3. AWAL MULA IDE PROYEK PLTN DI INDONESIA
Sejarah perkembangan nuklir di Indonesia bermula dari sebuah seminar yang diprakarsai oleh Departemen PUTL bekerjasama dengan BATAN pada tahun 1968. Tindak lanjut dari
seminar ini terulang pada seminar berikutnya di Yogyakarta pada tahun 1970, yang menghasilkan sebuah komisi yaitu Komisi Persiapan Pembangunan PLTN KP2-PLTN.
Setelah kedua momentum tersebut, wacana teknologi PLTN mulai mendapat perhatian serius oleh para ahli nuklir di Indonesia.
Pada 1989, Presiden Suharto saat meresmikan labolatoria BATAN, LIPI dan BPPT dikawasan Puspitek Serpong, menginstruksikan agar dilakukan usaha persiapan
sebaik-baiknya untuk membangun suatu pembangkit listrik tenaga nuklir di Indonesia. Usaha persiapan pembangunan PLTN tersebut dijabarkan secara lebih kongkrit dengan keputusan
Badan Koordinasi Energi Nasional BAKOREN yang menunjuk BATAN untuk memulai kegiatan yang terarah menuju pembangunan PLTN. Untuk itu BATAN melakukan
pemutakhiran studi kelayakan Pembangunan PLTN yang dimulai sejak akhir tahun 1991 dan berakhir pada pertengahan tahun 1996 ini. Namun, beberapa kendala merintangi rencana
tersebut antara lain berkaitan dengan isu politik, keamanan, ekonomi dan terjadinya kecelakaan reaktor nuklir di Chernobyl.
Pada 31 Januari 1996, MenristekKepala BPPT pada saat itu dijabat oleh BJ Habibie, mempertegas mengenai rencana pendirian PLTN Muria di hadapan Komisi X DPR yang
kemudian menuai reaksi dari berbagai lapisan dan kelompok masyarakat. Akhirnya, Menteri Negara Riset dan TeknologiKepala BPPT, pada 7 Januari 2003 yang lalu, menyampaikan
bahwa rencana pembangunan PLTN di semenanjung Muria, Jawa Tengah, akan diteruskan, dan diproyeksikan mulai beroperasi tahun 2015.
4. TRAUMA KECELAKAAN REAKTOR NUKLIR
Pada tahun 1979 salah satu reactor nuklir di Amerika mengalami kecelakaan yaitu reaktor nuklir Three Mile Island TMI. Salah satu penyebab kecelakaan disebabkan oleh kombinasi
antara kegagalan salah satu bagian peralatan dan kesalahan operator yang akhirnya menyebabkan melelehnya sebagian dari bahan bakar di teras reaktor karena kehilangan air
pendingin. Akan tetapi, masyarakat disekitarnya masih beruntung karena struktur pembungkus reaktor tidak mengalami kerusakan dan berjalan sebagaimana yang dirancang
sehingga sangat sedikit zat radioaktif yang terlepas keluar bangunan reaktor. Memang sedikit korban yang jatuh, akan tetapi efek dari kecelakaan ini sangat besar, dimana tingkat
Timbangen Sembiring : Kemungkinan Dibangunnya Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir PLTN di Indonesia, 2008 USU e-Repository 2008
5
kepercayaan masyarakat terhadap pembangkit listrik tenaga nuklir sebagai pembangkit listrik menjadi rendah.
Chernobyl kota kecil di Ukraine memiliki reactor nuklir Unit-4 jenis RBMK-1000 yang mengalami kecelakaan pada 26 April 1986 dini hari. Kecelakaan ini menelan korban 31 orang
meninggal, 200 orang luka-luka dan sekitar 135 ribu orang pada zone 30 km di sekeliling reaktor dievakuasi, dan sebagian hingga kini belum diperkenankan kembali. Kontaminasi
radioaktif tingkat rendah terbawa angin ke daerah yang lebih luas di Uni Sovyet dan Eropa. Sehari sebelumnya, reactor ini sebenarnya sedang dipadamkan shutdown dalam rangka
perawatan rutin maintenance. Pada waktu yang sama operator bermaksud menguji prosedur keselamatan reaktor. Uji keselamatan ini dimaksudkan untuk memeriksa apakah turbin
generator yang melambat masih menghasilkan daya yang cukup untuk menjalankan pompa pendingin sampai generator diesel darurat dihidupkan. Untuk itu, rencananya reaktor akan
dioperasikan pada tingkat daya 30 dari daya maksimalnya, tetapi kelewatan sehingga turun sampai 10 . Untuk menaikkannya kembali sampai tingkat daya 30 operator melakukan
kesalahan kritis dengan menarik batang kendali, akibatnya uap pun bertambah. Pertambahan uap yang tidak terkendali menyebabkan pertambahan daya yang tidak dapat dikontrol. Reaktor
jenis ini diketahui memiliki tingkat daya yang rendah. Dari pengalaman kecelakaan di Chernobyl ini, yang dikenal sebagai kecelakaan paling besar,
masyarakat menilai bahwa keberadaan PLTN adalah membahayakan masyarakat oleh karena radiasinya yang sangat besar dan bertahan lama. Memang setelah dilakukan
penyelidikan terhadap reactor nuklir di Chernobyl beberapa factor penyebabnya adalah berupa cacat desain, yaitu tidak stabilnya operasi pada tingkat daya rendah.
5. PROYEK PLTN SEMENANJUNG MURIA