data yang digunakan, dan jenis usaha perusahaan yang diteliti. Adapun penelitian terdahulu yang dapat mendukung penelitian ini adalah Marselina 2008 dengan
judul Pengaruh Perputaran Modal Kerja dan Perputaran Aktiva Operasi terhadap Tingkat Rentabilitas pada Industri Otomotif dan Komponennya yang Terdaftar di
BEJ Tahun 2005-2007 dan penelitian Herawati 2007 dengan judul Pengaruh Debt To Equity Ratio DER terhadap Rentabilitas Modal Sendiri pada PT Inti
Bandung. Penulis tertarik untuk meneliti industri tekstil dan garmen karena industri
tekstil dan garmen di Indonesia masih memiliki peran yang cukup besar terhadap perekonomian nasional meskipun tak putus didera masalah hingga saat ini.
Berdasarkan uraian tersebut, penulis mengaplikasikannya dalam suatu kajian
ilmiah yang berjudul ”Pengaruh Struktur Modal dan Perputaran Modal Kerja terhadap Rentabilitas Modal Sendiri pada Industri Tekstil dan
Garmen yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan sebelumnya, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
Apakah struktur modal dan perputaran modal kerja berpengaruh terhadap rentabilitas modal sendiri baik secara parsial maupun simultan pada perusahaan
industri tekstil dan garmen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ?
Universitas Sumatera Utara
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan pokok permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya maka tujuan dari penelitian ini adalah :
Untuk mengetahui struktur modal dan perputaran modal kerja terhadap rentabilitas modal sendiri baik secara parsial maupun simultan pada perusahaan
industri tekstil dan garmen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain sebagai berikut:
1. Bagi penulis, diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan dari
bidang dan hasil penelitian. 2.
Bagi Perusahaan dan calon investor, hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu dalam membuat keputusan investasi yang tepat dan dapat menjadi
bahan masukan bagi pihak manajemen dalam upaya meningkatkan laba perusahaan.
3. Bagi Pembaca dan Pihak-Pihak lainnya, sebagai bahan referensi dan sumber
informasi dalam melakukan penelitian-penelitian sejenis berikutnya.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis 1.
Struktur Modal
Struktur modal merupakan perbandingan atau proporsi dari total hutang dengan modal sendiri dalam perusahaan. Keputusan struktur modal berkaitan dengan pemilihan
sumber dana baik yang berasal dari dalam maupun dari luar, sangat mempengaruhi nilai perusahaan. Sumber dana perusahaan dari internal berasal dari laba ditahan. Dana yang
diperoleh dari sumber eksternal adalah dana yang berasal dari para kreditur dan pemilik perusahaan. Pemenuhan kebutuhan dana yang berasal dari kreditur merupakan utang bagi
perusahaan. Dana yang diperoleh dari para pemilik merupakan modal sendiri. Dalam penelitian ini struktur modal diukur dalam skala rasio yaitu Debt to Equity
Ratio DER. Semakin besar DER menunjukkan bahwa struktur modal lebih banyak memanfaatkan hutang dibandingkan dengan modal sendiri. Artinya, semakin besar Debt
to Equity Ratio mencerminkan solvabilitas perusahaan semakin rendah sehingga kemampuan perusahaan untuk membayar hutangnya rendah, hal ini berarti bahwa risiko
perusahaan financial risk relatif tinggi. Adanya risiko yang tinggi menyebabkan investasi pada suatu saham akan kurang menarik, akibatnya harga saham akan turun.
Struktur modal yang optimal adalah struktur modal yang mengoptimalkan keseimbangan antara resiko dan pengembalian sehinggsa memaksimalkan harga saham
Weston dan Brigham, 1994:602. Jika pengembalian hutang menghasilkan tingkat pengembalian yang lebih tingi daripada resiko yang diterima maka struktur modal
perusahaan belum optimal dan dapat dilakukan penambahan modal bila diperlukan.
Universitas Sumatera Utara
Resiko yang sama besarnya dengan tingkat pengembalian oleh perusahaan menunjukkan keadaan struktur modal yang optimal.
2. Teori Struktur Modal
a. Teori Modigliani dan Miller
Sebuah perusahaan menerapkan kebijaksanaan yang berbeda dalam menentukan struktur modalnya dengan tujuan meningkatkan laba. Struktur modal perusahaan
haruslah dapat memaksimumkan laba bagi kepentingan modal sendiri atau ekuitas yang tercermin dari ROE. Penggabungan berbagai sekuritas yang berbeda pada
perusahaan dikenal dengan struktur modal. pilihan kombinasi pada struktur modal pada dasarnya merupakan masalah pemasaran. Perusahaan dapat mengeluarkan
kombinasi tak terhitung dari berbagai sekuritas, tetapi perusahaan tetap mencari kombinasi yang dapat memaksimalkan nilai pasar perusahaan secara keseluruhan.
Menurut Brealey dan Myers terdapat dua pendekatan dalam kaitannya dengan struktur modal yang dinamakan proporsi I dan proporsi II. Pendekatan teori struktur
modal yang digunakan dalam kaitannya dengan penetapan struktur modal yang mempertimbangkan tingkat keuntungan dan risiko adalah teori dari Modigliani dan
Miller. Teori tersebut dikenal dengan proporsi II. Seperti yang diungkapkan Brealey dan Myers, Modigliani dan Miller mempublikasikan teorinya yang dikenal dengan
proporsi II, dimana dikatakan bahwa laba yang diharapkan oleh pemegang saham akan meningkat dengan adanya penggunaan hutang dalam struktur modal
perusahaan. Kemudian Modigliani dan Miller melakukan revisi teori sebelumnya dengan memasukkan faktor pajak perusahaan, yang menyebutkan bahwa bunga yang
dibayarkan perusahaan sebagai akibat dari penggunaan hutang dapat digunakan untuk mengurangi laba yang dikenakan pajak penghasilan atau disebut dengan tax-
deductable.
Universitas Sumatera Utara
b. Agency Theory
Menurut teori ini, struktur modal disusun sedemikian rupa untuk mengurangi konflik antar berbagai kelompok kepentingan. Pemegang saham dengan manajemen
juga akan mengalami konflik kepentingan. Pada konflik yang pertama, jika hutang mencapai jumlah yang signifikan dibandingkan dengan saham, maka pemegang
saham akan tergoda melakukan substitusi asset. Dalam hal ini pemegang saham akan beroperasi dengan meningkatkan risiko perusahaan. Risiko perusahaan yang
meningkat menguntungkan bagi pemegang saham karena kemungkinan memperoleh keuntungan yang tinggi akan semakin besar. Sebaliknya, hal tersebut bukan
merupakan berita baik bagi pemegang hutang. Pay-off pemegang hutang akan tetap sebesar bunga yang dibayarkan, tidak peduli berapa besarnya keuntungan yang
diperoleh perusahaan. Sebaliknya, pemegang saham akan memperoleh bagian terbesar jika keuntungan perusahaan meningkat. Jika terjadi kerugian, pemegang
saham tidak terlalu merugi karena taruhannya di perusahaan proporsi saham di perusahaan tidak terlalu besar jika hutang semakin banyak. Untuk mencegah hal
tersebut, pemegang hutang akan membebani bunga yang semakin tinggi dengan meningkatnya hutang. Struktur modal dengan demikian merupakan kompromi antara
kepentingan pemegang saham dengan pemegang hutang. Dalam kondisi kedua, jika manajemen tidak mempunyai saham di perusahaan,
maka keterlibatan manajer akan semakin berkurang. Dalam situasi tersebut manajer akan cenderung mengambil tindakan yang tidak sesuai dengan kepentingan
pemegang saham. Ada konflik antara pemegang saham dengan manajer. Konflik tersebut bisa dipecahkan jika manajemen mempunyai saham 100 di perusahaan.
Dalam kondisi tersebut kepentingan manajer dengan pemegang saham akan menyatu. Dalam kenyataanya pemegang saham ingin berbagi risiko agar risiko yang
Universitas Sumatera Utara
dihadapi tidak terlalu tinggi, dan akan terjadi kepemilikan manajemen yang parsial tidak 100. Trade off semacam ini akan mengarah pada struktur modal yang
optimal. Konflik ini dapat juga terjadi apabila manajer perusahaan mempunyai terlalu
banyak uang kas yang digunakannya. Manajer sering menggunakan uang kas tersebut untuk membiayai proyek yang menguntungkannya atau untuk fasilitas
pribadi. Erat kaitannya dengan konflik antara pemegang saham dengan manajer adalah konsep free cash flow Jensen, 1985. Arus kas bebas free cash flow adalah
arus kas lebih yang dibutuhkan untuk mendanai semua proyek yang memiliki nilai netto sekarang saat didiskonto pada biaya modal yang relevan. Jensen berpendapat
dalam arus kas bebas yang besar akan mengarah pada perilaku manajer yang salah dan keputusan yang buruk bukan demi kepentingan pemegang saham biasa
perusahaan. Sebaliknya dengan arus kas yang bebas dan terbatas, manajer seharusnya mengurangi pengeluaran yang terlalu boros.
Berdasarkan Keown 2001:557,558 “mengurangi arus kas berlebih dengan mengalirkan arus kas kembali ke pemegang saham, dengan cara ini perusahaan
memaksimumkan kemakmuran pemegang saham dengan cara meningkatkan harga saham”. Dari kedua hal ini terdapat pertentangan antara tujuan manajer dengan
tujuan dari perusahaan tersebut. Karena manajer diangkat oleh pemegang saham maka mereka dituntut untuk mengikuti keinginan pemegang saham the best of
interest of stockholders, namun manajer tidak ingin kepentingannya juga terabaikan.
c. Pecking Order Theory
Teori pecking order dalam Brigham, Houston 2001:5,6 pertama sekali dikemukan Myers dan Majluf 1984 dan pada teori ini Myers 1989 secara ringkas
mengikhtisarkan teori pecking order struktur modal dengan 3 poin, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
a. Perusahaan menerapkan kebijaksanaan dividen untuk kesempatan berinvestasi. b. Perusahaan lebih suka mendanai kesempatan investasi dengan dana yang
sepenuhnya dari dalam dulu, lalu modal keuangan eksternal akan dicari. c. Saat pendanaan eksternal dibutuhkan, perusahaan akan pertama memilih
menerbitkan sekuritas hutang dahulu, lalu menerbitkan sekuritas jenis modal akan dilakukan terakhir.
Menurut Myers dan Majluf, ada simetri informasi antara manajer dengan pihak luar:
Manajer mempunyai informasi yang lebih lengkap mengenai kondisi perusahaan dibandingkan dengan pihak luar. Pada saat harga saham menunjukkan nilai yang
terlalu tinggi overvalue, manajer akan cenderung mengeluarkan saham memanfaatkan harga yang terlalu tinggi. Tentunya pihak luar pasar tidak mau
ditipu. Karena itu pada saat penerbitan saham baru diumumkan, harga akan jatuh karena pasar menginterpretasikan bahwa harga saham sudah overvalue. Teori tersebut
bisa menjelaskan fenomena jatuhnya harga saham pada saat terjadi pengumuman penerbitan saham baru, yang sering dijumpai.
Pecking order theory menjelaskan mengapa perusahaan-perusahaan yang profitable umumnya meminjam dalam jumlah sedikit. Hal ini bukan
disebabkan karena perusahaan mempunyai target debt to equity ratio yang rendah, tetapi karena perusahaan tersebut cenderung memerlukan external
financing yang sedikit. Perusahaan yang kurang profitable akan cenderung mempunyai hutang yang lebih besar karena dana internal tidak cukup dan
hutang merupakan sumber yang lebih disukai Husnan, 1996:325. Hipotesis pecking order theory dikembangkan oleh Stewart Myers pada tahun 1984.
Hipotesis ini berdasarkan pada dua asumsi : 1 para manajer lebih baik mendapatkan informasi mengenai peluang investasi yang dihadapi oleh
perusahaannya dibandingkan dengan investor dari luar sebuah informasi asimetris; 2 para manajer bertindak dalam perhatian yang baik pada
pemegang saham yang ada.
Universitas Sumatera Utara
Model ini telah dianggap berhasil karena dapat menjelaskan : 1 kenapa rasio pinjaman dan profitabilitas terkait secara berlawanan; 2 kenapa pasar
beraksi negatif kepada semua penerbitan saham baru dan kenapa para manajer terlihat mengeluarkan saham tersebut hanya ketika mereka tidak ada
pilihan lain mengikuti penurunan tak terduga dari pendapatan atau mereka merasa nilai saham perusahaan over-valued; dan 3 kenapa para manajer
yang bahkan berasal dari perusahaan terkemuka memilih untuk memegang kas lebih banyak dan menerbitkan punjaman yang lebih sedikit dibandingkan
teori trade off. Mengingat teori trade off menjelaskan level pinjaman yang diobservasi secara baik, teori pecking order menawarkan penjelasan superior
yang lebih jauh untuk mengobservasi perubahan struktur modal terutama yang melibatkan penerbitan sekuritas.
Namun teori pecking order tidak dapat menjelaskan semua regulasi struktur modal yang diobservasi dalam prakteknya. Sebagai contoh, teori ini
kalah dalam perbandingan dengan teori Trade Off dalam ketidakmampuannya untuk menjelaskan bagaimana pajak, biaya pailit, biaya pengeluaran
sekuritas, dan peluang investasi perusahaan individu mempengaruhi ratio modal pinjaman aktual perusahaan. Lebih jauh, teori ini mengabaikan
masalah signifikan mengenai agensi yang dengan mudah dapat muncul ketika manajer perusahaan mengakumulasi begitu banyak kemunduran keuangan
dimana kemunduran ini menjadi kebal terhadap disiplin pasar. Meskipun demikian, hipotesis pecking order struktur modal terlihat menjelaskan
beberapa aspek perilaku observasi perusahaan lebih baik daripada model-
Universitas Sumatera Utara
model lain, dan hal ini fakta nyata dari pilihan keuangan perusahaan tipe sekuritas yang dipilih perusahaan untuk diterbitkan dan respon pasar
terhadap penerbitan sekuritas.
d. Trade Off Theory
Teori ini disebut juga dengan balancing theory. Trade off theory yang dikemukakan oleh Brealey dan Myers ini mengatakan bahwa target hutang antara
perusahaan satu dengan yang lain berbeda. Menurut Brigham et.al 1998:298 “dalam teori trade-off, setiap perusahaan harus menetapkan target struktur modalnya,
yaitu pada posisi keseimbangan biaya dan keuntungan marginal dari pendanaan dengan hutang, sebab pada posisi itu nilai perusahaan menjadi maksimum”.
Berdasarkan teori ini juga, menggunakan semakin banyak hutang berarti memperbesar risiko yang ditanggung pemegang saham ekuitas dan juga
memperbesar tingkat pengembalian yang diharapkan. Pada prakteknya manajemen perusahaan berupaya membuat keseimbangan
bauran sumber dana perusahaan pada struktur modal tertentu untuk menjaga resiko finansial perusahaan pada tingkat tertentu yang dianggap aman. Sejauh manfaat
hutang masih lebih besar, hutang akan ditambah. Akan tetapi apabila resiko yang muncul akibat penggunaan hutang lebih besar dibanding manfaat yang ada, maka
hutang tidak boleh ditambah lagi. Menurut teori ini, jumlah hutang akan mencapai titik optimal pada saat margin
benefit of debt sama dengan marginal costs of debt. Dalam teori ini disebutkan bahwa manfaat utama utang yaitu :
a. Biaya bunga sebagai pengurang dalam perhitungan laba kena pajak.
b. Meningkatkan Return on Equity ROE lebih tinggi, karena jumlah modal sendrii
yang ditanam lebih sedikit.
Universitas Sumatera Utara
Model ini telah berevolusi dari modifikasi menjadi hipotesis irrelevance murni struktur modal Modigliani dan Miller dan merupakan pilihan utama kebanyakan
akademisi dan praktisi keuangan. Model ini juga memiliki fitur atraktif dari menjadi dasar paten pada sebuah equilibrium pasar modal dan argumen memaksimalkan
nilai. Berdasarkan teori Modigliani dan Miller 1996, semakin besar utang yang
digunakan, semakin tinggi nilai perusahaan. Model Modigliani dan Miller mengabaikan faktor biaya kebangkrutan dan biaya keagenan. Struktur modal yang
optimal dapat ditemukan dengan menyeimbangkan antara keuntungan penggunaan utang dengan biaya kebangkrutan dan biaya keagenan yang disebut model trade off
Myers, 1984 Perusahaan mendasarkan keputusan pendanaan pada struktur modal yang
optimal. Struktur modal optimal dibentuk dengan menyeimbangkan manfaat dari penghematan pajak atas penggunaan utang terhadap biaya kebangkrutan.
Penggunaan utang mengakibatkan peningkatan EBIT yang mengalir ke investor, jadi semakin besar utang perusahaan, semakin tinggi nilainya dan harga saham
perusahaan. Berdasarkan makalah Modigliani-Miller dengan pajak, harga saham perusahaan akan dimaksimumkan jika menggunakan utang 100 persen. Dalam
kenyatannya, jarang ada perusahaan yang menggunakan utang 100 persen karena perusahaan membatasi penggunaan utang untuk menekan biaya-biaya yang berkaitan
dengan kebangkrutan Brigham dan Houston, 2001.
3. Modal Kerja
a.
Pengertian Modal Kerja
Secara tradisional, modal kerja working capital didefinisikan sebagai investasi perusahaan dalam aktiva lancar current assets. Menurut Sawir
Universitas Sumatera Utara
2005:129, “modal kerja adalah keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan, atau dapat pula dimaksudkan sebagai dana yang harus tersedia untuk membiayai
kegiatan operasi perusahaan sehari-hari”. Menurut Weston dan Brigham 1990 dalam Sawir 2005:129, “modal kerja adalah investasi perusahaan di dalam aktiva
jangka pendek seperti kas, sekuritas, surat-surat berharga, piutang dagang, dan persediaan”.
Menurut Riyanto 2001:57 terdapat tiga konsep pengertian modal kerja, yaitu:
a. Konsep Kuantitatif
Konsep ini mendasarkan pada kuantitas dari dana yag tertanam dalam unsur – unsur aktiva lancar, dimana aktiva ini merupakan aktiva yang sekali
berputar kembali dalam bentuk semula atau aktiva dimana dana yang tertanam di dalamnya akan dapat bebas lagi dalam waktu yang pendek. Dengan
demikian, modal kerja menurut konsep ini adalah keseluruhan dari jumlah aktiva lancar, atau sering juga disebut sebagai modal kerja kotor gross
working capital. b.
Konsep Kualitatif Modal kerja menurut konsep ini adalah sebagian dari aktiva lancar yang
benar-benar dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan tanpa mengganggu likuiditasnya, atau disebut juga sebagai modal kerja bersih net
working capital. c.
Konsep Fungsional Konsep ini mendasarkan pada fungsi dari dana dalam menghasilkan
pendapatan income. Setiap dana yang digunakan dalam perusahaan dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan. Pada dasarnya dana-dana yang
Universitas Sumatera Utara
dimiliki oleh perusahaan seluruhnya akan digunakan untuk menghasilkan laba sesuai dengan usaha pokok perusahaan, tetapi tidak semua dana digunakan
untuk menghasilkan laba periode ini current income. Ada sebagian dana yang akan digunakan untuk memperoleh atau menghasilkan laba di masa yang
akan datang. Menurut Wilford J. Erteman dan J.H. Holtz 1963 dalam Sawir
2005:131, “modal kerja sebagai dana yang digunakan selama periode akuntansi yang dimaksudkan untuk menghasilkan current income yang sesuai
dengan maksud utama didirikannya perusahaan tersebut”.
b.
Pentingnya Modal Kerja
Pengendalian jumlah modal kerja yang tepat akan menjamin kontinuitas operasi dari perusahaan secara efisien dan ekonomis. Bilamana modal kerja terlalu
besar, maka dana yang tertanam dalam modal kerja melebihi kebutuhan sehingga mengakibatkan adanya dana yang menganggur idle fund, karena dana tersebut
sebenarnya dapat digunakan untuk keperluan lain dalam rangka peningkatan laba. Apabila perusahaan kekurangan modal kerja untuk memperluas penjualan dan
produksinya, maka besar kemungkinannya akan kehilangan pendapatan dan keuntungan. Perusahaan yang tidak memiliki modal kerja yang cukup, tidak dapat
membayar kewajiban jangka pendek yang tepat waktunya dan akan menghadapi masalah likuiditas.
Modal kerja yang harus tersedia dalam perusahaan harus cukup jumlahnya dalam arti harus mampu membiayai pengeluaran-pengeluaran atau operasi
perusahaan sehari-hari. Modal kerja yang cukup akan memberikan beberapa keuntungan lain, antara lain :
Universitas Sumatera Utara
a. Melindungi perusahaan terhadap krisis modal kerja karena turunnya nilai
aktiva lancar, b.
Memungkinkan untuk membayar semua kewajiban-kewajiban tepat pada waktunya,
c. Menjamin dimilikinya credit standing perusahaan semakin besar dan
memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat menghadapi bahaya-bahaya atau kesulitan keuangan yang mungkin terjadi,
d. Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup
untuk melayani para konsumennya, e.
Memungkinkan bagi perusahaan untuk membelikan syarat kredit yang lebih menguntungkan kepada para pelanggannya.
f. Memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat beroperasi dengan lebih
efisien karena tidak ada kesulitan untuk memperoleh barang maupun jasa yang dibutuhkan.
4. Perputaran Modal Kerja
Menurut Munawir 2004:80, “Perputaran modal kerja adalah rasio yang menunjukkan hubungan antara modal kerja dengan penjualan dan menunjukkan
banyaknya penjualan yang dapat diperoleh perusahaan jumlah rupiah untuk tiap rupiah modal kerja”. Modal kerja selalu dalam keadaan operasi atau berputar dalam
perusahaan selama perusahan yang bersangkutan dalam keadaan usaha atau masih beroperasi. Setiap modal kerja yang diinvestasikan diharapkan membawa hasil yang
berpengaruh terhadap kelangsungan usaha yang dapat menunjang kemajuan usaha. Periode perputaran modal kerja working capital turnover dimulai dari saat kas
diinvestasikan dalam komponen-komponen modal kerja sampai saat kembali lagi menjadi kas.
Universitas Sumatera Utara
Semakin tinggi tingkat perputaran modal kerja berarti semakin pendek periode perputaran modal kerja tersebut. Berapa lama periode perputaran modal kerja tergantung
kepada lama periode perputaran barang dagangan. Besar kecilnya kebutuhan modal kerja terutama tergantung pada periode perputaran atau periode terikatnya modal kerja dan
pengeluaran kas rata-rata setiap harinya. Dengan jumlah pengeluaran yang tetap setiap hari, tetapi dengan periode perputaran yang semakin lama, maka jumlah modal kerja yang
dibutuhkan semakin besar. Demikian pula halnya dengan periode perputaran yang tetap dan jumlah pengeluaran
kas per hari yang semakin besar, maka kebutuhan modal kerja pun semakin besar. Periode perputaran atau periode terikatnya modal kerja merupakan jumlah dari periode-
periode yang meliputi jangka waktu pemberian kredit, lama penyimpanan bahan mentah di gudang, lamanya proses produksi, lamanya barang jadi disimpan di gudang dan jangka
waktu penerimaan piutang. Sedangkan pengeluaran setiap harinya merupakan jumlah pengeluaran kas rata-rata setiap harinya untuk keperluan pembelian bahan mentah, bahan
pembantu, pembayaran upah buruh, dan biaya-biaya lainnya. Apabila perusahan hanya menjalankan usaha satu kali saja maka kebutuhan modal
kerja cukup sebesar modal kerja yang dikeluarkan selama satu periode perputaran saja. Tetapi pada umumnya perusahan didirikan tidak dimaksudkan untuk menjalankan usaha
satu kali saja, melainkan untuk seterusnya dimana setiap hari ada aktivitas usaha. Bagi perusahaan yang disebutkan terakhir ini dengan sendirinya kebutuhan modal kerjanya
tidak cukup hanya sebesar apa yang diperlukan selama satu periode perputaran saja. Melainkan sebesar jumlah pengeluaran setiap harinya dikalikan dengan periode
perputarannya.
Universitas Sumatera Utara
5. Rentabilitas
Salah satu tujuan perusahaan pada umumnya yaitu memperoleh laba sesuai dengan yang telah direncanakan. Untuk itu diperlukan penjelasan yang efektif dan efisien atas
sumber adaya yang ada. Harahap 2001:305 menjelaskan bahwa rentabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba atau keuntungan
melalui semua kemampuan dan sumber daya yang ada. Rentabilitas sangat penting bagi perkembangan perusahaan karena dengan rentabilitas segala aktivitas, operasi dan segala
kegiatan lainnya dapat berjalan secara baik. Rasio rentabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan aktiva perusahaan atau merupakan
kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu, untuk melihat kemampuan perusahaan dalam beroperasi secara efisien.
Cara menilai rentabilitas bermacam-macam tergantung pada laba dan aktiva atau modal mana yang akan diperbandingkan satu dengan yang lainnya, apakah itu laba dari
operasi atau laba bersih sesudah pajak dengan keseluruhan aktiva tak berwujud atau modal sendiri. Dengan adanya bermacam cara penilaian rentabilitas suatu perusahaan,
maka ada beberapa perusahaan yang berbeda-beda dalam cara menghitung rentabilitasnya. Rasio rentabilitas ini dapat dinilai dengan dua cara yaitu Rentabilitas
Ekonomi dan Rentabilitas Modal Sendiri. a. Rentabilitas Ekonomis
Menurut Riyanto 2001:36 “rentabilitas ekonomi adalah perbandingan antara laba usaha dengan modal sendiri dan modal yang dipergunakan untuk menghasilkan
laba tersebut dinyatakan dalam persentase”. Karena pengertian rentabilitas ekonomi sering dipergunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan modal didalam suatu
perusahaan, maka rentabilitas ekonomi sering pula dimaksudkan sebagai kemampuan perusahaan dengan seluruh modal yang bekerja didalamnya untuk
Universitas Sumatera Utara
menghasilkan laba. Modal yang diperhitungkan hanyalah modal yang bekerja didalam perusahaan operating capital asset. Demikian pula laba yang
diperhitungkan hanyalah laba yang berasal dari operasi perusahaan yang disebut dengan laba perusahaan net operating income. Dirumuskan sebagai berikut :
RE =
x100 Asset
Total EBIT
Pada umumnya masalah rentabilitas bagi perusahaan lebih penting daripada masalah laba karena laba yang besar belum merupakan ukuran bahwa perusahaan
telah dapat bekerja dengan efisien. Efisien baru diketahui dengan membandingkan laba yang diperoleh dengan modal menghasilkan laba tersebut, atau dengan
menghitung rentabilitasnya maka yang harus diperhatikan perusahaan ialah tidak hanya bagaimana usaha untuk memperbesar laba, tetapi yang penting ialah usaha
untuk mempertinggi rentabilitasnya. Maka bagi perusahaan umumnya usahanya lebih diarahkan untuk mendapatkan rentabilitas maksimal daripada laba maksimal.
b. Rentabilitas Modal Sendiri
Rentabilitas Modal Sendiri return on equity adalah perbandingan antara jumlah laba yang tersedia bagi pemilik modal sendiri di satu pihak dengan jumlah
modal sendiri yang menghasilkan laba tersebut di lain pihak. Menurut Riyanto 2001:44, rentabilitas modal sendiri menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan keuntungan bagi pemilik modal sendiri yang ada dalam perusahaan itu, artinya rentabilitas modal sendiri dapat menjadi ukuran efisiensi bagi
penggunaan modal sendiri yang dioperasikan dalam perusahaan. Semakin besar rentabilitas modal sendiri berarti semakin besar pula kemampuan perusahaan itu
menghasilkan laba bagi pemilik modalnya sendiri.
Universitas Sumatera Utara
Return on equity ROE diperlakukan demikian penting karena return on equity ROE merupakan ukuran efisiensi yang dicapai perusahaan dalam menggunakan
modal para pemiliknya. Menurut Sartono 2001:124, “Return on Equity atau Rentabilitas Modal Sendiri dapat dirumuskan sebagai berikut :
Rentabilitas Modal Sendiri =
100 Sendiri
Modal pajak
setelah Laba
×
Laba yang diperhitungkan adalah laba usaha setelah dikurangi bunga modal dan pajak perseroan atau income tax EAT = Earning After Tax sedangkan modal yang
diperhitungkan hanyalah modal sendiri yang bekerja didalam perusahaan. Ditinjau dari kepentingan modal sendiri atau pemilik perusahaan, penambahan modal asing
hanyalah dibenarkan jika penambahan tersebut mempunyai efek finansial yang menguntungkan terhadap modal sendiri. Penambahan modal asing hanya akan
memberikan efek yang menguntungkan terhadap modal sendiri apabila rate of return dari tambahan modal modal asing tersebut lebih besar dari biaya modalnya atau
bunganya. Tambahan modal asing itu hanya dibenarkan apabila rentabilitas modal sendiri
dengan tambahan modal asing lebih besar terhadap rentabilitas modal sendiri dengan tambahan modal sendiri. Sebaliknya penambahan modal asing akan memberikan
efek financial yang merugikan terhadap modal sendiri apabila rate of return dari
tambahan modal asing tersebut lebih kecil dari bunganya. B.
Tinjauan Penelitian Terdahulu
Marselina 2008 meneliti pengaruh perputaran modal kerja dan perputaran aktiva operasi terhadap tingkat rentabilitas pada industri otomotif dan komponennya yang
terdaftar di Bursa Efek Jakarta . Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap 18 sampel perusahaan yang bergerak di sektor industri otomotif dan komponennya yang
Universitas Sumatera Utara
diobservasi mulai dari tahun 2004 sampai 2006, Maka diperoleh kesimpulan bahwa perputaran modal kerja secara parsial tidak berpengaruh terhadap rentabilitas dimana t
hitung t tabel 0,585 2,0057. sedangkan perputaran aktiva operasi secara parsial memiliki pengaruh terhadap rentabilitas. Kedua variabel tersebut berpengaruh simultan
terhadap rentabilitas. Herawati 2007 meneliti pengaruh Debt to Equity Ratio DER terhadap
Rentabilitas Modal Sendiri pada PT Inti Bandung. Instrumen penelitian yang digunakan adalah laporan keuangan PT Inti dan yang menjadi sampel adalah dari tahun 1997-2004.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa DER berpengaruh positif terhadap RMS. Hal ini titunjukkan oleh besarnya koefisien determinasi. Rentabilitas Modal Sendiri dipengaruhi
oleh DER sebesar 54,63, sedangkan sisanya yaitu 45,37 dipengaruhi oleh faktor- faktor lain. Tingkat korelasi berada pada tingkat cukup tinggi yaitu pada nilai 0,74.
Raya 2008 meneliti pengaruh struktur modal terhadap profitabilitas return on equity pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta BEJ. Melalui
pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis statistik uji-t diperoleh kesimpulan debt to asset ratio X
1
memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap return on equity ROE. Hal ini dapat dilihat dari t hitung t tabel 0,8411,997 dan nilai
signifikan 0,404 0,05. Equity to asset ratio X2 memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap return on equity. Besar t hitung t tabel 1,5351,997 dengan
signifikansi 0,130 0,05. Kedua variabel independen tersebut secara bersama-sama tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen return on equity. Kemampuan
variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen hanya sebesar 3,9 sedangkan sisanya 96,1 dijelaskan variabel lain yang tidak diteliti.
Herlina 2005 meneliti pengaruh Pengaruh Modal Kerja dan Perputaran Modal Kerja Terhadap Return On Equity ROE pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang
Universitas Sumatera Utara
Terdapat di BEJ Tahun 2000-2003. Sampel dalam penelitian ini adalah sampel populasi, yaitu keseluruhan laporan keuangan 20 perusahaan makanan dan minuman tahun 2000-
2003 yang terdapat di BEJ. Hasil penelitian menyebutkan bahwa tidak ada pengaruh perputaran modal kerja terhadap ROE sedangkan modal kerja berpengaruh terhadap
ROE. Hal ini dapat dilihat dari koefisien determinasi r2 parsial untuk variabel modal kerja 79.1 dan variabel perputaran modal kerja 0.077, variabel modal kerja
mempunyai pengaruh lebih besar dibanding perputaran modal kerja. Kedua variabel tersebut secara simultan berpengaruh signifikan terhadap ROE. Ringkasan tinjauan
penelitian terdahulu ditampilkan dalam Tabel 2.1 berikut ini.
Tabel 2.1 Ringkasan Tinjauan Penelitian Terdahulu
Nama Judul
Variabel yang digunakan
Hasil Penelitian
Marselina Sinaga
2008 Pengaruh Perputaran
Modal Kerja Dan Perputaran Aktiva
Operasi Terhadap Tingkat Rentabilitas Pada Industri
Otomotif Dan Komponennya Pada
Industri Otomotif Dan Komponennya Yang
Terdaftar Di BEJ Tahun 2005-2007
Working Capital
Turnover WCT, Total
Asset Turnover,
Profit Margin
Perputaran modal kerja secara parsial tidak
berpengaruh terhadap rentabilitas. Perputaran
aktiva operasi secara parsial memiliki
pengaruh terhadap rentabilitas. Kedua
variabel tersebut berpengaruh secara
simultan terhadap struktur modal.
Lisda Herawati
2007
Pengaruh Debt To Equity Ratio DER terhadap
Rentabilitas Modal Sendiri pada PT Inti Bandung
Debt to Equity Ratio DER,
Rentabilitas Modal Sendiri
Debt to Equity Ratio berpengaruh positif
terhadap rentabilitas modal sendiri
Ira Windi Raya
2008
Pengaruh Struktur Modal Terhadap Profitabilitas Pada
Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek
Jakarta Debt to Asset
Ratio DAR, Equity to Asset
Ratio, Return on Equity
ROE
Debt to Asset Ratio dan Equity to Asset Ratio
secara bersama-sama tidak berpengaruh
signifikan terhadap Return On Equity
Universitas Sumatera Utara
Herlina Puji
Astuti 2005
Pengaruh Modal Kerja dan Perputaran Modal
Kerja Terhadap Return On Equity ROE pada
Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdapat
di BEJ Tahun 2000-2003
Net Working Capital,
Working Capital
TurnOver, Return On
Equity ROE
Tidak ada pengaruh perputaran modal kerja
terhadap ROE sedangkan modal kerja
berpengaruh terhadap ROE. Kedua variabel
tersebut berpengaruh simultan terhadap ROE
Sumber : Data diolah penulis, 2010
C. Kerangka Konseptual