puluhan tahun mendatang. Untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar minyak pemerintah Indonesia telah
menerbitkan sebuah peraturan PP Nomor 5, 2006 tentang kebijakan energi nasional untuk mengembangkan sumber energi alternatif sebagai pengganti bahan bakar minyak. Kebijakan
tersebut menekankan pada sumber daya yang dapat diperbaharui sebagai altenatif pengganti bahan bakar minyak. Salah satu sumber energi alternatif adalah pembangunan instalasi listrik
berbasis nuklir Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir, PLTN. Sebenarnya, rencana pembangunan PLTN di Indonesia telah lama dicanangkan, akan tetapi akibat penolakan dari berbagai elemen
masyarakat dan kondisi ekonomi yang tidak kunjung membaik, maka pemerintah masih mengkaji untung rugi dari proyek tersebut.
2. KRISI ENERGI LISTRIK
Di Indonesia, sumber bahan bakar penghasil energi listrik adalah minyak, batubara, gas dan tenaga air hydropower. Akhir-akhir ini, sumber penghasil energi listrik tersebut di atas
sudah mulai berkurang baik kualitas maupun kuantitasnya. Sebagai contoh, sumber energi listrik berbasis hydropower telah berkurang secara drastis akibat rendahnya debit air.
Berkurangnya debit air ini diakibatkan oleh penebangan hutan secara liar dan besar-besaran. Sementara usaha penanaman kembali reboisasi yang dilakukan jauh lebih kecil dari
penebangan kayu illegal logging. Sebagaimana agenda keprihatianan terhadap lingkungan pada Protokol Kyoto dan Konferensi Perubahan Iklim di Bali maka penggunaan bahan bakar
fosil seperti minyak dan batubara sebisa mungkin dikurangi pemakaiannya mengingat kedua jenis bahan bakar tersebut menyumbangkan gas CO
2
terbesar. Hal ini dapat dilihat dari Gambar 1, yaitu data tentang persentase penggunaan berbagai jenis bahan bakar dunia
pada tahun 2004. Sebaliknya, persentase sumber bahan bakar non-fossil jauh lebih kecil dari bahan bakar fossil. Penggunaan energi non-fosil sebagai alternatif juga telah
dimanfaatkan walaupun belum maksimal seperti tenaga air, panas bumi, tenaga surya, angin dan uranium.
Berdasarkan data yang dikeluarkan ESDM bahwa penduduk Indonesia yang belum bisa menikmati listrik ada sekitar 100 juta penduduk dari total 234.693.997 penduduk. Maka jika
masih saja menggunakan bahan baku minyak yang rentan terhadap perubahan harga, maka dikhawatirkan Indonesia akan mengalami krisis energi listrik. Setelah di pulau Jawa, Madura
dan Bali pengkonsumsi terbesar, Sumatera juga mengalami defisit energi listrik sebesar 900 MW setiap hari.
Timbangen Sembiring : Kemungkinan Dibangunnya Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir PLTN di Indonesia, 2008 USU e-Repository 2008
3
Berdasarkan data ESDM bahwa cadangan terbukti minyak mentah Indonesia adalah sekitar 5,67 miliar barrel dan cadangan potensialnya sekitar 48,48 miliar barrel. Bila produksi minyak
mentah saat ini sekitar 485 juta barrel pertahun, maka cadangan tersebut akan habis dalam kurun waktu 12 tahun apabila tidak ada penemuan baru hingga 100 tahun bila cadangan
potensial ditemukan. Adapun cadangan batubara Indonesai yang diperkirakan lebih kurang 30 miliar ton juga akan habis pada satu saat. Bila penggunaan batubara sebagaimana yang
dikonsumsi sekarang ini, maka batubara tersebut akan habis dalam kurun waktu antara 40 hingga 290 tahun, dengan catatan tidak ditemukan potensi cadangan baru.
Gambar 1. Persentase penggunaan berbagai sumber bahan bakar pembangkit energi listrik dunia pada tahun 2004, dimana sumber bahan bakar fossil masih mendominasi
dibandingkan dengan bahan bakar non-fossil. Sebagaimana diketahui bahwa penggunaan batubara dalam jumlah massif akan berujung
kepada peningkatan kadar karbon dioksida ke udara. Dampak lanjutan dari gas CO
2
ini akan meningkatkan suhu rata-rata bumi global warming. Kontribusi gas CO
2
sisa pembakaran batubara merupakan terbesar yaitu sekitar 80 persen lebih, yang diikuti oleh hasil pembakaran
minyak bumi sebesar 70-80 persen serta gas alam sedikitnya 60 persen. Mengingat Pemerintah Indonesia telah meratifikasi Protokol Kyoto, maka kita harus peduli akan
kelangsungan lingkungan yang bersih. Potensi tenaga air dan panas bumi diperkirakan masing-masing sebesar 750.000 MW dan 20.000 MW yang dapat menghasilkan energi
ekivalen dengan 913 dan 286 juta BOE per tahun.
Timbangen Sembiring : Kemungkinan Dibangunnya Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir PLTN di Indonesia, 2008 USU e-Repository 2008
4
3. AWAL MULA IDE PROYEK PLTN DI INDONESIA