Keterangan:
C : Indeks Dominansi Simpson Ni : Jumlah Individu spesies ke-i
N : Jumlah individu semua spesies
Nilai indeks dominansi berkisar antara 0-1 indeks 1 menunjukkan dominansi oleh satu jenis spesies sangat tinggi hanya terdapat satu jenis pada satu
stasiun. Sedangkan indeks 0 menunjukkan bahwa diantara jenis yang ditemukan tidak ada yang dominansi.
e. Kemiripan Habitat Antar Stasiun Krebs, 1989
Kemiripan habitat antar stasiun berdasarkan kesamaan sifat fisika dan kimia perairan dapat dihitung menggunakan Indeks Similaritas Canberra :
Ic = 1 -
1 n
�∑ �
�X
1i
− X
2j
� X
1i
+ X
2j
�
� �=1
�
Keterangan : Ic
= Indeks Similaritas Canberra n
= Jumlah Parameter yang Dibandingkan X1j dan X2j
= Nilai Parameter ke-i dan ke-j Pada Daerah yang Berbeda
f. Kemiripan Habitat Antar Spesies Krebs, 1989
Kemiripan habitat antar spesies berdasarkan kesamaan sifat fisika dan kimia perairan dapat dihitung menggunakan Indeks Matrik Canberra :
C =
1 n
�∑ �
�X
ij
− X
ik
� X
ij
+ X
ik
�
� �=1
�
Keterangan :
C = Perbedaan Koefisien Matrik Canberra antara sampel j dan k
n = Jumlah Spesies Dalam Sampel
Xij, Xik = Jumlah Individu Dalam Spesies i Dalam Setiap Sampel
Analisis Hasil Data
Analisis hasil data dilakukan secara deskriptif melalui penyajian grafik dan tabel untuk mengetahui nilai kepadatan, kelimpahan relatif, keanekaragaman,
keseragaman dan dominansi ikan. Untuk mengetahui hubungan antara keanekaragaman, keseragaman dan dominansi ikan dengan faktor fisika kimia
perairan dapat digunakan analisis regresi linier berganda. Analisis dilakukan dengan menggunakan metode komputerisasi SPSS versi 21.00.
Interpretasi dari besarnya nilai hubungan antara keanekaragaman, keseragaman dan dominansi ikan dengan sifat fisika dan kimia perairan dapat
diklasifikasikan pada Tabel 1. Tabel 1. Koefisien Korelasi dan Interpretasinya
Nilai Korelasi Interpretasi
0,00 – 0,199 0,20 – 0,399
0,40 – 0,599 0,60 – 0,799
0,80 – 1,000
Hubungan Sangat Tidak Erat Hubungan Tidak Erat
Hubungan Cukup Erat Hubungan Erat
Hubungan Sangat Erat
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Kondisi Habitat Danau Pondok Lapan
Pengambilan sampel air dilakukan sebelum pengambilan sample nekton, untuk melihat seberapa besar pengaruh perubahan kondisi perairan terhadap struktur
komunitas sumberdaya hayati nekton di danau tersebut. Hasil pengukuran parameter fisik-kimia perairan selama pengamatan dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil Pengukuran Parameter Fisika-Kimia Perairan.
Parameter Satuan
STASIUN I
II III
IV Jan
Feb Mar
Jan Feb
Mar Jan
Feb Mar
Jan Feb
Mar
Fisika
Suhu
o
C 29
32 30
30 30
30 30
31 31
31 31
31 Kekeruhan
TSS mgL
9 14
31 9
18 33
5 17
32 9
22 26
Kecerahan Cm
89 90
80 112
111 98
119 118
113 103
103 95
Kedalaman Cm
340 340
340 140
140 140
340 340
340 240
240 240
Kimia
pH -
6,6 7,2
6,9 6,6
6,7 6,8
6,8 7
7 6,7
7 6,9
DO mgL
5,6 7,4
7,2 3,5
3,4 3,2
5,4 6,2
6 6
6 5,2
BOD mgL
2,6 2,6
2,4 1,5
1,2 1,1
1,6 2,2
2,1 1,8
1,8 1,7
COD mgL
5,7 7,9
16,4 6,2
10 18
3,8 9,2
17 6,7
12 15,8
Perhitungan morfometrik nekton
adalah cara untuk mendeskripsikan jenis ikan dan menentukan unit stok pada suatu perairan dengan berdasarkan atas
perbedaan morfologi spesies yang diamati. Pengukuran morfometrik dilakukan antara lain pengukuran panjang standart, moncong atas atau bibir, sirip punggung
atau tinggi batang ekor hasil pengukuran morfometrik nekton rata rata di Danau Pondok Lapan dapat dilihat pada Tabel 3
Tabel 3. Rata- Rata Morfometrik Nekton di Danau Pondok Lapan
Jenis Nekton TL
SL HL
CPL SNL
DD DBL
ED CPD
BD PFL
VPL Osteochilus hasselti
15,1 11,4
2,7 1,36
0,57 2,31
4,72 0,61
1,82 3,45
2,17 2,02
Cyclocheilichthys apogon 11,3
9,1 2,75
0,5 0,5
2,45 1,82
0,76 1,04
3,51 2,17
2,27 Notopterus notopterus
18,5 16
3,5 0,2
1,4 2,1
0,5 0,8
0,5 4,5
2,5 1
Trichogaster trichopterus 6,6
5,3 1,45
0,4 0,2
1,08 1,23
0,36 0,75
2,1 1,2
1,63 Pristolepis grooti
8,4 6,8
2,5 0,3
0,3 1,6
4 0,5
1,2 3,4
1,9 1,8
Aplocheilus panchax 4,2
3,5 0,4
0,2 0,2
0,3 0,6
0,3 0,4
0,6 0,7
1
Klasifikasi Nekton
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh klasifikasi nekton yang didapat pada beberapa stasiun lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Klasifikasi Nekton yang Didapat Pada Setiap Stasiun Penelitian di Beberapa Lokasi di Danau Pondok Lapan Kecamatan Salapian
Kabupaten Langkat
Filum Kelas
Ordo Family
Genus Spesies
Chordata Actinopterygii
Cypriniformes Cyprinidae
Osteochilus Osteochilus hasselti
Cyclocheilichthys Cyclocheilichthys apogon
Osteoglossiformes Notopteridae
Notopterus Notopterus notopterus
Perciformes Osphronemidae
Trichogaster Trichogaster trichopterus
Nandidae Pristolepis
Pristolepis grooti Cyprinodontiformes
Aplocheilidae Aplocheilus
Aplocheilus panchax Arthropoda
Malacostraca Decapoda
Palaemonidae Palaemonetes
Palaemonetes sp
Dari Tabel 4. Dapat dilhat bahwa jenis nekton yag didapat di Danau Pondok Lapan adalah 6 jenis nekton dan 1 crustacea. Terdiri dari 2 filum dan 2
kelas, 5 ordo, 6 famili, 7 genus dan 7 spesies. Dari ketujuh spesies nekton yang di dapat, dapat dihitung jumlah spesies per stasiun yang ada di Danau Pondok Lapan
dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Jumlah Spesies Per Stasiun di Danau Pondok Lapan Kecamatan Salapian Kabupaten Langkat
Spesies Stasiun
Total I
II III
IV Jan
Feb Mar
Jan Feb
Mar Jan
Feb Mar
Jan Feb
Mar Osteochilus hasselti
5 9
2 3
7 15
22 17
7 10
9 9
115 Cyclocheilichthys apogon
13 5
8 12
14 12
22 12
12 8
14 132
Notopterus notopterus 2
1 5
21 3
6 22
60 Trichogaster trichopterus
5 3
4 12
4 78
17 3
13 2
141 Pristolepis grooti
5 4
17 3
2 21
7 4
2 2
67 Aplocheilus panchax
13 23
8 19
63 Palaemonetes sp
2 7
5 25
39 TOTAL
30 25
47 41
31 52
138 71
73 35
27 47
617
Sumberdaya Hayati Nekton di Danau Pondok Lapan
Data keseluruhan hasil tangkapan nekton selama penelitian di Danau Pondok Lapan dapat dilihat pada Lampiran . Jenis- jenis Nekton dan udang yang diperoleh
selama penelitian adalah:
1. Osteochilus hasselti
Ikan ini biasa disebut oleh masyarakat sekitar dan para pemancing adalah ikan paitan. Memiliki tanda hitam pada ekor dan sisiknya berwarna oranye pada
sekitar batas operculum sampai pada sirip anus dan memiliki garis panjang berwarna hitam sepanjang tubuh. Pada penelitian ini jumlah individu ikan ini
diperoleh sebanyak 115 ekor. Osteochilus hasselti memiliki panjang umum 12-15 cm. Osteochilus hasselti sendiri memiliki kemiripan dengan
Cyclocheilichthys apogon tetapi terdapat perbedaan mendasar pada keduanya yaitu ikan ini memiliki sirip
punggung dan warna mata berbeda dengan Cyclocheilichthys apogon. Bentuk ikan dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9. Osteochilus hasselti
2.
Cyclocheilichthys apogon
Keperas atau seren adalah sejenis ikan air tawar anggota suku Cyprinidae kerabat ikan mas. Ikan ini menyebar luas di Asia Tenggara daratan dan
Indonesia bagian barat. Nama-nama setempat, di antaranya, keperas, temperas
atau ikan karper.
Pada penelitian ini jumlah individu ikan ini diperoleh sebanyak 132 ekor.
Di daerah ini sendiri ikan keperas disebut dengan ikan mata merah oleh para pemancing dan juga masyrakat sekitar karena ciri yang paling menonjol yaitu matanya
yang berwarna merah.
Tubuh berwarna cokelat kekuningan, sisi punggungnya cokelat gelap. Pangkal sisik-sisik dengan bintik berwarna gelap. Satu bintik hitam
besar terdapat di batang ekor. Keperas menyebar luas mulai dari Burma, Thailand,
Semenanjung Malaya, Sumatera, Kalimantan, dan Jawa. Jenis ikan dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10.
Cyclocheilichthys Apogon
3.
Notopterus notopterus
Ikan ini mempunyai beberapa nama, diantaranya ikan lopis, belida atau ikan pipih. Belida merupakan jenis ikan sungai yang tergolong dalam suku
Notopridae ikan berpunggung pisau. Ikan belida memiliki ciri Bentuk badannya yang pipih dengan kepala yang berukuran kecil dan di bagian tengkuknya terlihat
bungkuk dan juga memiliki sirip dubur yang sangat panjang yang berawal dari tepat di belakang sirip perut sampai ke bagian sirip ekor. Jumlah individu ikan ini
selama penelitian diperoleh sebanyak 60 ekor yang tertangkap kelimpahan terjadi pada stasiun 2 dan 4 memiliki panjang tubuh rata-rata 17. Cm sampai 19 cm. Jenis
ikan dapat dilihat pada Gambar 11.
Gambar 11. Notopterus Notopterus
4. Trichogaster trichopterus
Ikan sepat rawa biasanya mempunyai ukuran tubuh sedang, panjang sepat rawa mampu mencapai 25 cm; namun umumnya kurang dari 20 cm. Lebar pipih,
dengan mulut agak meruncing. Warna yang liar biasanya kehitaman sampai agak kehijauan pada hampir seluruh tubuhnya. Terkadang sisi tubuh nampak
agak terang berbelang-belang miring. Sejalur bintik besar kehitaman, yang
hanya terlihat pada individu berwarna terang, terdapat di sisi tubuh mulai dari belakang mata hingga ke pangkal ekor. Pada penelitian ini jumlah individu
ikan ini diperoleh sebanyak 141 ekor. Jenis ikan dapat dilihat pada Gambar 12.
Gambar 12. TrichogasterTrichopterus
5. Pristolepis grooti
Ikan Katung mempunyai ciri-ciri diantaranya badan berbentuk lonjong . Bibirnya dapat ditonjolkan ke depan protaktil, badan dan kepala bersisik kasar
,mata terletak sedikit ke atas dari sudut mulut. Ikan ini sendiri dikenal dengan ikan kepar oleh masyarakat sekitar Danau Pondok Lapan. Memiliki panjang rata rata
sekitar 10-12 cm. Pada penelitian ini jumlah individu ikan ini diperoleh sebanyak 67 ekor. Jenis ikan dapat dilihat pada Gambar 13.
Gambar 13. Pristolepis grooti
6. Aplocheilus panchax
Ikan kepala timah adalah sejenis ikan kecil penghuni perairan tawar, anggota suku Aplocheilidae. Ditemukan menyebar luas di Asia bagian selatan
mulai dari Pakistan hingga Indonesia, ikan ini dikenal dalam bahasa Inggris sebagai Blue panchax atau Whitespot, merujuk pada bintik putih yang ada di atas
kepalanya yang serupa tetesan timah. Ikan yang bertubuh kecil, panjang tumbuh hingga 55 mm atau lebih. Kepala memipih datar dibagian depan tegak dan datar
dibagian belakangnya. Ikan ini mempunya adaptasi yang tinggi, kepala timah ditemukan hidup diberbagai air tawar ingga payau. Ikan ini biasanya menghuni air
yang mengenang dan ternaungi. Jumlah individu ikan ini selama penelitian diperoleh sebanyak 63 ekor yang tertangkap pada stasiun 1 dan 3 memiliki
panjang tubuh rata-rata 3. cm sampai 5 cm. Jenis ikan dapat dilihat pada Gambar 14.
Gambar 14
.
Aplocheilus panchax
7. Palaemonetes sp
Kelas Malacostraca Meliputi udang tingkat tinggi berukuran besar. Cirinya: hidup sebagai zooplankton dan benthos. Terdapat 2 pasang antena
sebagai alat peraba, merasakan, mengatur keseimbangan tubuh. Terdapat 2 pasang
maksila dan sepasang mandibula yang berfungsi untuk mengigit makanan. Terdapat 3 pasang kaki rahang untuk mengankap makanan. Pada penelitian ini
jumlah individu udang diperoleh sebanyak 39 ekor. Pada thorax terdapat 4 pasang kaki jalan sebagai alat gerak, dan sepasang
kaki gunting Cheliped yang berfungsi untuk menerkam dan memegang makanan. Pada abdomen terdapat 5 pasang kaki renang, dan bagian ekor terdapat
telson dan uropod untuk berenang kemudi. Palaemonetes sendiri merupakan bagian dari ordo Dekapoda yaitu dengan ciri memiliki 5 pasang anggota gerak
pada thorax sehingga sering disebut juga hewan berkaki sepuluh. Kepala dan dada menjadi satu yang dilindungi karapaks. Jenis udang dapat dilihat pada Gambar 15.
Gambar 15. Palaemonetes sp.
Kepadatan Populasi ,Kelimpahan Relatif , dan Frekuensi Kehadiran Nekton di Danau Pondok Lapan Kecamatan Salapian Kabupaten Langkat
Berdasarkan analisis data yang digunkan diperoleh nilai kepadatan populasi K, Kelimpahan relatif KR, dan frekuensi kehadiran FK nekton
pada setiap staiun dapat dilihat pada Tabel 6, Tabel 7, dan Tabel 8.
Tabel 6. Kepadatan Populasi K Nekton di Danau Pondok Lapan
Kecamatan Salapian Kabupaten Langkat
Taksa Stasiun Indm
2
I II
III IV
Jan Feb
Mar Jan
Feb Mar
Jan Feb
Mar Jan
Feb Mar
Osteochilus hasselti 0,05
0,09 0,02
0,03 0,07
0,15 0,22
0,17 0,07
0,1 0,09
0,09 Cyclocheilichthys
apogon 0,13
0,05 0,08
0,12 0,14
0,12 0,22
0,12 0,12
0,08 0,14
Notopterus notopterus 0,02
0,01 0,05
0,21 0,03
0,06 0,22
Trichogaster trichopterus
0,05 0,03
0,04 0,12
0,04 0,78
0,17 0,03
0,13 0,02
Pristolepis grooti 0,05
0,04 0,17
0,03 0,02
0,21 0,07
0,04 0,02
0,02 Aplocheilus panchax
0,13 0,23
0,08 0,19
Palaemonetes sp 0,02
0,07 0,05
0,25 TOTAL
0,3 0,25
0,47 0,41
0,31 0,52
1,38 0,71
0,73 0,35
0,27 0,47
Tabel 7. Kelimpahan Relatif KR Nekton di Danau Pondok Lapan
Kecamatan Salapian Kabupaten Langkat
Taksa Stasiun
I II
III IV
Jan Feb
Mar Jan
Feb Mar
Jan Feb
Mar Jan
Feb Mar
Osteochilus hasselti 16
36 4
7 22
29 16
24 10
28 33
19 Cyclocheilichthys apogon
43 11
19 39
27 9
31 16
34 30
30 Notopterus notopterus
4 2
16 40
4 22
47 Trichogaster trichopterus
16 12
8 29
12 56
24 4
37 7
Pristolepis grooti 16
8 41
10 4
15 10
5 7
4 Aplocheilus panchax
52 49
11 26
Palaemonetes sp 7
15 3
34 TOTAL
100 100
100 100
100 100
100 100
100 100
100 100
Tabel 8. Frekuensi Kehadiran Nekton di Danau Pondok Lapan
Kecamatan Salapian Kabupaten Langkat
Jenis Ikan Januari
Februari Maret
Osteochilus hasselti 50
100 100
Cyclocheilichthys apogon 100
100 100
Notopterus notopterus 25
50 100
Trichogaster trichopterus 100
100 50
Pristolepis grooti 75
100 100
Aplocheilus panchax 50
50 Palaemonetes sp
50 50
Keanekaragaman, Keseragaman dan Dominansi nekton
Secara umum, tingkat Keanekaragaman, Keseragaman, dan Dominansi di Danau Pondok Lapan dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 9. Indeks Keanekaragaman, Keseragaman dan Dominansi di Danau Pondok Lapan Kecamatan Salapian Kabupaten Langkat
INDEKS STASIUN
1 2
3 4
H 0,1292
0,1400 0,1554
0,1330 E
0,0664 0,0719
0,0798 0,0683
C 0,0273
0,0403 0,2088
0,0312
Kemiripan Habitat Antar Stasiun dan Kemiripan Habitat Antar Spesies di Danau Pondok Lapan Kecamatan Salapian Kabupaten Langkat
Berdasarkan analisis data di peroleh nilai kemiripan habitat antar stasiun dan kemiripan habitat antar spesies di danau pondok lapan kecamatan salapian
kabupaten langkat dapat dilihat pada Tabel 7 dan Tabel 8.
Tabel 10. Kemiripan Habitat Antar Stasiun dan Antar Spesies di Danau Pondok Lapan Kecamatan Salapian Kabupaten Langkat
INDEKS STASIUN
1 2 1 3
1 4 2 3
2 4 3 4
Ic 82.55
94 92.4
84.3 89.3
93.55 C
43 59
43 73
89 67
Analisis SPSS antara Kelimpahan Nekton dan Faktor Fisika Kimia Perairan
Berdasarkan analisis data yang menghubungkan antara kelimpahan nekton dengan faktor fisika kimia perairan di Danau Pondok Lapan kecamatan salapian
kabupaten langkat yang menggunakan SPSS versi 21 dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Nilai Analisis SPSS Antara Kelimpahan dengan faktor fisika kimia perairan di Danau Pondok Lapan
Kelimpahan Analisis korelasi
kriteriatingkat hubungan korelasi Suhu
o
C 0,143
Sangat tidak erat Kekeruhan cm
-0,43 Cukup erat
Kecerahan cm 0,798
Sangat erat Kedalaman m
0,43 Cukup erat
pH 0,43
Cukup erat DO
0,085 Sangat tidak erat
BOD -0,025
Sangat tidak erat COD
0,45 Cukup erat
Pembahasan
Berdasarkan Tabel 2. Hasil analisis perairan yang diperoleh dapat dibagi menjadi dua kelompok yakni fisika perairan dan kimia perairan
Fisika perairan a. Suhu
Suhu perairan pada keempat stasiun pengambilan contoh berkisar antara 30- 31
o
C dengan suhu terendah terdapat di stasiun II dan stasiun I. Suhu tertinggi pada stasiun IV . Suhu pada empat stasiun tersebut relatif sama, tidak mengalami
fluktuasi secara berlebihan, karena keadaan cuaca pada saat pengukuran suhu relatif sama, sehingga suhu tidak mengalami perubahan.
Variasi suhu tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan waktu dan pengaruh lebatnya vegetasi tumbuh-tumbuhan di sekitar perairan tersebut diduga
menghalangi penetrasi sinar matahari yang masuk kedalam perairan. Dari hasil pengamatan, nilai kisaran suhu keempat stasiun tersebut masih tergolong dalam
kisaran suhu normal dan masih layak bagi organisme perairan. Berdasarkan Effendi 2003, kisaran suhu optimum bagi pertumbuhan nekton di perairan
adalah 20-30
o
C.
Suhu rata rata disetiap stasiun dapat dilihat pada Gambar 16.
Gambar 16. Suhu rata-rata pada setiap stasiun pengamatan
c. Kecerahan
Nilai kecerahan pada keempat stasiun diperoleh kisaran antara 86,3 −116,6
cm. Nilai terendah pada stasiun I dan tertinggi pada stasiun III. Nilai kecerahan yang rendah disebabkan oleh kondisi perairan stasiun I yang keruh dari akibat
banyaknya limbah rumah tangga, aktivitas MCK dan limbah dari perkebunan, sehingga cahaya tidak menembus hingga ke dasar perairan. Berdasrkan Tarigan
dkk., 2012 kecerahan rendah dikarenakan banyaknya aktivitas manusia yang menghasilkan limbah sehingga banyaknya partikel terlarut dan partikel
tersuspensi yang berasal dari aktivitas manusia tersebut. Kisaran kecerahan ini masih berada pada ambang batas untuk perairan daerah tropis dan masih
mendukung bagi kehidupan ikan. Nilai kecerahan tertinggi pada stasiun III, Disebabkan kondisi air yang
tidak terlalu keruh dan kurangnya aktivitas pada kedalaman tersebut. Adanya kegiatan memancing masyarakat hanya dipinggiran danau sehingga dasar
perairannya tidak terlalu keruh. Berdasarkan Odum 1994, interaksi antara faktor kekeruhan perairan dengan kedalaman perairan akan mempengaruhi penetrasi
29,4 29,6
29,8 30
30,2 30,4
30,6 30,8
31 31,2
1 2
3 4
Stasiun
cahaya yang masuk ke dalam perairan, sehingga berpengaruh langsung pada kecerahan. Kecerahan rata-rata disetiap stasiun dapat dilihat pada Gambar 17.
Gambar 17. Kecerahan rata-rata pada setiap stasiun pengamatan
d. Kedalaman
Kedalaman danau dapat berubah-ubah sesuai keadaan lingkungan sekitarnya yang biasanya sangat dipengaruhi oleh curah hujan dan keadaan substrat sendiri. Nilai
kedalaman terendah pada stasiun II dan tertinggi di stasiun I dan III dengan kisaran antara 140 cm dan 340 cm. Hal ini dikarenakan pada stasiun II memang merupakan
outlet tetapi kegiatan yang mempengaruhi kedalaman tidak ada. Substratnya sendiri memang berlumpur tetap tidak berpengaruh jauh terhadap kedalaman. Stasiun I dan
III tinggi dikarenakan memang adanya aktivitas masyarakat yang sangat mendukung kedalaman dan juga sisa pupuk dari kegiatan pertanian yang sangat tampak pada
permukaan perairan sendiri terkhusus stasiun I. Berdasarkan Mulya 2004 daerah buangan limbah atau masukan limbah industri dan aktvitas penduduk memiliki
penetrasi cahaya yang rendah serta kedalaman yang tinggi. Ini juga menyebabkan keruhnya perairan di daerah tersebut.
. Kedalaman rata-rata disetiap stasiun dapat dilihat pada Gambar 18.
20 40
60 80
100 120
140
1 2
3 4
Stasiun
Gambar 18. Kedalaman rata-rata pada setiap stasiun pengamatan
e. Kekeruhan