6. Aplocheilus panchax
Ikan kepala timah adalah sejenis ikan kecil penghuni perairan tawar, anggota suku Aplocheilidae. Ditemukan menyebar luas di Asia bagian selatan
mulai dari Pakistan hingga Indonesia, ikan ini dikenal dalam bahasa Inggris sebagai Blue panchax atau Whitespot, merujuk pada bintik putih yang ada di atas
kepalanya yang serupa tetesan timah. Ikan yang bertubuh kecil, panjang tumbuh hingga 55 mm atau lebih. Kepala memipih datar dibagian depan tegak dan datar
dibagian belakangnya. Ikan ini mempunya adaptasi yang tinggi, kepala timah ditemukan hidup diberbagai air tawar ingga payau. Ikan ini biasanya menghuni air
yang mengenang dan ternaungi. Jumlah individu ikan ini selama penelitian diperoleh sebanyak 63 ekor yang tertangkap pada stasiun 1 dan 3 memiliki
panjang tubuh rata-rata 3. cm sampai 5 cm. Jenis ikan dapat dilihat pada Gambar 14.
Gambar 14
.
Aplocheilus panchax
7. Palaemonetes sp
Kelas Malacostraca Meliputi udang tingkat tinggi berukuran besar. Cirinya: hidup sebagai zooplankton dan benthos. Terdapat 2 pasang antena
sebagai alat peraba, merasakan, mengatur keseimbangan tubuh. Terdapat 2 pasang
maksila dan sepasang mandibula yang berfungsi untuk mengigit makanan. Terdapat 3 pasang kaki rahang untuk mengankap makanan. Pada penelitian ini
jumlah individu udang diperoleh sebanyak 39 ekor. Pada thorax terdapat 4 pasang kaki jalan sebagai alat gerak, dan sepasang
kaki gunting Cheliped yang berfungsi untuk menerkam dan memegang makanan. Pada abdomen terdapat 5 pasang kaki renang, dan bagian ekor terdapat
telson dan uropod untuk berenang kemudi. Palaemonetes sendiri merupakan bagian dari ordo Dekapoda yaitu dengan ciri memiliki 5 pasang anggota gerak
pada thorax sehingga sering disebut juga hewan berkaki sepuluh. Kepala dan dada menjadi satu yang dilindungi karapaks. Jenis udang dapat dilihat pada Gambar 15.
Gambar 15. Palaemonetes sp.
Kepadatan Populasi ,Kelimpahan Relatif , dan Frekuensi Kehadiran Nekton di Danau Pondok Lapan Kecamatan Salapian Kabupaten Langkat
Berdasarkan analisis data yang digunkan diperoleh nilai kepadatan populasi K, Kelimpahan relatif KR, dan frekuensi kehadiran FK nekton
pada setiap staiun dapat dilihat pada Tabel 6, Tabel 7, dan Tabel 8.
Tabel 6. Kepadatan Populasi K Nekton di Danau Pondok Lapan
Kecamatan Salapian Kabupaten Langkat
Taksa Stasiun Indm
2
I II
III IV
Jan Feb
Mar Jan
Feb Mar
Jan Feb
Mar Jan
Feb Mar
Osteochilus hasselti 0,05
0,09 0,02
0,03 0,07
0,15 0,22
0,17 0,07
0,1 0,09
0,09 Cyclocheilichthys
apogon 0,13
0,05 0,08
0,12 0,14
0,12 0,22
0,12 0,12
0,08 0,14
Notopterus notopterus 0,02
0,01 0,05
0,21 0,03
0,06 0,22
Trichogaster trichopterus
0,05 0,03
0,04 0,12
0,04 0,78
0,17 0,03
0,13 0,02
Pristolepis grooti 0,05
0,04 0,17
0,03 0,02
0,21 0,07
0,04 0,02
0,02 Aplocheilus panchax
0,13 0,23
0,08 0,19
Palaemonetes sp 0,02
0,07 0,05
0,25 TOTAL
0,3 0,25
0,47 0,41
0,31 0,52
1,38 0,71
0,73 0,35
0,27 0,47
Tabel 7. Kelimpahan Relatif KR Nekton di Danau Pondok Lapan
Kecamatan Salapian Kabupaten Langkat
Taksa Stasiun
I II
III IV
Jan Feb
Mar Jan
Feb Mar
Jan Feb
Mar Jan
Feb Mar
Osteochilus hasselti 16
36 4
7 22
29 16
24 10
28 33
19 Cyclocheilichthys apogon
43 11
19 39
27 9
31 16
34 30
30 Notopterus notopterus
4 2
16 40
4 22
47 Trichogaster trichopterus
16 12
8 29
12 56
24 4
37 7
Pristolepis grooti 16
8 41
10 4
15 10
5 7
4 Aplocheilus panchax
52 49
11 26
Palaemonetes sp 7
15 3
34 TOTAL
100 100
100 100
100 100
100 100
100 100
100 100
Tabel 8. Frekuensi Kehadiran Nekton di Danau Pondok Lapan
Kecamatan Salapian Kabupaten Langkat
Jenis Ikan Januari
Februari Maret
Osteochilus hasselti 50
100 100
Cyclocheilichthys apogon 100
100 100
Notopterus notopterus 25
50 100
Trichogaster trichopterus 100
100 50
Pristolepis grooti 75
100 100
Aplocheilus panchax 50
50 Palaemonetes sp
50 50
Keanekaragaman, Keseragaman dan Dominansi nekton
Secara umum, tingkat Keanekaragaman, Keseragaman, dan Dominansi di Danau Pondok Lapan dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 9. Indeks Keanekaragaman, Keseragaman dan Dominansi di Danau Pondok Lapan Kecamatan Salapian Kabupaten Langkat
INDEKS STASIUN
1 2
3 4
H 0,1292
0,1400 0,1554
0,1330 E
0,0664 0,0719
0,0798 0,0683
C 0,0273
0,0403 0,2088
0,0312
Kemiripan Habitat Antar Stasiun dan Kemiripan Habitat Antar Spesies di Danau Pondok Lapan Kecamatan Salapian Kabupaten Langkat
Berdasarkan analisis data di peroleh nilai kemiripan habitat antar stasiun dan kemiripan habitat antar spesies di danau pondok lapan kecamatan salapian
kabupaten langkat dapat dilihat pada Tabel 7 dan Tabel 8.
Tabel 10. Kemiripan Habitat Antar Stasiun dan Antar Spesies di Danau Pondok Lapan Kecamatan Salapian Kabupaten Langkat
INDEKS STASIUN
1 2 1 3
1 4 2 3
2 4 3 4
Ic 82.55
94 92.4
84.3 89.3
93.55 C
43 59
43 73
89 67
Analisis SPSS antara Kelimpahan Nekton dan Faktor Fisika Kimia Perairan
Berdasarkan analisis data yang menghubungkan antara kelimpahan nekton dengan faktor fisika kimia perairan di Danau Pondok Lapan kecamatan salapian
kabupaten langkat yang menggunakan SPSS versi 21 dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Nilai Analisis SPSS Antara Kelimpahan dengan faktor fisika kimia perairan di Danau Pondok Lapan
Kelimpahan Analisis korelasi
kriteriatingkat hubungan korelasi Suhu
o
C 0,143
Sangat tidak erat Kekeruhan cm
-0,43 Cukup erat
Kecerahan cm 0,798
Sangat erat Kedalaman m
0,43 Cukup erat
pH 0,43
Cukup erat DO
0,085 Sangat tidak erat
BOD -0,025
Sangat tidak erat COD
0,45 Cukup erat
Pembahasan
Berdasarkan Tabel 2. Hasil analisis perairan yang diperoleh dapat dibagi menjadi dua kelompok yakni fisika perairan dan kimia perairan
Fisika perairan a. Suhu
Suhu perairan pada keempat stasiun pengambilan contoh berkisar antara 30- 31
o
C dengan suhu terendah terdapat di stasiun II dan stasiun I. Suhu tertinggi pada stasiun IV . Suhu pada empat stasiun tersebut relatif sama, tidak mengalami
fluktuasi secara berlebihan, karena keadaan cuaca pada saat pengukuran suhu relatif sama, sehingga suhu tidak mengalami perubahan.
Variasi suhu tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan waktu dan pengaruh lebatnya vegetasi tumbuh-tumbuhan di sekitar perairan tersebut diduga
menghalangi penetrasi sinar matahari yang masuk kedalam perairan. Dari hasil pengamatan, nilai kisaran suhu keempat stasiun tersebut masih tergolong dalam
kisaran suhu normal dan masih layak bagi organisme perairan. Berdasarkan Effendi 2003, kisaran suhu optimum bagi pertumbuhan nekton di perairan
adalah 20-30
o
C.
Suhu rata rata disetiap stasiun dapat dilihat pada Gambar 16.
Gambar 16. Suhu rata-rata pada setiap stasiun pengamatan
c. Kecerahan