59
kasian yang timbul dari pemilik sapi kepada pemelihara yang ingin meringankan beban pemelihara sapi.
4.4.1.1. Syukuran Sebagai Norma Sosial Dalam Mempererat Hubungan Sesama
Penggaduh Sapi.
Dalam gaduh sapi ada tradisi syukuran atau suatu kebiasaan yang masyarakat lakukan, syukuran ini dikenal dengan istilah among – among. Among
– among adalah suatu kegiatan yang dilakukan para peternak dengan membawa nasik beserta lauk ketempat gembalaan sapi. Selanjutnya lauk dan nasi yang sudah
disediakan dibagikan kepada teman – teman sesama peternak yang ada di tempat angonan. Hal ini dilakukan merupakan wujud rasa syukur yang tercermin dari
masyarakat jawa, ketika mendapat rezeki dari yang Maha Kuasa. Selain itu among – among juga ditujukan agar ternak yang dipelihara tetap sehat dan tidak ada
halangan atau kejadian apapun yang dapat merugikan pemelihara ternak. Seperti penjelasan dibawah ini:
Penjelasan informan 1 Bapak Buyung: “Dalam setahun Bapak bisa melakukan among – among dua sampai tiga
kali, melihat ternak yang melahirkan jumlahnya dalam setahun itu. Selain itu juga among – among bisa saja dilakukan sekaligus jika tidak memiliki
biaya untuk membuatnya, mengingat biaya yang dikeluarkan lumayan besar. Misalnya dalam setahun ada 3 sampai 4 ekor sapi yang melahirkan
langsung saja setahun itu dibuat satu kali tidak perlu tiga atau 4 kali mana tau untuk menghemat biaya, hal itu dianggap sama saja”.
Dipertegas oleh penjelasan informan 2 Bapak siir: “Bapak melakukan among – among merupakan salah satu kebiasaan yang
tidak perna tinggal selama Bapak melakukan usaha gaduh sapi. kebiasaan ini sudah ada sejak orang tua Bapak terdahulu dalam memelihara sapi.
Tujuan Bapak melakukan among – among adalah merupakan wujud syukur atas nikmat yang diberikan Tuhan yang Maha Esa kepada Bapak
seperti kemudahan rizki dalam beternak sapi yang Bapak lakukan. Selain itu kagiatan ini juga merupakan bukti kekompakan para peternak yang ada
di Desa Purwosari Atas terwujud dari rasa ingin saling berbagi.
60
Ternyata syukuran melalui kegiatan among – among juga sebagai pemicu kekompakan para peternak sapi, yang dapat terlihat dari hubungan kerjasama yang
terbentuk dari masing – masing pemelihara ketika memperoleh rezeki. Melalui kegiatan syukuran juga muncul kekompakan yang mengikat diantara sesama
pemelihara ternak. Seperti ketika para peternak saling bergantian untuk menjaga ternak yang yang diangon diperkebunan ketika musim pemupukan tanaman
sawit. Tujuannya adalah agar ternak yang mereka liarkan tidak mamakan pupuk yang disebarkan di bawah pohon sawit. Sebab jika sapi yang diliarkan memakan
pupuk tersebut maka sapi yang mereka miliki akan mati. Sistem penjagaan seperti ini tidak ada yang mengatur dan memerintahkan
siapa yang harus bergantian untuk menjaga sapi yang diliarkan, tetapi kesadaran dan kekompakan yang dimiliki oleh masing – masing pemelihara ternaklah yang
membuat sistem tersebut terwujud karena hubungan kerjasama yang sudah begitu dekat sesama peternak. Seperti penjelasan dibawah ini.
Penjelasan informan 1 Bapak Nur Ismail : “Menurut Bapak kekompakan para pemelihara sapi sangatlah tinggi hal
ini dapat terlihat dalam mereka bersosialisasi dan menjaga ternak misalnya jika ada pemupukan, maka para peternak seperti Bapak ini saling
bergantian untuk menjaga ternak. Selain itu jika salah satu ternak yang Bapak miliki tidak kelihatan dimana keberadaannya, maka Bapak dan
peternak lainnya sama – sama bergerak untuk mencari ternak tersebut atau ada salah satu ternak yang masuk kedalam selokan maka para peternak dan
Bapak sama – sama saling membantu untuk mengangkatnya”.
Dipertegas oleh penjelasan informan 2 Bapak Kasiban: “Kekompakan peternak sangat tinggi dapat terlihat dalam pemeliharaan di
perkebunan. Hal ini dapat terbukti selama ternak yang Bapak liarkan di perkebunan sangat jarang mengalami hal – hal yang tidak diinginkan dan
selalu aman jika ada yang lari maka peternak yang lainnya sama – sama ikut membantu untuk mencari, tanpa meminta imbalan sedikitpun. Selain
61
itu para peternak juga akan bergantian untuk berjaga malam dan mengontrol dimana sapi ditidurkan sebab sapi yang ada di Desa Purwosari
Atas kebanyakan diliarkan begitu saja diperkebunan”.
Kekompakan ini memang sudah lama terbentuk melalui orang – orang tua terdahulu, ditambah lagi dengan rasa kepedulian yang tinggi yang dimiliki oleh
sesama peternak yang selalu mengingatkan rekan – rekan mereka akan bahaya yang ditimbulkan. Sehingga memunculkan rasa hawatir terhadap ternak yang
dimiliki jika tidak dijaga, terlebih lagi ternak yang dimiliki adalah milik orang lain jika sampai memakan pupuk dan mati maka yang dirugikan adalah pemelihara
ternak dan pemiliki ternak. Interpretasi yang peneliti dapatkan Di Desa Purwosari Atas adalah
peneliti melihat bahwa munculnya sistem gaduh sapi dilatar belakangi oleh adanya kesediaan lahan pakan hijau yang begitu luas, sebagai salah satu
penunjang keberhasilan dalam mengembangkan usaha peternakan ini. Selain itu pola pemeliharaannya juga masih sangat tradisional melihat sekala usaha hanya
dijadikan sebagai usaha sampingan keluarga. seperti yang diungkapkan oleh Soehaji menjelaskan tentang klasifikasi peternakan di Indonesia
“Soehaji dalam Saragih 2000. Mendefenisikan, peternakan sebagai usaha sambilan dimana ternak sebagai usaha sambilan untuk mencukupi
kebutuhan sendiri subsistence. Dengan tingkat pendapatan ternak kurang dari 30” dan tidak dijadikan sebagai sumber pendapatan utama
keluarga”.
Munculnya minat dan ketertarikan dalam memilih penggaduh sapi tidak terlepas dari interaksi sosial yang dilakukan sesama pemelihara ternak dan
pemilik ternak. Sehingga kedua belah pihak bisa sama – sama saling mengerti bagaimana karakter dan pola perilaku yang dimiliki oleh calon rekan usahanya.
Keberhasilan dalam bentuk kerjasama melalui gaduh sapi tidak terlepas
62
komunikasi yang baik diantara kedua belah pihak dan juga merupakan modal utama dalam gaduh sapi, karena komunikasi yang terbangun dengan baik diantara
keduanya bisa menimbulkan hubungan baik antara sesama peternak atau peternak dengan pemilik sapi, yang terlihat dari kekompakan dalam memelihara ternak dan
melakukan syukuran sesama pemelihara ternak di perkebunan ketika memperoleh rezeki.
“Seperti penjelasan Gillin dan Soeharjo Seokamto, interaksi sosial merupakan hubungan -hubungan sosial yang dinamis dan menyangkut
hubungan antara orang – perorang, kelompok – kelompok manusia maupun antara orang – perorang dengan kelompok manusia. Yang dapat
terwujud dari saling menegur, berjabat tangan, saling berbicara bahkan saling berkelahi”.
Gaduh sapi memang sangat baik jika diterapkan dengan semaksimal mungkin, karena dapat meningkatkan pendapat keluarga dan dapat dijadikan
sebagai salah satu sumber penghasilan lain jika menghadapi kondisi ekonomi yang sulit saat ini. Selain dari pada itu secara tidak langsung muncul hak dan
kewajiban pemelihara dan pemilik sapi dalam melakukan usaha gaduh ini. Hak pemilik sapi adalah hak indukan sapi dan setengah dari nilai anak – anak sapi
yang digaduhkan. Sedangkan kewajiban dari pemilik sapi yaitu menyediakan sapi yang dijadikan indukan sapi sebagai modal utama menjalankan usaha tersebut.
Pemelihara sapi juga memiliki hak dan kewajiban yang sama. Hak pemelihara sapi yaitu hak atas anakan sapi yang dilahirkan dengan catatan, setengah dari
jumlah anak yang dilahirkan menjadi milik peternak sedangkan yang menjadi kewajibannya adalah memelihara ternak dengan baik dan merawatnya, agar usaha
yang dijalankan dapat bertahan lama.
63
4.4.2. Cara Penyelesaiaan Jika Terjadi Permasalahan Dalam Gaduh