Masalah utama sampai saat ini yang masih memerlukan perhatian adalah kebanyakan masyarakat Indonesia belum mengetahui mengapa harus dilakukan
sirkumsisi dan apa dampaknya bagi kesehatan, misalnya seperti dampak sirkumsisi terhadap pencegahan penyakit menular seksual Rediger
,
2013 .
Angka penyakit menular seksual di Indonesia, khususnya Sumatera Utara, terus
meningkat tajam. Salah satu contohnya adalah HIVAIDS pada tahun 2012 mencapai 6.430 kasus yang pada tahun sebelumnya adalah 3.237 kasus Dinas
Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, 2012. Sirkumsisi dapat dilakukan sebagai salah satu cara untuk mencegah penyakit menular seksual.
Berdasarkan latar belakang di atas, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana tingkat pengetahuan orang tua tentang sirkumsisi,
khususnya pada penduduk di Kelurahan Binjai Estate. Dengan demikian, dapat diketahui apakah terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan orang tua tentang
sirkumsisi terhadap tindakan sirkumsisi.
1.2. Rumusan Masalah
Latar belakang yang telah diuraikan di atas memberikan dasar bagi peneliti untuk merumuskan masalah penelitian yaitu “Bagaimana hubungan tingkat
pengetahuan dan tindakan orang tua tentang sirkumsisi di Kelurahan Binjai
Estate Kecamatan Binjai Selatan. 1.3.
Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan umum
Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan tindakan orang tua
tentang sirkumsisi di Kelurahan Binjai Estate Kecamatan Binjai Selatan. 1.3.2. Tujuan khusus
Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:
1. Mengetahui distribusi pengetahuan orang tua mengenai manfaat
sirkumsisi
Universitas Sumatera Utara
2. Mengetahui distribusi pengetahuan orang tua mengenai indikasi dan
kontraindikasi dilakukannya sirkumsisi 3.
Mengetahui distribusi pengetahuan orang tua mengenai persiapan dalam melakukan sirkumsisi
4. Mengetahui distribusi pengetahuan orang tua mengenai tindakan
pascasirkumsisi 5.
Mengetahui proporsi sirkumsisi di Kelurahan Binjai Estate Kecamatan Binjai Selatan
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat: 1.
Bagi Peneliti Memperdalam pengetahuan peneliti tentang sirkumsisi serta
melatih kemampuan penulis dalam membuat karya tulis ilmiah. 2.
Bagi Masyarakat Menambah wawasan masyarakat tentang sirkumsisi dan manfaatnya
dalam bidang kesehatan 3.
Bagi Pihak Lain Sebagai sumber data dan acuan dalam melaksanakan penelitian-
penelitian selanjutnya.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengetahuan
2.1.1. Definisi
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya mata, hidung, telinga, dan
sebagainya. Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi
terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera
pendengaran telinga, dan indera penglihatan mata Notoatmodjo, 2010. 2.1.2. Cara memperoleh pengetahuan Notoadmojo, 2010
a. Cara tradisional 1.
Trial and Error
Cara ini telah digunakan sebelum adanya kebudayaan, bahkan mungkin sebelum adanya peradaban. Rasa ingin tahu mendorong manusia
untuk mencoba hal baru yang belum diketahui kebenarannya. 2. Kekuasaan Otoritas
Kekuasaan yang dimaksud adalah kebiasaan-kebiasaan dan tradisi- tradisi yang dilakukan oleh generasi sebelumnya dan diwariskan turun
temurun ke generasi-generasi berikutnya. 3. Pengalaman
Pengalaman adalah hal yang telah terjadi pada diri sendiri maupun orang lain. Oleh sebab itu, pengalaman dapat menjadi suatu cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan. 4. Akal Budi Logika
Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara berfikir manusia pun ikut berkembang. Manusia telah mampu menggunakan
penalarannya dalam
memperoleh pengetahuan.
Manusia dapat
Universitas Sumatera Utara
mengintegrasikan informasi yang diperoleh dan menjadikannya sebagai pengetahuan yang baru.
b. Cara modern Cara modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih
sistematis, logis, dan ilmiah.
2.1.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan Dewi Wawan, 2010 a. Faktor Internal
1 Pendidikan Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya hal-hal
yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Menurut YB Mantra yang dikutip Notoatmodjo 2003, pendidikan dapat
mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam
pembangunan Nursalam, 2003 pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi.
2 Pekerjaan Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam 2003, pekerjaan adalah
kebutuhan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga.
3 Umur Menurut Elisabeth BH yang dikutip Nursalam 2003, usia adalah
umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Sedangkan menurut Hurlock 1998 semakin cukup umur, tingkat
kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam dalam berfikir dan bekerja.
Menurut Depkes RI 2009 kategori usia terbagi atas 9 yaitu: 1. Masa balita
: 0-5 tahun 2. Masa kanak-kanak
: 5-11 tahun
Universitas Sumatera Utara
3. Masa remaja awal : 12-16 tahun
4. Masa remaja akhir : 17-25 tahun
5. Masa dewasa awal : 26-35 tahun
6. Masa dewasa akhir : 36-45 tahun
7. Masa lansia awal : 46-55 tahun
8. Masa lansia akhir : 56-65 tahun
9. Masa Manula : 65 tahun ke atas
b. Faktor Eksternal 1 Faktor lingkungan
Menurut Ann Mariner yang dikutip dari Nursalam 2003 lingkungan merupakan suatu kondisi yang ada di sekitar manusia dan pengaruhnya
yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.
2 Sosial Budaya Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi
dari sikap dalam menerima informasi.
2.1.4. Tingkat pengetahuan
Menurut Notoadmojo 2010, pengetahuan memiliki 6 tingkatan: a.
Tahu
Know
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah pelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali
recall
sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini
merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain
menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
b. Memahami
Comprehention
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan
materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,
meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. c.
Aplikasi
Application
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi
rea l
sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum,
rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
d. Analisis
Analysis
Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur
organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan
membuat bagan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
e. Sintesis
Synthesis
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
f. Evaluasi
Evaluation
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu
Universitas Sumatera Utara
didasarkan pada suatu kreteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
Menurut Ircham 2008 penentuan tingkat pengetahuan responden terbagi atas 3 kategori sebagai berikut:
a. Baik: bila subjek mampu menjawab dengan benar 76-100
b. Cukup: bila subjek mampu menjawab dengan benar 56-75
c. Kurang: Bila subjek mampu menjawab dengan benar 40-55
2.2. Sirkumsisi
2.2.1. Definisi Sirkumsisikhitan
circumcision
merupakan proses pemotongan kulit depan atau prepusium penis dengan menyisakan mukosa lapisan dalam kulit dari
sulcus coronarious
ke arah kepala penis, yang bertujuan untuk mencegah timbulnya penumpukan smegma pada penis baik itu dengan alasan sosial, agama
maupun budaya Schoen, 1990. Pendapat lain juga mengatakan bahwa sirkumsisi merupakan tindakan bedah minor yang paling banyak dikerjakan di
seluruh dunia, baik oleh dokter, paramedis ataupun oleh dukun sunat Purnomo, 2003.
2.2.2. Epidemiologi Dalam bidang kesehatan, tidak ada ketetapan batasan umur untuk melakukan
sirkumsisi. Seringkali usia melakukan sirkumsisi dipengaruhi oleh agama maupun budaya setempat. Di Arab Saudi anak disirkumsisi pada usia 3-7 tahun,
di Mesir antara 5 dan 6 tahun, di India 5 dan 9 tahun dan di Iran biasanya umur 4 tahun.Di Indonesia, misalnya Suku Jawa lazimnya melakukan sirkumsisi anak
pada usia sekitar 15 tahun, sedangkan Suku Sunda pada usia 4 tahun Hermana, 2000.
Tabel 2.1. Jumlah Orang yang Sudah Melakukan Sirkumsisi WHO, 2007
Negara Jumlah Juta
Jumlah Orang di Luar Islam
Universitas Sumatera Utara
Persen Jumlah Juta
Angola 3.44
99 3.4
Australia 8.05
98,5 7.5
Canada 11.79
96,9 11.4
Indonesia 84.98
12 10.2
Inggris 24.22
97,3 23.6
Nigeria 28.75
50 17.6
Philipina 14.87
95 27.3
Afrika Selatan 24.22
95.5 14.6
Amerika 115.56
98 113.2
Bisa dilihat dari tabel 2.1 Indonesia hanya 10,2 juta 12 lebih rendah daripada negara lain. Padahal Indonesia merupakan negara dengan jumlah
penduduk beragama Islam terbanyak WHO, 2007.
2.2.3. Anatomi Prepusium
Prepusium adalah lipatan dari kulit penis yang menutupi glans penis. Prepusium pertama kali terbentuk pada minggu ke delapan dalam masa janin.
Dalam 16 minggu, prepusium akan menutupi glans penis. Pada tahapan ini lapisan epidermis prepusium yang menutupi glans akan menyatu dengan
epidermis glans dan disebut
frenulum
. Kedua lapisan epidermis tersebut terdiri dari epitel
squamous
. Prepusium dan glans penis menutupi suatu celah yang kemungkinan akan menjadi kantong pada prepusium. Akhirnya ruang yang
terbentuk pada prepusium adalah hasil dari suatu proses
desquamation
, dan prepusium perlahan-lahan akan terpisah dengan glans.
Pada saat lahir, kebanyakan proses
desquamation
belum sempurna, dan prepusium tidak dapat ditarik karena masih menyatu dengan glans penis. Pada
Universitas Sumatera Utara
umumnya pemisahan prepusium dengan glans penis terjadi saat pubertas Gairdner, 1949.
Gambar 2.1 Foreskin McCoombe and Short, 2006 Prepusium memiliki dua fungsi utama. Pertama, prepusium berfungsi untuk
melindungi glans penis. Kedua, prepusium adalah bagian sensoris utama pada penis Kim D, 2007.
2.2.4. Indikasi Sirkumsisi
a. Agama
Sirkumsisi dalam agama Yahudi dilakukan pada bayi laki-laki berumur 8 tahun. Hal ini dilakukan karena adanya suatu perjanjian antara Abraham dan
Tuhan bahwa semua bangsa Yahudi harus melakukan sirkumsisi Johnson, 1993. Dalam agama Islam, sirkumsisi dilakukan sebagai tuntunan syariat Islam
yang dilakukan pada laki-laki maupun perempuan Thomas, 2003. b.
Medis 1.
Fimosis Fimosis adalah keadaan dimana prepusium tidak dapat ditarik ke belakang
untuk membuka seluruh bagian glans penis Cathcart P
et al
, 2006. 2.
Parafimosis Parafimosis adalah keadaan dimana prepusium dapat ditarik ke belakang,
tetapi tidak dapat kembali ke depan dan akhirnya menjepit penis sehingga menyebabkan pembengkakan Rickwood AM, 1999
Universitas Sumatera Utara
3. Balanopostitis
Balanopostitis adalah suatu inflamasi mukosa permukaan pada prepusium yang terjadi secara akut ataupun kronik Rickwood AM, 1999.
4.
Balanitis xerotica obliterans Balanitis xerotica obliterans
adalah suatu sklerosis kronik dan proses atropi dari glans penis maupun prepusium. Keadaan ini juga menjadi faktor risiko
terjadinya suatu kanker penis dan satu-satunya indikasi absolut pada sirkumsisi Holman JR, 1999.
5. Indikasi yang jarang
Tumor-tumor pada prepusium, kulit frenulum yang terlalu berlebihan maupun terlalu sedikit melekat Holman JR, 1999.
2.2.5. Kontraindikasi
Pada sirkumsisi terdapat beberapa kontraindikasi Hammond T, 1999: 1
Hipospadi dan kelainan kongenital penis lainnya, seperti epispadia 2
Chordee
bagian ventral penis yang mengalami angulasi 3
Buried penis
penis yang berukuran normal namun seperti tertanam dibawah abdomen, paha, atau skrotum.
4 Bayi yang sakit dan dalam kondisi yang tidak stabil
5
Jaundice
ataupun ikterus 6
Riwayat kelainan perdarahan pada keluarga 7
Fasilitas dan tenaga kesehatan yang tidak memadai
2.2.6. Prinsip dasar dalam melakukan sirkumsisi
Sirkumsisi dilakukan harus sesuai dengan beberapa prinsip dasar, yaitu: 1.
Asepsis 2.
Pengangkatan kulit prepusium secara adekuat 3.
Hemostasis yang baik 4.
Kosmetik
Universitas Sumatera Utara
Sirkumsisi pada neonatus 1 bulan dapat dikerjakan tanpa menggunakan anastesi, sedangkan anak yang lebih besar harus dengan anastesi umum. Hal ini
dilakukan untuk menghindari terjadinya trauma psikologis Purnomo, 2003. Metode sirkumsisi pada anak maupun dewasa
1. Persiapan pasien
1. Rambut di sekitar penis pubes dicukur
2. Penis dan sekitarnya dibersihkan dengan air sabun
3. Perlu dilakukan pendekatan agar tidak cemas dan gelisah
4. Periksa apakah pasien mempunyai riwayat alergi terhadap obat
dan riwayat penyakit terdahulu Bachsinar, 1993. 2.
Teknik dalam sirkumsisi Teknik sirkumsisi yang paling sering digunakan adalah dorsumsisi dan
klasik WHOUNAIDSJHPIEGO,
2008. Prosedur
tindakan sirkumsisi adalah, sebagai berikut:
1 Disinfeksi lapangan operasi dengan povidon yodium
2 Daerah operasi ditutup dengan kain steril
3 Pada anak yang lebih besar atau dewasa, pembiusan dilakukan
dengan memaki anasteri local dengan menyuntikkan obat pada basis penis . obat anastesi disuntikkan dengan cara di bawah
kulit dan melingakar basis ilfiltrasi di bawah kulit dan melingkari bawah kulit. Kemudian ditunggu beberapa saat dan
dinyakinkan bahwa batang penis sudah terbius. 4
Jika terjadi fimosis, dilakukan dilatasi dulu dengan klem sehinggga prepusium dapat ditarik ke proksimal. Selanjutnya
prepusium dibebaskan dari perekatannya dengan
glands penis
dan dibersihkan dari smegma atau kotoran lain. 5
Pemotongan prepusium B Purnomo, 2003. Dorsumsisi adalah teknik sirkumsisi dengan cara memotong prepusium pada
jam 12, sejajar dengan sumbu panjang penis kearah proksimal, kemudian dilakukan
Universitas Sumatera Utara
petongan melingkar ke kiri dan ke kanan sepanjang sulkus koronarius glandis. Cara ini lebih dianjurkan, karena dianggap lebih etis dibanding cara
guilotin
. Dengan sering berlatih melakukan cara ini, maka akan semakin terampil, sehingga hasil yang
didapat juga lebih baik Bachsinar, 1993. Keuntungan dengan menggunakan teknik dorsumsisi adalah:
1 Kelebihan mukosa-kulit bisa diatur.
2 Tidak terdapat insisi mukosa yang berlebihan seperti cara
guilotin
. 3
Kemungkinan melukai glands penis dan merusak frenulum prepusium lebih kecil.
4 Pendarahan mudah dilatasi, karena insisi dilakukan bertahap
Kerugian dengan menggunakan teknik dorsumsisi adalah: 1
Tekniknya lebih rumit dibandingakan cara
guilotin
2 Bila tidak terbiasa, insisi tidak rata
3 Memerlukan waktu relatif lebih lama dibandingkan
guilotin
Bachsinar, tahun 1993
Cara kerja dalam melakukan teknik dorsumsisi adalah: 1
Prepsium dijepit pada jam 11, 1 dan 6 2
Prepusium diinsisi di antara jam 11 dan 1 ke arah sulkus koronarius glandis, sisakan mukosa-kulit 2-3 mm dari bagian distal sulkus; pasanglah tali kendali
3 Insisi melingkar ke kiri dan ke kanan sejajar sulkus
4 Pada frenulum prepusim insisi dibuat agak runcing membentuk segitiga
5 Perdarahan dirawat
6 Buatlah tali kendali pada jam 3 dan 9
7 Lakukan penjahitan frenlum-kulit dengan jahitan berbetuk angka 8.
8 Lakukan penjahitan mukosa-kulit di sekeliling penis Purnomo, 2003
Pada dorsumsisi perlu diperhatikan:
Universitas Sumatera Utara
1 Ukurlah mukosa-kulit pada pemotongan antara jam 11 dan 1 sebagai patokan
pada insisi ke lateral 2
Pada insisi ke lateral, kulit-mukosa tak boleh terlalu ditarik karena sisa mukosa dapat menjadi terlalu sedikit, yang mempersulit penjahitan
3 Ikatan plain cat-gut pada perwatan perdarahaan dilakukan minimal tiga kali,
untuk mencegah terlepasnya benang dari simpul 4
Pada penjahitan keliling, jahitan harus serapat mungkin, tidak boleh terdapat tumpang tindih Purnomo, 2003.
Gambar 2.2. Dorsumsisi Purnomo, 2003 Setelah dilakukan tindakan sirkumsisi, perlu diperhatikan perawatan
pascasirkumsisi. Ada beberapa perawatan yang harus dilakukan pasca operasi, yaitu:
1. Obat analgesik dan antibiotik
Segera setelah disirkumsisi sebaiknya meminum obat analgesik penghilang nyeri untuk menghindarkan rasa sakit setelah obat anestesi lokal yang disuntikkan
habis diserap tubuh. Umumnya obat anestesi mampu bertahan antara satu jam sampai satu setengah jam setelah disuntikkan. Diharapkan setelah obat bius tersebut habis
masa kerjanya maka dapat tergantikan dengan obat Analgesik.
Universitas Sumatera Utara
Obat antibiotik juga sebaiknya diminum secara teratur umumnya diberikan untuk 5-10 hari agar tidak terjadi infeksi yang pada akhirnya akan menghambat
penyembuhan luka khitan.
2. Menjaga daerah alat kelamin tetap bersih dan kering
a Menggunakan celana yang tidak ketat untuk menghindari gesekan.
b Membersihkan uretra eksternal secukupnya secara perlahan setiap selesai
buang air kecil tanpa mengenai bekas sirkumsisi. c
Membersihkan penis dari bercak-bercak darah yang menggumpal seperti borok dengan menggunakan iodine atau rivanol.
d Jika sudah lebih dari 3 hari maka bekas luka sirkumsisi boleh dibersihkan
dengan air hangat dengan cara masukkan kassa steril ke dalam air hangat lalu peras dan bersihkan secara perlahan “bekas darah” sampai terlepas.
3. Bengkak pada alat kelamin merupakan kejadian normal
Bekas suntikan obat anestesibius di pangkal penis terutama bagian atas terkadang dapat menimbulkan bengkak yang sebenarnya akan diserap sendiri oleh
tubuh dalam waktu 1-2 minggu. Jika dirasakan mengganggu, bengkak dapat dikompres selama 5-10 menit dengan kassa yang dicelupkan air hangat 2 kali dalam
sehari. Perlakuan ini dapat dilakukan mulai 2 hari setelah sirkumsisi dan usahakan air
tersebut tidak mengenai lukanya. 4. Mengatur Makanan
Sebenarnya tidak ada pantangan makanan tertentu yang khusus untuk pasien sirkumsisi. Ikan, telur dan daging bukan suatu “larangan untuk dimakan” karena hal
t ersebut hanyalah “mitos” yang salah dan banyak berkembang di masyarakat.
Sebaliknya kandungan vitamin dan protein yang terkandung dalam makanan tersebut diperlukan tubuh untuk membantu proses penyembuhan luka agar lebih cepat kering.
Ikan, telur dan dagin g hanyalah pantangan bagi mereka yang memang “alergi”
terhadap makanan tersebut. Cirinya adalah setiap kali orang tersebut mengkonsumsi makanan tersebut maka menyebabkan reaksi alergi gatal, bentol, dan lain-lain dan
Universitas Sumatera Utara
hal tersebut sudah berlangsung lama semenjak lahirkecil dan bukan pada saat proses khitan saja.
5. Tidak perlu berlebihan
Biasanya orang yang terlalu khawatir akan penyembuhan luka pasca sirkumsisi menggunakan berbagai obat ataupun salep secara berlebihan. Hal ini justru
sangat tidak dianjurkan karena bisa menjadi kotoran yang berdampak pada infeksi bila tidak rajin dibersihkan. Selama 4-5 hari setelah sirkumsisi sebaiknya mandi
dengan cara dilap tubuhnya. Setelah waktu itu jika luka khitan sudah kering maka diperbolehkan mandi dengan air seperti biasanya.Gunakanlah sabun secukupnya dan
tidak berlebihan agar tidak menyebabkan perih apabila mengenai bekas luka khitan.
6. Usahakan tidak bergerak terlalu aktif
Istirahat untuk beberapa hari sangat diperlukan untuk menghindari bengkak oedem yang berlebihan. Kalau memang harus berjalan, tidak apa-apa seperlunya.
Yang penting jangan melakukan aktifitas yang berlebihan seperti melompat-lompat atau berlari-lari. Hubungan seksual juga sebaiknya ditahan sampai penisnya sembuh
total, yaitu sekitar satu setengah bulan.
7. Kontrol dan Melepas Perban
Penggantian perban dapat dilakukan setiap 2-3 hari tergantung perkembangan luka khitan. Jika anda sudah mahir hal tersebut dapat dilakukan sendiri di rumah. Jika
merasa kesulitan sebaiknya dibawa ke dokter. Lakukan kontrol rutin ke dokter yang melakukan sirkumsisi pada hari ketiga
dan pada hari kelima-ketujuh. Apabila luka sirkumsisi sudah betul-betul kering maka perban bisa dilepaskan secara total. Sebelumnya lakukan pemberian air hangat,
baby oil
atau minyak kelapa pada perban dengan cara meneteskan secukupnya. Hal ini berguna untuk melunakkan kulit luka dan perban, sehingga mudah dilepaskan. Jika
diperlukan, pelepasan perban dapat dibantu dengan penggunaan anastesi spray untuk mengurangi nyeri Hana, 2008.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI
OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:
Variabel Independen Variabel Dependen
3.2. Definisi Operasional
Untuk memudahkan pemahaman dan pengukuran setiap variabel dalam penelitian, maka setiap variabel harus dirumuskan secara operasional. Adapun
definisi operasional dari penelitian ini adalah sebagai berikut: Tabel 3.1. Definisi operasional variabel penelitian
Variabel Definisi
Operasional Cara
Ukur Alat Ukur Hasil Ukur
Skala
Pengetahuan orang tua
tentang sirkumsisi
Pengetahuan yang dimiliki ibu dan
atau ayah yang berkaitan dengan
sirkumsisi dan implikasinya
Angket Kuesioner
Baik: 76- 100
Cukup: 56- 75
Kurang: 40-55 Kategorik
Pengetahuan Orang Tua tentang Sirkumsisi
Tindakan Sirkumsisi
Universitas Sumatera Utara
Tindakan sirkumsisi
Anak laki-laki yang telah
melakukan sirkumsisi
Angket Kuesioner
- Sirkumsisi - Tidak
sirkumsisi Kategorik
3.3. Hipotesis