Sistem Pelepasan Terkendali Zat Tambahan dalam Formulasi Film

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2.7 Sistem Pelepasan Terkendali

Sistem penghantaran obat dengan laju pelepasan obat terkendali ditujukan untuk memaksimalkan efek terapi obat. Salah satu cara untuk memodifikasi pelepasan zat aktif dalam sediaan khususnya dalam tablet adalah dengan penyalutan. Penyalutan tablet dilakukan dengan menggunakan polimer sebagai film yang akan menyeliputi tablet. Pelepasan obat bergantung pada ketebalan dan laju disolusi membran polimer yang menyeliputi inti. Dengan menyalut inti obat dengan membran polimer dengan ketebalan tertentu, pelepasan obat dapat ditunda sampai waktu tertentu, misal 1, 3, 6, atau 12 jam setelah pemberian obat Hillery, Lloyd dan Swarbrick, 2005.

2.8 Zat Tambahan dalam Formulasi Film

2.8.1 Gliserin

Gambar 2.4 . Struktur Kimia Gliserin Rowe, Sheskey dan Quinn, 2009. Gliserin yang mempunyai berat molekul 92,09 ini adalah eksipien yang sangat sering digunakan dalam sediaan farmasi. Gliserin memiliki organoleptis yang jernih, tidak berwarna, tidak berbau, bersifat kental, dan rasa manis 0,6 kali manis sukrosa. Cairan yang bersifat higroskopis ini memiliki banyak kegunaan diantaranya pengawet antimikroba, pelarut campur, emollient, humektan, pelarut, pemanis. Kegunaan lain gliserin adalah sebagai plasticizer yang digunakan pada formulasi film pada tablet salut film Rowe, Sheskey dan Quinn, 2009. Penambahan plasticizer pada formulasi film adalah untuk menjaga kestabilan film yang dibentuk oleh polimer agar lebih stabil terhadap temperature kaca Siregar, 2008. UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2.8.2 Sorbitol

Gambar 2.5 . Struktur Kimia Sorbitol Rowe, Sheskey dan Quinn, 2009. Sorbitol adalah hexahidrat alkohol yang berhubungan dengan mannosa dan merupakan isomer dari mannitol. Organoleptis sorbitol antara lain tidak berbau, putih atau hampir tidak berwarna, berbentuk kristal atau serbuk higroskopik. Sorbitol tersedia dalam berbagai macam tingkatan maupun bentuk. Sorbitol mempunyai rasa manis yang menyejukkan dan kira-kira memiliki kemanisan sekitar 50 – 60 kemanisan sukrosa. Kegunaan dari sorbitol antara lain sebagai humektan, penstabil, zat pemanis, zat pengisi tablet dan kapsul serta plasticizer pada kapsul maupun film. Penambahan plasticizer pada formulasi film adalah untuk menjaga kestabilan film yang dibentuk oleh polimer agar lebih stabil terhadap temperature kaca Siregar, 2008. 13

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Obat Farmasi FKIK UIN Jakarta, Laboratorium Sediaan Padat Farmasi FKIK UIN Jakarta, Laboratorium Penelitian I Farmasi FKIK UIN Jakarta, Laboratorium Penelitian II Farmasi FKIK UIN Jakarta, Laboratorium Farmakologi FKIK UIN Jakarta, Bagian PAIR BATAN, Laboratorium Sediaan Solid Universitas Pancasila. Penelitian berlangsung dari bulan Februari sampai bulan oktober 2014.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari: timbangan analitik AND GH-120, pH meter horiba F-52, magnetic stirrer advantec SRS710HA, hair dryer, viskometer Haake 6R, moisture analyzer, dissolution tester erweka DT626HH, friabilator EF – 2, disintegration tester electrolab ED-2L, hardness tester TBH 225, desikator, kompressor, spray gun, spatula, oven eyela NDO- 400, Jepang, pan coating, spektrofotometer UV visible hitachi U-2910, mikroskop optik olympus IX 71, Jepang, mikrometer digital mitutoyo, Jepang, tensile tester Strograph-R1 Toyoseiki, Jepang, alat potong dumb bell Saitama dengan standar ASTM-D 1822-1, Jepang, corong buchner dan alat-alat gelas standar laboratorium lainnya.

3.2.2 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kitosan PT. Biotech Surindo, Indonesia; berat molekul sedang, derajat deasetilasi 92,2, natrium tripolifosfat Wako, Jepang, Propranolol Banca Carige, Italia, gliserin Brataco, sorbitol Brataco, silica blue PT. Brataco, asam asetat 2 Merck, air suling, HCl 0,1N Merck, dapar fosfat, kertas saring, tissue, aluminium foil.