Perumusan Masalah Pembatasan Masalah Kerangka Konsep

persepsi dan pemahaman akan makna film. Demikian pula belum tentu makna dalam setiap simbol tokoh, dialog, dan situasinya akan sama dengan yang dimaksudkan oleh sang kreator film. Mengingat semakin banyak tayangan film yang disajikan lewat layar lebar dan televisi akhir-akhir ini, bahkan yang dibuat untuk konsumsi anak, disadari atau tidak, menyajikan adegan-adegan kekerasan dan fenomena-fenomena lain secara berlebihan vulgar, film ini memang layak menjadi media pembelajaran nilai moral bagi seluruh umat beragama. Fakta yang turut mendukung pernyataan ini adalah bahwa walaupun menampilkan adegan dimana saat itu terjadi pengebooman WTC dan bencana alam, film ini tidak memperlihatkannya secara berlebihan. Karena berbagai alasan itulah maka penulis tertarik untuk mengangkat tema penelitian ini. Penulis akan mencari, baik tanda verbal maupun nonverbal seperti apa yang digunakan untuk mengetahui pengaruh film My Name Is Khan terhadap pengetahuan dan sikap mahasiswa. Dari situ, dapat pula dimengerti pesan apa yang sesungguhnya ingin disampaikan melalui film tersebut. Selain jalan cerita menarik, cerita ini mengajarkan toleransi antar umat beragama, cinta kasih antar keluarga dan pengorbanan untuk bertemu dengan orang yang dicintai.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka peneliti dapat merumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut : “Sejauhmana pengaruh film My Name Is Khan terhadap pengetahuan dan sikap mahasiswa ekstensi Fisip USU?”. Universitas Sumatera Utara

1.3 Pembatasan Masalah

Permasalahan yang dikaitkan pada judul diatas sangat luas, sehingga tidak mungkin terjangkau dan terselesaikan semua. Oleh karena itu perlu adanya pembatasan masalah. Pembatasan masalah ini juga diperlukan untuk menghindari kesalahfahaman dan penyimpangan penafsiran pada judul diatas, sekaligus pemfokusan masalah, agar permasalahan yang dikaji menjadi jelas. Untuk itu penulis membatasi ruang lingkup dan fokus masalah sebagai berikut: 1. Penelitian ini bersifat korelasional, yaitu bersifat mencari atau menjelaskan hubungan dan menguji hipotesis. 2. Penelitian ini menganalisis pengaruh film My Name Is Khan terhadap pengetahuan dan sikap mahasiswa ekstensi Fisip USU. 3. Objek penelitian terbatas pada mahasiswa Ekstensi FISIP USU Medan angkatan 2007 – 2009, yang sudah menonton film My Name Is Khan. 4. Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2010 sampai dengan selesai. 1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan penelitian Tujuan penelitian merupakan titik pijak untuk merealisasikan aktivitas yang akan dilaksanakan, sehingga perlu dirumuskansecara jelas. Dengan tujuan penelitian maka akan diperoleh gambaran – gambaran serta manfaat dari penelitian tersebut. Sehingga dapat dirumuskan tujuan penelitian sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara a. Untuk mengetahui pengaruh mahasiswa setelah menonton film My Name Is Khan b. Seberapa jauh pengaruh film My Name Is Khan terhadap pengetahuan dan sikap mahasiswa Ekstensi Fisip USU. c. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh positif yang berarti signifikan setelah menonton Film My Name Is Khanbagi diri mahasiswa Ekstensi Fisip USU. d. Untuk megetahui kemampuan penulis dalam melaksanakan penelitian kearah yang lebih baik.

1.4.2 Manfaat Penelitian

a. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah penelitian dan menambah pengetahuan mahasiswa ekstensi FISIP USU tentang pengetahuan serta sikap yang harus diambil setelah menonton film My Name Is Khan yang menggunakan media film layar lebar. b. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menerapkan ilmu yang diperoleh selama ini dan menjadi wadah dalam memperkaya cakrawala berpikir penulis tentang pengetahuan dan sikap yang harus diambil setelah menonton film My Name Is Khan. c. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi mahasiswa atau pihak-pihak yang membutuhkan pengetahuan berkenaan dengan penelitian ini. Universitas Sumatera Utara

1.5 Kerangka Teori

Sebelum melakukan penelitian, seorang peneliti perlu menyusun suatu kerangka teori. Kerangka teori ini merupakan landasan berfikir untuk menggambarkan dari sudut mana peneliti menyoroti masalah yang akan diteliti. Untuk itu, perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan disoroti Nawawi, 1991:39. Kerlinger menyebutkan teori adalah himpunan konstruk konsep, definisi, dan proposisiyang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi di antara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut Rakhmat, 2004:6.

1.5.1 Komunikasi

Komunikasi memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Sejak bangun tidur hingga berangkat tidur lagi, manusia melakukan kegiatan komunikasi. Kita menyadari, sebagai makhluk sosial, tak ada kegiatan yang kita lakukan tanpa berkomunikasi dengan sesama kita. Dengan berkomunikasi, kita bisa saling bertukar informasi, ide, dan pengalaman sehingga dengan demikian akan membentuk suatu jaringan interaksi bagi manusia. Istilah “komunikasi” berasal dari bahasa Inggris “communicate”, yang bersumber dari bahasa Latin “communicatio”, yang berarti pergaulan, peran serta, atau kerja sama, dari istilah “communis”, yang berarti sama makna. 5 5 Onong Uchjana Effendy, MA, Kamus Komunikasi, Mandar Maju, Bandung, hal. 60 Universitas Sumatera Utara Theodorson Theodorson 1969 mengungkapkan definisi komunikasi sebagai : “The transmission of information, ideas, attitudes, or emotional frm one person or group to another or others primarily through symbols.” Transmisi informasi, ide-ide, sikap atau pernyataan emosional dari satu orang atau kelompok yang disampaikan kepada pihak lain, terutama melalui simbol-simbol tertentu. 6 Definisi tersebut sejalan dengan yang dikemukakan oleh Barelson dan Steiner; komunikasi adalah penyampaian informasi, ide, emosi, keterampilan, dan seterusnya, melalui penggunaan simbol berupa kata, gambar, angka, grafik, dan lain-lain. 7 6 Rosady Ruslan, SH, MM, Metode Penelitian PR dan Komunikasi, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004, hal. 89 7 B. Aubrey Fisher Drs. Jalaluddin Rakhmat, Teori-teori Komunikasi, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 1990, hal. 10 Unsur penyampaian merupakan unsur komunikasi yang paling tersebar luas dalam definisi-definisi tentang komunikasi, begitu pula dengan penggunaan simbol dalam proses penyampaian tersebut. Apalagi di masa ini komunikasi telah mencapai suatu titik dimana setiap orang dapat melakukan kontak dengan jutaan orang lainnya secara serentak dan serempak. Hal ini berarti hampir tidak ada lagi batasan-batasan yang menghambat berlangsungnya komunikasi antarpersona. Inilah yang disebut dengan komunikasi massa. Bitner merumuskan definisi yang paling sederhana tentang komunikasi massa sebagai berikut : “Mass communication is message communicated through a mass medium to a large number of people” Komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang. Media-media yang digunakan dalam komunikasi massa telah berhasil menembus ruang dan waktu. Dalam cakupan pengertian komunikasi massa, media massa meliputi surat kabar, majalah, radio, televisi, dan film. Universitas Sumatera Utara

1.5.2 Film

Munculnya film sebagai media komunikasi massa yang kedua, setelah surat kabar, di dunia pada awal era 1990-an telah menarik perhatian publik. Kelebihan film memang terletak pada gambar yang hidup dan bergerak seperti nyata, serta tidak terikat pada ruang dan waktu, atau dengan kata lain film dapat diputar dan dinikmati di mana dan kapan saja sesuai keinginan. Hal itulah yang membuat film menjadi media yang populer. 8 Graeme Turner menyebutkan bahwa makna film merupakan representasi dari realitas masyarakat. Sebagai representasi dari realitas, film membentuk dan “menghadirkan kembali” realitas berdasarkan kode-kode, konvensi-konvensi, dan ideologi dari kebuda yaan. Dengan bantuan teknologi yang semakin lama semakin canggih, hingga kini perkembangan gambar yang bergerak tersebut terus disempurnakan melalui penambahan efek gambar dan suara. Tidak heran hingga saat ini banyak film yang bahkan telah dinantikan pemutarannya sejak pertama kali ia dipromosikan. Sejak pertama kali film dihasilkan sebagai karya teknik manusia, film digunakan sebagai alat komunikasi massa yang fungsinya bercerita. Tidak masalah cerita itu ada di dunia nyata atau sekedar khalayan, sebagai media baru hasil karya elektro-teknik dan karya optik dalam pita seluloid, film berkemampuan untuk menghidupkan imajinasi khalayak akan sesuatu yang mungkin terjadi pada masa lalu, masa sekarang, masa yang akan datang, bahkan yang sangat mustahil terjadi sekalipun. 9 8 Drs. Alex Sobur, MSi, Semiotika Komunikasi, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2003, hal. 126 9 Ibid, hal. 127 Dalam keterkaitannya dengan disiplin ilmu komunikasi, film sendiri merupakan sebuah sistem tanda. Artinya, setiap scene Universitas Sumatera Utara terdiri atas tanda-tanda yang mengandung pesan. Atau dengan kata lain, seperti yang diungkapkan Fiske, pesan dalam film merupakan konstruksi tanda-tanda, yang pada saat bersinggungan dengan penerima akan memproduksi makna. 10 Kepekaan artistik dalam memaknai pesan dalam film dibutuhkan karena film memiliki “bahasa” tersendiri yang terdapat pada teknik-teknik penyajian gambar, misalnya pemotongan gambar cut, pemotretan jarak dekat close up, pemotretan dua sisi two shot, pemotretan jarak jauh long shot, pembesaran atau pengecilan gambar zoom outzoom in, pelarutan dua gambar secara halus disolve, sampai kepada yang melibatkan efek khusus special effect seperti gerakan lambat slow motion, gerakan dipercepat speeded up, dan special effect digital yang lebih canggih lainnya, yang melibatkan animasi atau permainan Ketika film ditonton, saat itulah terjadi transformasi pesan, saat itulah komunikasi terjadi. Yang berperan dalam proses transformasi ini utamanya adalah bahasa. Secara sederhana, bahasa didefinisikan sebagai pesan dalam bentuk kata- kata atau kalimat. Ia merupakan sistem tanda yang tak tebatas, yang mampu mengungkapkan segala macam pemikiran. Sebuah film mengandung bahasa dalam bentuk visual dan suara. Film sesungguhnya merupakan visualisasi dari sebuah narasi urutan kejadian. Dengan bahasa dalam dialog para tokoh dan setting situasinya, pesan film dapat lebih mudah tersampaikan. Agar pesan tersebut tersampaikan, penerima perlu memaknai setiap elemen tandasimbol yang terdapat di dalam film tersebut. Sejauhmana pemaknaan tersebut dihasilkan tergantung pada latar belakang pengetahuan, pengalaman, budaya, dan keyakinan, serta kepekaan artistik penerima terhadap film. 10 Drs. Alex Sobur, M.Si, Op. Cit., Analisis Teks Media, hal. 122 Universitas Sumatera Utara program komputer. 11

1.5.3 Pengetahuan

Karena memiliki kekayaan dalam bentuk-bentuk tanda untuk mengkodekan pesan, maka film juga menjadi lebih menarik bagi masyarakat dibandingkan dengan media komunikasi massa lainnya. Maksud dari pengetahuan knowledge adalah sesuatu yang hadir dan terwujud dalam jiwa dan pikiran seseorang dikarenakan adanya reaksi, persentuhan, dan hubungan dengan lingkungan dan alam sekitarnya. Pengetahuan ini meliputi emosi, tradisi, keterampilan, informasi, akidah, dan pikiran-pikiran. Dalam komunikasi keseharian, kita sering menggunakan kalimat seperti, “Saya terampil mengoperasikan mesin ini”, “Saya sudah terbiasa menyelesaikan masalah itu”, “Saya menginformasikan kejadian itu”, “Saya meyakini bahwa masyarakat pasti mempercayai Tuhan”, “Saya tidak emosi menghadapi orang itu”, dan “Saya mempunyai pikiran-pikiran baru dalam solusi persoalan itu”. Ketika mengamati atau menilai suatu perkara, kita biasanya menggunakan kalimat-kalimat seperti, saya mengetahuinya, saya memahaminya, saya mengenal, meyakini dan mempercayainya. Berdasarkan realitas ini, bisa dikatakan bahwa pengetahuan itu memiliki derajat dan tingkatan. Disamping itu, bisa jadi hal tersebut bagi seseorang adalah pengetahuan, sementara bagi yang lainnya merupakan bukan pengetahuan. Terkadang seseorang mengakui bahwa sesuatu itu diketahuinya dan mengenal keadaannya dengan baik, namun, pada hakikatnya, ia salah memahaminya dan ketika ia berhadapan dengan seseorang yang sungguh- 11 Drs. Alex Sobur, M.Si, Op. Cit., Semiotika Komunikasi, hal. 131 Universitas Sumatera Utara sungguh mengetahui realitas tersebut, barulah ia menyadari bahwa ia benar-benar tidak memahami permasalahan tersebut sebagaimana adanya. Pengetahuan adalah suatu keadaan yang hadir dikarenakan persentuhan kita dengan suatu perkara. Keluasan dan kedalaman kehadiran kondisi-kondisi ini dalam pikiran dan jiwa kita sangat bergantung pada sejauhmana reaksi, pertemuan, persentuhan, dan hubungan kita dengan objek-objek eksternal. Walhasil, makrifat dan pengetahuan ialah suatu keyakinan yang kita miliki yang hadir dalam syarat-syarat tertentu dan terwujud karena terbentuknya hubungan- hubungan khusus antara subjek yang mengetahui dan objek yang diketahui dimana hubungan ini sama sekali kita tidak ragukan. John Dewey menyamakan antara hakikat itu sendiri dan pengetahuan dan beranggapan bahwa pengetahuan itu merupakan hasil dan capaian dari suatu penelitian dan observasi. Menurutnya, pengetahuan seseorang terbentuk dari hubungan dan jalinan ia dengan realitas- realitas yang tetap dan yang senantiasa berubah. Secara normatif, definisi Pengetahuan paling tidak meliputi: a. Fakta, informasi dan kemampuan yang diperoleh melalui pengalaman atau pendidikan b. Pemahaman secara teoretis danatau praktis suatu bidang studi, apa yang diketahui mengenai suatu bidang tertentu atau berkait dengan bidang-bidang lain secara keseluruhan c. Fakta, informasi dan kesadaran atau pengenalan yang diperoleh dari pengalaman menghadapi suatu fakta atau situasi Universitas Sumatera Utara Para ahli filsafat masih terus memperdebatkan definisi Pengetahuan, terutama karena rumusan Pengetahuan oleh Plato yang menyatakan Pengetahuan sebagai “kepercayaan sejati yang dibenarkan valid “justified true belief”.

1.5.4 Sikap

Sumber di www. wikipedia.org menjelaskan sikap adalah perasaan seseorang tentang obyek, aktivitas, peristiwa dan orang lain. Perasaan ini menjadi konsep yang merepresentasikan suka atau tidak sukanya positif, negatif, atau netral seseorang pada sesuatu. Seseorang pun dapat menjadi ambivalen terhadap suatu target, yang berarti ia terus mengalami bias positif dan negatif terhadap sikap tertentu. Sikap muncul dari berbagai bentuk penilaian. Sikap dikembangkan dalam tiga model, yaitu afeksi, kecenderungan perilaku, dan kognisi. Respon afektif adalah respon fisiologis yang mengekspresikan kesukaan individu pada sesuatu. Kecenderungan perilaku adalah indikasi verbal dari maksud seorang individu. Respon kognitif adalah pengevaluasian secara kognitif terhadap suatu objek sikap. Kebanyakan sikap individu adalah hasil belajar sosial dari lingkungannya. Bisa terdapat kaitan antara sikap dan perilaku seseorang walaupun tergantung pada faktor lain, yang kadang bersifat irasional. Sebagai contoh, seseorang yang menganggap penting transfusi darah belum tentu mendonorkan darahnya. Hal ini masuk akal bila orang tersebut takut melihat darah, yang akan menjelaskan irasionalitas tadi. Universitas Sumatera Utara Sikap dapat mengalami perubahan sebagai akibat dari pengalaman. Tesser 1993 berargumen bahwa faktor bawaan dapat mempengaruhi sikap tapi secara tidak langsung. Sebagai contoh, bila seseorang terlahir dengan kecenderungan menjadi ekstrovert, maka sikapnya terhadap suatu jenis musik akan terpengaruhi. Sikap seseorang juga dapat berubah akibat bujukan. Hal ini bisa terlihat saat iklan atau film mempengaruhi seseorang.

1.5.5 Teori Uses and Gratifications

Model ini digambarkan sebagai a dramaticb break with effects tradition of the past, yaitu suatu loncatan dramatis dari model jarum hipodermik. Model ini tidak tertarik pada apa yang dilakukan media terhadap khalayaknya tetapi lebih tertarik pada apa yang dilakukan khalayak terhadap media. Katz mengatakan bahwa penelitiannya diarahkan kepada jawaban terhadap pertanyaan : “Apa yang dilakukan media dlm hal ini film untuk khalayak? What do the media do to people?”. Rakhmat, 2004:65. Model Uses and Gratifications menunjukkan bahwa yang menjadi permasalahan utama bukanlah bagaimana media mengubah sikap dan perilaku khalayak, tetapi bagaimana media memenuhi kebutuhan pribadi dan sosial khalayak. Khalayak dianggap secara aktif dengan sengaja menggunakan media untuk memenuhi keutuhannya dan mempunyai tujuan. Studi dalam bidang ini memusatkan perhatian pada pengguna uses media untuk mendapatkan kepuasan gratifications atas pemenuhan kebutuhan seseorang. Dari sinilah timbul istilah uses and gratifications penggunaan dan pemenuhan kebutuhan. Sebagian besar Universitas Sumatera Utara perilaku khalayak akan dijelaskan melalui berbagai kebutuhan needs dan kepentingan individu Ardianto dan Erdinaya, 2004:71. Dengan demikian, kebutuhan individu merupakan titik awal kemunculan teori ini. Dari gambaran Katz tersebut dijelaskan bahwa pada dasarnya terdapat motivasi tertentu ketika seseorang memilih media A atau media B untuk memenuhi kebutuhannya. Terdapat harapan-harapan dari media yang dipilihnya yang ingin dipuaskannya setelah mengkonsumsi media yang dipilihnya tersebut. Ketika pemenuhan kebutuhan tersebut sesuai dengan apa yang diharapkannya, maka individu tersebut kemudian akan mencari lagi media tersebut untuk memuaskan kembali kebutuhan yang terpenuhi dari media tersebut. Teori uses and gratifications dimulai di lingkungan sosial, dimana yang dilihat adalah kebutuhan khalayak. Lingkungan sosial meliputi ciri-ciri afiliasi kelompok dan ciri-ciri kepribadian. Kebutuhan individual dikategorisasikan sebagai berikut Effendy, 2003:294 : 1. Cognitive needs Kebutuhan Kognitif yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan informasi, pengetahuan dan pemahaman mengenai lingkungan. Kebutuhan ini didasarkan pada hasrat untuk memahami dan menguasai lingkungan, juga memuaskan rasa penasaran dan dorongan untuk penyelidikan. 2. Affective needs Kebutuhan Afektif Yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan pengalaman-pengalaman yang estetis, menyenangkan dan emosional. Universitas Sumatera Utara 3. Personal Intergrative needs Kebutuhan pribadi secara integratif Yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kredibilitas, kepercayaan, stabilitas, dan status individual. Hal-hal tersebut diperoleh dari hasrat akan harga diri. 4. Social integrative needs kebutuhan sosial secara integratif Yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kontak dengan keluarga, teman, dan dunia. Hal-hal tersebut didasarkan pada hasrat untuk berafiliasi. 5. Escapist needs kebutuhan Pelepasan Yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan hasrat ingin melarikan diri dari kenyataan, kelepasan emosi, ketegangan da kebutuhan akan hiburan. Dalam keaktifan khalayak dalam kehidupannya sehari-hari, terlihat mereka membutuhkan sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhan mereka yakni melalui penggunaan media seperti membaca surat kabar yang mereka sukai, menonton acara televisi, bahkan menonton film di bioskop seperti dalam penelitian ini atau mendengarkan musik favoritnya, dan lain-lain. Pendekatan uses and gratifications sebenarnya juga tidak baru. Di awal dekade 1940-an dan 1950-an para pakar melakukan penelitian mengapa khalayak terlibat dalam berbagai jenis perilaku komunikasi. Penelitian yang sistematik dalam rangka membina teori uses and gratifications telah dilakukan pada dekade 1960-an dan 1970-an, bukan saja di Amerika, tetapi juga di Inggris, Finanldia, Swedia, Jepang, dan negara-negara lain. Operasionalisasi. Ketika sampai pada operasionalisasi, model ini telah menimbulkan berbagai macam penjabaran. Di bawah uses and gratifications, Universitas Sumatera Utara grand theory, bermacam-macam teori berlindung dan berdebat satu sama lain. Empat model telah dibuat: model Linne dan Van Feilitzen, model Windahl, model Rosengren, serta model McLeod dan Becker Rakhmat, 2004:66.

1.6 Kerangka Konsep

Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus dioperasionalisasikan dengan mengubahnya menjadi variabel Singarimbun, 1995:49. Kerangka konsep merupakan hasil pemikiran rasional yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang akan dicapai. Dengan kerangka konsep akan menuntun penelitian dalam memutuskan hipotesis Nawawi, 1991:40. Adapun variabel tersebut dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Variabel Bebas X Adalah sejumlah gejala, faktor atau unsur yang menentukan atau mempengaruhi munculnya gejala, faktor, atau unsur yang lain Nawawi,1991:56. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pengaruh film My Name Is Khan terhadap mahasiswa. 2. Variabel Terikat Y Adalah sejumlah gejala atau faktor atau unsur yang ada atau muncul dipengaruhi atau ditentukan oleh adanya variabel bebas Nawawi, 1991:57. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pengetahuan dan sikap mahasiswa ekstensi Fisip USU. Universitas Sumatera Utara 3. Variabel Antara Z Adalah sejumlah gejala yang tidak dapat dikontrol, akan tetapi dapat diperhitungkan pengaruhnya terhadap variabel bebas Nawawi, 1991:58. Variabel antara berada diantara variabel bebas dan variabel terikat, yang berfungsi sebagai penguat atau pelemah hubungan diantara variabel bebas dan variabel terikat. Variabel antara dalam penelitian ini adalah karakteristik identitas responden.

1.7 Model Teoritis