Palaemonetes sp Kemiripan Habitat Antar Spesies Krebs, 1989

6. Aplocheilus panchax

Ikan kepala timah adalah sejenis ikan kecil penghuni perairan tawar, anggota suku Aplocheilidae. Ditemukan menyebar luas di Asia bagian selatan mulai dari Pakistan hingga Indonesia, ikan ini dikenal dalam bahasa Inggris sebagai Blue panchax atau Whitespot, merujuk pada bintik putih yang ada di atas kepalanya yang serupa tetesan timah. Ikan yang bertubuh kecil, panjang tumbuh hingga 55 mm atau lebih. Kepala memipih datar dibagian depan tegak dan datar dibagian belakangnya. Ikan ini mempunya adaptasi yang tinggi, kepala timah ditemukan hidup diberbagai air tawar ingga payau. Ikan ini biasanya menghuni air yang mengenang dan ternaungi. Jumlah individu ikan ini selama penelitian diperoleh sebanyak 63 ekor yang tertangkap pada stasiun 1 dan 3 memiliki panjang tubuh rata-rata 3. cm sampai 5 cm. Jenis ikan dapat dilihat pada Gambar 14. Gambar 14 . Aplocheilus panchax

7. Palaemonetes sp

Kelas Malacostraca Meliputi udang tingkat tinggi berukuran besar. Cirinya: hidup sebagai zooplankton dan benthos. Terdapat 2 pasang antena sebagai alat peraba, merasakan, mengatur keseimbangan tubuh. Terdapat 2 pasang maksila dan sepasang mandibula yang berfungsi untuk mengigit makanan. Terdapat 3 pasang kaki rahang untuk mengankap makanan. Pada penelitian ini jumlah individu udang diperoleh sebanyak 39 ekor. Pada thorax terdapat 4 pasang kaki jalan sebagai alat gerak, dan sepasang kaki gunting Cheliped yang berfungsi untuk menerkam dan memegang makanan. Pada abdomen terdapat 5 pasang kaki renang, dan bagian ekor terdapat telson dan uropod untuk berenang kemudi. Palaemonetes sendiri merupakan bagian dari ordo Dekapoda yaitu dengan ciri memiliki 5 pasang anggota gerak pada thorax sehingga sering disebut juga hewan berkaki sepuluh. Kepala dan dada menjadi satu yang dilindungi karapaks. Jenis udang dapat dilihat pada Gambar 15. Gambar 15. Palaemonetes sp. Kepadatan Populasi ,Kelimpahan Relatif , dan Frekuensi Kehadiran Nekton di Danau Pondok Lapan Kecamatan Salapian Kabupaten Langkat Berdasarkan analisis data yang digunkan diperoleh nilai kepadatan populasi K, Kelimpahan relatif KR, dan frekuensi kehadiran FK nekton pada setiap staiun dapat dilihat pada Tabel 6, Tabel 7, dan Tabel 8. Tabel 6. Kepadatan Populasi K Nekton di Danau Pondok Lapan Kecamatan Salapian Kabupaten Langkat Taksa Stasiun Indm 2 I II III IV Jan Feb Mar Jan Feb Mar Jan Feb Mar Jan Feb Mar Osteochilus hasselti 0,05 0,09 0,02 0,03 0,07 0,15 0,22 0,17 0,07 0,1 0,09 0,09 Cyclocheilichthys apogon 0,13 0,05 0,08 0,12 0,14 0,12 0,22 0,12 0,12 0,08 0,14 Notopterus notopterus 0,02 0,01 0,05 0,21 0,03 0,06 0,22 Trichogaster trichopterus 0,05 0,03 0,04 0,12 0,04 0,78 0,17 0,03 0,13 0,02 Pristolepis grooti 0,05 0,04 0,17 0,03 0,02 0,21 0,07 0,04 0,02 0,02 Aplocheilus panchax 0,13 0,23 0,08 0,19 Palaemonetes sp 0,02 0,07 0,05 0,25 TOTAL 0,3 0,25 0,47 0,41 0,31 0,52 1,38 0,71 0,73 0,35 0,27 0,47 Tabel 7. Kelimpahan Relatif KR Nekton di Danau Pondok Lapan Kecamatan Salapian Kabupaten Langkat Taksa Stasiun I II III IV Jan Feb Mar Jan Feb Mar Jan Feb Mar Jan Feb Mar Osteochilus hasselti 16 36 4 7 22 29 16 24 10 28 33 19 Cyclocheilichthys apogon 43 11 19 39 27 9 31 16 34 30

30 Notopterus notopterus

4 2 16 40 4 22

47 Trichogaster trichopterus

16 12 8 29 12 56 24 4 37 7 Pristolepis grooti 16 8 41 10 4 15 10 5 7 4 Aplocheilus panchax 52 49 11 26 Palaemonetes sp 7 15 3 34 TOTAL 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 Tabel 8. Frekuensi Kehadiran Nekton di Danau Pondok Lapan Kecamatan Salapian Kabupaten Langkat Jenis Ikan Januari Februari Maret Osteochilus hasselti 50 100 100 Cyclocheilichthys apogon 100 100 100 Notopterus notopterus 25 50 100 Trichogaster trichopterus 100 100 50 Pristolepis grooti 75 100 100 Aplocheilus panchax 50 50 Palaemonetes sp 50 50 Keanekaragaman, Keseragaman dan Dominansi nekton Secara umum, tingkat Keanekaragaman, Keseragaman, dan Dominansi di Danau Pondok Lapan dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 9. Indeks Keanekaragaman, Keseragaman dan Dominansi di Danau Pondok Lapan Kecamatan Salapian Kabupaten Langkat INDEKS STASIUN 1 2 3 4 H 0,1292 0,1400 0,1554 0,1330 E 0,0664 0,0719 0,0798 0,0683 C 0,0273 0,0403 0,2088 0,0312 Kemiripan Habitat Antar Stasiun dan Kemiripan Habitat Antar Spesies di Danau Pondok Lapan Kecamatan Salapian Kabupaten Langkat Berdasarkan analisis data di peroleh nilai kemiripan habitat antar stasiun dan kemiripan habitat antar spesies di danau pondok lapan kecamatan salapian kabupaten langkat dapat dilihat pada Tabel 7 dan Tabel 8. Tabel 10. Kemiripan Habitat Antar Stasiun dan Antar Spesies di Danau Pondok Lapan Kecamatan Salapian Kabupaten Langkat INDEKS STASIUN 1 2 1 3 1 4 2 3 2 4 3 4 Ic 82.55 94 92.4 84.3 89.3 93.55 C 43 59 43 73 89 67 Analisis SPSS antara Kelimpahan Nekton dan Faktor Fisika Kimia Perairan Berdasarkan analisis data yang menghubungkan antara kelimpahan nekton dengan faktor fisika kimia perairan di Danau Pondok Lapan kecamatan salapian kabupaten langkat yang menggunakan SPSS versi 21 dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Nilai Analisis SPSS Antara Kelimpahan dengan faktor fisika kimia perairan di Danau Pondok Lapan Kelimpahan Analisis korelasi kriteriatingkat hubungan korelasi Suhu o C 0,143 Sangat tidak erat Kekeruhan cm -0,43 Cukup erat Kecerahan cm 0,798 Sangat erat Kedalaman m 0,43 Cukup erat pH 0,43 Cukup erat DO 0,085 Sangat tidak erat BOD -0,025 Sangat tidak erat COD 0,45 Cukup erat Pembahasan Berdasarkan Tabel 2. Hasil analisis perairan yang diperoleh dapat dibagi menjadi dua kelompok yakni fisika perairan dan kimia perairan Fisika perairan a. Suhu Suhu perairan pada keempat stasiun pengambilan contoh berkisar antara 30- 31 o C dengan suhu terendah terdapat di stasiun II dan stasiun I. Suhu tertinggi pada stasiun IV . Suhu pada empat stasiun tersebut relatif sama, tidak mengalami fluktuasi secara berlebihan, karena keadaan cuaca pada saat pengukuran suhu relatif sama, sehingga suhu tidak mengalami perubahan. Variasi suhu tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan waktu dan pengaruh lebatnya vegetasi tumbuh-tumbuhan di sekitar perairan tersebut diduga menghalangi penetrasi sinar matahari yang masuk kedalam perairan. Dari hasil pengamatan, nilai kisaran suhu keempat stasiun tersebut masih tergolong dalam kisaran suhu normal dan masih layak bagi organisme perairan. Berdasarkan Effendi 2003, kisaran suhu optimum bagi pertumbuhan nekton di perairan adalah 20-30 o C. Suhu rata rata disetiap stasiun dapat dilihat pada Gambar 16. Gambar 16. Suhu rata-rata pada setiap stasiun pengamatan

c. Kecerahan