Sistem Maro Bathi Adanya Kepercayaan Modal Sosial yang Mendukung Sistem Gaduh

80 dua. Satu bagian diberikan kepada pemilik sapi dan satu bagian lagi diberikan kepada peternak sapi. seperti penjelasan dibawah ini. Penjelasan informan 1 menurut Bapak Nur Ismail: “Bapak melakukan gaduh sapi dengan pembagian hasil ternak sapi yaitu bagi hasil anak. Yaitu anak sapi yang dilahirkan dibagi dua bagian, satu bagian milik bapak dan satu bagian milik pemelihara. Namun kebanyakan cara pembagiannya dilakukan ketika sapi tersebut dewasa dan memperoleh harga jual yang tinggi. Jadi harga jual yang diperoleh dibagi dua antara Bapak dan pemelihara sapi, itulah hasil dari pemeliharaan yang sah”. Diikuti oleh penjelasan Informan 2 Bapak Siir: “Bapak Siir juga menerapkan sistem maro anak,yaitu hasil dari anakan sapi dibagi dua baik setela di jumlahkan dengan uang maupun dalam keadaan utuh sapi hampir sama dengan peternak lainnya”. Dipertegas oleh Penjelasan informan 3 Bapak Peno: “Dalam bagi hasil usaha ternak sapi yang Bapak jalani Bapak menerapkan sistem bagi hasil anak yang dilahirkan dibagi dua, namun sapi indukan tetap milik Bapak. Biasannya jika ingin dibagi sapi yang bapak miliki harus diimbangkan dengan harga sapi ketika dijual. Tetapi biasannya sapi itu tidak terjual kepada orang lain, melainkan kepada Bapak atau kepada pemelihara sendiri jika pemelihara memiliki uang untuk membeli semua bagiannya dan uang bagian diserahkan kepada pihak yang membutuhkan uang”. Disambung lagi oleh penjelasan informan 5 Bapak Sisus: “Bapak juga sudah sejak lama menerapkan sistem bagi hasil anak ini. Bapak menerapkan sistem bagi hasil anak dengan ketentuan yaitu anak dari hasil pemeliharaan dibagi dua antara pemilik dan pemelihara ternak, baik dalam keadaan masih kecil atau setela sapi dewasa. Selama belum ada pembagian yang jelas maka sapi hasil gaduhan belum sepenuhnya menjadi hak pemelihara atau hak pemilik sapi melainkan keduanya memiliki hak yang sama”.

4.4.4.2. Sistem Maro Bathi

Sistem maro bathi yaitu para pemilik sapi memang sengaja membeli sapi dalam keadaan kurus tapi sehat. Hal ini dilakukan agar memperoleh keuntungan yang banyak. Sapi yang dibeli dalam keadaan kurus kemudian deserahkan kepada 81 pemelihara ternak atau orang yang diberi kepercayaan untuk dipelihara sampai gemuk dan besar. terkadang pemeliharaan sapi yang demikian tidak menunggu sapi sampai berkembang biak. Melainkan sapi yang dipelihara cukup kondisi tubuhnya gemuk dan besar saja, jarak pemeliharaan biasannya antara 3 sampai 6 bulan. jika sapi sudah mendapatkan kondisi tubuh yang sesuai dengan yang diinginkan maka sapi siap dijual kembali oleh pemiliknya. Sementara itu selisih dari harga jual dan harga beli merupakan keuntungan bersama yang hasilnya dibagi dua, setengah kepada pemilik dan setengah kepada pemelihara sapi. Maksud sistem maro bathi adalah bahwa sapi tidak dikembangbiakan, melainkan untuk dibesarkan atau digemukan saja. Agar supaya cepat gemuk dan besar, maka sapi dibiarkan didalam kandang tidak boleh diliarkan diperkebuan, harus dirawat dirumah dan diberikan pakan yang cukup. Tujuannya agar ternak cepat gemuk dalam kurun waktu yang singkat kemudian siap jual kembali. Ketika sapi dijual harga sapi akan tinggi bisa melebihi harga pembelian sebelumnya. Seperti penjelasan dibawah ini: Penjelasan informan 1 Bapak Siir “Bapak sangat senang jika diberi amanah untuk memelihara sapi dengan menerapkan sistem bagi hasil bathi ini. Sebab ternak yang dipelihara dalam keadaan kurus kemudian digemukan setela gemuk sapi tersebut dijual bisa memperoleh untung yang lumayan. Sedangkan selisih harga dari modal yang dikeluarkan dibagi dua antara pemilik dan peternak. Keuntungannya bisa mencapai dua kali lipat dari harga sebelumnya, hal inilah yang menyebabkan bapak mengapa mau menerima sapi yang kurus untuk dipelihara dengan catatan walau sapi kurus harus sehat ”.

4.4.4.3. Sistem Maro Pro Sepuluh dan maro

Dokumen yang terkait

Peran Kantor Pertanahan Kabupaten Simalungun Terhadap Masyarakat Dikecamatan Sidamanik Dalam Rangka Pendaftaran Tanah Serta Pelaksanaannya Berdasarkan Uu Pa Dan Peraturan Pemerintah Nomor24 Tahun 1997

2 111 115

Dampak Relokasi Pusat Pemerintahan Kabupaten Simalungun Terhadap Pengembangan Wilayah Kecamatan Raya

2 36 189

Evaluasi Pelaksanaan Program Keselamtan dan Kesehatan Kerja Bagi Karyawan PTPN IV Dolok Iilir Kecamatan Dolok Batu Naggar Kabupaten Simalungun

0 0 14

Evaluasi Pelaksanaan Program Keselamtan dan Kesehatan Kerja Bagi Karyawan PTPN IV Dolok Iilir Kecamatan Dolok Batu Naggar Kabupaten Simalungun

0 0 2

Evaluasi Pelaksanaan Program Keselamtan dan Kesehatan Kerja Bagi Karyawan PTPN IV Dolok Iilir Kecamatan Dolok Batu Naggar Kabupaten Simalungun

0 0 7

Evaluasi Pelaksanaan Program Keselamtan dan Kesehatan Kerja Bagi Karyawan PTPN IV Dolok Iilir Kecamatan Dolok Batu Naggar Kabupaten Simalungun

0 2 32

Evaluasi Pelaksanaan Program Keselamtan dan Kesehatan Kerja Bagi Karyawan PTPN IV Dolok Iilir Kecamatan Dolok Batu Naggar Kabupaten Simalungun

1 1 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial - Modal Sosial Sistem Bagi Hasil Dalam Beternak Sapi Pada Masyarakat Desa Purwosari Atas, Kecamatan Dolok Batu Naggar, Kabupaten Simalungun

0 0 13

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Modal Sosial Sistem Bagi Hasil Dalam Beternak Sapi Pada Masyarakat Desa Purwosari Atas, Kecamatan Dolok Batu Naggar, Kabupaten Simalungun

0 0 8

MODAL SOSIAL SISTEM BAGI HASIL DALAM BETERNAK SAPI PADA MASYARAKAT DESA PURWOSARI ATAS, KECAMATAN DOLOK BATU NANGGAR KABUPATEN SIMALUNGUN Studi kasus : Sistem Gaduh Sapi Pada Masyarakat Desa Purwosari Atas, Kecamatan Dolok Batu Nanggar, Kabupaten Simalung

0 0 9