Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Tindakan Orangtua tentang Sirkumsisi di Kelurahan Binjai Estate Kecamatan Binjai Selatan
Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Tindakan Orang Tua tentang Sirkumsisi di Kelurahan Binjai Estate Kecamatan Binjai Selatan
Oleh:
ANGGI YOSEFIN PRATIWI BUTAR BUTAR 120100103
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(2)
Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Tindakan Orang Tua tentang Sirkumsisi di Kelurahan Binjai Estate Kecamatan Binjai Selatan
KARYA TULIS ILMIAH
“Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran”
Oleh:
ANGGI YOSEFIN PRATIWI BUTAR BUTAR 120100103
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(3)
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Penelitian : Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Tindakan Orangtua tentang Sirkumsisi di Kelurahan Binjai Estate Kecamatan Binjai Selatan
Nama : Anggi Yosefin P. Butar Butar
NIM : 120100103
Pembimbing, Penguji I,
dr. Bambang Prayugo, Sp.B dr. Vita Camelia Sp.KJ NIP. 19800228 200501 1 003 NIP. 19780404 200501 2 002
Penguji II,
dr. Bayu Rusfandi Nst, Sp.PD NIP. 19850514 200912 1 002 Medan, Desember 2015
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp. PD-KGEH NIP. 199540220 198011 1 001
(4)
ABSTRAK
Sirkumsisi adalah membuang prepusium penis sehingga glans penis menjadi terbuka. Tujuannya adalah membersihkan glans penis dari berbagai kotoran penyebab penyakit yang mungkin melekat pada glans penis yang masih ada prepusiumnya. Masalah utama sampai saat ini yang masih memerlukan perhatian adalah kebanyakan masyarakat Indonesia belum mengetahui mengapa harus dilakukan sirkumsisi dan apa dampaknya bagi kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan tindakan orang tua tentang sirkumsisi di Kelurahan Binjai Estate Kecamatan Binjai Selatan.
Penelitian ini menggunakan metode analitik dengan pendekatan cross
sectional. Penelitian ini akan menganalisis dua variabel yaitu pengetahuan tentang
sirkumsisi sebagai variabel independen dan tindakan sirkumsisi sebagai variabel dependen. Data diperoleh dengan cara memberikan kuesioner kepada 173 orang tua dan akan didapatkan tingkat pengetahuan orang tua dengan tiga kategori yaitu baik (76-100%), cukup (56-75%) dan kurang (<56%).
Dari hasil penelitian didapati bahwa tingkat pengetahuan orang tua tentang sirkumsisi 23,1% baik, 43,4% cukup, dan 33,5% kurang. Tindakan sirkumsisi telah silakukan oleh 113 orang (31 pengetahuan baik, 47 pengetahuan cukup, 35 pengetahuan kurang) dan masih ada 60 (9 pengetahuan baik, 28 pengetahuan cukup, 23 pengetahuan kurang) orang yang belum melakukan tindakan sirkumsisi. Hasil analisis menunjukkan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan tindakan sirkumsisi (p value = 0,175).
(5)
ABSTRACT
Circumcision is the removal of the foreskin around the end of the penis as to
expose the penis from the foreskin. When the prepuce still exists, there’s a lot of
disease-causing dirt that attached to the glans penis. The goal of circumcision is to clean the glans penis from the dirt. The main problem nowadays most of Inodnesians do not know why circumcision should be done and what the impact of it to our health. This study is aiming to determine the correlation between knowledge and actions of parents about circumcision in Kelurahan Binjai Estate Kecamatan Binjai Selatan.
This study uses an analytical method with the approaching of cross-sectional. This study will analyze two va riables which are knowledge about circumcision as a n independent variable and circumcision acts a s the dependent va riable. Data obtained by giving questionnaires to 173 pa rents and grouping the level of knowledge from parents into three categories: excellent (76-100%), sufficient (56-75%) and less (< 56%).
From the results of study it showed that level of parental knowledge about circumcision 23,1% good, 43,4% sufficient, and 33,5% less.The act of circumcision has been performed by 113 people 31 well knowledge, 47 sufficient knowledge, 35 less knowledge) and there are 60 of people who have not done circumcision (9 well knowledge, 28 sufficient knowledge, 23 less knowledge). Analyze showed there is no significant relationship between the level of knowledge with action circumcision (p value = 0,175).
(6)
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan proposal karya tulis ilmiah dengan judul: Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Tindakan Orang Tua tentang Sirkumsisi di Kelurahan Binjai Estate Kecamatan Binjai Selatan.
Karya tulis ilmiah ini disusun sebagai tugas akhir untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak – pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan selama proses penyusunan dan penyelesaian proposal penelitian ini, antara lain:
1. Prof. dr. Gontar Siregar, Sp. PD - KGEH, sebagai Dekan Fakultas Kedokteran USU, yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti Program Pendidikan Kedokteran di Fakultas Kedokteran USU.
2. dr. Bambang Prayugo Sp.B, sebagai dosen pembimbing karya tulis ilmiah, yang telah memberikan waktu untuk membimbing saya dalam proses penyusunan dan penyelesaian karya tulis ilmiah ini.
3. Staf pengajar dan pegawai Fakultas Kedokteran USU, yang telah membimbing dan mendidik saya selama mengikuti Program Pendidikan Kedokteran.
4. Orang tua saya yang selalu mendukung, membimbing, dan mendoakan saya dalam menjalani tiap hal yang saya lakukan, termasuk penyusunan dan penyelesaian karya tulis ilmiah ini.
5. Teman-teman Fakultas Kedokteran USU Angkatan 2012 yang telah mendukung dan membantu saya selama proses penyusunan dan penyelesaian karya tulis ilmiah ini.
(7)
6. Seluruh keluarga dan teman yang tidak dapat diucapkan satu per satu, saya ucapkan terima kasih atas segala dukungannya.
Saya menyadari kekurangan yang terdapat dalam karya tulis ilmiah ini. Saya mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan karya tulis ilmiah selanjutnya. Akhir kata, saya ucapkan terima kasih. Semoga Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan berkat dan kurnia-Nya kepada kita semua.
Medan, 7 Desember 2015
Penulis,
Anggi Yosefin P. Butar Butar
(8)
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan... i
Abstrak... ii
Abstract... iii
Kata Pengantar... iv
Daftar Isi...…... vi
Daftar Tabel... viii
Daftar Gambar... ix
Daftar Istilah... x
Daftar Lampiran... xi BAB I
BAB 2
PENDAHULUAN... 1.1Latar Belakang... 1.2Rumusan Masalah... 1.3Tujuan Penelitian... 1.4Manfaat Penelitian... TINJAUAN PUSTAKA... 2.1 Pengetahuan...
2.1.1 Definisi... 2.1.2 Cara Memperoleh Pengetahuan... 2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan.... 2.1.4 Tingkat Pengetahuan... 2.2 Sirkumsisi... 2.2.1 Definisi... 2.2.2 Epidemiologi... 2.2.3 Anatomi Prepusium... 2.2.4 Indikasi Sirkumsisi... 2.2.5 Kontraindikasi... 1 1 2 2 3 4 4 4 4 5 6 8 8 8 9 10 11
(9)
BAB 3
BAB 4
BAB 5
BAB 6
2.2.6 Prinsip Dasar dalam Melakukan Sirkumsisi... KERANGKA PENELITIAN DAN DEFENISI
OPERASIONAL... 3.1 Kerangka Konsep Penelitian... 3.2 Defenisi Operasional... 3.3 Hipotesis... METODE PENELITIAN... 4.1 Rancangan Penelitian... 4.2 Waktu dan Lokasi Penelitian... 4.3 Populasi dan Sampel Penelitian... 4.4 Metode Pengumpulan Data... 4.5 Pengolahan dan Analisis Data... HASIL DAN PEMBAHASAN... 5.1 Hasil Penelitian... 5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian... 5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden... 5.1.3 Hasil Analisis Statistik... 5.1.3.1 Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Tindakan Sirkumsisi... 5.2 Pembahasan... 5.2.1 Karakteristik Responden... 5.2.2 Hubungan Tingkat Pengetahuan terhadap Tindakan Sirkumsisi... KESIMPULAN DAN SARAN... 6.1 Kesimpulan... 6.2 Saran... DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 11 17 17 17 18 19 19 19 19 21 21 22 22 22 22 25 26 31 31 31 33 33 33
(10)
Nomor
DAFTAR TABEL
2.1 Jumlah Orang yang Telah Melakukan Sirkumsisi
Berdasarkan Data WHO tahun 2007... 3.1 Definisi Operasional Penelitian...
5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis
Kelamin... 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia... 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Agama... 5.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Anak Laki-laki... 5.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan... 5.7 Deskripsi Frekuensi Tindakan Sirkumsisi... 5.8 Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Tindakan
Sirkumsisi... 5.9 Hubungan Agama dengan Tindakan Sirkumsisi... 5.10 Hubungan Agama dengan Tingkat Pengetahuan
Sirkumsisi... 5.11 Hubungan Umur Anak Laki-laki dengan Tindakan
Sirkumsisi... 5.12 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Hasil
Kuesioner... Halaman 9 17 22 23 24 24 25 25 26 26 27 27 28 29
(11)
Nomor
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Foreskin... Gambar 2.2 Dorsumsisi...
Halaman 10 14
(12)
DAFTAR ISTILAH
Singkatan Penerangan
Analgesik Obat penahan rasa sakit Desquamation Pelepasan elemen epitel
HIV/AIDS Human Immunodeficiency Virus/ Acquired Immune Deficiency Syndrome
Prepusium Lipatan dari kulit penis yang menutupi glans penis SPSS Statistical Product for the Social Sciences
(13)
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 2 Lembar Penjelasan
Lampiran 3 Lembar Persetujuan Subjek Penelitian Lampiran 4 Kuesioner
Lampiran 5 Uji Validitas Kuesioner Lampiran 6 Uji Reliabilitas Kuesioner Lampiran 7 Data Induk Responden Lampiran 8 Output SPSS
Lampiran 9 Surat Persetujuan Ethical Clearance Lampiran 10 Surat Keterangan Penelitian
(14)
ABSTRAK
Sirkumsisi adalah membuang prepusium penis sehingga glans penis menjadi terbuka. Tujuannya adalah membersihkan glans penis dari berbagai kotoran penyebab penyakit yang mungkin melekat pada glans penis yang masih ada prepusiumnya. Masalah utama sampai saat ini yang masih memerlukan perhatian adalah kebanyakan masyarakat Indonesia belum mengetahui mengapa harus dilakukan sirkumsisi dan apa dampaknya bagi kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan tindakan orang tua tentang sirkumsisi di Kelurahan Binjai Estate Kecamatan Binjai Selatan.
Penelitian ini menggunakan metode analitik dengan pendekatan cross
sectional. Penelitian ini akan menganalisis dua variabel yaitu pengetahuan tentang
sirkumsisi sebagai variabel independen dan tindakan sirkumsisi sebagai variabel dependen. Data diperoleh dengan cara memberikan kuesioner kepada 173 orang tua dan akan didapatkan tingkat pengetahuan orang tua dengan tiga kategori yaitu baik (76-100%), cukup (56-75%) dan kurang (<56%).
Dari hasil penelitian didapati bahwa tingkat pengetahuan orang tua tentang sirkumsisi 23,1% baik, 43,4% cukup, dan 33,5% kurang. Tindakan sirkumsisi telah silakukan oleh 113 orang (31 pengetahuan baik, 47 pengetahuan cukup, 35 pengetahuan kurang) dan masih ada 60 (9 pengetahuan baik, 28 pengetahuan cukup, 23 pengetahuan kurang) orang yang belum melakukan tindakan sirkumsisi. Hasil analisis menunjukkan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan tindakan sirkumsisi (p value = 0,175).
(15)
ABSTRACT
Circumcision is the removal of the foreskin around the end of the penis as to
expose the penis from the foreskin. When the prepuce still exists, there’s a lot of
disease-causing dirt that attached to the glans penis. The goal of circumcision is to clean the glans penis from the dirt. The main problem nowadays most of Inodnesians do not know why circumcision should be done and what the impact of it to our health. This study is aiming to determine the correlation between knowledge and actions of parents about circumcision in Kelurahan Binjai Estate Kecamatan Binjai Selatan.
This study uses an analytical method with the approaching of cross-sectional. This study will analyze two va riables which are knowledge about circumcision as a n independent variable and circumcision acts a s the dependent va riable. Data obtained by giving questionnaires to 173 pa rents and grouping the level of knowledge from parents into three categories: excellent (76-100%), sufficient (56-75%) and less (< 56%).
From the results of study it showed that level of parental knowledge about circumcision 23,1% good, 43,4% sufficient, and 33,5% less.The act of circumcision has been performed by 113 people 31 well knowledge, 47 sufficient knowledge, 35 less knowledge) and there are 60 of people who have not done circumcision (9 well knowledge, 28 sufficient knowledge, 23 less knowledge). Analyze showed there is no significant relationship between the level of knowledge with action circumcision (p value = 0,175).
(16)
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Sirkumsisi adalah membuang prepusium penis sehingga glans penis menjadi terbuka (Purnomo, 2003). Tindakan ini merupakan prosedur bedah minor yang paling sering dilakukan di seluruh dunia terutama pada laki-laki. Secara medis sirkumsisi dilakukan untuk menjaga kesehatan seksual dan mencegah penyakit menular seksual (Ferris et al, 2010). Tujuannya adalah membersihkan glans penis dari berbagai kotoran penyebab penyakit yang mungkin melekat pada glans penis yang masih ada prepusiumnya.
Sirkumsisi, yang lebih dikenal dengan istilah “sunat”, adalah tuntunan syariat Islam yang sangat mulia dan disyariatkan baik untuk laki-laki maupun perempuan. Tidak hanya dalam agama Islam, tetapi agama lain seperti Yahudi dan Nasrani juga mengenal sirkumsisi dalam ajarannya. Agama lainnya sekarang juga banyak menjalani sirkumsisi karena terbukti memberikan manfaat terhadap banyak masalah kesehatan (Hana, 2010).
WHO (2007) mencatat bahwa di seluruh dunia 30% laki-laki usia 15 tahun ke atas telah melakukan sirkumsisi, dimana dua pertiganya (69%) adalah Muslim, 0,8% Yahudi, dan 13% non-Muslim dan non-Yahudi. Sirkumsisi pada neonatus juga sering dilakukan Israel, Amerika, Canada, Australia, dan New Zealand, dan banyak dilakukan di negara-negara Asia Tengah dan Afrika Barat, tetapi jarang di negara-negara Timur maupun Afrika Selatan.
Indonesia merupakan negara bagian timur yang mayoritas penduduknya adalah muslim, dimana sirkumsisi dilakukan paling sering pada usia 5-12 tahun. Banyaknya anak laki-laki yang telah melakukan sirkumsisi di Indonesia adalah 85% (8,7 juta). Dari angka tersebut 25% (2,5 juta) adalah non-muslim (WHO, 2007).
(17)
Masalah utama sampai saat ini yang masih memerlukan perhatian adalah kebanyakan masyarakat Indonesia belum mengetahui mengapa harus dilakukan sirkumsisi dan apa dampaknya bagi kesehatan, misalnya seperti dampak sirkumsisi terhadap pencegahan penyakit menular seksual (Rediger, 2013). Angka penyakit menular seksual di Indonesia, khususnya Sumatera Utara, terus meningkat tajam. Salah satu contohnya adalah HIV/AIDS pada tahun 2012 mencapai 6.430 kasus yang pada tahun sebelumnya adalah 3.237 kasus (Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, 2012). Sirkumsisi dapat dilakukan sebagai salah satu cara untuk mencegah penyakit menular seksual.
Berdasarkan latar belakang di atas, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana tingkat pengetahuan orang tua tentang sirkumsisi, khususnya pada penduduk di Kelurahan Binjai Estate. Dengan demikian, dapat diketahui apakah terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan orang tua tentang sirkumsisi terhadap tindakan sirkumsisi.
1.2. Rumusan Masalah
Latar belakang yang telah diuraikan di atas memberikan dasar bagi peneliti untuk merumuskan masalah penelitian yaitu “Bagaimana hubungan tingkat pengetahuan dan tindakan orang tua tentang sirkumsisi di Kelurahan Binjai Estate Kecamatan Binjai Selatan.
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan umum
Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan tindakan orang tua tentang sirkumsisi di Kelurahan Binjai Estate Kecamatan Binjai Selatan.
1.3.2. Tujuan khusus
Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:
1. Mengetahui distribusi pengetahuan orang tua mengenai manfaat sirkumsisi
(18)
2. Mengetahui distribusi pengetahuan orang tua mengenai indikasi dan kontraindikasi dilakukannya sirkumsisi
3. Mengetahui distribusi pengetahuan orang tua mengenai persiapan dalam melakukan sirkumsisi
4. Mengetahui distribusi pengetahuan orang tua mengenai tindakan pascasirkumsisi
5. Mengetahui proporsi sirkumsisi di Kelurahan Binjai Estate Kecamatan Binjai Selatan
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat: 1. Bagi Peneliti
Memperdalam pengetahuan peneliti tentang sirkumsisi serta melatih kemampuan penulis dalam membuat karya tulis ilmiah. 2. Bagi Masyarakat
Menambah wawasan masyarakat tentang sirkumsisi dan manfaatnya dalam bidang kesehatan
3. Bagi Pihak Lain
Sebagai sumber data dan acuan dalam melaksanakan penelitian-penelitian selanjutnya.
(19)
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan
2.1.1. Definisi
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran (telinga), dan indera penglihatan (mata) (Notoatmodjo, 2010). 2.1.2. Cara memperoleh pengetahuan (Notoadmojo, 2010)
a. Cara tradisional
1. Trial and Error
Cara ini telah digunakan sebelum adanya kebudayaan, bahkan mungkin sebelum adanya peradaban. Rasa ingin tahu mendorong manusia untuk mencoba hal baru yang belum diketahui kebenarannya.
2. Kekuasaan (Otoritas)
Kekuasaan yang dimaksud adalah kebiasaan-kebiasaan dan tradisi-tradisi yang dilakukan oleh generasi sebelumnya dan diwariskan turun temurun ke generasi-generasi berikutnya.
3. Pengalaman
Pengalaman adalah hal yang telah terjadi pada diri sendiri maupun orang lain. Oleh sebab itu, pengalaman dapat menjadi suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan.
4. Akal Budi (Logika)
Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara berfikir manusia pun ikut berkembang. Manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuan. Manusia dapat
(20)
mengintegrasikan informasi yang diperoleh dan menjadikannya sebagai pengetahuan yang baru.
b. Cara modern
Cara modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah.
2.1.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan (Dewi & Wawan, 2010) a. Faktor Internal
1) Pendidikan
Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Menurut YB Mantra yang dikutip Notoatmodjo (2003), pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan (Nursalam, 2003) pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi.
2) Pekerjaan
Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam (2003), pekerjaan adalah kebutuhan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga.
3) Umur
Menurut Elisabeth BH yang dikutip Nursalam (2003), usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Sedangkan menurut Hurlock (1998) semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam dalam berfikir dan bekerja.
Menurut Depkes RI (2009) kategori usia terbagi atas 9 yaitu: 1. Masa balita : 0-5 tahun
(21)
3. Masa remaja awal : 12-16 tahun 4. Masa remaja akhir : 17-25 tahun 5. Masa dewasa awal : 26-35 tahun 6. Masa dewasa akhir : 36-45 tahun 7. Masa lansia awal : 46-55 tahun 8. Masa lansia akhir : 56-65 tahun 9. Masa Manula : 65 tahun ke atas b. Faktor Eksternal
1) Faktor lingkungan
Menurut Ann Mariner yang dikutip dari Nursalam (2003) lingkungan merupakan suatu kondisi yang ada di sekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.
2) Sosial Budaya
Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi.
2.1.4. Tingkat pengetahuan
Menurut Notoadmojo (2010), pengetahuan memiliki 6 tingkatan: a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah pelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.
(22)
b. Memahami (Comprehention)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
c. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi rea l (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu
(23)
didasarkan pada suatu kreteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
Menurut Ircham (2008) penentuan tingkat pengetahuan responden terbagi atas 3 kategori sebagai berikut:
a. Baik: bila subjek mampu menjawab dengan benar 76%-100% b. Cukup: bila subjek mampu menjawab dengan benar 56%-75% c. Kurang: Bila subjek mampu menjawab dengan benar 40%-55% 2.2. Sirkumsisi
2.2.1. Definisi
Sirkumsisi/khitan (circumcision) merupakan proses pemotongan kulit depan atau prepusium penis dengan menyisakan mukosa (lapisan dalam kulit) dari
sulcus coronarious ke arah kepala penis, yang bertujuan untuk mencegah
timbulnya penumpukan smegma pada penis baik itu dengan alasan sosial, agama maupun budaya (Schoen, 1990). Pendapat lain juga mengatakan bahwa sirkumsisi merupakan tindakan bedah minor yang paling banyak dikerjakan di seluruh dunia, baik oleh dokter, paramedis ataupun oleh dukun sunat (Purnomo, 2003).
2.2.2. Epidemiologi
Dalam bidang kesehatan, tidak ada ketetapan batasan umur untuk melakukan sirkumsisi. Seringkali usia melakukan sirkumsisi dipengaruhi oleh agama maupun budaya setempat. Di Arab Saudi anak disirkumsisi pada usia 3-7 tahun, di Mesir antara 5 dan 6 tahun, di India 5 dan 9 tahun dan di Iran biasanya umur 4 tahun.Di Indonesia, misalnya Suku Jawa lazimnya melakukan sirkumsisi anak pada usia sekitar 15 tahun, sedangkan Suku Sunda pada usia 4 tahun (Hermana, 2000).
Tabel 2.1. Jumlah Orang yang Sudah Melakukan Sirkumsisi (WHO, 2007)
(24)
Persen % Jumlah (Juta)
Angola 3.44 99 3.4
Australia 8.05 98,5 7.5
Canada 11.79 96,9 11.4
Indonesia 84.98 12 10.2
Inggris 24.22 97,3 23.6
Nigeria 28.75 50 17.6
Philipina 14.87 95 27.3
Afrika Selatan 24.22 95.5 14.6
Amerika 115.56 98 113.2
Bisa dilihat dari tabel 2.1 Indonesia hanya 10,2 juta (12%) lebih rendah daripada negara lain. Padahal Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk beragama Islam terbanyak (WHO, 2007).
2.2.3. Anatomi Prepusium
Prepusium adalah lipatan dari kulit penis yang menutupi glans penis. Prepusium pertama kali terbentuk pada minggu ke delapan dalam masa janin. Dalam 16 minggu, prepusium akan menutupi glans penis. Pada tahapan ini lapisan epidermis prepusium yang menutupi glans akan menyatu dengan epidermis glans dan disebut frenulum. Kedua lapisan epidermis tersebut terdiri dari epitel squamous. Prepusium dan glans penis menutupi suatu celah yang kemungkinan akan menjadi kantong pada prepusium. Akhirnya ruang yang terbentuk pada prepusium adalah hasil dari suatu proses desquamation, dan prepusium perlahan-lahan akan terpisah dengan glans.
Pada saat lahir, kebanyakan proses desquamation belum sempurna, dan prepusium tidak dapat ditarik karena masih menyatu dengan glans penis. Pada
(25)
umumnya pemisahan prepusium dengan glans penis terjadi saat pubertas (Gairdner, 1949).
Gambar 2.1 Foreskin (McCoombe and Short, 2006)
Prepusium memiliki dua fungsi utama. Pertama, prepusium berfungsi untuk melindungi glans penis. Kedua, prepusium adalah bagian sensoris utama pada penis (Kim D, 2007).
2.2.4. Indikasi Sirkumsisi a. Agama
Sirkumsisi dalam agama Yahudi dilakukan pada bayi laki-laki berumur 8 tahun. Hal ini dilakukan karena adanya suatu perjanjian antara Abraham dan Tuhan bahwa semua bangsa Yahudi harus melakukan sirkumsisi (Johnson, 1993). Dalam agama Islam, sirkumsisi dilakukan sebagai tuntunan syariat Islam yang dilakukan pada laki-laki maupun perempuan (Thomas, 2003).
b. Medis 1. Fimosis
Fimosis adalah keadaan dimana prepusium tidak dapat ditarik ke belakang untuk membuka seluruh bagian glans penis (Cathcart P et al, 2006).
2. Parafimosis
Parafimosis adalah keadaan dimana prepusium dapat ditarik ke belakang, tetapi tidak dapat kembali ke depan dan akhirnya menjepit penis sehingga menyebabkan pembengkakan (Rickwood AM, 1999)
(26)
3. Balanopostitis
Balanopostitis adalah suatu inflamasi mukosa permukaan pada prepusium yang terjadi secara akut ataupun kronik (Rickwood AM, 1999).
4. Balanitis xerotica obliterans
Balanitis xerotica obliterans adalah suatu sklerosis kronik dan proses atropi
dari glans penis maupun prepusium. Keadaan ini juga menjadi faktor risiko terjadinya suatu kanker penis dan satu-satunya indikasi absolut pada sirkumsisi (Holman JR, 1999).
5. Indikasi yang jarang
Tumor-tumor pada prepusium, kulit frenulum yang terlalu berlebihan maupun terlalu sedikit melekat (Holman JR, 1999).
2.2.5. Kontraindikasi
Pada sirkumsisi terdapat beberapa kontraindikasi (Hammond T, 1999): 1) Hipospadi dan kelainan kongenital penis lainnya, seperti epispadia
2) Chordee (bagian ventral penis yang mengalami angulasi)
3) Buried penis (penis yang berukuran normal namun seperti tertanam dibawah
abdomen, paha, atau skrotum.
4) Bayi yang sakit dan dalam kondisi yang tidak stabil
5) Jaundice ataupun ikterus
6) Riwayat kelainan perdarahan pada keluarga
7) Fasilitas dan tenaga kesehatan yang tidak memadai 2.2.6. Prinsip dasar dalam melakukan sirkumsisi
Sirkumsisi dilakukan harus sesuai dengan beberapa prinsip dasar, yaitu: 1. Asepsis
2. Pengangkatan kulit prepusium secara adekuat 3. Hemostasis yang baik
(27)
Sirkumsisi pada neonatus (<1 bulan) dapat dikerjakan tanpa menggunakan anastesi, sedangkan anak yang lebih besar harus dengan anastesi umum. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya trauma psikologis (Purnomo, 2003).
Metode sirkumsisi pada anak maupun dewasa 1. Persiapan pasien
1. Rambut di sekitar penis (pubes) dicukur
2. Penis dan sekitarnya dibersihkan dengan air sabun 3. Perlu dilakukan pendekatan agar tidak cemas dan gelisah
4. Periksa apakah pasien mempunyai riwayat alergi terhadap obat dan riwayat penyakit terdahulu (Bachsinar, 1993).
2. Teknik dalam sirkumsisi
Teknik sirkumsisi yang paling sering digunakan adalah dorsumsisi dan klasik (WHO/UNAIDS/JHPIEGO, 2008). Prosedur tindakan sirkumsisi adalah, sebagai berikut:
1) Disinfeksi lapangan operasi dengan povidon yodium 2) Daerah operasi ditutup dengan kain steril
3) Pada anak yang lebih besar atau dewasa, pembiusan dilakukan dengan memaki anasteri local dengan menyuntikkan obat pada basis penis . obat anastesi disuntikkan dengan cara di bawah kulit dan melingakar basis ilfiltrasi di bawah kulit dan melingkari bawah kulit. Kemudian ditunggu beberapa saat dan dinyakinkan bahwa batang penis sudah terbius.
4) Jika terjadi fimosis, dilakukan dilatasi dulu dengan klem sehinggga prepusium dapat ditarik ke proksimal. Selanjutnya prepusium dibebaskan dari perekatannya dengan glands penis dan dibersihkan dari smegma atau kotoran lain.
5) Pemotongan prepusium ( B Purnomo, 2003).
(28)
petongan melingkar ke kiri dan ke kanan sepanjang sulkus koronarius glandis. Cara ini lebih dianjurkan, karena dianggap lebih etis dibanding cara guilotin. Dengan sering berlatih melakukan cara ini, maka akan semakin terampil, sehingga hasil yang didapat juga lebih baik ( Bachsinar, 1993).
Keuntungan dengan menggunakan teknik dorsumsisi adalah: 1) Kelebihan mukosa-kulit bisa diatur.
2) Tidak terdapat insisi mukosa yang berlebihan seperti cara guilotin.
3) Kemungkinan melukai glands penis dan merusak frenulum prepusium lebih kecil.
4) Pendarahan mudah dilatasi, karena insisi dilakukan bertahap Kerugian dengan menggunakan teknik dorsumsisi adalah:
1) Tekniknya lebih rumit dibandingakan cara guilotin 2) Bila tidak terbiasa, insisi tidak rata
3) Memerlukan waktu relatif lebih lama dibandingkan guilotin (Bachsinar, tahun 1993)
Cara kerja dalam melakukan teknik dorsumsisi adalah: 1) Prepsium dijepit pada jam 11, 1 dan 6
2) Prepusium diinsisi di antara jam 11 dan 1 ke arah sulkus koronarius glandis, sisakan mukosa-kulit 2-3 mm dari bagian distal sulkus; pasanglah tali kendali 3) Insisi melingkar ke kiri dan ke kanan sejajar sulkus
4) Pada frenulum prepusim insisi dibuat agak runcing (membentuk segitiga) 5) Perdarahan dirawat
6) Buatlah tali kendali pada jam 3 dan 9
7) Lakukan penjahitan frenlum-kulit dengan jahitan berbetuk angka 8. 8) Lakukan penjahitan mukosa-kulit di sekeliling penis (Purnomo, 2003) Pada dorsumsisi perlu diperhatikan:
(29)
1) Ukurlah mukosa-kulit pada pemotongan antara jam 11 dan 1 sebagai patokan pada insisi ke lateral
2) Pada insisi ke lateral, kulit-mukosa tak boleh terlalu ditarik karena sisa mukosa dapat menjadi terlalu sedikit, yang mempersulit penjahitan
3) Ikatan plain cat-gut pada perwatan perdarahaan dilakukan minimal tiga kali, untuk mencegah terlepasnya benang dari simpul
4) Pada penjahitan keliling, jahitan harus serapat mungkin, tidak boleh terdapat tumpang tindih (Purnomo, 2003).
Gambar 2.2. Dorsumsisi (Purnomo, 2003)
Setelah dilakukan tindakan sirkumsisi, perlu diperhatikan perawatan pascasirkumsisi. Ada beberapa perawatan yang harus dilakukan pasca operasi, yaitu: 1. Obat analgesik dan antibiotik
Segera setelah disirkumsisi sebaiknya meminum obat analgesik (penghilang nyeri untuk menghindarkan rasa sakit setelah obat anestesi lokal yang disuntikkan habis diserap tubuh. Umumnya obat anestesi mampu bertahan antara satu jam sampai satu setengah jam setelah disuntikkan. Diharapkan setelah obat bius tersebut habis masa kerjanya maka dapat tergantikan dengan obat Analgesik.
(30)
Obat antibiotik juga sebaiknya diminum secara teratur (umumnya diberikan untuk 5-10 hari) agar tidak terjadi infeksi yang pada akhirnya akan menghambat penyembuhan luka khitan.
2. Menjaga daerah alat kelamin tetap bersih dan kering
a) Menggunakan celana yang tidak ketat untuk menghindari gesekan.
b) Membersihkan uretra eksternal secukupnya secara perlahan setiap selesai buang air kecil tanpa mengenai bekas sirkumsisi.
c) Membersihkan penis dari bercak-bercak darah yang menggumpal seperti borok dengan menggunakan iodine atau rivanol.
d) Jika sudah lebih dari 3 hari maka bekas luka sirkumsisi boleh dibersihkan dengan air hangat dengan cara masukkan kassa steril ke dalam air hangat lalu peras dan bersihkan secara perlahan “bekas darah” sampai terlepas.
3. Bengkak pada alat kelamin merupakan kejadian normal
Bekas suntikan obat anestesi/bius di pangkal penis (terutama bagian atas) terkadang dapat menimbulkan bengkak yang sebenarnya akan diserap sendiri oleh tubuh dalam waktu 1-2 minggu. Jika dirasakan mengganggu, bengkak dapat dikompres selama 5-10 menit dengan kassa yang dicelupkan air hangat 2 kali dalam sehari. Perlakuan ini dapat dilakukan mulai 2 hari setelah sirkumsisi dan usahakan air tersebut tidak mengenai lukanya.
4. Mengatur Makanan
Sebenarnya tidak ada pantangan makanan tertentu yang khusus untuk pasien sirkumsisi. Ikan, telur dan daging bukan suatu “larangan untuk dimakan” karena hal tersebut hanyalah “mitos” yang salah dan banyak berkembang di masyarakat. Sebaliknya kandungan vitamin dan protein yang terkandung dalam makanan tersebut diperlukan tubuh untuk membantu proses penyembuhan luka agar lebih cepat kering. Ikan, telur dan daging hanyalah pantangan bagi mereka yang memang “alergi” terhadap makanan tersebut. Cirinya adalah setiap kali orang tersebut mengkonsumsi makanan tersebut maka menyebabkan reaksi alergi (gatal, bentol, dan lain-lain) dan
(31)
hal tersebut sudah berlangsung lama semenjak lahir/kecil dan bukan pada saat proses khitan saja.
5. Tidak perlu berlebihan
Biasanya orang yang terlalu khawatir akan penyembuhan luka pasca sirkumsisi menggunakan berbagai obat ataupun salep secara berlebihan. Hal ini justru sangat tidak dianjurkan karena bisa menjadi kotoran yang berdampak pada infeksi bila tidak rajin dibersihkan. Selama 4-5 hari setelah sirkumsisi sebaiknya mandi dengan cara dilap tubuhnya. Setelah waktu itu jika luka khitan sudah kering maka diperbolehkan mandi dengan air seperti biasanya.Gunakanlah sabun secukupnya dan tidak berlebihan agar tidak menyebabkan perih apabila mengenai bekas luka khitan. 6. Usahakan tidak bergerak terlalu aktif
Istirahat untuk beberapa hari sangat diperlukan untuk menghindari bengkak (oedem) yang berlebihan. Kalau memang harus berjalan, tidak apa-apa seperlunya. Yang penting jangan melakukan aktifitas yang berlebihan seperti melompat-lompat atau berlari-lari. Hubungan seksual juga sebaiknya ditahan sampai penisnya sembuh total, yaitu sekitar satu setengah bulan.
7. Kontrol dan Melepas Perban
Penggantian perban dapat dilakukan setiap 2-3 hari tergantung perkembangan luka khitan. Jika anda sudah mahir hal tersebut dapat dilakukan sendiri di rumah. Jika merasa kesulitan sebaiknya dibawa ke dokter.
Lakukan kontrol rutin ke dokter yang melakukan sirkumsisi pada hari ketiga dan pada hari kelima-ketujuh. Apabila luka sirkumsisi sudah betul-betul kering maka perban bisa dilepaskan secara total. Sebelumnya lakukan pemberian air hangat, baby oil atau minyak kelapa pada perban dengan cara meneteskan secukupnya. Hal ini berguna untuk melunakkan kulit luka dan perban, sehingga mudah dilepaskan. Jika diperlukan, pelepasan perban dapat dibantu dengan penggunaan anastesi spray untuk mengurangi nyeri ( Hana, 2008).
(32)
BAB 3
KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:
Variabel Independen Variabel Dependen
3.2. Definisi Operasional
Untuk memudahkan pemahaman dan pengukuran setiap variabel dalam penelitian, maka setiap variabel harus dirumuskan secara operasional. Adapun definisi operasional dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1. Definisi operasional variabel penelitian
Variabel Definisi Operasional
Cara Ukur
Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Pengetahuan orang tua tentang sirkumsisi
Pengetahuan yang dimiliki ibu dan atau ayah yang berkaitan dengan sirkumsisi dan implikasinya
Angket Kuesioner Baik: 76%-100% Cukup: 56%-75%
Kurang: 40-55%
Kategorik Pengetahuan Orang Tua
(33)
Tindakan sirkumsisi
Anak laki-laki yang telah melakukan sirkumsisi
Angket Kuesioner - Sirkumsisi - Tidak sirkumsisi
Kategorik
3.3. Hipotesis
1. Hipotesis Nol (Ho)
Tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan tindakan orang tua tentang sirkumsisi di Kelurahan Binjai Estate Kecamatan Binjai Selatan. 2. Hipotesis Alternatif (Ha)
Ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan tindakan orang tua tentang sirkumsisi di Kelurahan Binjai Estate Kecamatan Binjai Selatan.
(34)
BAB 4
METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross-sectional. Rancangan cross-sectional merupakan rancangan penelitian yang pengukurannya dilakukan secara simultan pada satu saat atau sekali waktu (Hidayat,2007). Metode ini digunakan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan tindakan orangtua tentang sirkumsisi di Kelurahan Binjai Estate Kecamatan Binjai Selatan.
4.2 Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama bulan Juli 2015 sampai dengan bulan Agustus 2015. Lokasi penelitian adalah Kelurahan Binjai Estate Kecamatan Binjai Selatan dengan pertimbangan bahwa belum pernah diteliti hubungan tingkat pengetahuan dan tindakan orangtua tentang sirkumsisi di Kelurahan Binjai Estate Kecamatan Binjai Selatan.
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian a) Populasi
Populasi adalah sejumlah besar subyek yang mempunyai karakteristik tertentu (Sudigdo, 2013). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh orang tua di Kelurahan Binjai Estate Kecamatan Binjai Selatan
b) Sampel
Sampel adalah bagian (subset) dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu hingga dianggap dapat mewakili populasinya (Sudigdo, 2013). Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh orang tua di Kelurahan Binjai Estate Kecamatan Binjai Selatan yang memenuhi pertimbangan tertentu berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi yang ditentukan. Untuk mendapatkan data yang sesuai dengan fokus penelitian ini, maka ditentukan kriteria sebagai berikut:
(35)
1. Kriteria inklusi
a. Orang tua yang mempunyai anak laki-laki yaitu berumur 0-18 tahun b. Orang tua yang bertempat tinggal di Kelurahan Binjai Estate Kecamatan
Binjai Selatan 2. Kriteria eksklusi
a. Mahasiswa Kedokteran
b. Tenaga medis seperti dokter, perawat, bidan, dan lain-lain
Besar sampel yang akan digunakan pada penelitian diukur dengan menggunakan rumus penelitian analitis kategorik tidak berpasangan:
N1 = N2 = √ √ Keterangan
Zα = deviat baku alfa Zβ = deviat baku beta
= proporsi pada kelompok yang sudah diketahui nilainya = 1 -
= proporsi pada kelompok yang nilainya merupakan judgement peneliti = 1 -
- = selisih proporsi minimal yang dianggap bermakna P = proporsi total = ( + )/2
Q = 1 – P
N1 = N2 = √ √
N1 = N2 = N1 = N2 = 172,451 =173
Berdasarkan rumus diatas peneliti akan mengambil sampel sebanyak 173 orang
(36)
4.4 Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer diperoleh dengan cara memberikan kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang diisi oleh responden.
4.5 Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data hasil penelitian dilakukan dengan menggunakan program sistem komputerisasi dengan program SPSS (Statistic Package for the Social Science ).
(37)
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian
Proses pengambilan data untuk penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Oktober hingga November 2015 di Kelurahan Binjai Estate dengan jumlah sampel penelitian sebanyak 173 orang tua yang mempunyai anak laki-laki dengan menggunakan instrumen kuesioner. Berdasarkan data yang telah dikumpulkan dan dianalisa, maka dapat disimpulkan hasil penelitian dengan paparan di bawah ini. 5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Binjai Estate. Kelurahan Binjai Estate adalah salah satu kelurahan yang terdapat di Kecamatan Binjai Selatan dengan jumlah penduduk 11.589 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh orang tua di Kelurahan Binjai Estate Kecamatan Binjai Selatan yang memenuhi pertimbangan tertentu berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi yang ditentukan. 5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden
Penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan kuesioner dapat memberikan deskripsi frekuensi karakteristik responden penelitian. Berikut adalah tabel-tabel yang mendeskripsikan karakteristik responden dalam penelitian ini: Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin N %
Laki-laki 100 57,8
Perempuan 73 42,2
(38)
Dari tabel 5.1 dapat diketahui bahwa responden terbanyak adalah laki-laki dengan total 100 orang (57,8%), sedangkan responden perempuan ada sebanyak 73 orang (42,2%).
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia
Kategori Usia N %
Remaja akhir (17-25) 12 6,9
Dewasa awal (26-35) 51 29,5
Dewasa akhir (36-45) 55 31,8
Lansia awal (46-55) 35 20,2
Lansia akhir (56-65) 19 11,0
Manula (> 65) 1 0,6
Total 173 100,0
Dari tabel 5.2 dapat diketahui bahwa responden terbanyak adalah kategori dewasa akhir berusia 35-45 tahun yaitu sebanyak 55 orang (31,8%), diikuti oleh kategori dewasa awal berusia 26-35 tahun yaitu sebanyak 51 orang (29,5%), sedangkan yang paling sedikit adalah kategori manula berusia lebih dari 65 tahun yaitu satu orang (0,6%).
(39)
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan N %
D3 3 1,7
S1 20 11,6
SD 11 6,4
SMA 113 65,3
SMP 26 15,0
Total 173 100,0
Dari tabel 5.3 mayoritas tingkat pendidikan akhir responden adalah SMA yaitu 113 orang (65,3%). Tingkat pendidikan akhir SMP sebanyak 26 orang (15,0%), tingkat pendidikan akhir S1 sebanyak 20 orang (11,6%), tingkat pendidikan akhir SD sebanyak 11 orang (6,4%), dan yang paling sedikit jumlahnya adalah tingkat pendidikan akhir D3 yaitu hanya 3 orang (1,7%).
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Agama
Agama N %
Islam 131 75,7
Kristen 42 24,3
Total 173 100,0
Dari tabel 5.4 dapat menunjukkan bahwa responden beragama Islam lebih banyak yaitu 131 orang (75,7%) dan responden beragama Kristen lebih sedikit yaitu 42 orang (24,3%).
(40)
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Anak Laki-laki
Umur Anak N %
Balita (0-5) 28 16,2
Kanak-kanak (6-11) 55 31,8
Remaja awal (12-16) 53 30,6
Remaja akhir (17-25) 37 21,4
Total 173 100
Dari tabel 5.5 dapat diketahui bahwa umur anak laki-laki paling banyak pada kategori umur kanak-kanak yaitu 55 orang (31,8%) dan yang paling sedikit adalah anak dengan kategori umur balita yaitu 28 orang (16,2%).
5.1.3. Hasil Analisis Statistik
Penelitian yang telah dilakukan terhadap 173 orang responden adalah dengan menggunakan metode cross-sectional dan instrumen kuesioner yang mengandung 15 soal. Data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis dengan uji hipotesis
chi-square. Berikut deskripsi frekuensi tingkat pengetahuan dan tindakan
sirkumsisi dari responden penelitian:
Tabel 5.6 Deskripsi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan
Tingkat Pengetahuan N %
Baik 40 23,1
Cukup 75 43,4
Kurang 58 33,5
Total 173 100
Dari 173 responden yang diteliti, tabel 5.5 menunjukkan rata-rata orang tua memiliki tingkat pengetahuan yang cukup tentang sirkumsisi yaitu 75 orang
(41)
(43,4%). Masih ada 58 orang tua (33,5%) yang memiliki tingkat pengetahuan yang kurang tentang sirkumsisi, dan hanya 40 orang (23,1%) orangtua yang memiliki tingkat pengetahuan yang baik.
Tabel 5.7 Deskripsi Frekuensi Tindakan Sirkumsisi
Tindakan N %
Sudah 113 65,3
Belum 60 34,7
Total 173 100
Hasil penelitian pada tabel 5.6 menunjukkan 113 orang (65,3%) responden telah melakukan sirkumsisi terhadap anak laki-lakinya dan 60 orang (34,7%) responden belum melakukan.
5.1.3.1 Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Tindakan Sirkumsisi
Pada hasil uji hipotesis chi-squere, nilai yang digunakan adalah Pearson
chi-suare dengan confidence interval 95%.
Tabel 5.8 Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Tindakan Sirkumsisi Tindakan
Sirkumsisi
Tingkat Pengetahuan
Total P
Baik Cukup Kurang
Sudah 31 47 35 113 0,175
Belum 9 28 23 60
Total 40 75 58 173
Karena faktor peluang lebih dari 5% maka hasil tersebut kurang bermakna, artinya tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan orang tua tentang sirkumsisi terhadap tindakan sirkumsisi di Kelurahan Binjai Estate tahun 2015.
(42)
Tabel 5.9 Hubungan Agama dengan Tindakan Sirkumsisi Tindakan
Sirkumsisi
Agama
Total P
Islam Kristen
Sudah 87 26 113 0,086
Belum 45 15 60
Total 132 41 173
Dengan uji hipotesis chi-square yang menganalisis hubungan agama dengan tindakan sirkumsisi, didapatkan hasil yang dapat dilihat dari tabel 5.8 yang menunjukkan bahwa p=0,086 > p=0,05. Artinya adalah tidak ada hubungan antara agama responden dengan tindakan sirkumsisi pada Kelurahan Binjai Estate tahun 2015.
Tabel 5.10 Hubungan Agama dengan Tingkat Pengetahuan Sirkumsisi Agama
Tingkat Pengetahuan
Total P
Baik Cukup Kurang
Islam 35 59 37 131 0,020
Kristen 5 16 21 42
Total 40 75 58 173
Setelah dilakukan crosstab analisis tentang hubungan agama dengan tingkat pengetahuan sirkumsisi, hasil menunjukkan nilai p=0,020 < p=0.05. Hasil ini memiliki arti bahwa ada hubungan antara agama dengan tingkat pengetahuan sirkumsisi pada Kelurahan Binjai Estate tahun 2015.
(43)
Tabel 5.11 Hubungan Umur Anak Laki-laki dengan Tindakan Sirkumsisi
Umur Sudah Sunat Belum Sunat Total P
Balita 4 24 28 0,000
Kanak-kanak 28 27 55
Remaja awal 48 5 53
Remaja akhir 33 4 37
Total 133 60 173
Dari hasil analisis dengan menggunakan chi-squa re maka didapatkan bahwa umur anak laki-laki sangat berpengaruh terhadap tindakan sirkumsisi atau sunat. Tabel 5.11 menunjukkan bahwa anak dengan kategori balita hanya 4 orang yang telah melakukan sirkumsisi dan 24 orang lainnya belum melakukan sirkumsisi. Pada usia remaja awal dan remaja akhir, masing-masing ada lima orang dan empat orang yang belum melakukan sirkumsisi.
(44)
Tabel 5.12 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Hasil Kuesioner
No Pertanyaan Benar % Salah %
1 Menurut Anda yang dimaksud dengan sunat adalah
112 64,7 61 35,3
2 Apa yang menjadi manfaat dari sunat? 109 63,0 64 37,0 3 Apa yang menjadi alasan untuk melakukan sunat? 85 49,1 88 50,9 4 Orang yang bisa melakukan sunat adalah : 115 66,5 58 33,5 5 Dibawah ini yang menjadi alasan medis untuk
melakukan sunat adalah :
121 69,9 52 30,1
6 Selain kelainan pada kulit kelamin, kelainan apalagi yang menjadi alasan medis untuk sunat?
69 39,9 104 60,1
7 Menurut Anda yang menjadi larangan untuk sunat?
118 68,2 55 31,8
8 Jika terdapat kelainan letak lubang buang air kecil, yang boleh menyunat dalam keadaan ini adalah :
155 89,6 18 10,4
9 Sebelum disunat apa yang harus dilakukan anak pertama kali?
121 69,9 52 30,1
10 Makanan apa saja yang menjadi larangan setelah disunat?
63 36,4 110 63,6
11 Bagaimana cara membuat agar kelamin tetap bersih dan kering setelah disunat?
144 83,2 29 16,8
12 Berapa lama harus dilakukan penggantian perban?
126 72,8 47 27,2
13 Kapan kita bisa bersihkan bekas darah dengan air hangat?
75 43,4 98 56,6
Dari tabel 5.10 didapatkan distribusi gambaran tingkat pengetahuan orang tua terhadap sirkumsisi di Kelurahan Binjai Estate tahun 2015. Sebagian besar
(45)
orangtua telah mengerti tentang manfaat sirkumsisi yaitu untuk mencegah timbulnya penumpukan smegma pada penis (Schoen,1990), terlihat dari jumlah jawaban yang benar 106 orang (63%) dan yang menjawab salah ada 64 orang (37%).
Alasan sebagian responden melakukan sirkumsisi 85 orang (49,1%) menjawab benar yaitu dengan alasan agama dan medis, sedangkan yang menjawab salah lebih banyak yaitu 88 orang (50,9%). Indikasi medis untuk melakukan sirkumsisi salah satunya adalah fimosis (Cathcart P et al, 2006), sebanyak 121 orang (69,9%) telah menjawab dengan benar dan 52 orang (30,1%) menjawab salah. Indikasi lainnya adalah Tumor-tumor pada prepusium, kulit frenulum yang terlalu berlebihan maupun terlalu sedikit melekat (Holman JR, 1999). Dari jawaban responden 69 orang (39,9%) menjawab benar dan 104 orang (60,1%) menjawab salah.
Dalam melakukan sirkumsisi, juga perlu memerhatikan kontraindikasinya. Salah satu kontraindikasi untuk melakukan sirkumsisi adalah riwayat kelainan perdarahan pada keluarga (Hammond T, 1999). Sebagian besar responden telah menjawab benar yaitu 118 orang (68,2%), dan 55 orang (31,8%) menjawab salah.
Sebelum sirkumsisi dilakukan, terlebih dahulu dilakukan persiapan yang salah satunya adalah membersihkan penis dan sekitarnya dengan menggunakan air sabun (Bachsinar, 1993). Sebagian besar responden telah menjawab benar yaitu 121 orang (69,9%) dan 52 orang (30,1%) menjawab salah.
Setelah melakukan sirkumsisi penis harus dijaga tetap bersih dan kering dengan menggunakan kasa steril dan air hangat ( Hana, 2008). Dari hasil penelitian 144 orang (83,2%) menjawab benar dan 29 orang (16,8%) menjawab salah. Penggantian perban dapat dilakukan 2-3 hari pasca sirkumsisi. Dari penelitian didapatkan 126 orang (72,8%) menjawab benar dan 47 orang (27,2%) menjawab salah.
(46)
5.2. Pembahasan
5.2.1. Karakteristik Responden
Responden penelitian lebih banyak berjenis kelamin laki-laki yaitu 100 orang (57,8%) dibandingkan perempuan yaitu 73 orang (42,2%). Hasil penelitian ini tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nasution (2010) dimana responden laki-laki 56% dan perempuan 44%.
Berdasarkan usia responden, responden dengan usia dewasa akhir (31,8%) paling banyak dan diikuti oleh usia dewasa awal (29,5%). Hasil ini sejalan dengan penelitian Nasution (2010)dimana responden berumur 31-40 tahun sebanyak 68%. WHO (2007) mencatat bahwa 69% laki-laki di dunia yang telah melakukan sirkumsisi beragama Islam. Dari hasil penelitian ini, 87 orang (76,9%) responden beragama muslim telah melakukan sirkumsisi.
Data penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara agama dengan tingkat pengetahuan tentang sirkumsisi. Responden beragama Islam pada umumnya memiliki tingkat pengetahuan yang lebih baik. Hasil dari penelitian tersebut bermakna karena memiliki tingkat signifikasi yang baik karena p-value lebih kecil dari 0,05. Dalam agama Islam, sirkumsisi dilakukan sebagai tuntunan syariat Islam yang dilakukan pada laki-laki maupun perempuan (Thomas, 2003). 5.2.2. Hubungan Tingkat Pengetahuan terhadap Tindakan Sirkumsisi
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 173 orangtua di Kelurahan Binjai Estate didapati bahwa 113 (65,3%) orang telah melakukan tindakan sirkumsisi dan masih ada 60 (34,6%) orang yang belum melakukan tindakan sirkumsisi. Ditinjau dari agama responden, ternyata perbedaan tindakan sirkumsisi antara agama Islam dengan Kristen tidak bermakna (p=0,086 > p=0,05). Hal ini dikarenakan tindakan sirkumsisi tidak hanya dianjurkan secara agama, tetapi juga bermanfaat secara medis.
Sebagian responden pada kategori umur remaja akhir (17-25) dan dewasa awal (26-35) belum melakukan tindakan sirkumsisi terhadap anak laki-lakinya.
(47)
Penyebabnya ialah budaya pada negara bagian timur sirkumsisi dilakukan paling sering pada usia 5-12 tahun (WHO, 2007). Sementara pada umur remaja akhir umumnya memiliki anak laki-laki yang masih di bawah lima tahun.
Analisis hubungan tingkat pengetahuan orang tua terhadap tindakan sirkumsisi dengan menggunakan uji chi-squa re menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan tindakan sirkumsisi (p=0,175 > p=0,05). Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Mavhu W et al (2011) dari Universitas Zimbabwe yang mendapati bahwa semakin baik tingkat pengetahuan seseorang tentang sirkumsisi maka akan semakin mempengaruhi tindakan untuk melakukan sirkumsisi.
(48)
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai “Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Tindakan Orang Tua tentang Sirkumsisi di Kelurahan Binjai Estate Kecamatan Binjai Selatan” serta seluruh pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1) Tingkat pengetahuan orang tua tentang sirkumsisi 23,1% baik, 43,4% cukup baik, dan 33,5% kurang baik.
2) Agama dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan tentang sirkumsisi. Hal ini dapat dilihat bahwa responden beragama Islam memiliki tingkat pengetahuan yang lebih baik. Hasil analisis ini bermakna dengan nilai p=0,020 < p=0,05. 3) Tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dan tindakan sirkumsisi
pada responden di Kelurahan Binjai Estate tahun 2015 (p value = 0,175). Kebanyakan responden dengan tingkat pengetahuan kurang juga melakukan tindakan sirkumsisi karena alasan agama, medis, ataupun sosial.
6.2. Saran
1) Kepada orang tua agar lebih banyak mencari informasi mengenai sirkumsisi dari berbagai sumber dan melakukan tindakan sirkumsisi kepada anak laki-laki baik dengan alasan keagamaan maupun kesehatan.
2) Kepada petugas kesehatan agar berperan aktif dalam memberikan penyuluhan mengenai sirkumsisi kepada masyarakat.
3) Kepada peneliti selanjutnya agar membuat kriteria inklusi maupun ekslusi yang lebih spesifik agar memberi hasil yang lebih akurat.
(49)
DAFTAR PUSTAKA Bachsinar, B., 1993. Sirkumsisi. Ed.4. Jakarta: Hipokrates.
Cartcart, P, et al, 2006. Trends in Paediatric Circumcision and Its Complications in England Between 1997 and 2003. Br J Surg 93(7): 885-890.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009. Sistem Kesehatan Na sional. http://www.depkes.go.id [Accessed 15 April 2015].
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, 2012. Profil Kesehatan Provinsi Sumatera
Utara Tahun 2012. http://www.depkes.go.id [Accessed 15 April 2015].
Ferris, J.A., et al, 2010. Circumcision in Australia: Further Evidence on Its Effects on Sexual Health and Wellbeing. Australian and New Zealand Journal of Public
Health 34: 160-164.
Gairdner, D, 1949. Fate of The Foreskin. Br Med J 2(4642): 1433-7.
Hammond, T.A., 1999. A Preliminary Poll of Men Circumcised in Infancy or Childhood. BJU Int 83(51): 85-92.
Hana, A, 2010. Mengenal 7 Metode Sunat/Khitan (Sirkumsisi). Available from: http://www.kaahil.wordpress.com [Accessed 2 May 2015].
Hermana, A, 2000. Teknik Khitan Panduan Lengkap, Sistematis, dan Praktis. Ed.1. Jakarta: Widya Medika.
Holman, J.R., Stuessi, K.A., 1999. Adult Circumcision. Am Fam Physician 59(6): 1514-1518.
Hurlock, Elizabeth B, 1998. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang
(50)
Ircham, Machfoedz, 2008. Ilmu Perilaku dan Aplikasinya dalam Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta.
Johnson, P. Israelites, 1993. A History of Jews. London: Phoenix Press.
Kim D, Pang M.G., 2007. The Effect of Male Circumcision on Sexuality. BJU
International 99(3): 619-22.
Mavhu W, et al, 2011. Prevalence and Factors Associated with Knowledge of and Willingness for Male Circumcision in Rural Zimbabwe. Pubmed 16(5): 589-97. McCoombe, S.G., 2006. Short RV. Potential HIV-1 Target Cells in The Human
Penis. AIDS 20(11): 1491-1495.
Notoatmodjo, S, 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Notoatmodjo, S, 2010. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka
Cipta.
Nursalam, 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Kepera watan. Jakarta: Salemba Medika.
Purnomo, B, 2003. Dasar-dasar Urologi. Ed.3. Jakarta: Sagung Seto.
Rediger, Chris, dan Muller, Andries J, 2013. Parents’ Rationale for Men Circumsicion. Canadian Family Physician 59: 110-5.
Rickwood, A.M., 1999. Medical Indications for Circumcision. BJU Int 83: 45-51. Schoen, Edgar J, 1990. Benefits of Newborn Circumcision: Is Europe Ignoring
Medical Evidence?. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov PMC2083089
[Accessed 29 May 2015].
(51)
Wawan, A, dan Dewi, M, 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan
Perilaku Manusia. Yogayakarta: Nuha Medika.
WHO/UNAIDS/JHPIEGO, 2008. Manual for Male Circumcision Under Loca l
Anasthesia. World Health Organization.
World Health Organization, 2007. Male circumcision: Global Trends and
Determinants of Prevalence, Safety, and Acceptability. Available from:
(52)
Lampiran 1
Daftar Riwayat Hidup
Nama : Anggi Yosefin Pratiwi Butar Butar Tempat, tanggal lahir : Rantau Prapat, 31 Oktober 1994 Jenis Kelamin : Perempuan
Kewarganegaraan : Indonesia Agama : Kristen Protestan
Alamat : Jl. Dr. Sumarsono no.8, Medan
Riwayat pendidikan :
1. Sekolah Dasar Negeri 020261 Binjai tahun 2000-2006 2. Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Binjai tahun 2006-2009 3. Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Binjai 2009-2012
4. S1 Kedokteran, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun 2012 -sekarang
Riwayat organisasi :
(53)
2. Anggota seksi dana panitia Natal FK USU tahun 2012 3. Anggota seksi konsumsi Paskah FK USU tahun 2013 4. Anggota seksi medis Baksos FK USU tahun 2014 5. Ketua Paduan Suara FK USU 2014
6. MPM FK USU 2014
(54)
Lampiran 2
LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN Dengan hormat,
Saya yang bernama Anggi Yosefin P. Butar Butar/NIM 120100103 adalah mahasiswa Fakultas Kedokterean Universitas Sumatera Utara. Saat ini saya sedang mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Tindakan Orangtua tentang Sirkumsisi di Kelurahan Binjai Estate Kecamatan Binjai Selatan”. Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan proses belajar mengajar pada blok Community Research Programme.
Sirkumsisi atau yang dikenal dengan istilah sunat merupakan prosedur bedah minor yang paling sering dilakukan di seluruh dunia terutama pada laki-laki. Secara medis sirkumsisi dilakukan untuk menjaga kesehatan seksual dan mencegah penyakit menular seksual.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan tindakan orangtua tentang sirkumsisi di Kelurahan Binjai Estate Kecamatan Binjai Selatan.
Partisipasi bapak/ibu bersifat sukarela dan tanpa paksaan. Identitas pribadi bapak/ibu sebagai partisipan akan dirahasiakan dan semua informasi yang diberikan hanya akan digunakan untuk penelitian ini. Untuk penelitian ini bapak/ibu tidak dikenakan biaya apa pun. Bila bapak/ibu membutuhkan penjelasan, maka dapat menghubungi saya: Nama : Anggi Yosefin Pratiwi Butar Butar
Alamat : Jl. Gunung Rinjani No.80A Binjai HP : 081264288773
(55)
Lampiran 3
LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP) (INFORM CONSENT)
Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama :
Umur : Alamat : Telp/HP :
Setelah mendapat penjelasan dari peneliti tentang Penelitian “Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Tindakan Orangtua tentang Sirkumsisi di Kelurahan Binjai Estate Kecamatan Binjai Selatan” maka dengan ini saya secara sukarela dan tanpa paksaan menyatakan bersedia ikut serta dalam penelitian tersebut.
Demikianlah surat pernyataan ini untuk dapat dipergunakan seperlunya.
Binjai,...2015
(56)
Lampiran 4
Lembar Kuesioner Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Tindakan Orangtua tentang Sirkumsisi di Kelurahan Binjai Estate Kecamatan Binjai Selatan Nama :
Umur : Alamat :
Agama : ( ) Islam ( ) Kristen ( ) Buddha ( ) Lain-lain... Jenis Kelamin : ( ) Laki-laki ( ) Perempuan
Pendidikan terakhir : ( ) SD ( ) SMP ( ) SMA ( ) Lain-lain... Status Sirkumsisi pada anak laki-laki : ( ) Sudah ( ) Belum
A. Soal 1-15 Tentang Sirkumsisi
Pilihlah jawaban yang paling benar dengan memberi tanda centang (√) pada pertanyaan dibawah ini.
1. Menurut Anda yang dimaksud dengan sunat adalah :
( ) Membuang kulit kelamin sehingga kulit kelamin menjadi terbuka ( ) Melukai kelamin
( ) Memotong kulit kelamin
2. Apa yang menjadi manfaat dari sunat? ( ) Menjaga kelamin agar tetap bersih
( ) Meningkatkan kenikmatan pada saat hubungan suami istri ( ) Syariat agama
3. Apa yang menjadi alasan untuk melakukan sunat? ( ) Agama, medis dan sosial
( ) Agama dan medis ( ) Agama
(57)
( ) Medis ( ) Sosial
4. Orang yang bisa melakukan sunat adalah : ( ) Dokter
( ) Dukun sunat ( ) Keduanya benar
5. Dibawah ini yang menjadi alasan medis untuk melakukan sunat adalah : ( ) penyempitan pada kulit kelamin yang berada di ujung kelamin
( ) Susah buang air kecil
6. Selain kelainan pada kulit kelamin, kelainan apalagi yang menjadi alasan medis untuk sunat?
( ) AIDS ( ) Kutil
7. Menurut Anda yang menjadi larangan untuk sunat? ( ) Kelainan perdarahan yang sulit berhenti
( ) Karena ukuran kelamin yang kecil
8. Jika terdapat kelainan letak lubang buang air kecil, yang boleh menyunat dalam keadaan ini adalah :
( ) Perawat ( ) Dokter bedah ( ) Dukun sunat
9. Sebelum disunat apa yang harus dilakukan anak pertama kali? ( ) Dibersihkan kelaminnya dengan air sabun
(58)
10. Makanan apa saja yang menjadi larangan setelah disunat? ( ) Daging
( ) Makanan yang pedas ( ) Telur
11. Bagaimana cara membuat agar kelamin tetap bersih dan kering setelah disunat? ( ) Cuci dengan sabun
( ) Menggunakan kain kassa steril dengan air yang hangat 12. Berapa lama harus dilakukan penggantian perban? ( ) 1 hari
( ) 2-3 hari
( ) setelah sembuh
13. Kapan kita bisa bersihkan bekas darah dengan air hangat? ( ) langsung setelah selesai sirkumsisi
( ) 5 hari ( ) 2-3 hari
(59)
(60)
Lampiran 5
Correlations
p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 p10 p11 p12 p13 p14 p15 total
P1
Pearson
Correlation ,089 1 ,160 ,106 ,153 ,351
**
,150 ,160 ,316* ,239 ,265* ,077 ,131 ,253 ,671**
Sig.
(2-tailed) ,512 ,234 ,435 ,257 ,007 ,264 ,234 ,017 ,073 ,046 ,568 ,331 ,058 ,000 N 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57
P2
Pearson
Correlation -,029 ,160 1 ,185 -,125 ,135 ,020 ,107 -,024 -,183 -,004 -,004 ,029 ,350
**
,324*
Sig.
(2-tailed) ,831 ,234 ,168 ,356 ,318 ,881 ,429 ,858 ,173 ,976 ,974 ,831 ,008 ,014 N 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57
P3
Pearson
Correlation -,159 ,106 ,185 1 ,256 ,065 -,023 -,044 -,211 -,031 ,092 ,021 -,062 ,223 ,298 * Sig.
(2-tailed) ,238 ,435 ,168 ,054 ,629 ,866 ,744 ,115 ,817 ,495 ,878 ,647 ,095 ,024 N 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57
P4
Pearson
Correlation ,013 ,153 -,125 ,256 1 ,073 -,029 ,051 ,035 ,093 -,050 ,006 ,071 ,156 ,321 * Sig.
(2-tailed) ,922 ,257 ,356 ,054 ,587 ,830 ,708 ,797 ,492 ,712 ,963 ,599 ,245 ,015 N 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57
P5
Pearson
Correlation ,100 ,351
**
,135 ,065 ,073 1 ,224 ,135 ,223 ,083 -,035 ,190 ,059 ,168 ,530** Sig.
(2-tailed) ,457 ,007 ,318 ,629 ,587 ,095 ,318 ,095 ,538 ,799 ,157 ,665 ,213 ,000 N 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57
P6
Pearson
Correlation -,109 ,150 ,020 -,023 -,029 ,224 1 -,057 ,308
*
-,070 ,229 ,355** ,035 -,122 ,363**
Sig.
(2-tailed) ,419 ,264 ,881 ,866 ,830 ,095 ,675 ,020 ,607 ,086 ,007 ,795 ,366 ,006 N 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57
P7
Pearson
Correlation ,049 ,160 ,107 -,044 ,051 ,135 -,057 1 ,206 ,133 ,073 ,080 ,185 -,109 ,371 ** Sig.
(2-tailed) ,715 ,234 ,429 ,744 ,708 ,318 ,675 ,125 ,323 ,587 ,556 ,168 ,421 ,004 N 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57
P8 Pearson
Correlation ,064 ,316
*
(61)
Validitas Kuesioner
Sig.
(2-tailed) ,635 ,017 ,858 ,115 ,797 ,095 ,020 ,125 ,653 ,569 ,362 ,730 ,966 ,004 N 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57
P9
Pearson
Correlation ,257 ,239 -,183 -,031 ,093 ,083 -,070 ,133 ,061 1 ,130 ,113 -,028 -,043 ,344 ** Sig.
(2-tailed) ,054 ,073 ,173 ,817 ,492 ,538 ,607 ,323 ,653 ,336 ,401 ,836 ,750 ,009 N 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57
p10
Pearson
Correlation ,067 ,265
*
-,004 ,092 -,050 -,035 ,229 ,073 ,077 ,130 1 -,146 ,008 -,238 ,297*
Sig.
(2-tailed) ,621 ,046 ,976 ,495 ,712 ,799 ,086 ,587 ,569 ,336 ,277 ,954 ,074 ,025 N 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57
p11
Pearson
Correlation -,089 ,077 -,004 ,021 ,006 ,190 ,355
**
,080 ,123 ,113 -,146 1 -,072 ,137 ,338*
Sig.
(2-tailed) ,508 ,568 ,974 ,878 ,963 ,157 ,007 ,556 ,362 ,401 ,277 ,592 ,308 ,010 N 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57
p12
Pearson
Correlation ,206 ,131 ,029 -,062 ,071 ,059 ,035 ,185 ,047 -,028 ,008 -,072 1 -,085 ,301 * Sig.
(2-tailed) ,124 ,331 ,831 ,647 ,599 ,665 ,795 ,168 ,730 ,836 ,954 ,592 ,528 ,023 N 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57
p13
Pearson
Correlation ,012 ,253 ,350
**
,223 ,156 ,168 -,122 -,109 -,006 -,043 -,238 ,137 -,085 1 ,339**
Sig.
(2-tailed) ,932 ,058 ,008 ,095 ,245 ,213 ,366 ,421 ,966 ,750 ,074 ,308 ,528 ,010 N 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57
total
Pearson Correlation ,291
*
,671** ,324* ,298* ,321* ,530** ,363** ,371** ,378** ,344** ,297* ,338* ,301* ,339** 1
Sig.
(2-tailed) ,028 ,000 ,014 ,024 ,015 ,000 ,006 ,004 ,004 ,009 ,025 ,010 ,023 ,010 N 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
(62)
Lampiran 6
Reliability Statistics Cronbach's
Alpha N of Items
(63)
Lampiran 7
DATA INDUK Nama Gender Umur Pendidikan
Akhir Agama Kategori Usia Sunat
Umur Anak
Tingkat Pengetahuan Harry Laki-laki 30 SMA Islam dewasa awal sudah 7 baik Suwartik Perempuan 52 SMA Islam lansia awal sudah 16 cukup
Sofyan Perempuan 50 SMA Islam lansia awal sudah 16 cukup Gito Laki-laki 47 SMA Islam lansia awal sudah 12 cukup Bangun Laki-laki 54 SMA Islam lansia awal sudah 17 kurang
Yusni Perempuan 47 SD Islam lansia awal sudah 11 kurang Joni Laki-laki 38 SMA Kristen dewasa akhir sudah 13 kurang Puji Perempuan 58 SD Islam lansia akhir sudah 18 baik M Akbar Laki-laki 30 S1 Islam dewasa awal sudah 7 baik Arta Perempuan 47 SMA Kristen lansia awal sudah 15 kurang Dewi Perempuan 40 SMA Kristen dewasa akhir belum 10 kurang M Taufan Laki-laki 41 SMA Islam dewasa akhir sudah 10 cukup
Irma Perempuan 20 SMA Islam remaja akhir belum 1 kurang Megawati Perempuan 46 SMA Islam lansia awal sudah 17 cukup
Yuliana Perempuan 30 S1 Kristen dewasa awal belum 7 cukup I Sinaga Laki-laki 56 SMP Kristen lansia akhir belum 18 kurang
Ade Laki-laki 44 SMA Islam dewasa akhir sudah 13 cukup Basar Laki-laki 43 SMA Islam dewasa akhir sudah 14 kurang
Irfan Laki-laki 24 SMA Islam remaja akhir belum 1 kurang Sutejo Laki-laki 50 SMA Islam lansia awal sudah 17 baik
Yudi Laki-laki 32 S1 Islam dewasa awal belum 6 cukup Masni Perempuan 39 SMA Kristen dewasa akhir sudah 8 baik
Linda Perempuan 42 S1 Islam dewasa akhir belum 12 cukup Rina Perempuan 29 SMA Islam dewasa awal belum 4 baik Widya Perempuan 24 SMA Islam remaja akhir belum 2 cukup
Sisca Perempuan 29 SMP Islam dewasa awal belum 2 baik Nur Perempuan 45 SMP Islam dewasa akhir sudah 15 cukup Nelson Laki-laki 58 SMA Kristen lansia akhir belum 18 kurang
Fitri Perempuan 40 SMP Islam dewasa akhir sudah 15 kurang Yeni Perempuan 34 SMA Islam dewasa awal sudah 9 cukup Farah Perempuan 32 S1 Islam dewasa awal belum 5 cukup Ratna Perempuan 33 S1 Islam dewasa awal belum 5 kurang Rahma Perempuan 29 SMP Islam dewasa awal belum 3 baik
Sugi Perempuan 43 SMA Islam dewasa akhir belum 9 cukup Yeni B Perempuan 55 SD Islam lansia awal sudah 18 cukup
(64)
Mujiono Laki-laki 38 S1 Islam dewasa akhir belum 9 cukup Junita Perempuan 41 SMA Islam dewasa akhir sudah 15 cukup Irna Perempuan 51 SMP Islam lansia awal sudah 17 cukup Nurita Perempuan 43 SMA Islam dewasa akhir sudah 14 kurang
Atma Perempuan 75 SMA Islam manula sudah 18 kurang
Tumini Perempuan 63 SD Islam lansia akhir sudah 18 kurang Rudi Laki-laki 45 SD Islam dewasa akhir sudah 17 kurang Abu Laki-laki 36 SMA Islam dewasa akhir sudah 16 kurang Kahar Laki-laki 52 SMA Islam lansia awal sudah 17 cukup Suriadi Laki-laki 42 SD Islam dewasa akhir sudah 14 baik Nasrun Laki-laki 49 SMP Islam lansia awal sudah 16 kurang Andrik Laki-laki 30 SMA Islam dewasa awal belum 3 kurang Sularni Perempuan 46 SD Islam lansia awal sudah 16 kurang Awaludin Laki-laki 60 SMA Islam lansia akhir sudah 18 kurang Arianto Laki-laki 38 SMA Islam dewasa akhir belum 8 kurang Lusiana Perempuan 32 SMA Islam dewasa awal belum 9 cukup
Rempu Laki-laki 48 SMA Islam lansia awal sudah 15 baik Nora Perempuan 32 SMA Islam dewasa awal belum 7 cukup
Mia Perempuan 33 SMA Islam dewasa awal belum 7 cukup Pristi Perempuan 29 SMA Islam dewasa awal belum 3 kurang
Heri Laki-laki 33 S1 Islam dewasa awal belum 6 kurang Arman Laki-laki 59 SMP Islam lansia akhir sudah 18 baik
Risi Perempuan 35 S1 Islam dewasa awal belum 6 cukup Sri Perempuan 44 SMA Islam dewasa akhir sudah 16 cukup Masita Perempuan 48 SMA Islam lansia awal sudah 16 baik Hamdan Laki-laki 63 SMP Islam lansia akhir sudah 18 cukup
Dewi Perempuan 42 SMA Islam dewasa akhir sudah 14 cukup Masdori Perempuan 54 SMA Islam lansia awal sudah 17 kurang
Supeno Laki-laki 64 SMA Islam lansia akhir sudah 18 cukup Maria Perempuan 33 SMA Islam dewasa awal belum 7 cukup Darmi Perempuan 61 SMP Islam lansia akhir sudah 17 cukup Putri Perempuan 28 SD Islam dewasa awal sudah 8 cukup Feryanto Laki-laki 32 SD Islam dewasa awal belum 9 cukup Meifan Laki-laki 44 SMA Islam dewasa akhir belum 12 baik
Hesti Perempuan 25 SMA Islam remaja akhir belum 2 baik Nani Perempuan 43 SMA Islam dewasa akhir sudah 14 baik Rizal Laki-laki 25 SMA Islam remaja akhir belum 2 kurang Syafri Laki-laki 36 SMA Islam dewasa akhir belum 7 cukup Syarif Laki-laki 31 SMA Islam dewasa awal sudah 5 baik
(65)
Agus Laki-laki 46 SMA Islam lansia awal sudah 15 kurang Wasito Laki-laki 43 SMA Islam dewasa akhir sudah 13 kurang Endang Perempuan 46 D3 Islam lansia awal sudah 16 cukup
Dahlia Perempuan 58 SMP Islam lansia akhir sudah 17 baik Sajuli Laki-laki 63 SMA Islam lansia akhir sudah 18 cukup
Eka Laki-laki 39 S1 Islam dewasa akhir sudah 11 baik Tasbih Laki-laki 41 SMA Islam dewasa akhir sudah 12 baik Yuni Perempuan 35 SMA Islam dewasa awal sudah 7 cukup Ishak Laki-laki 47 S1 Islam lansia awal sudah 12 cukup Tarigan Laki-laki 39 SMA Islam dewasa akhir belum 8 cukup Bambang Laki-laki 52 SMA Islam lansia awal belum 18 baik
Rida Perempuan 35 SMA Islam dewasa awal belum 8 cukup Nurhayat Perempuan 50 D3 Islam lansia awal sudah 17 baik
Sugit Laki-laki 47 SMA Islam lansia awal sudah 15 baik Siti Perempuan 43 SMA Islam dewasa akhir sudah 16 baik Ridwan Laki-laki 37 SMP Islam dewasa akhir belum 10 cukup
Zainal Laki-laki 55 SMA Islam lansia awal sudah 18 cukup Raja Laki-laki 21 SMP Islam remaja akhir belum 1 cukup Andri Laki-laki 30 SMP Islam dewasa awal belum 5 kurang
Sidi Laki-laki 34 SMP Islam dewasa awal belum 6 kurang Herma Perempuan 28 SMA Islam dewasa awal sudah 7 cukup Parmin Laki-laki 30 SMA Islam dewasa awal sudah 7 cukup Nadya Perempuan 22 SMA Islam remaja akhir belum 1 cukup Syahrial Laki-laki 43 SMA Islam dewasa akhir sudah 15 cukup Ewa Laki-laki 35 SMA Islam dewasa awal sudah 6 cukup Firdy Laki-laki 30 SMA Islam dewasa awal belum 3 kurang Jumiati Perempuan 53 SMP Islam lansia awal sudah 18 cukup
Reza Laki-laki 30 S1 Islam dewasa awal sudah 7 baik Amrizal Laki-laki 58 SMA Islam lansia akhir sudah 18 kurang Khamsah Laki-laki 29 SMA Islam dewasa awal belum 6 kurang Abdul Laki-laki 32 SMA Islam dewasa awal belum 8 baik
Adhe Laki-laki 24 SMP Islam remaja akhir sudah 2 baik Irwan Laki-laki 38 SMA Islam dewasa akhir sudah 13 baik Abdi Laki-laki 41 SMA Islam dewasa akhir sudah 13 baik Munir Laki-laki 41 SMA Islam dewasa akhir sudah 15 baik Dian Laki-laki 22 SMA Islam remaja akhir belum 1 cukup Arul Laki-laki 27 SMA Islam dewasa awal sudah 6 cukup Aripin Laki-laki 40 SMA Kristen dewasa akhir sudah 16 cukup Zulham Laki-laki 26 SMA Kristen dewasa awal belum 4 kurang
(66)
Kenny Laki-laki 24 SMA Kristen remaja akhir sudah 3 kurang Rudi Laki-laki 30 SMA Islam dewasa awal sudah 8 cukup Yopie Laki-laki 31 SMA Kristen dewasa awal belum 6 cukup Wahidin Laki-laki 52 S1 Kristen lansia awal sudah 17 baik
Anton Laki-laki 51 SMA Kristen lansia awal sudah 18 cukup Mangar Laki-laki 37 SMA Kristen dewasa akhir sudah 11 kurang
Harni Perempuan 33 SMP Islam dewasa awal sudah 10 baik Hendro Laki-laki 34 SMP Islam dewasa awal sudah 10 cukup
Legini Perempuan 43 SD Islam dewasa akhir belum 14 kurang Bandar Laki-laki 47 SMA Kristen lansia awal sudah 15 baik
Sutadi Laki-laki 44 SMP Islam dewasa akhir sudah 12 baik Debora Perempuan 45 S1 Kristen dewasa akhir sudah 15 cukup
Dedek Laki-laki 35 SMA Islam dewasa awal sudah 9 baik Rijon Laki-laki 38 SMA Kristen dewasa akhir sudah 11 baik Agung Laki-laki 25 SMA Kristen remaja akhir sudah 2 cukup Berlin Perempuan 45 SMA Kristen dewasa akhir belum 16 cukup Siahaan Laki-laki 48 SMA Kristen lansia awal sudah 15 cukup Lukman Laki-laki 24 SMA Islam remaja akhir belum 1 cukup Frobin Laki-laki 34 S1 Kristen dewasa awal sudah 8 cukup Sumarno Laki-laki 50 SMP Islam lansia awal sudah 18 kurang
Zahriati Perempuan 45 SMA Islam dewasa akhir sudah 16 kurang Yuning Perempuan 49 SMA Kristen lansia awal belum 16 cukup
Edi Laki-laki 41 SMA Islam dewasa akhir sudah 14 kurang Rospida Perempuan 36 SMA Kristen dewasa akhir sudah 11 kurang Simanjun Laki-laki 59 SMA Kristen lansia akhir sudah 17 cukup
Silitong Perempuan 58 SMA Kristen lansia akhir sudah 18 kurang Melky Laki-laki 36 SMA Kristen dewasa akhir belum 9 kurang TH Sltga Laki-laki 60 SMA Kristen lansia akhir belum 18 kurang Rosline Perempuan 53 SMA Kristen lansia awal sudah 17 kurang Aziati Perempuan 28 S1 Islam dewasa awal belum 4 kurang Yusnida Perempuan 40 S1 Islam dewasa akhir sudah 15 kurang Reni Perempuan 35 SMA Kristen dewasa awal sudah 11 kurang Mariati Perempuan 49 SMP Kristen lansia awal sudah 14 kurang Rahim Laki-laki 58 SD Islam lansia akhir sudah 18 kurang Baini Laki-laki 50 SMA Kristen lansia awal sudah 18 kurang Nani Perempuan 43 SMA Kristen dewasa akhir sudah 16 baik Mayasari Perempuan 28 SMA Kristen dewasa awal belum 5 kurang
Wagiah Perempuan 63 SMA Islam lansia akhir sudah 18 cukup Pitri Perempuan 40 SMA Islam dewasa akhir sudah 16 cukup
(67)
Inem Perempuan 58 SMP Islam lansia akhir sudah 18 cukup Setiawan Laki-laki 37 S1 Islam dewasa akhir belum 11 cukup Rita Perempuan 34 SMA Kristen dewasa awal belum 8 cukup Ginah Perempuan 62 SMP Kristen lansia akhir sudah 18 kurang Endrik Laki-laki 35 D3 Islam dewasa awal belum 8 baik
Indra Laki-laki 28 SMA Kristen dewasa awal belum 5 kurang Marcello Laki-laki 29 SMA Kristen dewasa awal belum 4 kurang Syahril Laki-laki 45 SMA Islam dewasa akhir sudah 12 baik Benedik Laki-laki 32 SMA Kristen dewasa awal belum 7 cukup
Dian Perempuan 42 SMP Kristen dewasa akhir sudah 14 cukup Aidil Laki-laki 42 SMA Islam dewasa akhir sudah 12 cukup Dirman Laki-laki 38 SMA Islam dewasa akhir sudah 9 cukup Bambang Laki-laki 30 SMA Islam dewasa awal belum 6 baik
Syahrial Laki-laki 43 SMA Islam dewasa akhir sudah 14 kurang Dodi Laki-laki 36 S1 Islam dewasa akhir sudah 10 kurang Hendrik Laki-laki 35 S1 Islam dewasa awal sudah 10 baik Binzamin Laki-laki 38 SMA Kristen dewasa akhir sudah 11 kurang
Alia Perempuan 48 SMP Islam lansia awal sudah 13 cukup Togap Laki-laki 37 SMA Kristen dewasa akhir sudah 8 cukup Wesli Laki-laki 30 SMA Kristen dewasa awal belum 4 cukup Alip Laki-laki 47 SMA Islam lansia awal sudah 16 Cukup
Nama P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 Tingkat Pengetahuan
Harry 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 baik
Suwartik 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 cukup
Sofyan 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 cukup
Gito 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 cukup
Bangun 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 kurang
Yusni 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 kurang
Joni 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 kurang
Puji 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 baik
M Akbar 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 baik
Arta 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 kurang
Dewi 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 kurang
M Taufan 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 cukup
Irma 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 kurang
(1)
Agama Responden
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent Valid Islam 132 76,3 76,3 76,3
Kristen 41 23,7 23,7 100,0
Total 173 100,0 100,0
Sunat
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent Valid sudah 113 65,3 65,3 65,3
belum 60 34,7 34,7 100,0
Total 173 100,0 100,0
Jenis Kelamin
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent Valid Laki-laki 100 57,8 57,8 57,8
Perempuan 73 42,2 42,2 100,0
Total 173 100,0 100,0
Kategori Umur
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent Valid remaja akhir 12 6,9 6,9 6,9
dewasa awal 51 29,5 29,5 36,4
dewasa akhir 55 31,8 31,8 68,2 lansia awal 35 20,2 20,2 88,4 lansia akhir 19 11,0 11,0 99,4
manula 1 ,6 ,6 100,0
(2)
Pendidikan
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid D3 3 1,7 1,7 1,7
S1 20 11,6 11,6 13,3
SD 11 6,4 6,4 19,7
SMA 113 65,3 65,3 85,0
SMP 26 15,0 15,0 100,0
Total 173 100,0 100,0
Analisis dengan Metode Chi-square
TingkatPengetahuan * Sunat Crosstabulation
Sunat
Total Sudah belum
TingkatPengetahua n
Baik 31 9 40
cukup 47 28 75
kurang 35 23 58
Total 113 60 173
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig. (2-sided) Pearson Chi-Square 3,486a 2 ,175
Likelihood Ratio 3,665 2 ,160 Linear-by-Linear
Association 2,747 1 ,097 N of Valid Cases 173
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13,87.
(3)
Agama * TingkatPengetahuan Crosstabulation
TingkatPengetahuan
Total baik cukup kurang
Agama Islam 35 59 37 131
Kristen 5 16 21 42
Total 40 75 58 173
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig. (2-sided) Pearson Chi-Square 7,862a 2 ,020
Likelihood Ratio 7,947 2 ,019 Linear-by-Linear
Association 7,610 1 ,006 N of Valid Cases 173
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,71.
umuranak1 * Sunat Crosstabulation
Count
Sunat
Total sudah Belum
umuranak1 Balita 4 24 28
kanak-kanak 28 27 55
remaja awal 48 5 53
remaja akhir 33 4 37
(4)
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig. (2-sided) Pearson Chi-Square 61,451a 3 ,000
Likelihood Ratio 65,664 3 ,000
Linear-by-Linear
Association 52,338 1 ,000
N of Valid Cases 173
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,71.
(5)
(6)