48
Gambar 2 17 Skema Struktur Organisasi Pasar
Sumber: Pemko Medan
Dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari pemerintah menunjuk : a.
Jawatan atau dinas dibawahnya atau b.
Perusahaan daerah yang memberi otoritas untuk mengelola pelayanan umum di bidang perpasaran
Adapun kegiatan yang biasanya dialksanakan oleh pengelola ini antara lain : 1.
Memelihara kebersihan 2.
Menjaga keamanan dan ketertiban dalam pasar 3.
Mengusahakan kelancaran distribusi bahan-bahan pokok kebutuhan sehari-hari
c. Bank
Bank berperan khususnya dalam pembayaran pembangunan dan pemodalan bagi para pedagang. Misalnya pembangunan pasar Inpres
dibiayai melalui bank pemerintah, kredit candak kulak bagi para pedagang kecil disalurkan melalui BRI, dll
Universitas Sumatera Utara
49
b. Swasta
Dalam hal ini yang disebut swasta bisa para pedagang itu sendiri atau para pelaksana yang membiayai pembangunan pasar, dengan prinsip
pembangunan fasilitas pasar dibiayai dengan dana dari masyarakat yang akan kembali kepada masayarakat dalam bentuk lain. Secara umum pasar
merupakan suatu kebutuhan masyarakat melalui peranannya sebagai unsur-unsur penunjang yang menggerakkan kehidupan sehari-hari.
c . Koperasi
Koperasi adalah organisasi bisnis yang dimiliki dan dioperasikan oleh orang-seorang demi kepentingan bersama.Koperasi melandaskan kegiatan
berdasarkan prinsip gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan asas kekeluargaan. memiliki fungsi yang sangat menunjang kegiatan yang ada
di pasar, terminal, maupun gudang. Dalam bidang pengelolaan serta penyuluhan kepada masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
50
2.4 Tinjauan Khusus
2.4.1 Lokasi
Adapun lokasi dari proyek ”
Terminal Pasar Siosar
” ini terletak di daerah Siosar itu sendiri, tepatnya pada kawasan hutan Siosar, Kecamatan Merek,
Kabupaten Karo. Berikut merupakan tinjauan lokasi terhadap Kabupaten Karo.
Gambar 2 18 Lokasi Site
Sumber: https:maps.google.com
Universitas Sumatera Utara
51
Berdasarkan Data Statistik Kab. Karo, dapat dilihat bahwa Desa Bekerah dan Desa Simacem merupakan desa swakarya sedangkan Desa Sukameriah adalah
desa swasembada.
Luas Site +- 26 Ha, Jarak terhadap Sinabung : 23,7 km, Tinggi tempat dari permukaan laut : 2600mdpl, Suhu rata-rata harian : 18,8
o
C-19,8
o
C, Kelembapan udara rata-rata :84,66 , Curah Hujan : 1.000
– 4.000 mmtahun dengan Batas – Batas Wilayah :
1.
Utara
: Kec. Tigapanah 2.
Selatan
: Kec. Merek 3.
Timur
: Hutan Pinus 4.
Barat
: Hutan Lindung
Universitas Sumatera Utara
52
Gambar 2 19 Lokasi Site
Sumber: Analisa Peneliti
2.4.2 Sejarah Singkat Kawasan Siosar
Tanggal 27 Agustus 2010 menjadi hari yang menegangkan bagi warga di sekitar gunung Sinabung akibat aktivitas vulkanis gunung Sinabung yang mulai
mengeluarkan asab dan abu vulkanisnya. Kejadian ini mengakibatkan warga di
Universitas Sumatera Utara
53
sekitar gunung Sinabung harus pindah ke pengungsian untuk menghindari asap dan abu vulkanis dari aktivitas vulkanik. Dari kejadian ini maka Badan Nasional
Penanggulangan Bencana BNPB turun tangan untuk membantu warga sekitar. Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana BNPB, Prof. Dr. Syamsul
Maarif M.Si. dan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Dr. Ir. Siti Nurbaya Bakar, M.Sc., bersama Ketua Komisi VIII DPR RI Saleh Partaonan Daulay
memberikan bantuan berupa 103 unit rumah dari 370 unit yang direncanakan untuk tahap pertama kepada pengungsi dari desa Bekerah. Relokasi ini berada di
kawasan hutan produksi di Siosar, Kecamatan Merek, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara, sekitar 17 km dari kota Kabanjahe, ibu kota Kabupaten Karo.
Penggunaan lahan dan akses jalan pada kawasan hutan produksi tetap Siosar, dan hutan lindung sekitar 458,8 hektare.
2.4.3 Kondisi Eksisting
Dalam sebuah proses perancangan maka hal peertama yang harus diketahui dan dipahami adalah kondisi eksisting. Pada kegiatan ini maka
perancang melakukan survey lapangan langsung guna memahami kondisi lapangan dan mengetahui potensi apa saja yang bisa memajukan kawasan ini
sebagai dasar dalam perancangan Permukiman Relokasi Masyarakat Gunung Sinabung. Tinjauan kondisi eksisting dibagi menjadi 3 bagian, yakni:
. 1. Kondisi Aksesibilitas
Hasil survey kondisi aksesibilitas yang dilakukan perancang ke Hutan Siosar, hanya terdapat satu jalur masuk yaitu jalur masuk dari dengan jarak
tempuh ±5 Km. Setelah melakukan pengamatan, kondisi site yang terlihat
Universitas Sumatera Utara
54
merupakan lahan berkontur yang masih dalam tahap pengerjaan dan memasuki tahap finishing dikarenakan kondisi jalan masih berupa tanah keras yang dilapisi
agregat kasar sebagai bahan dasar dari jalan aspal.
Gambar 2 20 Kondisi Fisik permukaan jalan menuju hutan siosar
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015
Gambar 2 21 Kondisi jalan yang berliku-liku dan naik turun
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015
Universitas Sumatera Utara
55
2. Kondisi Lingkungan
Melalui pengamatan perancang, lokasi site yang ada merupakan lahan kosong yang terkesan cukup tenang dan cocok bagi korban bencana gunung
Sinabung. Jauh dari kehidupan perkotaan yang padat aktivitas masyarakat menjadikan udara pada lokasi site terasa masih sangat segar serta banyaknya
pohon-pohon pinus disekitar lokasi site menjadi salah satu bagian hijau pada lokasi ini. Diluar faktor kondisi lokasi yang sangat layak bagi kehidupan korban
bencana Sinabung, faktor pendukung lainnya juga sangat dibutuhkan seperti fasilitas umum, fasilitas sosial, dan lahan perkebunan yang dapat dijadikan
sebagai mata pencaharian korban Sinabung.
Gambar 2 22 Signage Entrance Perkampungan Siosar Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015
Universitas Sumatera Utara
56
Gambar 2 23 Kondisi Lingkungan Perkampungan Siosar dalam tahap konstruksi
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015
Gambar 2 24 Hunian yang sedang dalam tahap konstruksi Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015
Pada proses survey yang lalu, kondsisi lingkungan di hutan Siosar tidak dapat ditemukan dikarenakan lokasi hutan Siosar sampai saat ini masih dalam
tahap pengerjaan. Kondisi yang terlihat oleh perancang hanya kondisi fisik hunian dan sirkulasi. Untuk penempatan fasilitas tidak sepenuhnya dapat diidentifikasi
Universitas Sumatera Utara
57
namun data yang didapat dari wawancara bahwa akan ada taman dan beberapa fasilitas umum yang disediakan di tengah perkampungan.
Gambar 2 25 Area tengah yang akan dijadikan daerah taman dan fasilitas umum
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015
Hutan pinus yang terdapat di sekitar site dan beberapa yang sudah ditebang untuk pelebaran jalan merupakan lahan milik pemerintah. Beberapa
hasil tebangan dimanfaatkan sebagai material proses konstruksi seperti papan jembatan sementara, bekisting, dan beberapa sisanya dikembalikan ke pemerintah.
Dalam hal ini perancang mengambil kesimpulan bahwa hutan pinus bukanlah sebuah potensi yang harus digunakan pada perancangan ini karena kepemilikan
kayu tebangan yang dimiliki oleh pemerintah.
Universitas Sumatera Utara
58
Gambar 2 26 Hutan Pinus disekitar kawasan permukiman
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015
Gambar 2 27 Papan Pinus yang digunakan untuk membantu proses konstruksi
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015
3. Kondisi Fisik Hunian
Menurut hasil pengamatan, kondisi fisik rumah yang dibangun di Perkampungan Siosar sudah cukup baik terlihat dari segi tampilan maupun
struktur dai rumah itu sendiri. Tipologi rumah di Perkampungan ini sama seperti tipologi perumahan pada umumnya yang memiliki orientasi yang jelas, pola
Universitas Sumatera Utara
59
rumah yang dibuat mengikuti pola grid, dan sebagainya. Struktur dan konstruksi rumah juga sama seperti rumah-rumah pada umumnya yang menggunakan
material babtu bata, pondasi batu kali, dan lainnya yang mengacu pada konstruksi yang aman.
Beberapa alasan yang menjadi dasar pemikiran mengenai hunian di perkampungan ini adalah persoalan kenyamanan dan apakah masyarakat dapat
betah untuk tinggal di permukiman ini dengan lingkungan yang berbeda dari hunian sebelumnya. Faktor lain adalah perbedaan dari jenis material hunian dan
karakteristik permukiman. Dari alasan-alasan diatas maka dibutuhkan adanya kajian terhadap tipologi
hunian awal masyarakat , penggunaan material dan karakteristik dari permukiman sebelumnya.
Gambar 2 28 Bentuk Hunian masyarakat Korban Gunung Sinabung
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015
Universitas Sumatera Utara
60
Gambar 2 29 Hunian bagi masyarakat korban bencana Gunung Sinabung
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015
Gambar 2 30 Proses Konstruksi Perkampungan Siosar
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015
3. Tinjauan 3 Desa
Untuk peninjauan tiga desa Desa Bekerah, Desa Simacem dan Desa Sukameriah tidak dilakukan secara langsung disebabkan oleh ketiga desa ini
masih dalam zona yang tidak aman untuk aktivitas manusia. Dengan kondisi ini
Universitas Sumatera Utara
61
maka peninjauan 3 desa hanya ditinjau melalui media elektronik, media cetak, buku dan berita koran.
Peninjauan tiga desa ini dilakukan untuk menyesuaikan perancangan dalam kawasan perkumiman Siosar yang akan dirancang dengan aspek-aspek
yang ada pada tiga desa tersebut sehingga warga akan merasa nyaman dan lebih mudah beradaptasi pada lingkungan hidup yang baru.
1. Jenis Desa
Tabel 2 2 Tabel Klasifikasi Desa
Sumber : BPS Kab. Karo
Universitas Sumatera Utara
62
Untuk memahami kondisi dan kehidupan masyarakat pada hunian sebelumnya maka mengetahui dan memahami jenis dari ketiga desa menjadi hal
yang sangat penting. Pemahaman ini dapat membantu perancang untuk memahami kehidupan masyarakat dari segi ekonomi, kepengurusan desa, dan
sistem kepercayaan.
2. Konteks Masyarakat
Gambar 2 31 Skema masyarakat bagian 1
Konteks masyarakat ditinjau melalui suku, agama, dan psikologi masyarakat didapat dari Pemerintahan Karo. Mengingat kawasan ini merupakan
salah satu kawasan di Kabupaten Karo, maka suku terbesar dari masyarakat kawasan ini 70 merupakan suku karo dan 30 sisanya merupakan suku lainnya.
Universitas Sumatera Utara
63
Agama terbesar yang dianut masyarakat adalah agama Kristen dengan persentase 65 dan sisanay adalah agama Islam dengan persentase 35.
Masyarakat digolongkan dalam 3 kelompok usia yakni dewasa, remaja dan anak-anak. Penilaian psikologi anak-anak akibat bencana vulkanik menyebabkan
melemahnya motivasi belajar dan mereka membutuhkan figuritas serta kegiatan keagamaan yang bermanfaat sehingga anak-anak bisa kembali bersemangat dalam
menjalakan aktivitasnya. Berbeda dengan anak-anak, kendala yang dihadapai oleh remaja adalah proses pencarian jati diri yang rusak dan kurangnya kegiatan yang
bermanfaat. Untuk orang dewasa, penurunan psikologis yang harus dihadapi adalah trauma akan kehilangan keluarga, situasi tempat yang dirasa kurang
nyaman dan ketidakjelasan dari aktivitas sehari-hari. Penurunan psikologis yang sudah pasti dihadapi oleh semua kalangan adalah trauma, sedih dan depresi.
Gambar 2 32 Skema masyarakat bagian 2
Universitas Sumatera Utara
64
Konteks masyarakat lainnya terlihat pada budaya masyarakat dalam hal mata pencaharian dan kehidupan sosial. Beberapa mata pencaharian masyarakat
sebelumnya adalah bercocok tanam, beternak, berdagang, menganyam. Sebagian besar masyarakat bermata pencaharian yang berasal dari ladang maupun berkebun
kopi, cokelat dan jagung. Untuk masyarakat yang berternak umumnya mereka berternak sapi, ayam, kambing dan babi. Dari beberapa mata pencaharian yang
sebagian sudah hilang akibat bencana vulkanik, maka masyarakat membutuhkan mata pencaharian baru untuk kehidupannya.
Selain mata pencaharian, masyarakat sebagai mahluk sosial membutuhkan kehidupan dalam bersosial. Mereka membutuhlan ruang untuk berkumpul atau
bersosialisasi, swadaya bergotong royong, dan ruang besar untuk mengadakan pesta rakyat.
3. Kegiatan Ruang Luar Masyarakat
Selain membutuhkan ruang dalam untuk tempat beristirahat dan melakukan kegiatan yang bersifat lebih privat, masyarakat juga membutuhkan ruang luar
sebagai tempat aktivitas dan interaksi sosial. Ruang luar yang dibutuhkan masyarakat memiliki fungsi dan kegunaan yang berbeda. Masyarakat
membutuhkan ruang untuk ibadah, sosialisasi, tempat mata pencaharian yang dapat dijadikan untuk berkebun, berternak, dan anyam,tempat untuk hiburan
seperti taman bermain dan sarana olahraga,tempat melakukan ritual tradisi,dan tempat yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat untuk bidang pangan,
edukasi, kesehatan.
Universitas Sumatera Utara
65
Gambar 2 33 Skema kegiatan ruang luar masyarakat di tiga desa 5.
Fasilitas Umum dan Fasilitas Sosial a. Balai Masyarakat
Balai masyarakat umumnya digunakan sebagai tempat untuk pertemuan masyarakat, bersosialisasi dan sering digunakan masyarakat untuk acara adat.
Balai masyarakat lebih dikenal dengan sebutan jambur.
Universitas Sumatera Utara
66
Gambar 2 34 Balai Masyarakat
Sumber : https:karonewsupdate.wordpress.com
b. Tempat Ibadah
Tempat ibadah merupaka tempat untuk memenuhi kebutuhan rohani setiap orang. Keberadaan tempat ibadah di kawasan ini tidak berdekatan satu dengan
lainnya.
Gambar 2 35 Tempat ibadah
Sumber : https:karonewsupdate.wordpress.com
c. Fasilitas Penididikan
Fasilitas pendidikan di kawasan ini hanya terdapat sekolah SD dan SMP namun hanya ada di beberapa desa tidak disemua desa. Untuk sekolah tingkat
menengah atas tidak ada ditemukan di kawasan ini. Umumnya anak-anak yang
Universitas Sumatera Utara
67
akan masuk di tingkat SMA akan bersekolah di Kota Medan. Beberapa diantaranya ada yang hanya bersekolah sampai tingkat SMP dan tidak
melanjutkan ke tingkat SMA.
Gambar 2 36 Salah satu SD
Sumber : http:statik.tempo.co
d. Fasilitas Kesehatan
Fasilitas kesehatan yang ada di kawasan ini hanya terdapat Pustu Puskesmas Pembantu yang terdapat di salah satu desa.
2.4.4 Deskripsi Pengguna Pasar Siosar
Berdasarkan hasil survey dan data yang ada, maka diperoleh penggunayang akan menempati kawasan Siosar, antara lain :
Tabel 2 3 Pengguna Pasar
DESA JUMLAH
JIWA JUMLAH
KK JENIS
KELAMIN TINGKAT
PENDIDIK AN JIWA
Laki - Laki
Peremp uan
SD SMP
Sukameriah 450 Jiwa
137 KK 212
238 109
41 Bekerah
338 Jiwa 115 KK
200 138
84 50
Simacem 467 Jiwa
137 KK 248
219 73
35 Jumlah
1255 Jiwa 389 KK
660 595
266 129
Sumber : http:www.karokab.go.id
Universitas Sumatera Utara
68
2.4.5 Peraturan Site
1. Land Use
RDTRK Rencana detail tata ruang kota. Yaitu peruntukan dan syarat
– syarat lain tentang suatu wilayah pada daerah tertentu. Peraturan ini dibuat agar
penggunaan lahan pada suatu kawasan dapat terencana dan teratur. 2.
GSB = Garis Sempadan Bangunan Mengatur jarak batas kapling, bias batas depan, samping atau belakang.
Sering garis sepadan ini hanya depan atau jalan saja, 12 x lebar jalan atau 12 x lebar jalan + 1. GSB ideal yang seharusnya ideal untuk sebuah site
adalah seperti yang di utarakan dalam penjelasan diatas, yaitu: GSB = 12 x 12 + 1 = 7 m
- GSB sebelah Barat jalan masuk utama.
Universitas Sumatera Utara
69
2.5 Studi Banding Proyek Fungsi Sejenis