Statistik Deskriptif Pengujian Asumsi Klasik

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

A. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif dalam penelitian ini hanya untuk mendeskripsikan data sampel dan tidak membuat kesimpulan yang berlaku untuk populasi dimana sampel diambil. Menurut Ghozali 2005:19, statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari rata-rata mean, standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range dan kemencengan distribusi. Tabel 4.1 Descriptive Statistics N Minimum Maximum Std. Deviation LN_DER 45 -1.66 5.78 1.27549 LN_WCT 45 -3.24 5.08 1.66248 LN_RMS 45 -6.91 1.80 2.29615 Valid N listwise 45 Sumber : Data diolah penulis, 2010 Berikut ini perincian data deskriptif yang telah diolah: a Variabel Debt to Equity Ratio DER memiliki nilai minimum -1,66 ; nilai maksimum 5,78; nilai dengan standar deviasi sebesar 1,2754 dan jumlah observasi sebanyak 45 sampel. b Variabel Working Capital Turnover WCT memiliki nilai minimum -3,24 ; nilai maksimum 5,08 dengan standar deviasi sebesar 1,66248 dan jumlah observasi sebanyak 45 sampel. c Variabel Rentabilitas Modal Sendiri RMS memiliki nilai minimum -6,91; nilai maksimum 1,80 dengan standar deviasi sebesar 2,29615 dan jumlah observasi sebanyak 45 sampel. Universitas Sumatera Utara

B. Pengujian Asumsi Klasik

Untuk menghasilkan suatu model regresi yang baik diperlukan pengujian asumsi klasik terlebih dahulu sebelum melakukan pengujian hipotesis. Pengujian asumsi klasik dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan program statistik normalitas data, autokorelasi, heterokedastisitas dan asumsi-asumsi klasik lainnya agar hasil pengujian tidak bersifat bias dan efisien. Menurut Ghozali 2005:123 asumsi klasik yang harus dipenuhi adalah berdistribusi normal, non-multikolinearitas, non-autokorelasi dan non- heterokedastisitas. 1. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal serta untuk menghindari bias dalam model regresi. Pengujian normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji statistik non- parametrik Kolmogorov-Smirnov K-S, dengan membuat hipotesis: H a : Data residual berdistribusi normal H : Data residual tidak berdistribusi normal Apabila signifikansi lebih besar dari 0,05 maka H diterima, sedangkan jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka H a diterima. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 60 Normal Parameters a Mean .0000000 Std. Deviation 1.66665093 Most Extreme Differences Absolute .300 Positive .276 Negative -.300 Kolmogorov-Smirnov Z 2.324 Asymp. Sig. 2-tailed .000 a. Test distribution is Normal. Sumber : Data diolah penulis, 2010 Dari hasil pengolahan data pada Tabel 4.2 diperoleh besarnya nilai Kolmogorov- Smirnov adalah 2,324 dan signifikan pada 0,000. Nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05, maka H a ditolak yang berarti data residual berdistribusi tidak normal. Data yang berdistribusi normal dapat disebabkan oleh adanya data yang outlier yaitu data yang memiliki nilai yang sangat menyimpang dari nilai data lainnya. Beberapa cara mengatasi outlier menurut Erlina 106:207 yaitu : 1. Lakukan transformasi data ke bentuk lainnya. 2. Lakukan trimming yaitu membuang data outlier 3. Lakukan winoirizing, yaitu mengubah nilai data yang outlier ke suatu nilai tertentu Untuk mengubah nilai residual agar berdistribusi normal, penulis melakukan transformasi data ke model logaritma natural LN dari Rentabilitas Modal Sendiri = fDER, WCT menjadi Ln_Rentabilitas Modal Sendiri = fLN_DER, LN_WCT. Universitas Sumatera Utara Kemudian data diuji ulang berdasarkan asumsi normalitas. Berikut ini adalah hasil pengujian dengan Kolmogorov-Smirnov setelah dilakukan transformasi data: Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Setelah Transformasi Logaritma Natural One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 45 Normal Parameters a Mean .0000000 Std. Deviation 2.05255392 Most Extreme Differences Absolute .113 Positive .080 Negative -.113 Kolmogorov-Smirnov Z .757 Asymp. Sig. 2-tailed .615 a. Test distribution is Normal. Sumber : Data diolah penulis, 2010 Dari Tabel 4.3 dapat diambil kesimpulan bahwa data dalam model regresi setelah dilakukan transformasi data dalam bentuk logaritma natural, terdistribusi secara normal. Hal ini dapat dilihat dari nilai unstandardized residual lebih besar dari 0,05 yakni 0,6150,05. Dengan demikian data dapat dilanjutkan dengan uji asumsi klasik lainnya. Untuk lebih jelas berikut ini turut dilampirkan grafik histogram dan grafik p-plot data yang terdistribusi normal. Universitas Sumatera Utara Gambar 4.1 Histogram Sumber : Data diolah penulis, 2010 Grafik histogram pada Gambar 4.1 menunjukkan pola distribusi normal karena grafik histogram menunjukkan distribusi data mengikuti garis diagonal yang tidak menceng skewness kiri maupun menceng kanan. Demikian pula dengan hasil uji normalitas dengan menggunakan grafik p-plot berikut ini: Universitas Sumatera Utara Gambar 4.2 Grafik Normal Plot Sumber : Data diolah penulis, 2010 Pada grafik normal plot terlihat titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal serta penyebarannya agak mendekati dengan garis diagonal sehingga dapat disimpulkan bahwa data dalam model regresi terdistribusi secara normal. 2. Uji Multikolinearitas Menurut Ghozali 2005:91, “uji ini bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi yang kuat antar variabel bebas independen”. Multikolinearitas menunjukkan ada tidaknya variabel independen yang memiliki hubungan yang kuat dengan variabel independen lain dalam model regresi, agar pengambilan keputusan pada uji parsial masing-masing variabel independen tidak bias. Untuk mengetahui ada tidaknya multikolinearitas dapat dilihat dari nilai Variance Universitas Sumatera Utara Inflation Factor VIF, apabila nilai VIF 10 dan nilai tolerance 0,1 maka terjadi multikolinearitas Ghozali, 2005:92. Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolinearitas Sumber : Data diolah penulis, 2010 Dari data pada Tabel 4.4 dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas dengan dasar nilai VIF untuk setiap variabel independen tidak ada yang melebihi 10 dan nilai tolerance tidak ada yang kurang dari 0,1, maka dapat dilakukan analisis lebih lanjut dengan menggunakan model regresi berganda. 3. Uji Autokorelasi Pengujian autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada suatu periode dengan kesalahan pengganggu periode sebelumnya dalam model regresi. Autokorelasi menunjukkan adanya korelasi antara kesalahan pengganggu pada data yang tersusun, baik berupa data cross sectional maupun time series. Jika terjadi autokorelasi dalam model regresi berarti koefisien korelasi yang diperoleh menjadi tidak akurat, sehingga model regresi yang baik adalah model regresi yang bebas dari autokorelasi. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi, dapat digunakan uji Durbin Watson DW. Dalam model regresi tidak terjadi autokorelasi apabila nilai dudw 4-du. Hasil dari pengujian autokorelasi adalah sebagai berikut: Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 Constant -3.117 .433 -7.193 .000 LN_DER .290 .307 .144 .946 .350 .884 1.131 LN_WCT .391 .203 .294 1.930 .060 .884 1.131 a. Dependent Variable: LN_RMS Universitas Sumatera Utara Tabel 4.5 Hasil Uji Autokorelasi Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .369 a .136 .095 2.10086 2.244 a. Predictors: Constant, LN_WCT, LN_DER b. Dependent Variable: LN_RMS Sumber : Data diolah penulis, 2010 Hasil uji autokorelasi di atas menunjukkan nilai statistik Durbin Watson DW sebesar 2,244 , nilai ini akan dibandingkan dengan nilai tabel Durbin-Watson dengan menggunakan signifikansi 5, jumlah sampel 45 n, jumlah variabel independen 2 k=2. Maka di tabel Durbin-Watson didapat nilai batas atas du 1,615 dan nilai batas bawah dl 1,430. Oleh karena itu, nilai DW 2,244 lebih besar dari batas atas 1,615 dan lebih kecil dari 2,385 4 – 1,615 atau dapat dinyatakan bahwa 1,615 2,244 2,385. Dengan demikian dapat disimpulkan tidak terdapat autokorelasi. 4. Uji Heteroskedastisitas Dalam penelitian ini, untuk mendeteksi ada tidaknya gejala heteroskedastisitas adalah dengan melihat plot grafik dan hasil uji Park yang dihasilkan dari pengolahan data menggunakan program SPSS. Dengan melihat plot grafik, suatu model dikatakan terdapat gejala heterokedastisitas jika : 1 Terdapat pola tertentu, seperti titik-titik yang teratur maka telah terjadi heteroskedastisitas, 2 Tidak terdapat pola tertentu, serta titik-titik yang menyebar tidak tertentu di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas atau terjadi homokedastisitas. Universitas Sumatera Utara Dalam uji Park, suatu model regresi dikatakan terdapat gejala heterokedastisitas jika koefisien beta dari persamaan regresi tersebut signifikan secara statistik. Sebaliknya, jika parameter beta tidak signifikan secara statistik, maka asusmsi homokedastisitas pada data model tersebut tidak dapat ditolak Ghozali, 2005:108. Berikut ini dilampirkan grafik scatterplot untuk menganalisis apakah terjadi heteroskedastisitas atau terjadi homokedastisitas dengan mengamati penyebaran titik-titik pada gambar. Gambar 4.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas Sumber : Data diolah penulis, 2010 Dari grafik scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa Universitas Sumatera Utara tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi. Berdasarkan uji Park yang dilakukan dapat dikatakan bahwa model penelitian bebas dari gejala heterokedastisitas. Hasil uji Park dapat dilihat pada Tabel 4.6 berikut ini. Tabel 4.6 Hasil Pengujian Park Hasil tampilan output spss memberikan koefisien parameter untuk variabel independen tidak ada yang signifikan, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak terdapat heterokedastisitas. Hasil ini konsisten dengan hasil uji Scatterplots. Dengan demikian, model regresi ini layak dipakai untuk memprediksi Rentabilitas Modal Sendiri RMS pada industri tekstil dan garmen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia berdasarkan masukan variabel independen Debt to Equity Ratio DER dan Working Capital Turnover WCT.

C. Analisis Regresi

Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Struktur Modal Terhadap Tingkat Pengembalian Modal Sendiri pada Industri Tekstil dan Garmen Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2012

0 64 93

Pengaruh Struktur Modal Terhadap Rentabilitas Modal Sendiri Pada Perusahaan Perdagangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

9 82 82

Pengaruh Struktur Modal terhadap Rentabilitas Modal Sendiri pada Industri Otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 50 74

Pengaruh Struktur Modal dan Return on Asset Terhadap Rentabilitas Modal Sendiri pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 3 99

Pengaruh Modal Kerja Bersih Terhadap Tingkat Rentabilitas Usaha Pada Perusahaan Tekstil Dan Garmen Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 11

Pengaruh Modal Kerja Bersih Terhadap Tingkat Rentabilitas Usaha Pada Perusahaan Tekstil Dan Garmen Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 2

Pengaruh Modal Kerja Bersih Terhadap Tingkat Rentabilitas Usaha Pada Perusahaan Tekstil Dan Garmen Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 7

Pengaruh Modal Kerja Bersih Terhadap Tingkat Rentabilitas Usaha Pada Perusahaan Tekstil Dan Garmen Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 20

Pengaruh Modal Kerja Bersih Terhadap Tingkat Rentabilitas Usaha Pada Perusahaan Tekstil Dan Garmen Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 2

Analisis Pengaruh Struktur Modal Terhadap Tingkat Pengembalian Modal Sendiri pada Industri Tekstil dan Garmen Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2012

0 1 12