Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Ibu Terhadap Perawatan Lanjutan Bayi Prematur Dari RSUD. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011

(1)

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP IBU TERHADAP PERAWATAN LANJUTAN BAYI PREMATUR

DARI RSUD. Dr. PIRNGADI MEDAN

ARY OKTORA SRI RAHAYU 105102013

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

(3)

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Karya Tulis Ilmiah, Juni 2011 Ary Oktora Sri Rahayu

Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Ibu Terhadap Perawatan Lanjutan Bayi Prematur Dari RSUD. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011

viii + 49 hal + 6 tabel + 1 skema + 12 lampiran

ABSTRAK

Bayi prematur ataupun bayi pretermadalah bayi lahir hidup sebelum usia kehamilan 37 minggu tanpa memperhatikan berat badan. Negara-negara dengan angka kelahiran

preterm yang lebih tinggi mempunyai angka kematian yang lebih tinggi. Bayi prematur 66% meninggal dalam waktu 4 minggu setelah lahir. Angka kejadian bayi prematur di Indonesia masih berada di atas rata-rata negara lain yaitu mencapai 30%-40%. Sedangkan angka kematian bayi prematur di Indonesian juga masih cukup tinggi yaitu mencapai

30-40%. Semua penyakit neonatus dapat mengenai bayi prematur, hal ini di sebabkan oleh fakor pertumbuhan, sehingga bayi prematur memerlukan perawatan yang intensif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi hubungan pengetahuan dengan sikap ibu terhadap perwatan lanjutan bayi prematur. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah secara analitik dengan pendekatan cross sectional study. Jumlah sampel sebanyak 30 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan Total sampling. Penelitian ini dilakukan dirumah ibu-ibu yang memiliki bayi prematur yang pernah di rawat di RSUD. Dr. Pirngadi Medan dan sudah di rawat dirumah. Analisa data dengan

Fisher exact test. Dari hasil penelitian sebagian besar responden memiliki pengetahuan baik yaitu sebanyak 20 orang (66.7%), dan sebagian besar responden juga memiliki sikap yang baik yaitu sebanyak 19 19 orang (63.3%). Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan pengetahuan dengan sikap ibu terhadap perawatan lanjutan bayi prematur (nilai p=0,0001). Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa pengetahuan dan sikap ibu dalam perawatan lanjutan bayi prematur baik, hal ini di karenakan ibu-ibu sudah memahami bahwa bayi prematur itu sangat rentan terhadap infeksi dan memerlukan perawatan yang intensif.

Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, dan Prematur Daftar pustaka 26 (1999-2010)


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti ucapkan kepada Allah SWT, atas berkat dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah dengan judul “Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Ibu Terhadap Perawatan Lanjutan Bayi Prematur dari RSUD. Dr. Pirngadi Medan”. Peneliti menyadari bahwa dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan baik dari isi maupun tulisan, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang dapat membangun sehingga dapat menjadi perbaikan dimasa yang akan datang.

Pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapakan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. dr. Dedi Ardinata M.Kes, selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

2. Nur Asnah Sitohang, S.Kep, Ns, M.Kep selaku Ketua Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. dr. Arlinda Sari Wahyuni, M.Kes selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 4. dr. Juliandi Harahap, MA dan Dr. Sarma Lumbanraja, SpoG(K) selaku penguji

yang telah banyak memberikan kritikan dan saran dalam penulisan Kkarya Tulis Ilmiah ini.

5. Nur Asiah, S. Kep. Ns, selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam menyalesaikan Karya Tulis Ilmiah ini 6. Seluruh dosen, staf dan pegawai administrasi program D-IV Bidan Pendidik


(5)

7. Ayahanda Amransal dan ibunda tercinta Jasni, Spd serta adik-adikku tersayang Forqon Agaysi dan Try Yanda Ikhsan yang telah banyak membantu baik moril maupun materil, memberikan dukungan dan semangat serta do’a sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan.

8. Buat Muhammad Yanis yang selalu ada dalam suka dan duka, selalu memberikan dukungan, semangat serta do’a sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan.

9. Buat sahabat-sahabat terbaikku Kri (Rika Adriani, AMd.Keb, Santi Deli, S.Si Okta Fitriance, S.IP dan kurnia ningsih, S.IP), serta buat Yelni, AMd.Keb, Ayu Sri Inda Yani, AMd.Keb, reno, AMd.Keb, Reni Artika, AMd.Keb, Julita, SST yang selalu ada dalam suka dan duka, serta selalu memberikan dukungan dan do’a dalam penulisan karya Tulis Ilmiah ini.

10.Buat kakak-kakak tersayang (Wiwi, Ria Febrina, Yusra, Ria Novita, Yanti ) dan teman-teman terbaikku yang senasib, seperjuangan dan sepenanggungan (Riris, Jana, Devi, Uul, Liza, Nia, Ester, Enjel) yang selalu memberikan dukungan dan semangat dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.

11.Teman-teman program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara T.A. 2010/2011 yang telah banyak memberi dukungan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini. Penulis menyadari karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.

Akhirnya kepada Allah SWT sajalah penulis berserah diri. Semoga bantuan yang telah diberikan mendapat imbalan dari Allah SWT, Amin ya Rabbal ’Alamin.


(6)

Semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya.

Medan, 2011 Peneliti


(7)

DAFTAR ISI

Halaman LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR .... ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR SKEMA ... v

DAFTARTABEL ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

1. Tujuan Umum ... 5

2 Tujuan Khusus ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A. Bayi Prematur ... ... 7

1. Pengertian Bayi Prematur ... 7

2. Etiologi ... 7

3. Masalah Pada Bayi Prematur ... 8

4. Tanda-Tanda Bayi Prematur ... 10

5 Perawatan Bayi Prematur di Rumah Sakit ... 10

6. Perawatan Lanjutan Bayi Prematur di Rumah ... 12

B. Konsep Pengetahuan ... 17

C. Definisi Pengetahuan ... 18


(8)

BAB III : KERANGKA PENELITIAN ... 24

A. Kerangka Konsep ... 24

B. Hipotesis ... 24

C. Definisi Operasional ... 25

BAB IV : METODE PENELITIAN ... 26

A. Desain Penelitian ... 26

B. Populasi dan Sampel ... 26

C. Tempat Penelitian ... 27

D. Waktu Penelitian ... 27

E. Etika Penelitian ... 27

F. Alat Pengumpulaan Data ... 28

G. Validitas dan Reliabilitas ... 31

H. Prosedur Pengumpulan Data ... 31

I. Analisis Data ... 32

BAB V : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 35

A. Hasil Penelitian ... 35

B. Pembahasan ... 42

C. Keterbatasan Penelitian ... 45

BAB VI : SIMPULAN DAN SARAN ... 48

A. Kesimpulan ... 48

B. Saran ... 49

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

DAFTAR SKEMA

Skema 1 : Kerangka Konsep Penelitian Hubungan Pengetahuan dengan


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 : Distribusi Frekuensi dan Persentase Karaktiristik Responden

dari RSUD. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011 ... 35 Tabel 5.2 : Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Terhadap Perawatan

Lanjutan Bayi Prematur dari RSUD. Dr. Pirngadi Medan

Tahun 2011 Berdasarkan Kuesioner Pengetahuan ... 37 Tabel 5.3 : Distribusi Frekuensi Tingkat pengetahuan Ibu Terhadap Perawatan

Lanjutan Bayi Prematur dari RSUD. Dr. Pirngadi Medan

Tahun 2011 Berdasarkan Kuesioner pengetahuan ... 38 Tabel 5.4 : Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Terhadap Perawatan

Lanjutan Bayi prematur dari RSUD. Dr. Pirngadi Tahun 2011

Berdasarkan Kuesioner Sikap ...39 Tabel 5.5 : Distribusi frekuensi Sikap Ibu Terhadap Perawatan Lanjutan Bayi

Prematur dari RSUD. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011

Berdasarkan Kuesioner Sikap ...40 Tabel 5.6 : Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Ibu Terhadap Perawatan

Lanjutan Bayi Prematur dari RSUD. Dr. Pirngadi Medan


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Penjelasan Kepada Responden Lampiran 2 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 3 : Lembar Kuesioner

Lampiran 4 : Lembar Konsultasi

Lampiran 5 : Lembar Master Tabel Pengetahuan Lampiran 6 : Lembar Master Tabel Sikap

Lampiran 7 : Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Lampiran 8 : Distribusi Frekuensi dan Analisa Data Lampiran 9 : Surat Pernyataan Content Validity

Lampiran 10 : Surat Pernyataan Editor Bahasa Indonesia Lampiran 11 : Surat Permohonan Penelitian

Lampiran 12 : Surat Balasan Permohonan Penelitian Lampiran 13 : Daftar riwayat hidup


(12)

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Karya Tulis Ilmiah, Juni 2011 Ary Oktora Sri Rahayu

Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Ibu Terhadap Perawatan Lanjutan Bayi Prematur Dari RSUD. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011

viii + 49 hal + 6 tabel + 1 skema + 12 lampiran

ABSTRAK

Bayi prematur ataupun bayi pretermadalah bayi lahir hidup sebelum usia kehamilan 37 minggu tanpa memperhatikan berat badan. Negara-negara dengan angka kelahiran

preterm yang lebih tinggi mempunyai angka kematian yang lebih tinggi. Bayi prematur 66% meninggal dalam waktu 4 minggu setelah lahir. Angka kejadian bayi prematur di Indonesia masih berada di atas rata-rata negara lain yaitu mencapai 30%-40%. Sedangkan angka kematian bayi prematur di Indonesian juga masih cukup tinggi yaitu mencapai

30-40%. Semua penyakit neonatus dapat mengenai bayi prematur, hal ini di sebabkan oleh fakor pertumbuhan, sehingga bayi prematur memerlukan perawatan yang intensif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi hubungan pengetahuan dengan sikap ibu terhadap perwatan lanjutan bayi prematur. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah secara analitik dengan pendekatan cross sectional study. Jumlah sampel sebanyak 30 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan Total sampling. Penelitian ini dilakukan dirumah ibu-ibu yang memiliki bayi prematur yang pernah di rawat di RSUD. Dr. Pirngadi Medan dan sudah di rawat dirumah. Analisa data dengan

Fisher exact test. Dari hasil penelitian sebagian besar responden memiliki pengetahuan baik yaitu sebanyak 20 orang (66.7%), dan sebagian besar responden juga memiliki sikap yang baik yaitu sebanyak 19 19 orang (63.3%). Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan pengetahuan dengan sikap ibu terhadap perawatan lanjutan bayi prematur (nilai p=0,0001). Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa pengetahuan dan sikap ibu dalam perawatan lanjutan bayi prematur baik, hal ini di karenakan ibu-ibu sudah memahami bahwa bayi prematur itu sangat rentan terhadap infeksi dan memerlukan perawatan yang intensif.

Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, dan Prematur Daftar pustaka 26 (1999-2010)


(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Usia kehamilan merupakan salah satu predikator penting bagi kelangsungan hidup janin dan kualitas hidupnya. Umumnya kehamilan disebut cukup bulan bila berlangsung antara 37-41 minggu dihitung dari hari pertama siklus haid terakhir pada siklus 28 hari. Banyak kejutan terjadi pada perempuan hamil seperti merasakan tendangan pertama bayinya atau gejala morning sickness. Tapi kejutan yang paling tidak diinginkan oleh ibu hamil adalah melahirkan bayi secara prematur (Krisnadi, Effendi & Pribadi,2009, hlm. 1).

Menurut definisi WHO, bayi prematur adalah bayi lahir hidup sebelum usia kehamilan minggu ke 37 (dihitung dari hari pertama haid terakhir). Bayi prematur ataupun bayi preterm adalah bayi yang berumur kehamilan 37 minggu tanpa memperhatikan berat badan, sebagian besar bayi prematur lahir dengan berat badan kurang 2500 gram (Surasmi, Handayani & Kusuma, 2003, hlm. 31).

Dibandingkan dengan bayi yang cukup bulan, bayi prematurterutama yang lahir dengan usia kehamilan < 32 minggu, mempunyai resiko kematian 70 kali lebih tinggi, karena mereka mempunyai kesulitan untuk beradaptasi dengan kehidupan di luar rahim akibat ketidakmatangan sistem organ tubuhnya seperti paru-paru, jantung, ginjal, hati dan sistem pencernaannya, sekitar 75% kematian perinatal disebabkan oleh prematuritas (Krisnadi, Effendi & Pribadi, 2009, hlm.1).


(14)

Negara-negara dengan angka kelahiran preterm yang lebih tinggi mempunyai angka kematian yang lebih tinggi. Selain itu, di Amerika Serikat, orang Amerika Afrika sangat rentan terhadap kelahiran preterm dan kematian bayi. Lebih dari 28.000 bayi meninggal pada tahun 1998 di Amerika Serikat, dan 66% diantaranya meninggal dalam waktu 4 minggu setelah lahir. Selain itu, kelahiran preterm menyebabkan dua pertiga kematian bayi lebih dini (Cunningham, Gant, Leveno, et al. 2006, hlm. 764).

Angka kejadian bayi prematur di Indonesia masih berada di atas rata-rata negara lain yaitu mencapai 30%-40% padahal di negara maju hanya sebesar 10-15%. Angka kematian bayi prematur di Indonesia juga masih cukup tinggi yaitu mencapai 30%-40% (Pdpersi, 2002).

Salah satu indikator untuk mengetahui derajat kesehatan masyarakat adalah angka kematian bayi (AKB). Angka kematian bayi di Indonesia saat ini masih tergolong tinggi. Angka kematian bayi di Indoesia tercatat 51,0 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2003, ini memang bukan gambaran yang baik karena masih terbilang tinggi bila di bandingkan dengan Negara-negara di ASEAN. Penyebab kematian bayi terbanyak adalah karena gangguan perinatal. Dari seluruh kematian perinatal sekitar 2 – 27% disebabkan karena kelahiran prematur dengan berat lahir rendah (BBLR). Sementara itu prevalensi prematur pada saat ini diperkirakan 7 – 14% yaitu sekitar 459.200 – 900.000 bayi (Depkes RI, 2005).

Berdasarkan hasil pengumpulan data indikator kesehatan propinsi yang berasal dari fasilitas pelayanan kesehatan, proporsi kelahiran prematur dengan BBLR pada tahun 2000 berkisar antara 0,91% (Gorontalo) dan 18,89% (Jawa Tengah), sedangkan pada tahun 2001 berkisar antara 0,54% (NAD) dan 6,90% (Sumatera Utara). Angka tersebut belum mencerminkan kondisi sebenarnya yang ada di masyarakat karena belum


(15)

semua berat badan bayi yang dilahirkan dapat dipantau oleh petugas kesehatan, khususnya yang ditolong oleh dukun atau tenaga nonkesehatan lainnya (Profil Kesehatan RI, 2006). Serta data yang diperoleh dari RSUD. Dr. Pirngadi Medan tahun 2009 terjadi 143 kelahiran prematur, dan periode Januari sampai November 2010 ada 130 kelahiran prematur.

Semua penyakit pada neonatus dapat mengenai bayi prematur, tetapi ada beberapa penyakit tertentu yang terutama terdapat pada bayi prematur. Hal ini disebabkan oleh faktor pertumbuhan, misalnya belum cukup surfaktan terbentuk pada penyakit membran hialin. Demikian pula kejadian hiperbilirubinemia pada bayi prematur lebih tinggi dibandingkan dengan neonatus cukup bulan karena faktor kematangan hati (Hasan & Alatas, 2005, hlm.1053).

Bayi prematur juga cenderung mengalami komplikasi. Beberapa masalah yang khususnya rentan bagi bayi prematur mencakup kesulitan memberi makan, suhu tubuh tidak normal, kesulitan bernafas, enterokolitis nekrotik, ikterus akibat prematuritas, perdarahan intraventrikular, anemia (Karyuni & Melliya, 2007, hlm. 33-34). Bayi prematur membutuhkan perawatan yang lebih khusus dan istimewa dibandingkan bayi cukup bulan, hal ini disebabkan oleh bayi prematur lebih rentan terhadap infeksi. Kelahiran prematur menuntut adaptasi pada kehidupan ekstrauterin sebelum sistem organ berkembang dengan baik. (Hoffman, Rudolph, 2006, hlm. 264)

Mengingat belum sempurnanya kerja alat-alat tubuh yang perlu untuk pertumbuhan dan perkembangan dan penyesuaian diri dengan lingkungan hidup di luar uterus maka perlu diperhatikan pengaturan suhu lingkungan, pemberian makanan dan bila perlu pemberian oksigen, mencegah infeksi serta mencegah kekurangan vitamin dan zat besi (Prawirohadjo, 2006, hlm. 778). Bayi prematur yang dirawat di rumah sakit juga


(16)

dapat dimasukkan dalam inkubator, dan setelah kondisi bayi memungkinkan untuk dibawa pulang perlu dilakukan perawatan lanjutan oleh orang tua ( Maulana, 2008, hlm. 200).

Bayi prematur boleh keluar dari rumah sakit jika sudah mendapatkan beratnya kembali dan bisa makan cukup, menunjukkan kemampuan untuk mengendalikan suhu tubuhnya dalam suhu ruangan yang normal dan bebas dari penyakit. Sebagian besar bayi dipulangkan jika beratnya sudah mencapai 1600 sampai 1800 dan menunjukkan peningkatan berat yang tetap (Gupte, 2004, hlm.74). Perlu diketahui oleh orang tua sebaiknya 3 hari setelah dibawa pulang, segera kontrol kembali ke dokter untuk memastikan bahwa tidak ada masalah apa pun selama kepulangannya (Maulana, 2008, hlm. 202).

Kelahiran prematur merupakan beban bagi orang tua. Meraka bisa shock, tidak dapat menerima keadaan, merasa bersalah, marah, depresi, dan takut. Perasaan-perasaan negatif ini dapat menetap setelah bayi prematur lahir. Munculnya rasa penerimaan atas kelahiran yang prematur dari pada orang tua memang berbeda waktunya, tetapi umumnya sebagian besar akan dapat menerima keadaan ini dan mulai mencoba mencari jalan untuk menolong dan merawat bayinya (Roesli, 2007, hlm. 4).

Untuk melakukan perawatan lanjutan di rumah, ibu harus yakin bahwa dia terlatih untuk memberi makan bayinya, tahu bagaimana menjaga lingkungan sekitarnya dalam keadaan aseptik dan mempelajari cara dan perlengkapan untuk menjaga bayi tetap hangat. Di rumah hendaknya ibu berusaha agar bayinya tidak disentuh oleh yang menjenguknya mengingat bayi prematur rentan terhadap infeksi (Gupte, 2004, hlm.74).

Menyadari akan pentingnya pengetahuan dan sikap yang baik dalam melakukan perawatan lanjutan yaitu bagaimana cara ibu dalam pemenuhan asupan gizi, dalam


(17)

menjaga suhu tubuh, menjaga lingkungan di sekitar bayi agar tetap bersih, memperhatikan BAK dan BAB, serta cara ibu dalam memberikan stimulus yang sesuai dan bagaimana cara ibu dalam memenuhi segala kebutuhan yang dibutuhkan oleh bayi prematur, karena bayi prematur ini memerlukan perawatan yang lebih intensif di bandingkan dengan bayi cukup bulan, jadi peran seorang ibu sangat penting dalam melakukan perawatan terhadap bayi prematur, maka peneliti merasa tertarik untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap ibu terhadap perawatan lanjutan bayi prematur di RSUD. Dr. Pirngadi Medan pada tahun 2010.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan tersebut dapat dirumuskan masalah penelitian ini adalah bagaimanakah hubungan pengetahuan dengan sikap ibu terhadap perawatan lanjutan bayi prematur dari RSUD. Dr. Pirngadi Medan.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengidentifikasi hubungan pengetahuan dengan sikap ibu terhadap perawatan lanjutan bayi prematurdari RSUD. Dr. Pirngadi Medan.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengidentifikasi pengetahuan ibu terhadap perawatan lanjutan bayi prematur dari RSUD. Dr. Pirngadi Medan.

b. Untuk mengidentifikasi sikap ibu terhadap perawatan lanjutan bayi prematur dari RSUD. Dr. Pirngadi Medan.


(18)

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Dapat digunakan sebagai informasi untuk proses pembelajaran di pendidikan kesehatan khususnya terhadap perawatan lanjutan pada bayi prematur.

2. Bagi Pelayanan Kebidanan

Hasil penelitian yang diperoleh dapat menjadi sumber pengetahuan dan strategis bagi bidan dalam memberikan penyuluhan pada ibu dalam melakukan asuhan lanjutan bayi prematur.

3. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian yang diperoleh dapat menjadi bahan masukan bagi responden dalam melakukan perawatan lanjutan terhadap bayi prematur.

4. Bagi Penelitian Selanjutnya

Hasil penelitian ini bermanfaat bagi peneliti berikutnya untuk menambah data dalam meneliti hubungan pengetahuan dengan sikap ibu terhadap perawatan lanjutan bayi prematur.


(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Bayi Prematur

1. Pengertian Bayi Prematur

Menurut definisi WHO, bayi prematur adalah bayi lahir hidup sebelum usia kehamilan minggu ke 37 (dihitung dari hari pertama haid terakhir). Bayi prematur ataupun bayi preterm adalah bayi yang berumur kehamilan 37 minggu tanpa memperhatikan berat badan, sebagian besar bayi prematur lahir dengan berat badan kurang 2500 gram (Surasmi, Handayani & Kusuma, 2003, hlm. 31).

2. Etiologi

Faktor predisposisi terjadinya kelahiran prematur diantaranya: (a) faktor ibu, riwayat kelahiran prematur sebelumnya, perdarahan antepartum, malnutrisi,

kelainan uterus, hidromion, penyakit jantung / penyakit kronik lainnya, hipertensi, umur ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, jarak dua kehamilan yang terlalu dekat, infeksi, trauma, kebiasaan, yaitu pekerjaan yang melelahkan, merokok; (b) faktor janin, cacat bawaan, kehamilan ganda, hidramion, ketuban pecah dini; (c) keadaan sosial ekonomi yang rendah (Prawirohardjo, 2006, hlm. 775).


(20)

Resiko persalinan prematur pada ibu dengan riwayat KPD (Ketuban Pecah Dini) saat kehamilan , 37 minggu (PPROM, preterm premature rupture of membrane) adalah 34-44%, sedangkan resiko untuk mengalami PPROM kembali sekitar 16-32% (Krisnadi, 2009, hlm. 53).

3. Masalah pada Bayi Prematur

Bersangkutan dengan kurang sempurnanya alat-alat dalam tubuhnya baik anatomik maupun fisiologik maka mudah timbul beberapa kelainan seperti : (a) suhu tubuh yang tidak stabil oleh karena kesulitan mempertahankan suhu tubuh yang disebabkan oleh penguapan yang bertambah akibat dari kurangnya jaringan lemak di bawah kulit, permukaan tubuh yang lelatif lebih luas dibandingkan dengan berat badan, otot yang tidak aktif, produksi panas yang berkurang oleh karena lemak coklat (brown fat) yang belum cukup serta pusat pengaturan suhu yang belum berfungsi sebagaimana mestinya; (b) Gangguan pernafasan yang sering menimbulkan penyakit berat pada bayi prematur. Hal ini disebabkan oleh kekurangan surfatan ( rasio lesitin/ sfingomielin kurang dari dua, pertumbuhan dan pengembangan paru yang belum sempurna, otot pernafasan yang masih lemah dan tulang iga yang mudah melengkung (pliable thorax). Penyakit gangguan pernafasan yang sering diderita bayi prematur adalah penyakit membran hialin dan aspirasi pneumonia. Di samping itu sering timbul pernafasan periodik (pheriodic breathimh) dan apnea yang disebabkan oleh pusat pernafasan di medulla belum matur; (c) Gangguan alat pencernaan dan masalah nutrisi : distensi abdomen akibat dari motilitas usus berkurang, volume lambung berkurang sehingga waktu pengosongan lambung bertambah, daya untuk mencerna dan mengabsorbsi lemak, laktosa, vitamin yang larut


(21)

dalam lemak dan beberapa mineral tertentu berkurang, kerja dari sfingter kardio-esofagus yang belum sempurna memudahkan terjadinya regurgitasi isi lambung ke esofagus dan mudah terjadi aspirasi; (d) Immatur hati memudahkan terjadinya hiperbillirubinemia dan defisiensi vitamin K; (e) Ginjal yang immatur baik secara anatomis maupun fungsinya. Produksi urin yang sedikit, urea clearance yang rendah, tidak sanggup mengurangi kelebihan air tubuh dan elektrolit dari badan dengan akibat mudahnya terjadi edema dan asidosis metabolik; (f) perdarahan mudah terjadi karena pembuluh darah yang rapuh, kekurangan faktor pembekuan seperti protrombin, dan faktor Chrismas; (g) Gangguan imunologik, daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena rendahnya kadar IgG gamma glubolin, bayi prematur relatif belum sanggup membentuk antibodi dan daya fagositosis serta reaksi terhadap peradangan masih belum baek; (h) Perdarahan intraventrikuler, lebih dari 50% bayi prematur menderita perdarahan intraventrikuler. Hal ini disebabkan oleh karena bayi prematur sering menderita apnea, asfiksia berat dan sindroma gangguan pernafasan. Akibatnya bayi menjadi hipoksia, hipertensi dan hiperkapnia. Keadaan ini menyebabkan aliran darah ke otak akan lebih banyak lagi karena tidak adanya otoregulas, sereblar pada bayi prematur, sehingga mudah terjadi perdarahan dari pembuluh darah kapiler yang rapuh dan iskemia di lapisan

germinal yang terletak di dasar ventrikel lateralis antara nukleus dan ependim. Luasnya perdarahan intraventrikuler ini dapat didiagnosis dengan

ultrasonografi atau CT scan (Prawirohardjo, 2006, hlm. 776-777).


(22)

4. Tanda-Tanda Bayi Prematur

Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu, berat badan sama dengan atau kurang dari 2500 gram, panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cn, kuku panjangnya belum melewati ujung jari, batas dahi dan rambut kepala tidak jelas, lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm, lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30 cm, rambut lanugo masih banyak, jaringan lemak subkutan tipis atau kurang, tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya, sehingga seolah-olah tidak teraba tulang rawan daun telinga, tumit mengilap, telapak kaki halus, alat kelamin pada bayi laki-laki pigmentasi dan rugue pada skrotum. Untuk bayi perempuan klitoris menonjol, labia minora belum tertutup oleh labia mayora, tonus otos lemah, sehingga bayi kurang aktif dan batuk masih lemah atau tidak efektif, dan tangisnya lemah, jaringan kelenjer mamae masih kurang akibat pertumbuhan otot dan jaringan lemak masih kurang, verniks kaseosa tidak ada atau sedikit (Surasmi, Handayani & Kusuma, 2003 hlm. 33).

5. Perawatan Bayi Prematur di Rumah Sakit

Yang pasti, bayi yang lahir prematur memerlukan perawatan yang lebih intensif. Karena dia masih membutuhkan lingkungan yang tidak jauh berbeda dari lingkungannya selama dalam kandungan. Oleh karena itu, di rumah sakit bayi prematur akan mendapatkan perawatan sebagai berikut :

a. Dimasukkan dalam inkubator

Inkubator berfungsi menjaga suhu bayi supaya tetap stabil. Akibat sistem pengaturan suhu dalam tubuh bayi prematur belum sempurna, maka suhunya bisa naik atau turun secara drastis. Ini tentu bisa mambahayakan


(23)

kondisi kesehatannya. Selain itu, otot-ototnya pun relatif lebih lemah. Sementara cadangan lemaknya juga lebih sedikit dibanding bayi yang lahir cukup bulan.

b. Pencegahan infeksi

Mudahnya bayi prematur terinfeksi menjadikan ini salah satu fokus perawatan di RS. Pihak RS akan terus mengontrol dan memastikan jangan sampai terjadi infeksi karena bisa berdampak fatal.

c. Minum cukup

Bagi bayi, susu adalah sumber nutrisi yang utama. Untuk itulah selama dirawat, pihak RS harus memastikan si bayi mengkonsumsi susu sesuai kebutuhan tubuhnya. Selama belum bisa mengisap dengan benar, minum susu dilakukan dengan menggunakan pipet. Pada bayi prematur refleks isap, telan dan batuk belum sempurna, kapasitas lambung masih sedikit, daya enzim pencernaan terutama lipase masih kurang disamping itu kebutuhan protein 3-5 g/hari dan tinggi kalori (110 kal/kg/hari), agar berat badan bertambah sebaik-baiknya. Jumlah ini lebih tinggi dari yang diperlukan bayi cukup bulan. Pemberian minum dimulai pada waktu bayi berumur tiga jam agar bayi tidak menderita hipoglikemia dan hiperbilirubinemia. Sebelum pemberian minum pertama harus dilakukan pengisapan cairan lambung. Hal itu perlu untuk mengetahui ada tidaknya atresia esofagus dan mencegah muntah.

d. Memberikan sentuhan

Selama bayi dibaringkan dalam inkubator bukan berarti hubungan dengan ibunya harus putus. Justru, ibu sangat disarankan untuk terus memberikan


(24)

sentuhan pada bayinya. Bayi prematur yang banyak mendapat sentuhan ibu menurut penelitian menunjukkan kenaikan berat badan yang lebih cepat daripada jika si bayi jarang disentuh.

e. Membantu beradaptasi

Bila memang tidak ada komplikasi, perawatan di RSUD. Dr. Pirngadi Medan bertujuan membantu bayi beradaptasi dengan lingkungan barunya. Setelah suhunya stabil dan memungkinkan biasanya sudah dibolehkan dibawa pulang. Namun, ada juga sejumlah RS yang menggunakan patokan berat badan. Misalnya bayi baru boleh dibawa pulang kalau beratnya mencapai 2 kg, kendati sebenarnya berat badan tidak berbanding lurus dengan kondisi kesehatan bayi secara umum (Maulana, 2008, hlm. 201-202).

6. Perawatan Lanjutan Bayi Prematur di Rumah

Untuk merawat bayi prematur memang dibutuhkan penanganan khusus, dan peran ibu sangat penting. Hal itu karena organ-organ tubuh bayi belum berkembang secara maksimal dan bayi prematur ini sangat rentan terhadap infeksi. Sehingga risiko mengalami gangguan kesehatan sangat tinggi (Hoffman, Rudolph, 2006, hlm. 270).

Langkah-langkah perawatan lanjutan bayi prematur di rumah di antaranya adalah:

a. Asupan gizi

Bayi prematur membutuhkan susu berprotein tinggi. Namun dengan kuasa Tuhan, ibu-ibu hamil yang melahirkan bayi prematur dengan sendirinya akan memperoleh ASI yang proteinnya lebih tinggi dibanding dengan ibu


(25)

yang melahirkan bayi yang cukup bulan. Kalaupun ibu mengalami masalah dengan ASI-nya, ada susu khusus yang diperuntukkan bagi bayi prematur. Yang harus diingat, karena kapasitas saluran cernanya masih amat terbatas, maka pemberian susu sebaiknya jangan terlalu banyak. Namun, agar kebutuhannya tercukupi, tingkatkan frekuensi pemberiannya. Jika bayi tidak dapat menyusu dengan cukup baik guna mendaptkan volume susu yang banyak ibu hendaknya memberikan perasan ASI dengan menggunakan metode pemberian makan alternatif. Ibu dapat memberikan makan dengan cangkir, cangkir dan sendok, atau alat lain yang bersih.

b.Jaga suhu tubuhnya

Salah satu masalah yang dihadapi bayi prematur adalah suhu tubuh yang belum stabil. Oleh karenanya, orang tua harus mengusahakan agar lingkungan sekitarnya tidak memicu kenaikan atau penurunan suhu tubuh bayi. Langkah yang bisa ditempuh dengan menempati kamar yang tidak terlalu panas ataupun terlalu dingin, sehingga dapt mempengaruhi suhu tubuhnya.

c. Pastikan semuanya bersih

Seperti sudah disebutkan diatas, bayi prematur lebih rentan terserang penyakit dan infeksi. Karenanya orang tua harus berhati-hati menjaga keadaan sikecil supaya tatap bersih sekaligus memanimalisasi kemungkinan terserang infeksi. Salah satu langkah penting yang disarankan adalah imbauan bagi siapa saja yang akan memegang bayi supaya mencuci tangan terlebih dahulu. Kalau ada anggota keluarga yang sakitpun sebaiknya jauh-jauh saja dari si kecil.


(26)

d. BAK dan BAB

BAK dan BAB bayi prematur masih terhitung wajar, kalau setelah di susui lalu dikeluarkan dalam bentuk pipis atau pup. Menjadi tidak wajar apabila tanpa diberi susu pun bayi terus BAK atau BAB. Untuk kasus seperti ini, tak ada jalan lain kecuali segera membawanya ke dokter.

e. Berikan stimulus yang sesuai

Setelah dipastikan 4 hal tersebut tidak ada masalah, orang tua tidak perlu khawatir untuk melakukan aktivitas rutin lainnya. Semisal mengajaknya bermain, menimang, menggendong, dan sebagainya. Untuk merangsang indra penglihatannya, tunjukkan perbedaan warna gelap dan terang, gambar-gambar dan mainan berwarna cerah, serta ekspresi wajah ayah dan ibu. Berikan stimulus yang sesuai dengan usianya (Maulana, 2009, hlm 203-204).

f. Metode kanguru

Kangaroo Mother Care (KMC) atau perawatan bayi lekat (PBL) adalah kontak kulit diantara ibu dan bayi secara dini, terus menerus dan dikombinasi dengan pemberian ASI eksklusif. Tujuannya agar bayi kecil tetap hangat. Dapat dimulai segara bayi lahir atau setelah bayi stabil. KMC dapat dilakukan di rumah sakit di rumah setelah bayi pulang. Bayi tetap bisa di rawat dengan KMC meskipun belum bisa menyusu. Berikan ASI peras menggunakan salah satu alternatif cara pemberian umum (Depkes, 2003, hlm. 107).

Metode kanguru merupakan salah satu metode perawatan bayi berat lahir rendah untuk mencegah hipotermi pada bayi baru lahir, metode kanguru merupakan perawatan bayi baru lahir dalam keadaan telanjang, bayi hanya memakai popok dan topi, dan bayi diletakkan secara vertikal/tegak didada


(27)

antara ke dua payudara ibu, di mana ibu dalam keadaan telanjang dada, kemudian diselimuti (Maryuni & Nurhayati, 2009, hlm. 36).

g. Pemijatan bayi

Ternyata, dari kebanyakan penelitian melaporkan bayi prematur yang biasanya lahir dengan berat badan lahir rendah mengalami kenaikan berat badan yang lebih besar dan berkembang lebih baik setelah dilakukan pemijatan secara teratur. Pemijatan bayi dengan berat badan lahir rendah bisa dilakukan setelah bayi dalam keadaan stabil, telah melampaui masa kritis dan dapat dilakukan tiga kali dalam sehari. Waktu memijat bayi yang terbaik apabila orang tua dan bayi telah siap memulai, pagi hari sebelum mandi atau sebelum makan, siang hari sebelum minum, dan sore hari sebelum minum atau sebelum tidur. Alat-alat yang perlu dipersiapkan sebelum memijat bayi yaitu, lotion atau minyak minyak yang lembut, selimut/popok/kain bedong, handuk, dan pakaian ganti bayi.

langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam pemijatan bayi yaitu: 1) letakkan bayi dalam posisi telungkup atau telentang; 2) lakukan pijatan dengan kekuatan tekanan sedang selama 1 menit pada bagian kepala dan muka, pundak, punggung, kaki dan tangan; 3) lakukan gerakan dari atas kepala, kebawah bagian muka, ke atas bagian kepala, dan seterusnya; 4) lakukan gerakan dari belakang leher, ke bahu, dan seterusnya; 5) lakukan gerakan dari atas punggung ke pinggang, kembali ke punggung, dan seterusnya; 6) lakukan dari paha ke bawah, kembali ke paha, kemudian ke bawah dan lakukan usapan pada kedua kaki; 7) lakukan gerakan dari pangkal lengan ke bawah, ke atas pangkal lengan, ke bawah, dan seterusnya; 8)


(28)

letakkan bayi dalam posisi telentang, lakukan dan rentangkan tiap-tiap lengan dan kaki setelah dipijat (Maryuni & Nurhayati, 2009, hlm. 41).

7. Hal-hal yang Harus Diwaspadai Orang Tua

Hari Martono menegaskan mengenai adanya beberapa hal yang tetap harus diwaspadai orang tua sehubungan dengan perawatan bayi prematur. Yang paling dikhawatirkan adalah terjadinya infeksi. Adapun tanda-tanda bahaya yang harus diperhatikan adalah (a) perubahan suhu, perubahan suhu ini bisa tinggi, bisa pula rendah. Pokoknya, kalau suhunya tidak stabil, segera bawa ke dokter. Pasalnya, perubahan suhu merupakan salah satu tanda terjadinya infeksi pada bayi; (b) rintihan, bila suara tangisnya menyerupai rintihan, hampir bisa dipastikan ada yang tidak beres dengan tubuhnya. Rintihan ini bisa menjadi “sinyal” awal terjadinya infeksi; (c) refleks isap lemah, bila refleks isapnya menjadi lemah. Orang tua bisa mendeteksi sendiri, biasanya bayi minum susunya seperti apa, sehingga perubahan sedikit saja dapat segera terdeteksi (Maulana, 2008, hlm. 204-205).

8. Pencegahan Persalinan Prematur

Prematuritas merupakan masalah multifaktor, tidak ada faktor pasti yang dapat menyebabkan prematuritas, sehingga pencegahan melalui satu atau beberapa faktor mungkin tidak akan berhasil memperbaiki luaran persalinan. Langkah pertama untuk mencegah persalianan prematur adalah dengan mengurangi faktor risiko yang berhubungan dengan persalinan prematur.

Pencegahan primer dilakukulan dengan mengenal kelompok ibu yang berisiko tinggi mengalami persalinan prematur, dan melakukan intervensi obstetrik untuk mengurangi faktor risiko. Pencegahan dapat dilakukan terhadap


(29)

faktor karakteristik ibu, faktor lingkungan, faktor risiko, faktor plasenta, faktor maternal, faktor farmakologi dan faktor fetus.

Pencegahan sekunder adalah deteksi dini gejala persalinan prematur dan pengobatan dini ancaman persalinan prematur, sedangkan pencegahan tersier diberikan untuk memperpanjang waktu persalinan pada ibu yang sudah terdiagnosis persalinan prematur baik dengan istirahat rebah atau dengan pemberian medikasi (Krisnadi, Effendi & Pribadi, 2009, hlm. 141).

B. Konsep Pengetahuan 1. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia melalui mata dan telinga (Notoadmojo, 2007, hlm.139).

2. Tingkatan Pengetahuan

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat sebagai materi yang dipelajarinya, termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau yang diterima. b.Memahami (Comprehension)

Memahami sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar.


(30)

c. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya.

d.Analisis (Analysis)

Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis(Synthesis)

Yaitu menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. f. Evaluasi (Evaluation)

Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penelitian terhadap suatu materi atau objek (Notoadmodjo, 2007, hlm. 140).

C. Faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Pengetahuan

Adapun faktor yang mempengaruhi terbentuknya pengetahuan dalam diri seseorang adalah :

a. Umur

Umur adalah variabel yang selalu diperhatikan dalam penyelidikan epidemiologi. Angka-angka kesakitan maupun angka kematian di dalam hampir semua keadaan menunjukkan hubungan dengan umur. Persoalan yang dihadapi adalah umur yang tepat, apakah panjang intervalnya di dalam pengelompokan cukup untuk menyembunyikan peranan umur pada pola kesakitan atau kematian


(31)

apakah pengelompokan umur dapat dibandingkan dengan pengelompokan pada penelitian orang lain.

b. Pendidikan

Konsep dasar pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti dalam pendidikan ini terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau perubahan kearah yang lebih matang pada diri individu, kelompok dan masyarakat. Konsep ini berangkat dari asumsi manusia sebagai makhluk sosial dalam kehidupan untuk mencapai nilai-nilai hidup didalam masyarakat selalu memerlukan bantuan orng lain. Yang mempunyai kelebihan (lebih dewasa, lebih pandai, lebih mampu, lebih tahu, dan sebagainya) dalam mencapai tujuan seorang individu, kelompok, dan masyrakat tidak terlepas dari kegiatan belajar.

c. Pekerjaan

Pekerjaan akan menimbulkan reaksi fisiologi lagi yang melakukan pekerjaan itu, reaksi ini dapat bersifat positif misalnya senang, bergairah, ataupun reaksi yang bersifat negatif misalnya bosan, acuh, tidak serius dan sebagainya.

Melakukan pekerjaan secara efesien tidak hanya tergantung kepada kemampuan atau ketarampilan tetapi juga dipengaruhi oleh penguasaan prosedur kerja, uraian kerja, peralatan kerja yang tepat atau sesuai dengan lingkungan kerja dan lain-lain.

d. Paritas

Paritas adalah jumlah anak yang dilahirkan. Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain. Seseorang memperoleh pengetahuan dari pengalaman pada keadaan sebelumnya tentang pengalamanya.


(32)

Semakin sering seseorang mengalaminya semakin tinggi pengetahuan orang tersebut.

e. Sumber Informasi

Informasi adalah isi stimulasi yang dikeluarkan oleh sumber (komunikator) kepada komunikan (penerima). Isi stimulasi berupa peran atau infornasi yang dikeluarkan oleh komunikator, tetapi diharapkan agar seseorng secara positif untuk aktif melakukan sesuatu, berupa prilaku atau tindakan. Sumber informasi juga mempengaruhi pengetahuan, baik dari orang maupun media (Notoatmodjo, 2003).

D. Sikap

1. Pengertian

Sikap adalah merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseoarang terhadap stimulus atau objek (Syafrudin & Fratidhina, 2009, hlm.126).

Sikap bukan dibawa sejak lahir, melainkan dibentuk atau di pelajari sepanjang perkembangan orang itu dalam hubungan dengan objek. Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat di pelajari dan karena itu pula sikap dapat berubah-ubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap orang itu. Sikap tidak berdiri sendiri, senantiasa mempunyai hubungan tertentu terhadap suatu objek. Objek sikap itu merupakan suatu hal tertentu, tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari data-data tersebut. Sikap mempunyai segi motivasi dan segi-segi perasaan.


(33)

Selain itu, Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap mempunyai 3 komponen pokok, antara lain :

a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek. b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek. c. Kecenderungan untuk bertindak.

Ketiga komponan ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting (Notoadmojo, 2003, hlm.125).

2. Tingkatan Sikap

a. Menerima (receiving)

Diartikan bahwa orang mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan. b. Merespon(responding)

Memberikan jawaban bila di tanya, mengerjakan atau menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

c. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah.

d. Bertanggung jawab (responsibility)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dipilihnya dengan segala resiko adalah sikap yang paling tinggi (Syaifrudin & Yudhia, 2009, hlm. 126).


(34)

3. Fungsi sikap

a. Sebagai alat untuk menyesuaikan, sikap adalah sesuatu yang bersifat

communicable, artinya sesuatu yang mudah mengajar, sehingga mudah pula menjadi milik bersama.Sikap bisa menjadi rantai penghubung antara orang dengan kelompok atau dengan anggota kelompok lainnya.

b. Sebagai alat pengatur tingkah laku, pertimbangan dan reaksi pada anak, dewasa, dan yang sudah lanjut usia tidak ada. Perangsang itu pada umumnya tidak diberi perangsang spontan, akan tetapi terdapat adanya proses secara sadar untuk menilai perangsang-perangsang itu.

c. Sebagai alat pengatur pengalaman manusia didalam menerima pengalaman-pengalaman secara aktif, artinya semua berasal dari dunia luar tidak semua dilayani oleh manusia, tetapi manusia memilih mana hal-hal yang perlu dan mana yang tidak perlu dilayani. Jadi semua pengalaman di beri penilaian lalu dipilih.

d. Sebagai pernyataan kepribadian, sikap sering mencerminkan pribadi seseorang ini disebabkan karena sikap tidak pernah terpisah dari pribadi yang mendukungnya, oleh karena itu sikap-sikap pada objek tertentu, sedikit banyak orang bisa mengetahui pribadi orang tersebut. Jadi sikap merupakan pernyataan pribadi (Notoadmojo, 2003, hlm. 126).

4. Pengukuran Sikap Model Likert

Pengukuran sikap model likert juga dikenal dengan pengukuran sikap dengan skala likert, karena dalam pengukuran sikap juga menggunakan skala (Hidayat, 2007, hlm. 104).


(35)

Dalam menciptakan alat ukur likert juga menggunakan pertanyaan-pertanyaan tersebut, subjek yang diteliti akan memilih salah satu dari lima alternatif jawaban yang disediakan. Lima alternatif jawaban yang disediakan oleh likert adalah :

a. Sangat setuju (strogly approve) : 4 b. Setuju (apporove) : 3 c. Tidak setuju (Disapporove) : 2 d. Sangat tidak setuju (Strogly disapprove) : 1

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Sikap

a. Pengalaman pribadi

Untuk dasar menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi hanya menggunakan kesan yang kuat untuk pembentukan sikap.

b. Orang lain

Seseorang yang kita anggap penting atau seseorang yang berarti khusus dapat dipercaya akan banyak mempengaruhi sikap terhadap sesuatu.

c. Kebudayaan

Kebudayaan yang mewarnai sikap dan menanamkan garis pengaruh sikap dan informasi. Adanya informasi memberikan landasan terbentuknya sikap.

d. Agama

Agama meletakkan dengan pengertian konsep moral dan individu. e. Faktor emosional

Sikap merupakan pernyataan yang disertai oleh emosi yang berfungsi sebagai pengalaman frustasi mekanisme ego (Azwar, 2007, hlm.8).


(36)

BAB III

KERANGKA PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Konsep adalah abstraksi dari suatu realita agar dapat dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antara variabel, baik variabel yang diteliti maupun yang tidak diteliti (Nursalam, 2008, hlm.55).

Dari skema berikut ini, kerangka konsep dalam penelitian ini menggambarkan bahwa sikap ibu terhadap perawatan lanjutan bayi prematur dipengaruhi oleh pengetahuan ibu, sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen

Skema 1. Kerangka Penelitian Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Ibu Terhadap Perawatan Lanjutan Bayi Prematur.

B. Hipotesis

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah hipoteis alternatif (Ha) yaitu, ada hubungan antara pengetahuan dengan sikap ibu terhadap perawatan lanjutan bayi prematur.

Sikap ibu terhadap perawatan lanjutan bayi prematur Pengetahuan ibu


(37)

C.` Definisi Operasional

No Variabel Definisi

operasional

Cara

ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala

1 Pengetahuan

Ibu Segala hal yang diketahui ibu terhadap perawatan bayi prematur. Pengisian kuesioner

kuesioner 1. Baik

bila responden mendapatkan skor 6-10 2. tidak baik

bila responden mendapatkan skor 0-5

Nominal

2 Sikap ibu Sikap ibu

dalam perawatan lanjutan bayi prematur Pengisian kuesioner

Kuesioner 1. Baik bila

responden mendapatkan skor 26-40 2. Tidak baik

bila responden mendapatkan skor 10-25.


(38)

BAB IV

METODE PENELITIAN A. Desain penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional study, jenis penelitian ini tujuannya untuk menemukan ada atau tidak adanya hubungan, dan apabila ada, seberapa erat hubungannya serta berarti atau tidak hubungan itu (Arikunto, 2006, hlm.270). Rancangan dalam penelitian ini untuk mengidentifiksi hubungan pengetahuan dengan sikap ibu terhadap perawatan lanjutan bayi prematur.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian adalah setiap subjek yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2008, hlm. 89). Populasi dalam penelitian ini ibu-ibu yang memiliki bayi prematur yang pernah dirawat di RSUD. Dr. Pirngadi Medan Periode September s/d Nopember 2010 dan telah dirawat di rumah sebanyak 30 orang.


(39)

2. Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2007, hlm.79). Yang menjadi sampel pada penelitian ini adalah ibu-ibu yang memiliki bayi prematur yang pernah dirawat di RS. Pirngadi Medan dan telah di rawat dirumah, yaitu sebanyak 30 orang. Penelitian ini adalah menggunakan total sampling , yaitu keseluruhan jumlah populasi dijadikan sampel penelitian dengan kriteria yang telah ditentukan yaitu ibu-ibu yang memiliki bayi prematur yang pernah dirawat di RSUD. Dr. Pirngadi Medan dan telah dirawat di rumah.

C. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di rumah ibu-ibu yang memiliki bayi prematur yang pernah dirawat di RSUD. Dr. Pirngadi Medan dan sudah dirawat dirumah.

D. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan mulai September 2010 sampai dengan Juni 2011. Penelitian dilakukan dari pengajuan judul, penelusuran pustaka, melakukan survei awal, konsultasi dengan dosen pembimbing, pengajuan proposal, pengolahan data, sidang akhir.

E. Etika penelitian

Penelitian ini dilakukan setelah penelitian mendapat persetujuan dari institusi pendidikan yaitu Program Studi D IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU dan izin dari Kepala RSUD. Dr. Pirngadi Medan. Dalam penelitian ini terdapat


(40)

beberapa hal yang berkaitan dengan permasalahan etik, yaitu: memberikan penjelasan kepada calon responden penelitian tentang tujuan dan prosedur pelaksanaan penelitian. Apabila calon responden bersedia, maka calon responden dipersilahkan untuk menandatangani informed consent. Tetapi jika calon responden tidak bersedia, maka calon responden berhak untuk menolak dan mengundurkan diri selama proses pengumpulan data berlangsung. Kerahasiaan catatan mengenai data responden dijaga dengan cara tidak menuliskan nama responden pada instrumen, tetapi menggunakan inisial. Data-data yang diperoleh dari responden juga hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.

Pada lembar pengumpulan data (kuesioner) yang diisi oleh responden. Lembar tersebut hanya diberi nomer kode tertentu. Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh responden di jamin oleh peneliti ( Nursalam, 2001, hlm.119).

F. Alat Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data pada penelitian ini peneliti menggunakan angket atau kuesioner tertutup. Di mana pada bagian awal instrumen berisi data demografi responden yang berisi umur, paritas, pendidikan, dan pekerjaan. Data demografi hanya bertujuan untuk mengetahui karakteristik responden.

Bagian pertama instrument berisi pertanyaan untuk mengetahui pengetahuan responden tentang perawatan lanjutan bayi prematur, bagian ini terdiri dari 10 pertanyaan dengan pilihan “Benar” atau “Salah”. Jawaban yang benar di beri nilai 1 dan jawaban yang salah di beri nilai 0. Untuk mendapatkan kreteria digunakan perhitungan sebagai berikut :


(41)

a. Menentukan nilai terbesar dan terkecil

Nilai terbesar : 10 Nilai terkecil : 0

b. Menentukan nilai rentang (R)

Rentang = Nilai terbesar- nilai terkecil = 10 – 0

= 10

c. Menentukan nilai panjang kelas (i)

Panjang Kelas (i) =

s banyakkela

g rentan

= 5

2 10

=

d. Menentukan Kategori pengetahuan berdasarkan perolehan nilai

Baik = Jika responden mendapatkan skor 6-10 Tidak baik = Jika responden memdapatkan skor 0-5

Bagian instrumen ketiga berisi pernyataan untuk mengidentifikasi sikap responden terhadap perawatan lanjutan bayi prematur. Di mana terdapat 10 pertanyaan tentang tindakan ibu yang terdiri dari pertanyaan yang mendukung (Favourabel) dan pertanyaan yang tidak mendukung (unfavourabel) dengan jawaban sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Penilaian diukur dengan menggunakan metode scoring terhadap kuesioner yang telah diberi bobot. Bila pertanyaan yang mendukung, jawaban sangat setuju (SS) diberi nilai empat (skor 4), setuju (S) diberi nilai tiga (skor 3), tidak setuju (TS) diberi nilai dua (skor 2), dan sangat tidak setuju (STS) diberi


(42)

nilai satu (skor 1). Sebaliknya pertanyaan yang tidak mendukung, jawaban sangat setuju (SS) diberi nilai satu (skor 1), setuju (S) diberi nilai dua (skor 2), tidak setuju (TS) diberi nilai 3 (skor 3), sangat tidak setuju (STS) diberi nilai 4 (skor 4). Untuk menentukan panjang kelas (interval), dengan menggunakan rumus sebagai berikut ( Hidayat, 2007, hlm. 102). Untuk mendapatkan kriteria digunakan perhitungan sebagai berikut :

e. Menentukan nilai terbesar dan terkecil

Nilai terbesar : 40 Nilai terkecil : 10

f. Menentukan nilai rentang (R)

Rentang = Nilai terbesar- nilai terkecil = 40 – 10

= 30

g. Menentukan nilai panjang kelas (i)

Panjang Kelas (i) =

s banyakkela

g rentan

= 15

2 30 =

h. Menentukan Kategori sikap berdasarkan perolehan nilai

Baik = Jika responden mendapatkan skor 26-40 Tidak baik = Jika responden mendapatkan skor 10-25


(43)

G. Validitas dan Reabilitas Instrumen

Untuk menguji validitas dan reliabilitas instrumen, maka perlu di lakukan pengujian terhadap instrumen penelitian. Uji validitas yang dilakukan adalah isi (content validity) dimana substansi pengukuran itu betul-betul mewakili konsep yang sudah dirumuskan dalam definisi operasional, yang didasarkan pada landasan teori dan pendapat para ahli, dalam hal ini uji validitas telah dilakukan oleh ahli kebidanan yaitu Dr. Sarma Lumbanraja, SpoG (K) dan didapatkan nilai validitas 0.80, diperoleh dari hasil perhitungan jumlah skor total dibagi jumlah seluruh item pertanyaan/pernyataan. Sedangkan untuk uji reabilitas, data dianalisis dengan uji

cronbach’s alfa dan instrumen diujikan pada 10 responden yang memiliki kriteria yang sama dengan responden yang diteliti, kemudian jawaban responden akan diolah dengan menggunakan bantuan program komputerisasi untuk mencari nilai koefisien reliabilitas Alpha Cronbach. Dengan ketentuan apabila r hitung > r tabel (p) > 0.6 maka instrumen dinyatakan reliabel, dan apabila r hitung < r tabel (p) < 0.6 maka dinyatakan tidak reliabel (Hidayat, 2007, hlm.115). Untuk pertanyaan pengetahuan didapat nilai alpha cronbach 0.676. Sedangkan pernyataan sikap didapat nilai alpha cronbach 0.829.

H. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan memberikan kuesioner kepada responden. Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan prosedur sebagai berikut : Mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada pendidikan (Program Studi D-IV Kebidanan Fakultas Keperawatan USU). Mengirim surat ijin penelitian dari fakultas ke tempat penelitian (Pimpinan RSUD. Dr. Pirngadi Medan).


(44)

Setelah mendapat persetujuan dari pimpinan RSUD. Dr. Pirngadi Medan, dan setelah peneliti mengetahui alamat ibu yang memiliki bayi prematur yang diperoleh dari rekam medis, peneliti langsung datang kerumah ibu yang memiliki bayi prematur lalu menjelaskan tentang prosedur, manfaat penelitian, dan cara pengisian kuesioner. Peneliti meminta kesediaan responden untuk mengikuti penelitian. Setelah mendapat persetujuan responden, pengumpulan data di mulai. Peneliti memberikan instrumen penelitian berupa kuesioner kepada responden yang terdiri dari kuesioner demografi, pengetahuan, dan sikap.

I. Analisis Data

1. Pengolahan Data

Semua data yang telah terkumpul dilakukan analisis data dengan memeriksa semua kuesioner apabila data belum lengkap ataupun ada kesalahan data dilengkapi dengan mewawancarai ulang responden (editing). Kemudian data diberi kode secara manual sebelum diolah dengan komputer (coding) untuk memudahkan peneliti dalam melakukan analisa data. Data yang dibersihkan kemudian dimasukkan ke dalam program komputer (entri). Setelah data dimasukkan ke dalam komputer lakukan pemeriksaan terhadap semua data guna menghindari terjadinya kesalahan dalam pemasukan data (cleaning data). Tahap terakhir dilakukan melakukan penyimpanan data untuk siap dianalisis (saving).

2. Analisis Data

Analisis data dengan melakukan pengukuran terhadap masing-masing responden, lalu ditampilkan dengan tabel distribusi frekuensi.


(45)

a. Statistik Univariat

Analisis data dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dan persentase tiap variabel yang diteliti. Analisa univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi variabel independen yaitu pengetahuan ibu dan variabel dependen yaitu sikap ibu terhadap perawatan lanjutan bayi prematur.

b. Statistik Bivariat

Statistik bivariat adalah suatu prosedur yang digunakan untuk menerangkan keeratan hubungan antara dua variabel (Arikunto, 2006, hlm.271). Dalam menganalisis data secara bivariat, pengujian data dilakukan dengan menggunakan uji statistik Chi Square ( X2 ), dengan nilai kemaknaan (α = 0.05). Pedoman dalam menerima hipotesis : Apabila nilai X2 hitung > X2 tabel atau nilai probalitas (p) < 0.05 maka hipotesis penelitian diterima, yaitu ada hubungan anatara variabel bebas dengan variabel terikat. Dan apabila nilai X2 hitung < X2 tabel atau nilai probalitas (p) > 0.05 maka hopotesis penelitian ditolak, yaitu tidak ada hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat.

Fisher exact digunakan bila:

1. Jumlah seluruh pengamatan (n) kurang dari 20.

2. Terdapat sel harapan (expected) kurang dari 5 dengan jumlah pengamatan antara 20 dan 40.

3. Jumlah pengamatan (n) > 40 dan terdapat sel harapan yang kurang dari satu. (Wahyuni, 2008, hlm.95)


(46)

Sedangkan untuk chi square digunakan bila:

1. Jumlah subjek total > 40, tanpa melihat nilai expected, yaitu nilai yang dihitung bila hipotesis 0 benar

2. Jumlah subjek antara 20 dan 40, dan semua nilai expected > 5. (Sastroasmoro, 2008, hlm.293)


(47)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dikemukakan hasil penelitian dan pembahasan mengenai hubungan pengetahuan dengan sikap ibu terhadap perawatan lanjutan bayi prematur dari RSUD Dr. Pirngadi Medan, pada 30 responden tahun 2011.

A. Hasil penelitian

Sesuai dengan hasil penelitian, maka hasil penelitian ini akan diuraikan gambaran data demografi responden yang terdiri atas umur, paritas, pendidikan, pengetahuan ibu, dan sikap ibu terhadap perawatan lanjutan bayi prematur dari RSUD. Dr. Pirngadi Medan tahun 2011.

1. Karakteristik responden

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi dan Persentase Karaktiristik Responden dari RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011

Karakteristik Frekuensi (n) Persentase (%)

Umur

 < 20 tahun

 21-29 tahun

 > 30 tahun

8 14

8

26.7 46.6 26.7


(48)

Sambungan Tabel 5.1. Paritas  Primi  Multi Pendidikan  SD  SMP  SMA

 Perguruan Tinggi

12 18 6 5 11 8 40.0 60.0 20.0 16.7 36.6 26.7

Dari hasil penelitian menunjukkan karakteristik responden berdasarkan umur adalah berumur < 20 tahun sebanyak 8 orang (26.7%), berumur antara 21-29 tahun sebanyak 14 orang (46.7%), berumur > 30 tahun sebanyak 8 orang (26.7%). Hal ini berarti sebagian besar umur responden 21-29 tahun sebanyak 14 orang (46.7%).

Dari hasil penelitian menunjukkan karakteristik responden berdasarkan paritas adalah primi sebanyak 12 orang (40.0%), multi sebanyak 18 orang (60.0%). Hal ini berarti sebagian besar paritas responden multi sebanyak 18 orang (60.0%).

Dari hasil penelitian menunjukkan karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan adalah SD sebanyak 6 orang (20.0%), SMP sebanyak 5 orang (16.7%), SMA sebanyak 11 orang (36.7%), dan Perguruan Tinggi sebanyak 8 orang (26.7%). Hal ini berarti sebagian besar responden berpendidikan SMA sebanyak 11 orang (36.7%).

2. Pengetahuan Ibu Terhadap Perawatan Lanjutan Bayi Prematur

Berdasarkan hasil penelitian, distribusi jawaban responden tentang pengetahuan ibu terhadap perawatan lanjutan bayi prematur sebagian besar menjawab benar adalah pertanyaan tentang bayi prematur tidak memerlukan perawatan yang khusus, yaitu 26 orang (86.7%), sedangkan sebagian besar menjawab Salah adalah pertanyaan tentang


(49)

cara pemberian ASI yang baik pada bayi prematur yaitu jangan terlalu banyak tapi sering yaitu 12 orang (40%). Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Terhadap Perawatan Lanjutan Bayi Prematur dari RSUD. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011

Berdasarkan Kuesioner Pengetahuan

No Pertanyaan

Jawaban Responden

Jumlah Benar Salah

n % n % n %

1. Bayi prematur adalah bayi lahir hidup sebelum usia kehamilan ibu 9 bulan.

25 83.3 5 16.7 30 100 2. Bayi prematur tidak memerlukan

perawatan yang khusus.

26 86.7 4 13.3 30 100 3. Apabila secara tiba-tiba tubuh bayi

panas dan adanya rintihan pada bayi prematur itu merupakan hal yang harus diwaspadai.

21 70 9 30 30 100

4. Apabila bayi prematur pipis atau buang air besar tanpa pemberian ASI (Air Susu Ibu) itu merupakan hal yang wajar.

24 80 6 20 30 100

5. Mencuci tangan sebelum memegang bayi prematur bertujuan agar bayi tidak terinfeksi.

24 80 6 20 30 100

6. Cara pemberian ASI yang baik pada bayi prematur yaitu jangan terlalu banyak tapi sering.

18 60 12 40 30 100

7. Pemeriksaaan kehamilan secara teratur adalah salah satu cara untuk mencegah terjadinya kelahiran prematur.

23 76.7 7 23.3 30 100

8. Bayi prematur tidak mudah terserang infeksi.

21 70 9 30 30 100 9. Pada awalnya bayi prematur biasanya

akan mudah lelah dan menyusu dengan lemah.

23 76.7 7 23.3 30 100

10. Nutrisi yang tidak mencukupi selama kehamilan akan dapat mengakibatkan kelahiran prematur.


(50)

Berdasarkan perhitungan sesuai kategori yang ditetapkan, pengetahuan responden tentang perawatan lanjutan bayi prematur dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.3

Distribusi Frekuensi Tingkat pengetahuan Ibu Terhadap Perawatan Lanjutan Bayi Prematur dari RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011

Berdasarkan Kuesioner pengetahuan

Kategori N Persentase (%)

Baik 20 66.7

Tidak baik 10 33.3

Total 30 100

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan ibu tentang perawatan lanjutan bayi prematur berpengetahuan baik sebanyak 20 orang (66.7%), dan berpengetahuan tidak baik sebanyak 10 orang (33.3%). Hal ini berarti sebagian besar responden berpengetahuan baik yaitu sebanyak 20 orang (66.7%).

3. Sikap Ibu Terhadap Perawatan Lanjutan Bayi Prematur

Berdasarkan hasil penelitian, distribusi frekuensi jawaban responden berdasarkan kuesioner sikap terhadap perawatan lanjutan bayi prematur dari 30 responden sebagian besar responden menjawab sangat setuju adalah pernyataan tentang hendaknya ibu harus menjaga lingkungan bayi agar tetap bersih yaitu 14 orang (46.7%), yang menjawab setuju pada pernyataan sebaiknya ibu memberikan ASI pada bayi prematur jangan terlalu banyak tapi sering yaitu sebanyak 13 orang (43.3%) sedangkan tidak setuju pada pernyataan jika tubuh bayi prematur panas secara tiba-tiba, ibu tidak perlu membawa ke dokter yaitu sebanyak 10 orang (33.3%). Sedangkan menjawab sangat tidak setuju adalah pernyataan untuk merangsang indra penglihatan bayi prematur ibu dapat


(51)

menunjukkan mainan berwarna cerah, yaitu 16 orang (53.3%). Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.4

Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Terhadap Perawatan Lanjutan Bayi prematur dari RSUD Dr. Pirngadi Tahun 2011

Berdasarkan Kuesioner Sikap

No Pernyataan SS S TS STS

n % n % n % n %

1 Sebaiknya ibu memberikan ASI pada bayi prematur jangan terlalu banyak tapi sering.

10 33.3 13 43.3 3 10 4 13.3

2 Hendaknya ibu harus menjaga lingkungan bayi agar tetap bersih.

14 46.7 11 36.7 1 3.3 4 13.3

3 Untuk merangsang indra penglihatan bayi prematur ibu dapat menunjukkan mainan berwarna cerah.

6 20 3 10 5 16.7 16 53.3

4 Sebelum memengang bayi

prematur, hendaknya ibu mencuci tangan terlebih dahulu.

12 40 10 33.3 4 13.3 4 13.3

5 Kalau ada anggota keluarga yang sakit sebaiknya jauh-jauh dari si kecil.

11 36.7 9 30 6 20 4 13.3

6 Jika produksi ASI pada ibu tidak cukup, ibu perlu memberikan susu bantuan yang khusus untuk bayi prematur.

12 40 9 30 3 10 6 20

7. Jika bayi tidak dapat menghisap puting susu ibu dengan baik, hendaknya ibu dapat memberikan ASI yang diperas menggunakan


(52)

cangkir dan sendok. Sambungan Tabel 5.4.

8 Agar alat-alat yang digunakan dalam pemberian makan pada bayi itu bersih ibu hendaknya mencuci atau merebus alat-alat tersebut sebelum digunakan.

13 43.3 10 33.3 2 6.67 5 16.7

9 Jika tubuh bayi prematur panas secara tiba-tiba, ibu tidak perlu membawa ke dokter

3 10 6 20 10 33.3 11 36.7

10 Cara menyusukan bayi yang baik, hendaknya ibu menempelkan mulut bayi pada puting susu dan membiarkan bayi menyusu secara perlahan.

8 26.7 11 36.7 5 16.6 6 20

Berdasarkan perhitungan sesuai kategori yang ditetapkan, sikap responden tentang perawatan lanjutan bayi prematur dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.5

Distribusi frekuensi Sikap Ibu Terhadap Perawatan Lanjutan Bayi Prematur dari RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011

Berdasarkan Kuesioner Sikap

Kategori N Persentase (%)

Baik 19 63.3

Tidak baik 11 36.7

Total 30 100

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap ibu terhadap perawatan lanjutan bayi prematur memiliki sikap baik sebanyak 19 orang (63.3%), dan tidak baik sebanyak 11


(53)

orang (36.7%). Hal ini menunjukkan sebagian besar sikap responden baik yaitu 19 orang (63.3%).

4. Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Ibu Terhadap Perawatan Lanjutan Bayi Prematur

Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan pengetahuan dengan sikap ibu terhadap perawatan lanjutan bayi prematur diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 5.6

Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Ibu Terhadap Perawatan Lanjutan Bayi Prematur

dari RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 30 responden, ada 19 orang (63.3%) yang yang berpengetahuan baik memiliki sikap baik, dan yang berpengetahuan tidak baik ada 10 orang (33.3%) memiliki sikap yang tidak baik. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden berpengetahuan baik memiliki sikap yang baik yaitu 19 orang (63.3%).

Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai Fisher exact test p = 0.01 < dari p 0.05 maka dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan sikap ibu terhadap perawatan lanjutan bayi prematur.

Pengetahuan

Sikap

Total

P Baik Tidak Baik

N % n % n %

Baik 19 63.3 1 3.3 20 66.7 0.01

Tidak Baik 0 0 10 33.3 10 33.3


(54)

B. Pembahasan

Dalam pembahasan ini, peneliti akan menjawab pertanyaan penelitian yaitu bagaimanakah hubungan pengetahuan dengan sikap ibu terhadap perawatan lanjutan bayi prematur.

1. Karakteristik Responden

Hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti terhadap 30 responden, diketahui sebagian besar umur responden 21-29 tahun sebanyak 14 orang (46.7%). Hal ini sesuai dengan pendapat Notoadmodjo (2007) bahwa umur seseorang berpengaruh terhadap kehidupannya. Maka diperoleh kesimpulan bahwa terdapat kesesuaian antara teori dan kenyataan di mana umur ibu mempengaruhi tingkat pengetahuan terhadap perawatan lanjutan bayi prematur.

Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar paritas responden multi sebanyak 18 orang (60.0%). Hal ini sesuai dengan teori Notoadmodjo (2007) bahwa paritas adalah jumlah anak yang dilahirkan. Seseorang memperoleh pengetahuan dari pengalaman pada keadaan sebelumnya tentang pengalamannya. Semakin sering seseorang mengalaminya semakin tinggi pengetahuan orang tersebut. Maka diperoleh kesimpulan bahwa terdapat kesesuaian antara teori dan kenyataan di mana paritas ibu mempengaruhi tingkat pengetahuan pemahaman terhadap perawatan lanjutan bayi prematur.

Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar pendidikan responden SMA sebanyak berpendidikan SMA sebanyak 11 orang (36.7%). Hal ini Sesuai pendapat Notoadmodjo (2007) yang mengatakan bahwa, pendidikan mempunyai peranan penting dalam menentukan kualitas manusia. Tingkat pendidikan masyarakat dikaitkan dengan kemampuan dalam menyerap dan menerima informasi dalam bidang kesehatan dan keluarga. Maka diperoleh kesimpulan bahwa terdapat kesesuaian antara teori dan


(55)

kenyataan di mana pendidikan ibu mempengaruhi tingkat pemahaman terhadap perawatan lanjutan bayi prematur.

2. Tingkat Pengetahuan Ibu Terhadap Perawatan Lanjutan Bayi Prematur

Jika dilihat secara rinci dari kuesioner pengetahuan sebagian besar responden menjawab benar pada pertanyaan yaitu tentang bayi prematur tidak mememerlukan perawatan yang intensif sebanyak 26 orang (86.7%). Ini menunjukkan bahwa hampir seluruh ibu mengetahui bahwa bayi prematur memerlukan perawatan yang intensif. Sedangkan sebagian besar menjawab salah pada pertanyaan yaitu tentang cara pemberian ASI yang baik pada bayi prematur jangan terlalu banyak tapi sering sebanyak 12 orang (40%). Hal ini kemungkinan masih kurangnya ibu mendapatkan sumber informasi tentang bagaimana cara menyusui yang baik, karena sumber informasi juga dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang.

Berdasarkan hasil penelitian dari 30 responden menunjukkan sebagian besar responden berpengetahuan baik yaitu 20 orang (66.7%). Ini menunjukkan bahwa hampir seluruh ibu memiliki pengetahuan yang baik terhadap perawatan lanjutan bayi prematur. Pendidikan juga mempunyai peranan penting dalam menentukan kualitas manusia. Tingkat pendidikan masyarakat dikaitkan dengan kemampuan dalam menyerap dan menerima informasi dalam bidang kesehatan dan keluarga. Hal ini bertujuan melihat bahwa semakin tinggi pendidikan yang dimiliki ibu, maka semakin mudah dan berwawasan luas mengetahui tentang bagaimana perawatan lanjutan bayi prematur.

Menurut Notoadmodjo (2007) pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia melalui mata dan telinga.


(56)

Peneliti berasumsi pengetahuan yang baik bisa diperoleh ibu dari pengalaman dan berdasarkan tingkat pendidikan.

3. Sikap Ibu Terhadap Perawatan Lanjutan Bayi Prematur

Jika dilihat secara rinci dari kuesioner sikap, sebagian besar responden menjawab sangat setuju pada pernyataan hendaknya ibu harus menjaga lingkungan bayi prematur tetap bersih, sebanyak 14 orang (46.7%). Hal ini sesuai dengan pendapat Gupte (2004) bahwa untuk melakukan perawatan lanjutan dirumah, ibu harus yakin bahwa dia terlatih untuk memberi makan pada bayinya, menjaga lingkungan sekitarnya dalam keadaan aseptik dan mampu mempersiapkan perlengkapan untuk menjaga bayi agar tetap hangat.

Berdasarkan hasil Penelitian dari 30 responden menunjukkan sebagian besar responden memiliki sikap baik yaitu 19 orang (63.3%). Ini menunjukkan bahwa hampir sebagian besar ibu-ibu sudah memiliki sikap yang baik terhadap perawatan lanjutan bayi prematur.

Menurut Syaifrudin & Fratidhina (2009) sikap adalah merupakan respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek. Respon hanya akan timbul apabila individu dihadapkan pada stimulus yang menghendaki adanya reaksi individu. Reaksi evaluatif berarti bahwa bentuk reaksi yang dinyatakan sebagai sikap itu timbulnya didasari oleh proses evaluasi dalam diri individu yang memberi kesimpulan terhadap stimulus (Azwar, 2005). Aspek yang tercakup dalam sikap adalah menerima orang (subjek) dan mau memperhatikan stimulus yang diberikan (objek) (Notoadmodjo ,2007). Sikap juga dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal atau yang terdapat di dalam diri sendiri sedangkan faktor eksternal yang berasal dari luar (Maulana, 2009, hlm 196).


(57)

Peneliti berasumsi sikap yang baik diperoleh karena ibu mampu menerima keadaan bayinya dan rasa tanggung jawab yang besar terhadap perwatan lanjutan bayi prematur karena menyadari bahwa bayi prematur rentan terhadap infeksi.

4. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Ibu Terhadap Perawatan Lanjutan Bayi Prematur

Jika dilihat secara rinci jawaban responden pada kuesioner pengetahuan sebagian besar menjawab benar yaitu tentang bayi prematur tidak memerlukan perawatan yang khusus sebanyak 26 orang (86.7%), dan pada kuesioner sikap sebagian besar responden menjawab sangat setuju yaitu tentang hendaknya ibu harus menjaga lingkungan bayi agar tetap bersih yaitu sebanyak 14 orang (46.7%). Dari jawaban responden dapat di simpulkan ibu-ibu sudah mengetahui bahwa bayi prematur ini memerlukan perawatan yang khusus di karenakan bayi prematur ini mudah terserang infeksi, serta juga memiliki sikap yang baik yaitu ibu-ibu sangat setuju untuk menjaga lingkungan bayi tetap bersih. Sebagian besar menjawab salah pada kuesioner pengetahuan yaitu tentang cara pemberian ASI yang baik pada bayi prematur jangan terlalu banyak tapi sering sebanyak 12 orang (40%). Hal ini kemungkinan masih kurangnya ibu mendapatkan sumber informasi tentang bagaimana cara menyusui yang baik, karena sumber informasi juga dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang. Sedangkan pada kuesioner sikap sebagian besar menjawab sangat tidak setuju yaitu pada pernyataan untuk merangsang indra penglihatan bayi prematur ibu dapat menunjukkan mainan berwarna cerah sebanyak 16 orang (53.3%). Padahal dengan menunjukkan mainan berwarna cerah pada bayi prematur akan dapat membantu merangsang indra penglihatan dengan bagus, hal ini terjadi karena ibu dipengaruhi oleh tingkat kesadaran ibu sendiri yang masih kurang, orang lain, lingkungan, serta kebudayaan yang dimiliki oleh ibu.


(58)

Berdasarkan hasil analisis hubungan pengetahuan dengan sikap ibu terhadap perawatan lanjutan bayi prematur disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan sikap dimana berdasarkan hasil Fisher exact test p = 0.01 < dari 0.05. Dari hasil penelitian, responden yang berpengetahuan baik memiliki sikap baik yaitu sebanyak 19 orang (63.3%) dan bersikap tidak baik 1 orang (3.3%). Sedangkan responden yang mempunyai pengetahuan tidak baik dengan sikap tidak baik sebanyak 10 orang (33.3%).

Pengetahuan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembentukan sikap seseorang. Akan tetapi sikap tidak hanya di pengaruhi oleh pengetahuan saja. Ada faktor internal dan faktor eksternal lain yang mempengaruhinya seperti kesadaran dan juga kondisi lingkungan (Purwanto.1999. hlm 63).

Dengan demikian, seseorang yang mempunyai pengetahuan tinggi terhadap perawatan lanjutan bayi prematur akan membentuk sikap yang baik pula terhadap penerimaannya. Berarti ibu-ibu sudah memahami bagaimana perawatan lanjutan bayi prematur ini, dan menyadari bahwa bayi prematur memerlukan perawatan yang intensif dibandingkan dengan bayi yang tidak prematur, karena bayi prematur sangat rentan terhadap infeksi. Dengan kata lain sikap tidak baik akan lebih sedikit ditemukan pada responden yang memiliki pengetahuan tidak baik dibandingkan dengan pengetahuan baik, sehingga individu akan membentuk sikap yang baik terhadap hal-hal yang dirasakannya dan bersikap tidak baik terhadap hal-hal yang akan merugikan dirinya.


(59)

C. Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti telah berupaya semaksimal mungkin untuk memperoleh data yang sebenarnya dan mengontrol kondisi yang berkaitan dengan proses dan hasil penelitian secara optimal, namun berbagai kendala tidak jarang muncul sehingga berbagai kelemahan dan keterbatasan pada saat melaksanakan penelitian ini antara lain yaitu, dalam melaksanakan penelitian ini menggunakan kuesioner yang disebarkan kepada responden. Sehingga timbul keengganan responden dalam mengungkapkan keadaan yang sebenarnya. Sehingga perlu di jelaskan kepada responden bahwa penelitian dilakukan untuk pengembangan ilmu, segala rahasia tentang diri responden dijaga.


(60)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan pengetahuan dengan sikap ibu terhadap perawatan lanjutan bayi prematur dari RSUD. Dr. Pirngadi Medan tahun 2011, diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Pengetahuan yang dimiliki ibu menunjukkan bahwa dari 30 responden terdapat 20 responden (66.7%) memiliki pengetahuan baik dan 10 responden (33.3%) memiliki pengetahuan tidak baik terhadap perawatan lanjutan bayi prematur. 2. Sikap yang dimiliki ibu menunjukan bahwa dari 30 responden terdapat 19

responden (63.3%) memiliki sikap yang baik dan 11 responden lainnya (36.7%) memiliki sikap yang tidak baik terhadap perawatan lanjutan bayi prematur.

3. Ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan sikap ibu terhadap perawatan lanjutan bayi prematur dari RSUD. Dr. Pirngadi Medan tahun 2011, karena dari 30 responden yang memiliki pengetahuan baik, 19 responden (63.3%) diantaranya bersikap baik dan 1 orang (3.3%) tidak baik. Sedangkan responden yang mempunyai pengetahuan tidak baik dengan sikap tidak baik sebanyak 10 responden (33.3%).


(61)

B. Saran

Saran yang dapat peneliti sampaikan pada karya tulis ilmiah ini adalah : 1. Bagi Peneliti

Diharapkan akan menambah pengalaman bagi penulis dalam mengaplikasikan ilmu yang telah di dapat dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, serta sebagai masukan akan pengetahuan tentang perawatan lanjutan bayi prematur.

2. Bagi Pelayanan Kebidanan

Diharapkan hasil penelitian yang diperoleh dapat menjadi masukan bagi setiap pelayanan kebidanan, diharapkan bidan mampu memberikan informasi dan pemahaman dalam perawatan lanjutan bayi prematur, sehingga meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.

3. Bagi Masyarakat

Agar lebih meningkatkan pengetahuan khususnya tentang perawatan lanjutan bayi prematur. Sehingga bayi prematur mendapatkan perawatan yang sesuai dengan kebutuhan.

4. Bagi Penelitian Selanjutnya

Diharapkan bagi peneliti lain yang ingin mengetahui penelitian yang lebih mendalam tentang perawatan lanjutan bayi prematur dapat memakai karya tulis ilmiah ini sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya.


(62)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta : Rineka Cipta. Azwar, S. (2007). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya, adisi 2, Yogyakarta : Pustaka

Pelajar.

Cunningham, G. F, Gant. F, N, Leveno. J, K, at al. (2006). Obstetri Williams, Jakarta : EGC. Depkes RI. (2003). Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir Untuk Dokter, Bidan dan Perawat

di Rumah Sakit, Jakarta : MNH-JH PIEGO

, (2005). Kesakitan dan Kematian bayi. Dalam intisari. Depertemen Kesehatan Republik Indonesia. http//www.depkes.go.id (Diperoleh tanggal 15 Oktober 2010).

, (2006). Kejadian Prematur. Depertemen kesehatan Republik Indonesia. http//www.depkes.go.id (Diperoleh tanggal 28 Oktober 2010).

Gupte, S, M.D. (2004). Panduan Perawatan Anak, Jakarta : Pustaka Popular Obor

Hasan, R & Rusepno, A. (2005). Ilmu Kesehatan Anak 3. Cetakan ketiga, Jakarta : Infomedika.

Hidayat, A. (2010). Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisis Data. Cetakan Keempat, Jakarta : Salemba Medika.

Hoffman.E. I, Rudolph. D. (2006). Buku Ajar Pediatri Rudolph, Jakarta : EGC.

Karyuni, E & Milliya, E. (2007). Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir, Jakarta : EGC. Krisnadi, R.S., Effendi, S.J. & Pribadi, A. (2009). Prematuritas, Bandung : Refika Aditama. Manik, M, Asnah, N, Asiah, N. (2010). Panduan Penulisan Karya Tulis Ilmiah, Medan :

Program D IV Bidan Pendidik.

Maulana, M. ( 2008). Penyakit Kehamilan dan Pengobatannya, Jogjakarta : Katahati. Notoadmodjo, S. (2007). Pendidikan dan perilaku Kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta. . (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan, Edisi 3, Jakarta : Rineka Cipta. Nurhayati & Maryuni. (2009). Asuhan Kegawatdaruratan dan Penyulit Pada Neonatus,

Jakarta : CV Trans Info Media.

Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Jakarta : Selemba Medika.


(63)

Pdpersi (Perhimpunan RS Seluruh Indonesia). (2002). Kelahiran Prematur, http://www.pdpersi.co.id (diperoleh tanggal 10 November 2010).

Prawirohardjo, S. (2006). Ilmu Kebidanan. Cetakan kedelapan, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Purwanto, H. (1999). Pengantar Perilaku Manusia untuk Keperawatan. Jakarta : EGC

Roesli, U. (2007). Pedoman Pijat Bayi Prematur & Bayi Usia 0-3 Bulan, Jakarta : Tribus Agriwidya (diperoleh tanggal 24 Agustus 2010).

Sastroasmoro, S (2008). Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi ke-3. Jakarta : Sagung Seto.

Syaifrudin. (2002). Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal, Jakarta : JNPKKR-POGI. Syaifrudin, Fratidhina, Y. (2009). Promosi Kesehatan Untuk Mahasiswa Kebidanan, Jakarta

: CV. Trans Info Media.

Wahyuni, A.S (2009). Statiska Kedokteran (disertai dengan aplikasi SPSS.). Jakarta : Bamboedoea Communication.


(64)

LEMBAR PENJELASAN KEPADA RESPONDEN

Saya yang bernama Ary Oktora Sri Rahayu sedang menjalani Program Pendidikan D-IV Bidan Pendidik di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara.

Untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan pendidikan program D-IV Bidan Pendidik yang sedang saya jalani, saya melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Pengetahuaan dengan Sikap Ibu Terhadap Perawatan Lanjutan Bayi Prematur dari RSUD. Dr. Pirngadi Medan”

Adapun tujuan penelitian saya adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan sikap ibu terhadap perawatan lanjutan bayi prematur. Menurut teori, bayi prematur ini sangat rentan, hal ini karena organ-organ tubuh bayi belum berkembang secara maksimal, dan bayi prematur memerlukan perawatan yang intensif di bandingkan dengan bayi yang lahir normal. Untuk melakukan penelitian ini ibu yang memiliki bayi prematur akan diajukan pertanyaan seputar defenisi, manfaat, tujuan, serta bagai mana cara perawatan lanjutan bayi prematur. Adapun hasil dari penelitian ini tidak akan memberikan dampak negatif bagi saudara. Saudara tidak dikutip biaya apapun dalam penelitian ini. Kerahasiaan mengenai informasi yang telah di berikan oleh saudara akan terjamin. Keikutsertaan saudara dalam penelitian ini adalah dengan sukarela. Bila saudara tidak bersedia, saudara berhak menolak diikutsertakan dalam penelitian ini dan tidak akan ada konsekuensi, perlakuan yang tidak layak maupun membeda-bedakan dengan yang lainnya.

Apabila saudara bersedia dan menyetujui pemeriksaan ini, harap menandatangani formulir sebagai tanda persetujuan. Atas partisipasi saudara saya ucapkan terimakasih.


(65)

LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama :

Umur :

Pekerjaan : Alamat :

Telah mendapat penjelasan dan memahami mengenai segala yang akan dilakukan terhadap saya. Dengan ini saya menyatakan setuju untuk diikutsertaan sebagai subjek dalam penelitian ini. Demikian surat persetujuan ini dibuat dalam keadaan dan tanpa paksaan.

Medan, 2011

Yang menyetujui


(66)

KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TERHADAP PERAWATAN

LANJUTAN BAYI PREMATUR Kode :

Tanggal : Petunjuk Pengisian

1. Semua pertanyaan harus diberi jawaban 2. Isi pertanyaan dengan memberi tanda checklist

3. Setiap pertanyaan di jawab dengan satu jawaban yang sesuai menurut anda 4. Bila ada yang kurang dimengerti dapat ditanyakan pada peneliti

Kuesioner data demografi

Nama Inisial :

Pekerjaan :

Umur :

Paritas (Jumlah anak) :

Suku :

Agama :

Pendidikan terakhir :


(67)

1. Pengetahuan ibu

No Pertanyaan Ya Tidak

1 Bayi prematur adalah bayi lahir hidup sebelum usia kehamilan ibu 9 bulan.

2 Bayi prematur tidak memerlukan perawatan yang khusus. 3 Apabila secara tiba-tiba tubuh bayi panas dan adanya

rintihan pada bayi prematur itu merupakan hal yang harus diwaspadai.

4 Apabila bayi prematur pipis atau buang air besar tanpa pemberian ASI (Air Susu Ibu) itu merupakan hal yang wajar.

5 Mencuci tangan sebelum memegang bayi prematur bertujuan agar bayi tidak terinfeksi.

6 Cara pemberian ASI yang baik pada bayi prematur yaitu jangan terlalu banyak tapi sering.

7 Pemeriksaaan kehamilan secara teratur adalah salah satu cara untuk mencegah terjadinya kelahiran prematur. 8 Bayi prematur tidak mudah terserang infeksi.

9 Pada awalnya bayi prematur biasanya akan mudah lelah dan menyusu dengan lemah.

10 Nutrisi yang tidak mencukupi selama kehamilan akan dapat mengakibatkan kelahiran prematur.


(68)

2. Sikap Ibu

No Pertanyaan SS S TS STS

1 Sebaiknya ibu memberikan ASI pada bayi prematur jangan terlalu banyak, tapi sering.

2 Hendaknya ibu harus menjaga lingkungan bayi agar tetap bersih.

3 Selama kehamilan ibu tidak perlu mengosumsi vitamin untuk memnuhi nutrisi.

4 Sebelum memengang bayi prematur, hendaknya ibu mencuci tangan terlebih dahulu.

5 Kalau ada anggota keluarga yang sakit sebaiknya jauh-jauh dari si kecil.

6 Untuk mencegah terjadinya kelahiran prematur sebaiknya ibu memeriksakan kehamilan minimal 4 kali selama kehamilan.

7 Jika bayi tidak dapat menghisap puting susu ibu dengan baik, hendaknya ibu dapat memberikan ASI yang di peras menggunakan cangkir dan sendok.

8 Agar alat-alat yang digunakan dalam pemberian makan pada bayi itu bersih ibu hendaknya mencuci atau merebus alat-alat tersebut sebelum digunakan.

9 Jika tubuh bayi prematur panas secara tiba-tiba, ibu tidak perlu membawa ke dokter

10 Cara menyusukan bayi yang baik, hendaknya ibu

menempelkan mulut bayi pada puting susu dan membiarkan bayi menyusu secara perlahan.


(69)

(70)

(71)

(72)

(73)

(74)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama : Ary Oktora Sri Rahayu

Tempat / Tanggal Lahir : Danau Bingkuang / 08 Oktober 1987

Agama : Islam

Nama Ayah : Amran Sal

Nama Ibu : Jasni

Anak ke : 1 (Satu)

Alamat : Pulau Permai, Kec.Tambang, Kab. Kampar. Pekan Baru (Riau)

RIWAYAT PENDIDIKAN

Tahun 1993 – 1999 : SD Negri No. 002 Tambang Tahun 1999 – 2002 : SLTP Negri 12 Pekan Baru Tahun 2002 – 2005 : SMA Negri 7 Pekan Baru Tahun 2005 – 2008 : D-III Akbid Dr. Rusdi Medan Tahun 2010 – 2011 : D-IV Bidan Pendidik FKEP USU


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama : Ary Oktora Sri Rahayu

Tempat / Tanggal Lahir : Danau Bingkuang / 08 Oktober 1987

Agama : Islam

Nama Ayah : Amran Sal

Nama Ibu : Jasni

Anak ke : 1 (Satu)

Alamat : Pulau Permai, Kec.Tambang, Kab. Kampar. Pekan Baru (Riau)

RIWAYAT PENDIDIKAN

Tahun 1993 – 1999 : SD Negri No. 002 Tambang Tahun 1999 – 2002 : SLTP Negri 12 Pekan Baru Tahun 2002 – 2005 : SMA Negri 7 Pekan Baru Tahun 2005 – 2008 : D-III Akbid Dr. Rusdi Medan Tahun 2010 – 2011 : D-IV Bidan Pendidik FKEP USU