22
malas, mudah menyerah pada nasib, kurang memiliki etos kerja dan sebagainya.Faktor eksternal datang dari luar kemampuan orang yang
bersangkutan, seperti birokrasi atau peraturan-peraturan resmi yang dapat menghambat seseorang dalam memanfaatkan sumberdaya.
Kemiskinan model ini seringkali diistilahkan dengan kemiskinan struktural.Menurut pandangan ini, kemiskinan terjadi bukan dikarenakan
“ketidakmampuan” sistem dan struktur sosial dalam menyediakan kesempatan- kesempatan yang memungkinkan si miskin dapat bekerja.Dengan demikian
manusia mempunyai keterbatasan dalam melakukan pilihan, akibat adanya potensi manusia untuk mengembangkan hidupnya menjadi terhambat.
Kemiskinan juga muncul karena adanya perbedaan kualitas sumber daya manusia, karena jika kualitas manusianya rendah pasti akan mempengaruhi yang lain,
seperti pendapatan. Tapi itu hanyalah masalah klasik.Sekarang penyabab kemiskinan adalah karena tidak mempunyai uang.
2.3 Hubungan Pendekatan Dalam Pengukuran Kemiskinan
Strategi suatu kebutuhan dasar basic needs sebagaimana dikutip oleh Thee 1981:29, dipromosikan dan dipopulerkan oleh internasional labor
organization ILO pada tahun 1976 dengan judul kesempatan kerja, pertumbuhan ekonomi, dan kebutuhan dasar: suatu masalah bagi satu dunia. Strategi kebutuhan
dasar memang memberi tekanan pada pendekatan langsung dan bukan cara tidak langsung seperti melalui effek menetes kebawah trickledown effect dari
pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Kesulitan umum dalam penentuan indikator kebutuhan dasar adalah standart atau kriteria yang subjektif karena dipengaruhi
23
oleh adat, budaya, daerah, dan kelompok sosial.Di samping itu kesulitan penentuan secara kuantitatif oleh masing-masing komponen kebutuhan dasar yang
dimiliki oleh komponen itu sendiri.Misalnya selera konsumen terhadap satu jenis makan atau komoditi lainnya.
Konsep kebutuhan dasar yang dicakup dalam komponen kebutuhan dasar dan karakteristik kebutuhan dasar serta hubungan dengan garis
kemiskinan.Menurut Badan Pusat Statistik BPS komponen kebutuhan dasar terdiri dari, pangan dan bukan pangan yang disusun menurut daerah perkotaan dan
pedesaan berdasarkan hasil survey sosial ekonomi nasional SUSENAS.Berdasarkan komposisi pengeluaran konsumsi penduduk, dapat
dihitung besarnya kebutuhan minimum untuk masing-masing komponen. Ukuran kemiskinan pada tingkat makro dapat memberikan gambaran
kemiskinan rumah tangga menurut wilayah regional, provinsi, dan kota-desa. Untuk menetapkan rumah tangga sebagai kelompok sasaran program, seperti
intervensi dan mengurangi dampak krisis, kriteria-kriteria infrastruktur pelayanan pemerintah dan fasilitas umum lainnya menurut karakteristik wilayah dan rumah
tangga sangat penting untuk diperhatikan.Beberapa indikator untuk mengindetifikasikan rumah tangga miskin dapat dikembangkan berdasarkan
rumah tangga, termasuk indikator demografi, sosial ekonomi, dan indikator lainnya.
Indikator ekonomi yang dapat digunakan untuk mendefinisikan rumah tangga miskin yaitu dengan ciri-ciri pekerjaan yang dilakukan oleh kepala rumah
tangga dan akses terhadap sumberasset Pernia dan Quibria,1991. Untuk wilayah
24
pesisir karakteristik pekerjaan kepala rumah tangga adalah sebagai nelayan.Yang mana kehidupannya bergantung dengan hasil tangkapan laut.
Dalam Zulfahri 2002, Masri Singarimbum mencirikan kemiskinan sebagai suatu kondisi yang memenuhi ciri – ciri :
1. Pendapatan rendah 2. Gizi rendah
3. Tingkat pendidikan rendah 4. Keterampilan rendah
5. Harapan hidup pendek Sedangkan keban 1994 membagi menjadi 3 kelompok faktor penyebab
kemiskinan rumah tangga yaitu: 1. Karakteristik individu kepala rumah tangga
2. Karakteristik pekerjaan kepala rumah tangga 3. Karakteristik lingkungan
2.4 Pengertian dan Penggolongan Nelayan