BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam masa pembangunan seperti saat ini, persaingan di sektor industri maupun jasa semakin tajam. Hal ini menyebabkan setiap perusahaan berupaya
untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan dan
mengembangkan usahanya atau ekspansi. Usaha yang dilakukan oleh perusahaan antara lain menyesuaikan diri terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di
dalam maupun di luar perusahaan serta mengupayakan agar setiap sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan digunakan secara efektif dan efisien. Ekspansi yang
dilakukan oleh perusahaan tidak hanya untuk mempercepat perkembangan perusahaan, tetapi juga untuk mengantisipasi permintaan pasar yang selalu
meningkat dari waktu ke waktu. Dalam mengembangkan usahanya atau ekspansi, pada umumnya perusahaan membutuhkan modal yang besar, sehingga selain
menggunakan modal sendiri juga dibutuhkan modal pinjaman. Struktur modal pada dasarnya merupakan suatu pembiayaan permanen yang
terdiri dari modal sendiri dan modal pinjaman, dimana modal sendiri terdiri dari berbagai jenis saham dan laba ditahan. Modal pinjaman terdiri dari berbagai
hutang yang meliputi berbagai jenis obligasi, hutang hipotik dan lain-lain. Dalam menentukan struktur modalnya, perusahaan harus menentukan proporsi yang tepat
antara modal pinjaman dan modal sendiri karena modal pinjaman yang terlalu
Universitas Sumatera Utara
besar akan memperbesar risiko tidak terbayarnya beban tetap berupa bunga dan pinjaman pokok tanpa melihat apakah perusahaan sedang mengalami untung atau
rugi dan mampu memenuhi setiap kewajibannya. Perusahaan-perusahaan di Indonesia sebagian besar berdiri diatas struktur
modal yang bertumpu pada hutang. Ketimpangan struktur modal yang bertumpu pada hutang menjadi lebih buruk ketika beban bunga menjadi tinggi dan
terdepresiasinya nilai rupiah. Pada tahun 1997 sekitar 150 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ memiliki ratio rata-rata perbandingan antara total hutang
dengan modal sendiri Debt To Equity Ratio sebesar 4,73 JSX Statistik , 1997. Walaupun terdapat kecenderungan penurunan, namun pada kwartal pertama
ditahun 1998 rata-rata DER untuk 150 perusahaan manufaktur tergolong tinggi yaitu 2,46 JSX Statistik 1st Quarter, 1998.
Dalam perkembangan lima tahun terakhir, perusahaan manufaktur seperti industri tekstil memiliki DER Debt to Equity Ratio yang rendah, yang
menunjukkan bahwa perusahaan manufaktur lebih menyukai pembiayaan dengan modal sendiri daripada menggunakan dana dari pihak luar. Hal tersebut sejalan
dengan pecking order theory yang menyatakan bahwa perusahaan menyukai internal financing pendanaan dari hasil operasi perusahaan berwujud laba
ditahan daripada pendanaan dari luar. Hal ini tidak terlepas dari usaha untuk meningkatkan kredibilitas perusahaan di mata pihak eksternal karena hutang
memberikan risiko yang tinggi, artinya perusahaan harus mampu mengambil keputusan di tengah tawaran akan manfaat dari leverage atau menjaga
kesejahteraan pemegang saham, dengan menjauhkannya dari risiko tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Selain struktur modal yang tepat, perusahaan juga harus bertindak hati-hati dalam menetapkan besarnya modal kerja. Modal kerja yang ditanamkan terlalu
besar akan menimbulkan dana yang tidak produktif dan sebaliknya jika perusahaan kekurangan modal, maka aktivitas perusahaan terhambat. Semakin
besar modal kerja yang dimiliki suatu perusahaan mengindikasikan semakin baik kondisi perusahaan tersebut karena perusahaan memiliki sumber daya yaitu aktiva
lancar yang besar untuk membiayai kegiatan operasi perusahaan sehari-hari. Namun kondisi ini berbanding terbalik dengan perputaran modal kerja. Modal
kerja yang berlebih menunjukkan perputaran modal kerja yang rendah yang disebabkan rendahnya perputaran persediaan, piutang, atau adanya saldo kas yang
terlalu besar. Sebaliknya kekurangan modal kerja menunjukkan perputaran modal kerja yang tinggi yang disebabkan tingginya perputaran persediaan, piutang, atau
saldo kas yang terlalu kecil sehingga jumlah aktiva lancar tidak mampu menutupi hutang lancar, hal inilah yang akan menimbulkan kerugian atau hilangnya
kesempatan untuk memperoleh laba karena perusahaan kekurangan modal kerja untuk memperluas penjualan dan meningkatkan produksinya. Inilah yang menjadi
pokok permasalahan bagi pihak manajemen selama ini yaitu seberapa besar modal kerja yang harus ditetapkan perusahaan dan bagaimana seharusnya perputaran
modal kerja yang baik dalam suatu perusahaan. Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu
disebut rentabilitas atau profitabilitas. Masalah rentabilitas ini penting bagi kelangsungan hidup dan perkembangan perusahaan. Bagi pimpinan perusahaan,
rentabilitas dapat digunakan sebagai tolak ukur untuk mengetahui berhasil atau
Universitas Sumatera Utara
tidaknya perusahaan yang dipimpinnya, sedangkan bagi penanam modal dapat digunakan sebagai tolak ukur prospek modal yang ditanamkan dalam perusahaan
tersebut. Suatu perusahaan dikatakan rendabel apabila perusahaan tersebut dapat beroperasi secara stabil dalam jangka waktu yang panjang. Rentabilitas bagi
perusahaan adalah kemampuan menggunakan modal kerja secara efisien dan memperoleh laba yang besar sehingga perusahaan tidak akan mengalami kesulitan
mengembalikan hutang-hutangnya baik hutang jangka pendek maupun hutang jangka panjang. Semakin besar rasio rentabilitas berarti semakin besar pula
kemampuan perusahaan itu menghasilkan laba bagi pemilik modal sendirinya Higgins, 1995 : 49.
Perkembangan industri tekstil dan garmen di Indonesia menarik untuk dicermati. Industri ini merupakan salah satu industri yang bertahan di tengah
kondisi perekonomian Indonesia. Industri tekstil dan garmen merupakan industri padat karya Labour Intensive yang sedikitnya telah menyerap 1,8 juta pekerja.
Disamping itu industri tekstil dan garmen juga memberikan devisa yang cukup besar melalui kontribusi dalam komoditi ekspor non-migas. Dunia usaha
Indonesia termasuk industri tekstil dan garmen saat ini mengalami banyak permasalahan antara lain semakin maraknya produk impor, meningkatnya harga
bahan baku, dan kondisi permesinan yang umumnya sudah tergolong tua. Beberapa penelitian yang dilakukan sebelumnya tentang topik yang serupa
namun variabel yang sedikit berbeda, diantaranya adalah Raya 2008 meneliti pengaruh struktur modal terhadap profitabilitas return on equity pada perusahaan
perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta BEJ. Melalui pengujian hipotesis
Universitas Sumatera Utara
dengan menggunakan analisis statistik uji-t diperoleh kesimpulan debt to asset ratio memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap return on equity ROE.
Hasil penelitian Raya 2008 berbeda dengan hasil penelitian Herawati 2007 yang meneliti pengaruh Debt to Equity Ratio DER terhadap Rentabilitas Modal
Sendiri pada PT Inti Bandung. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa DER berpengaruh positif terhadap rentabilitas modal sendiri atau return on equity.
Marselina 2008 meneliti pengaruh perputaran modal kerja dan perputaran aktiva operasi terhadap rentabilitas. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
perputaran modal kerja tidak memiliki pengaruh yang signifikan secara parsial sedangkan perputaran aktiva operasi memiliki pengaruh. Kedua variabel tersebut
secara simultan berpengaruh terhadap rentabilitas modal sendiri. Hasil penelitian tersebut konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Herlina 2005 yang
meneliti pengaruh modal kerja dan perputaran modal kerja terhadap Return On Equity ROE pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdapat di BEJ
Tahun 2000-2003. Hasil penelitian tersebut juga menyebutkan bahwa tidak ada pengaruh perputaran modal kerja terhadap ROE sedangkan modal kerja
berpengaruh terhadap ROE. Alasan diadakannya penelitian ini adalah untuk menguji kembali variabel-
variabel yang mempengaruhi rentabilitas modal sendiri, khususnya struktur modal dan perputaran modal kerja, apakah hasil penelitian tersebut konsisten dengan
penelitian yang dilakukan sebelumnya khususnya pada industri tekstil dan garmen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian
terdahulu antara lain terletak pada variabel independen penelitian, periode waktu
Universitas Sumatera Utara
data yang digunakan, dan jenis usaha perusahaan yang diteliti. Adapun penelitian terdahulu yang dapat mendukung penelitian ini adalah Marselina 2008 dengan
judul Pengaruh Perputaran Modal Kerja dan Perputaran Aktiva Operasi terhadap Tingkat Rentabilitas pada Industri Otomotif dan Komponennya yang Terdaftar di
BEJ Tahun 2005-2007 dan penelitian Herawati 2007 dengan judul Pengaruh Debt To Equity Ratio DER terhadap Rentabilitas Modal Sendiri pada PT Inti
Bandung. Penulis tertarik untuk meneliti industri tekstil dan garmen karena industri
tekstil dan garmen di Indonesia masih memiliki peran yang cukup besar terhadap perekonomian nasional meskipun tak putus didera masalah hingga saat ini.
Berdasarkan uraian tersebut, penulis mengaplikasikannya dalam suatu kajian
ilmiah yang berjudul ”Pengaruh Struktur Modal dan Perputaran Modal Kerja terhadap Rentabilitas Modal Sendiri pada Industri Tekstil dan
Garmen yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”
B. Perumusan Masalah