Tinjauan Neo Vernakular ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR

84

BAB III ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR

3.1 Tinjauan Neo Vernakular

Menurut Rapoport 1969 dalam buku House Form and Culture , arsitektur vernakular merupakan salah satu karya arsitektur yang berkembang dari arsitektur rakyat dengan berbagai macam tradisi dan memanfaatkan potensi-potensi lokal seperti material, teknologi, dan pengetahuan. Arsitektur neo-vernakular merupakan sebuah proses mengadopsi kembali arsitektur vernakular dengan mentransformasikan memperbarui tampilan fisik bentuk bangunan dan struktur serta non-fisik sejarah, simbolis dan makna arsitektur vernakular yang disesuaikan dengan kebutuhan pada masa kini akan tetapi tetap memperhatikan keselarasan antara budaya, lingkungan dan teknologi. Menurut Arifin 2010 dalam Faisal dkk 2012 yang diperhatikan dalam proses menerapkan pendekatan dalam arsitektur neo-vernakular adalah interpretasi desain yaitu pendekatan melalui analisis tradisi budaya dan peninggalan arsitektur setempat yang dimasukkan kedalam proses perancangan yang terstruktur yang diwujudkan dalam bentuk termodifikasi sesuai dengan zaman sekarang, ragam dan corak desain yang digunakan dengan pendekatan simbolisme, aturan dan tipologi. Struktur tradisional yang digunakan mengadaptasi bahan bangunan yang ada di daerah dan menambah elemen estetis yang diadaptasi sesuai dengan fungsi bangunan. Universitas Sumatera Utara 85 Berdasarkan pendapat diatas pendekatan yang diambil oleh perancang dalam mengadopsi arsitektur vernukal adalah melalui analisa tradisi dan arsitektur budaya karo, ragam, corak, simbolisme serta aturan-aturan yang terdapat pada masyarakat karo dan kemudian mewujudkannya dalam sebuah karya desain.

3.1.1 Eksplorasi Neo-Vernakular Terhadap Isu dan Permasalahan

Dalam Studio Perancangan Arsitektur 6 ini perancang mengambil tema “Neo-Vernakular ” sebagai tema perancangan. Neo-Vernakular merupakan aliran bentuk dan gaya yang lahir dari cabang arsitektur modern muncul pada akhir abad XIX dan XX, sejak munculnya Revolusi Industri di Inggris, sehingga menimbulkan revolusi sosial ekonomi yang melanda seluruh dunia yang juga mengakibatkan terjadinya perubahan besar dalam budaya, pola pikir, pola hidup masyarakat termasuk seni dan arsitektur. Arsitektur modern berkembang seiring dengan adanya perkembangan teknologi. Mulai pertengahan abad XX, teknologi tidak lagi menjadi hambatan dalam mewujudkan bentuk bangunan. Modernitas berkembang sangat cepat, dalam bentuk, aliran, dan gaya secara paralel sampai akhir abad XX. Arsitektur neovernakular sendiri mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1. Bentuk merupakan unsur budaya, lingkungan termasuk iklim setempat diungkapkan dalam bentuk fisik arsitektural. 2. Tidak adanya elemen fisik yang diterapkan dalam bentuk modern, tetapi juga elemen non-fisik yaitu budaya, pola pikir, kepercayaan, tata letak Universitas Sumatera Utara 86 yang mengacu pada makro kosmos, religi, dan lainnya menjadi konsep dan kriteria perancangan. 3. Produk pada bangunan ini tidak murni menerapkan prinsip vernakular, melainkan karya baru mengutamakan penampilan visualnya. Terminal Pasar Mandiri Siosar yang akan dirancang bernuansakan etnisitas kental dengan nuansa budaya yang secara visual dikemas modern namun masih dapat melestarikan image budaya sesuai dengan budayanya, yang dimaksudkan memberikan kesan visual yang berbeda dari bentukan vernakularnya, sehingga neo vernakular sangat tepat diterapkan dalam pendekatan desain Medan Chinese Cultural Museum yang secara fisik diterapkan prinsip- prinsip bangunan vernakular yang dikemas dalam modern sehingga berbeda dengan visual vernakularnya, untuk mendukung terciptanya nuansa kultural tersebuat maka diterapkan elemen nonfisik seperti budaya, pola pikir, kepercayaan, tata letak, religi dan lain-lain sehingga nuansa adat dapat dirasakan pengguna Terminal Pasar Mandiri Siosar.

3.2 Studi Banding Tema Sejenis Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Cengkareng