strukturnya sama sehingga fasanya tidak berubah.Berdasarkan Tabel 4.1. menunjukkan bahwa nilai 2
dari hkl [111] sebesar 25.51300, hkl [211] sebesar 29.65800, dan hkl [311] sebesar 35.57600.Dapat disimpulkan bahwa dari data
LiFe
0.7
Mn
0.2
Ni
0.1
PO
4
C yang didapat ternyata hkl yang sama atau yang serumah yaitu hkl dari [111], hkl [211], dan hkl dari [311]. Karena dari hkl ini terdapat
puncak yang paling tinggi dan yang paling tajam dari hkl yang muncul.
4.2. Hasil Pengujian Morfologi Sampel
Analisa SEM dilakukan pada lembaran katoda LiFe
0.7
Mn
0.2
Ni
0.1
PO
4
C untuk mengetahui struktur morfologi lembaran, distribusi partikel dan porositas.
Pengamatan morfologi pada permukaan sampel dilakukan dengan perbesaran 1000 kali menggunakan SEM
Scanning Electron Microscopy
merk Hitachi tipe SU3500 di Pusat Penelitian Fisika-LIPI. Sampel yang diamati adalah sampel
dengan variasi suhu pengeringan 60
o
C, 70
o
C dan 80
o
C yang dapat dilihat pada Gambar 4.1.
a
b
Universitas Sumatera Utara
c Gambar 4.1. Permukaan sampel lembaran katoda LiFe
0.7
Mn
0.2
Ni
0.1
PO
4
C dengan perbesaran 1000 kali a suhu pengeringan 60
o
C b suhu pengeringan 70
o
C dan c suhu pengeringan 80
o
C
Dari Gambar 4.1 hasil dari SEM dengan perbesaran 1000 kali, dapat dilihat ukuran butir yang tidak beraturan dan poros-poros pori pada lembaran
katoda berfungsi sebagai jalur interkalasideinterkalasi ion lithium yang dimiliki pada morfologi lembaran katoda. Dari ketiga variasi suhu pengeringan pada
gambar diatas dapat dibandingkan mengenai distribusi atau sebaran ukuran butir dan poros yang dimiliki pada tiap-tiap sampel. Pada sampel dengan suhu
pengeringan 60
o
C dapat
dilihat ketidakberaturan
morfologi lembaran
katoda,adanya beberapa ukuran butir besar yang berdiri sendiri tetapi tidak dominan dan tidak tersebar secara merata. Ukuran butir yang berbentuk besar
akan mempersempit luasan
surface area
. Selain itu terlihat pada sampel dengan suhu pengeringan 60
o
C memiliki sedikit poros disebabkab suhu pengeringan 60
o
C dengan waktu 15 menit yang sama maka ikatan antarmuka antara
binder
dan
filler
tidak optimal, dimana mengurangi fungsi kerja PVdF sebagai pengikat yang berperan penting dalam hal membantu menjaga integritas elektroda, juga
memberikan kontak intim antara partikel aditif konduktif untuk meningkatkan konduktifitas elektronik dan peningkatan ketahanan antarmuka.Pada sampel
dengan suhu pengeringan 70
o
C dapat dilihat terjadi hal yang sama dengan sampel suhu pengeringan 60
o
C, yaitu memiliki morfologi yang tidakberaturan karena adanya beberapa ukuran butir yang besar berdiri sendiri dan tidak tersebar secara
Universitas Sumatera Utara
merata,namun memiliki poros yang sedikit lebih banyak dari sampel dengan suhu pengeringan 60
o
C. Pada sampel dengan suhu pengeringan 80
o
C dapat dilihat memiliki ukuran butir yang besar yang berdiri sendiri, tetapi lebih sedikit dan
distribusi ukuran butir tersebar lebih merata dibandingkan sampel dengan suhu pengeringan 60
o
C dan 70
o
C. Sehingga menambah luasan
surface area
yang lebih besar dan memiliki porositas yang begitu luas dan banyak dibandingkan pada
suhu pengeringan 60
o
C dan 70
o
C. Hal ini diartikan bahwa proses difusi ion lithium antar elektroda lebih baik. Jika porositas tinggi maka akan memiliki
konduktifitas yang lebih tinggi pula, yang berarti akan lebih banyak area untuk ion lithium mengalir.
Pada suhu pengeringan 80
o
C, bahan akan semakin cepat kering maka partikel bahan semakin homogen, ikatan antarmuka antara
binder
dan
filler
lebih baik. Selain itu DMAC yang terkandung dalam bahan akan semakin cepat
menguap, sehingga dalam proses penguapan tersebut partikel-partikel bahan akan bergerak dan menyebabkan ikatan antar penyusun menyatu. Hal ini
mempengaruhi struktur permukaan lembaran katoda.
4.3. Hasil dan Analisa Pengujian EIS