur’an yang harus di jaga dan diperhatikan serta diamalkan, sehingga dengan demikian keagungan, kemuliaan, dan kesucian Al- Qur’an dapat terpelihara dengan sebaik-baiknya serta akan lebih berkesan ke dalam jiwa bagi yang membaca dan mendengarkannya. 4. Manfaat Membaca Al-Qur’an Membaca Al-Qur’an bagi setiap orang mukmin hendaklah sudah menjadi kebiasaannya sehari-hari, baik diwaktu malam maupun diwaktu siang, dikala senang maupun dikala susah, dikala gembira maupun dikala sedih, dikala luas maupun dikala sempit. Pokoknya setiap saat dan waktu, kapan dan dimana saja hendaknya setiap orang-orang mukmin membiasakan dirinya untuk membaca Al-Qur’an, walaupun hanya beberapa ayat, karena dengan membaca Al-Qur’an akan mendatangkan rahmat, petunjuk dan ketenangan. Sebagaimana dinyatakan Allah SWT didalam FirmanNya : ﺬـه ن إ أ ﺮـ اا ـ ﺆ اﺮــ و م ﻮـ ا ه ﻰ ــ ى ﺪـﻬ ن اﺮ ــ ــآ اﺮـ ا ﻬـ ن ا ـ ـ ا ن ﻮ ـ ـ ﺬــ ا ءاﺮ ا : Artinya : “Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada jalan yang lebih lurus dan memberi kabar bagi orang-orang mukmin yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.” Surat Al-Isra’: 2 ء ـ و ـﻜــ ر ـ ﺔــﻈ ﻮ ـﻜـ ء ﺪـ سﺎــ اﺎـﻬ رو ﺪـ ا ﻰ ﺎ ــ ﺔـ رو ى ﺪـه و ـ ـ ـ ﺆ ــ ﻮ : Artinya : Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit yang berada didalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.” Surat Yunus : 57. Demikianlah diantara hikmah-hikmah bagi orang yang mau membaca Al- Qur’an dan mengamalkan segala isi kandungannya di dalam kehidupan sehari-hari. Kaum Mukminin sejak dari zaman Rasulullah SAW. sampai zaman yang modern ini bahkan sampai hari Qiamat, tetapi akan selalu membaca, mempelajari dan menghapal kitab sucinya serta mengamalkan di dalam kehidupannya sehari-hari akan segala isi kandungannya. ̃ ۵٧ Setiap orang mukmin yakin bahwa membaca Al-Qur’an adalah suatu perbuatan yang sangat mulia dan akan mendapat ganjaran dari Allah SWT. dengan ganjaran yang berlipat ganda serta akan mendapat rahmat dan petunjuk bagi yang membaca. Itulah sebabnya Al-Qur’an adalah sebaik-baiknya bacaan dan pelajaran bagi setiap orang mukmin. Oleh sebab itu hendaknya Al-Qur’an harus ada ditiap-tiap hati orang mukmin. Rasulullah SAW. sangat sangat mencela orang yang dihatinya kosong dari ayat-ayat suci Al-Qur’anul Karim, dengan sabdanya : لﺎـ ﺎ ﻬـ ﷲا ر س ﺎ ا و : ـ ـ و ـ ـ ﷲا ﻰـ ﷲا ل ﻮ ر لﺎـ : ﻮ ﻰ ىﺬـ ا ن إ ب ﺮـ ا ـ ـ ﺎـآ ن أ ﺮـ ا ــ ﻰـ يﺬ ﺮ ا اور Artinya : Ibnu Abbas ra berkata : Bersabda Rasulullah SAW : “Sesungguhnya seseorang yang di dalam hatinya dadanya tidak ada Al-Qur’an adalah bagaikan rumah yang rusak lagi kosong” 30 . HR. Attirmidzi Dan Rasulullah SAW. sangat memuliakan bagi orang-orang yang selalu membaca dan mempelajari serta mengajarkan Al-Qur’an, sebagaimana beliau bersabda : ل ﺎـ ـ ﷲا ر ن ﺎـ ـ ا ن ﺎ ــﺜـ و : ﷲا ل ﻮ ر ل ﺎـ ـ ـ و ـ ـ ﷲا ﻰـ : ـآ ﺮ ـ ـ ــ ـ و ن أ ﺮـ ا ـ ـ ــ اور يرﺎ ا Artinya : Usman ra berkata : Bersabda Rasulullah SAW : “Sebaik-baik kamu ialah yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya.” 31 HR. Bukhari Jadi belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya adalah tugas pokok dan kewajiban yang suci dan mulia bagi setiap orang mukmin. Adalah kewajiban bagi orang yang berilmu untuk memberitahukan kepada orang yang belum berilmu dan kewajiban bagi orang yang belum tahu belajar kepada orang yang sudah tahu, agar ilmu pengetahuan dapat dinikmati oleh seluruh umat manusia. Oleh karena itu tidak ada alasan, bagi orang yang belum pandai membaca Al-Qur’an, untuk belajar agar pandai membaca Al-Qur’an dan kewajiban orang tua-lah untuk mendidik anaknya agar pandai membaca Al-Qur’an. Dan kewajiban setiap orang mukminlah untuk belajar dan mengajar Al-Qur’an, agar tidak ada diantara umat Islam yang tidak 30 Imam Abu Zakariya Yahya bin Syaraf An Nawawy, Taman Orang-orang yang Sholeh, Terjemahan dari Riyadhus Sholihn Jilid II, oleh Salim Bahreisy Bandung, PT. Al-Ma’arif, 1979 Cet. V, hlm. 126 31 Imam Abu Zakariya, Riyadhus ..., Jilid II, hlm. 123 ء ̃ ̃ pandai membaca Al-Qur’an, apalagi yang buta akan huruf Al-Qur’an, karena membaca Al-Qur’an bagi setiap orang mukmin adalah suatu perbuatan yang sangat mulia lagi agung dan akan mendapat ganjaran atau pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT, disamping itu akan menambah ilmu pengetahuannya. Dalam rangka mendorong orang untuk membaca, mempelajari dan menghapal Al-Qur’an, maka kepadanya diberikan kedudukan yang baik dan posisi yang penting, seperti menjadi mufti. Seseorang yang hapal Al-Qur’an diberi gelar Qurro, karena mereka itu membaca Al-Qur’an dan tahu persis ayat-ayat yang nasikh dan mansukh, ayat-ayat yang mengenai Muhkam dan lain sebagainya, serta mengerti pula akan maksud dan arti tiap-tiap kata, kalimat serta ayat. Hal ini tidak mengherankan, karena bangsa Arab sebelum Islam adalah kebanyakan bangsa yang buta huruf, tidak tahu tulis baca. Maka setelah Islam datang, menganjurkan mereka giat belajar membaca, menulis, mempelajari syari’at Islam dan menggali hukum-hukum agama dari Al-Qur’an. Selanjutnya mereka merumuskan hukum- hukum fiqh Islam dan pelajaran “Qurro” tadi diganti dengan nama Fuqoha dan ‘Ulama. 32 Al-Qur’an adalah jiwanya kaum Muslimin karena Al-Qur’an adalah pokok perjuangannya dalam arti kata yang luas, dan keadaan orang Islam yang berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan membacanya pada tiap waktu, dikatakan “Liwa’ul Islam”, yaitu panji-panj Islam. 33 Dari uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa Al-Qur’an adalah bacaan dan pelajaran yang sebaik-baiknya bagi setiap orang Mukmin dan hendaknya pada tiap- tiap rumah orang Mukmin ada menyimpan sebuah atau beberapa buah Kitab Suci Al-Qur’an, untuk dibaca pada setiap saat dan waktu. Dan hendaknya seluruh keluarga dan masyarakat Islam tidak ada yang tidak pandai membaca Al-Qur’an dan kewajiban orang tualah untuk menjadikan anggota keluarganya yang demikian, agar rahmat Al-Qur’an tersebar secara merata pada setiap orang Islam. 32 Muhammad ‘Athiyah Al-Abrasyi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, Terjemah, Bustami A. Gani Djohar Bahry L.I.S., Bulan Bintang, 1969 hlm. 64 33 Abu Bakar, Sejarah Al-Qur’an, Jakarta, Martaco CV, 1951 hlm. 304

B. Pembentukan Akhlak