Konsep – Konsep Mengenai Kemiskinan

20 Hal yang perlu dicatat dari bahasan tentang kesejahteraan yaitu kerentanan vulberability.Kerentanan didefinisikan sebagai peluang atau fisik menjadi miskin atau jatuh menjadi lebih miskin pada waktu-waktu mendatang.Kerentanan merupakan dimensi kunci dari kesejahteraan karena kerentanan berakibat pada perilaku individu dalam bentuk investasi, pola produksi, strategipenanggulangan dan persepsi dari kondisi mereka sendiri. Ada beberapa indikator keluarga sejahtera berdasarkan Badan Pusat Statistik, yaitu: 1. Pendapatan 2.Konsumsi atau pengeluaran rumah tangga 3. Keadaan tempat tinggal 4.Fasilitas tempat tinggal 5. Kesehatan anggota keluarga 6. Kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan 7. Kemudahaan memasukkan anak kejenjang pendidikan 8. Kemudahan mendapatkan fasilitas transportasi

2.2 Konsep – Konsep Mengenai Kemiskinan

Kemiskinan merupakan masalah sosial yang senantiasa hadir ditengah- tengah masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang.Menurut Ellis dalam Suharto, 2005:133 menyatakan bahwa dimensi kemiskinan menyangkut aspek ekonomi, politik dan sosial-psikologis.Secara ekonomi, kemiskinan didefinisikan sebagai kekurangan sumberdaya yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan meningkatkan kesejahteraan sekelompok 21 orang.Kemiskinan pada umunya didefinisikan dari segi ekonomi, khususnya pendapatan dalam bentuk uang ditambah dengan keuntungan-keuntungan non- material yang diterima seseorang.Namun demikian, secara luas kemiskinan juga kerap didefinisikan sebagai kondisi yang ditandai oleh serba kekurangan: kekurangan pendidikan, keadaan kesehatan yang buruk, dan kekurangan transportasi yang dibutuhkan oleh masyarakat SMERU dalam Suharto et.al., 2004. Definisi kemiskinan dengan menggunakan pendekatan kebutuhan dasar seperti ini diterapkan oleh Depsos, terutama dalam mendefinisikan fakir miskin. Kemiskinan adalah ketidakmampuan individu dalam memenuhi kebutuhan dasar minimal untuk hidup layak BPS dan Depsos, 2002:3.Dalam konteks politik, Friedman mendefinisikan kemiskinan dalam kaitannya dengan ketidaksamaan kesempatan dalam mengakumulasikan basis kekuasaan sosial.Kemiskinan secara sosial-psikologis menunjukan pada kekurangan jaringan dan struktur sosial yang mendukung dalam mendapatkan kesempatan-kesempatan peningkatan produktivitas.Dimensi kemiskinan ini juga dapat diartikan sebagai kemiskinan yang disebabkan oleh adanya faktor-faktor penghambat yang mencegah atau merintangi seseorang dalam memanfaatkan kesempatan- kesempatan yang ada di masyarakat.Faktor-faktor penghambat tersebut secara umum meliputi faktor internal dan eksternal.Faktor internal datang dari dalam diri si miskin itu sendiri, seperti rendahnya pendidikan atau adanya hambatan budaya.Teori “kemiskinan budaya” cultural poverty yang dikemukan oleh Oscar Lewis, misalnya menyatakan bahwa kemiskinan dapat muncul sebagai akibat adanya nilai-nilai atau kebudayaan yang dianut oleh orang-orang miskin, seperti 22 malas, mudah menyerah pada nasib, kurang memiliki etos kerja dan sebagainya.Faktor eksternal datang dari luar kemampuan orang yang bersangkutan, seperti birokrasi atau peraturan-peraturan resmi yang dapat menghambat seseorang dalam memanfaatkan sumberdaya. Kemiskinan model ini seringkali diistilahkan dengan kemiskinan struktural.Menurut pandangan ini, kemiskinan terjadi bukan dikarenakan “ketidakmampuan” sistem dan struktur sosial dalam menyediakan kesempatan- kesempatan yang memungkinkan si miskin dapat bekerja.Dengan demikian manusia mempunyai keterbatasan dalam melakukan pilihan, akibat adanya potensi manusia untuk mengembangkan hidupnya menjadi terhambat. Kemiskinan juga muncul karena adanya perbedaan kualitas sumber daya manusia, karena jika kualitas manusianya rendah pasti akan mempengaruhi yang lain, seperti pendapatan. Tapi itu hanyalah masalah klasik.Sekarang penyabab kemiskinan adalah karena tidak mempunyai uang.

2.3 Hubungan Pendekatan Dalam Pengukuran Kemiskinan