Sistem Maro Bathi Adanya Kepercayaan Modal Sosial yang Mendukung Sistem Gaduh
80
dua. Satu bagian diberikan kepada pemilik sapi dan satu bagian lagi diberikan kepada peternak sapi. seperti penjelasan dibawah ini.
Penjelasan informan 1 menurut Bapak Nur Ismail: “Bapak melakukan gaduh sapi dengan pembagian hasil ternak sapi yaitu
bagi hasil anak. Yaitu anak sapi yang dilahirkan dibagi dua bagian, satu bagian milik bapak dan satu bagian milik pemelihara. Namun kebanyakan
cara pembagiannya dilakukan ketika sapi tersebut dewasa dan memperoleh harga jual yang tinggi. Jadi harga jual yang diperoleh dibagi dua antara
Bapak dan pemelihara sapi, itulah hasil dari pemeliharaan yang sah”.
Diikuti oleh penjelasan Informan 2 Bapak Siir: “Bapak Siir juga menerapkan sistem maro anak,yaitu hasil dari anakan sapi
dibagi dua baik setela di jumlahkan dengan uang maupun dalam keadaan utuh sapi hampir sama dengan peternak lainnya”.
Dipertegas oleh Penjelasan informan 3 Bapak Peno: “Dalam bagi hasil usaha ternak sapi yang Bapak jalani Bapak menerapkan
sistem bagi hasil anak yang dilahirkan dibagi dua, namun sapi indukan tetap milik Bapak. Biasannya jika ingin dibagi sapi yang bapak miliki harus
diimbangkan dengan harga sapi ketika dijual. Tetapi biasannya sapi itu tidak terjual kepada orang lain, melainkan kepada Bapak atau kepada pemelihara
sendiri jika pemelihara memiliki uang untuk membeli semua bagiannya dan uang bagian diserahkan kepada pihak yang membutuhkan uang”.
Disambung lagi oleh penjelasan informan 5 Bapak Sisus: “Bapak juga sudah sejak lama menerapkan sistem bagi hasil anak ini.
Bapak menerapkan sistem bagi hasil anak dengan ketentuan yaitu anak dari hasil pemeliharaan dibagi dua antara pemilik dan pemelihara ternak,
baik dalam keadaan masih kecil atau setela sapi dewasa. Selama belum ada pembagian yang jelas maka sapi hasil gaduhan belum sepenuhnya
menjadi hak pemelihara atau hak pemilik sapi melainkan keduanya memiliki hak yang sama”.