Gejala Klinis Tuberkulosis Landasan Teori 1. Definisi Tuberkulosis

1 status bakteriologi, 2 mikroskopik sputum BTA langsung, 3 biakan sputum BTA, 4 status radiologis, kelainan yang relevan untuk tuberkulosis paru, dan 5 status kemoterapi, riwayat pengobatan dengan obat anti tuberkulosis. WHO pada tahun 1991 mengkategorikan penyakit tuberkulosis berdasarkan terapi ke dalam 4 kategori, yaitu: 7 1. Kategori I, ditujukan terhadap: a. Kasus baru dengan sputum positif b. Kasus baru dengan bentuk TB berat 2. Kategori II, ditujukan terhadap: a. Kasus kambuh b. Kasus gagal dengan sputum BTA positif 3. Kategori I, ditujukan terhadap: a. Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas b. Kasus TB ekstra paru selain yang disebut di dalam kategori I 4. Kategori I, ditujukan terhadap TB kronik

2.1.5. Gejala Klinis Tuberkulosis

Gejala yang dirasakan pasien oleh tuberkulosis dapat bermacam-macam. Bahkan banyak pasien TB yang ditemukan tanpa keluhan sama sekali dalam pemeriksaan kesehatan. Gejala yang paling sering muncul adalah: 7,10 1. Demam Demam yang muncul biasanya subfebril menyerupai demam influenza. Namun, kadang-kadang demam dapat mencapai suhu 40-41 o C. Demam untuk pertama kali dapat sembuh sebentar, tetapi kemudian dapat muncul kembali. Demam influenza ini hilang timbul, sehingga pasien tidak pernah merasa terbebas dari serangan demam influenza ini. Keadaan ini dipengaruhi oleh banyak faktor, di antaranya daya tahan tubuh pasien dan berat ringannya infeksi kuman tuberkulosis yang menyerang pasien. 7 2. BatukBatuk Darah Batuk adalah gejala yang timbul paling dini dan merupakan gangguan yang paling sering dikeluhkan oleh pasien tuberkulosis. Biasanya batuk ringan sehingga dianggap batuk biasa atau akibat rokok. Proses yang paling ringan ini menyebabkan sekret akan terkumpul pada waktu penderita tidur dan dikeluarkan saat penderita bangun pagi hari. Batuk ini umumnya terjadi karena iritasi pada bronkus. Batuk ini berfungsi untuk mengeluarkan produk-produk radang. Sifat batuk bermula dari batuk kering atau batuk non-produktif tanpa sputum, kemudian setelah timbul peradangan berlanjut menjadi batuk produktif atau batuk yang menghasilkan sputum. Sputum atau dahak pada awalnya bersifat mukoid dan jumlahnya masih sedikit, kemudian akan berubah menjadi kuningpurulen atau kuning hijau. Apabila telah terjadi perlunakan maka sputum akan berubah menjadi kental. Jika batuk terus dibiarkan maka batuk akan berlanjut menjadi batuk darah karena terdapat pembuluh darah yang pecah. Mayoritas batuk darah pada tuberkulosis terjadi pada kavitas, tetapi dapat juga terjadi pada ulkus dinding bronkus. 7 3. Sesak Napas Sesak napas tidak akan dirasakan pada penyakit tuberkulosis ringan atau yang baru tumbuh. Gejala ini akan ditemukan jika penyakit telah kronis yang infiltrasinya telah meliputi setengah bagian paru. 7 4. Nyeri dada Nyeri dada pada pasien tuberkulosis paru termasuk nyeri pleuritik yang ringan. Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada muncul jika infiltrasi radang sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Nyeri muncul saat terjadi gesekan antara kedua pleura saat pasien menarik dan menghembuskan napas. Bila nyeri bertambah berat berarti telah terjadi pleuritis luas nyeri dikeluhkan di daerah aksila, di ujung skapula, atau di tempat-tempat lain. 7 5. Malaise Tuberkulosis memiliki sifat radang yang menahun. Gejala ini sering ditemukan berupa kehilangan nafsu makan atau anoreksia, penurunan berat badan, meriang, nyeri otot, sakit kepala, keringat malam hari meskipun tanpa aktivitas, dan lain-lain. Gejala malaise ini makin berat seiring waktu dan dapat hilang timbul secara tidak menentu. 7

2.1.6. Pengobatan TB

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN PEMBERIAN IMUNISASI BCG DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PADA ANAK DI PUSKESMAS PANDIAN KABUPATEN SUMENEP

1 51 21

Gambaran Karakteristik, Status Gizi, dan Imunisasi Pada Pasien Tuberkulosis Anak di Puskesmas Wilayah Kota Tangerang Selatan

0 7 59

Gambaran karakteristik, status gizi, dan imunisasi pada pasien Tuberkulosis anak di puskesmas wilayah kota Tangerang Selatan

1 26 59

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI POLIO DENGAN PERILAKU PASCA IMUNISASI POLIO PADA BAYI DI PUSKESMAS SUKOHARJO

0 5 48

Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar Dengan Pemberian Imunisasi di Wilayah Kerja Puskesmas Selesai Kabupaten Langkat

0 0 9

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI CAMPAK DENGAN KEPATUHAN JADWAL PEMBERIAN IMUNISASI CAMPAK PADA BALITA DI PUSKESMAS DANUREJAN I YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Imunisasi Campak dengan Kepatuhan Jadw

0 1 14

HUBUNGAN PARITAS DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DASAR PADA BAYI DI PUSKESMAS UMBULHARJO I YOGYAKARTA TAHUN 2013 NASKAH PUBLIKASI - HUBUNGAN PARITAS DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DASAR PADA BAYI DI PUSKESMAS UMBULHARJO

0 0 12

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP IBU TENTANG IMUNISASI DASAR DI PUSKESMAS NGAMPILAN YOGYAKARTA 2012

1 1 9

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI HEPATITIS Bo DENGAN WAKTU PEMBERIAN IMUNISASI HEPATITIS Bo DI PUSKESMAS JETIS YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Imunisasi Hepatitis Bo dengan Waktu Pemberian Imunisasi

1 1 12

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI POLIO DENGAN WAKTU PEMBERIAN IMUNISASI POLIO DI PUSKESMAS JETIS YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI POLIO DENGAN WAKTU PEMBERIAN IMUNISASI POLIO DI PUSKESMAS J

0 1 12