Rumusan Masalah Manfaat Penelitian Manfaat Penelitian Retina

angka kejadian diabetes di seluruh dunia cenderung meningkat maka retinopati diabetik masih tetap menjadi masalah penting. Pandelaki, 2006. Dengan perubahan pola kehidupan ke arah modern diperkirakan pada tahun- tahun mendatang penyakit diabetes melitus juga sebagai penyebab utama kebutaan di negara sedang berkembang termasuk di Indonesia. Berbeda dengan kebutaan yang disebabkan oleh katarak yang dapat ditanggulangi, kebutaan yang disebabkan oleh komplikasi diabetes melitus retinopati diabetik tidak dapat ditingkatkan tajam penglihatannya dengan upaya apapun, terjadi buta permanen. Wilardjo, 2001. Data Poliklinik Mata RS Cipto Mangunkusumo RSCM yang tidak dipublikasikan menunjukkan bahwa retinopati diabetik merupakan kasus terbanyak yang dilayani di Klinik Vitreo-Retina. Dari seluruh kunjungan pasien Poliklinik Mata RSCM, jumlah kunjungan pasien dengan retinopati diabetik meningkat dari 2,4 persen tahun 2005 menjadi 3,9 persen tahun 2006. Victor, 2008.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu dilakukan penelitian evaluasi terhadap terjadinya penyakit retinopati diabetik untuk menjawab pertanyaan penelitian, yaitu: Berapa prevalensi penyakit retinopati diabetik di RSUP H. Adam Malik Medan?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui prevalensi retinopati diabetik di RSUP Adam Malik Medan.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui angka kejadian pasien yang menderita retinopatik diabetik berdasarkan umur. 2. Mengetahui angka kejadian pasien yang menderita retinopatik diabetik berdasarkan jenis kelamin. 3. Mengetahui angka kejadian pasien yang menderita retinopatik diabetik berdasarkan derajat retinopatik diabetik. 4. Mengetahui angka kejadian pasien yang menderita retinopatik diabetik berdasarkan lama menderita diabetes melitus. Universitas Sumatera Utara

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk: 1. Bagi Rumah Sakit Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan dalam mendukung pemerintah mengenai perencanaan strategis nasional penanggulangan gangguan penglihatan dan kebutaan untuk mencapai Vision 2020: The Right to Sight yang ditetapkan WHO. 2. Bagi Penderita Hasil penelitian dapat digunakan untuk menambah pengetahuan tentang komplikasi diabetes melitus yang dapat mengakibatkan retinopati diabetik. 3. Bagi Peneliti Dapat memperoleh informasi dan menambah pengetahuan tentang retinopati diabetik pada penderita diabetes melitus. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Diabetes melitus

1.1.1 Definisi

Diabetes melitus DM merupakan suatu penyakit kelainan metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin atau kedua- duanya. World Health Organization WHO sebelumnya telah merumuskan bahwa diabetes melitus merupakan sesuatu yang tidak dapat dituangkan dalam satu jawaban yang jelas dan singkat tetapi secara umum dapat dikatakan sebagai suatu kumpulan problema anatomik dan kimiawi akibat dari sejumlah faktor dimana didapat defisiensi insulin absolut atau relatif dan gangguan fungsi insulin. Gustaviani, 2006. Glukosa Universitas Sumatera Utara

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk: 1. Bagi Rumah Sakit Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan dalam mendukung pemerintah mengenai perencanaan strategis nasional penanggulangan gangguan penglihatan dan kebutaan untuk mencapai Vision 2020: The Right to Sight yang ditetapkan WHO. 2. Bagi Penderita Hasil penelitian dapat digunakan untuk menambah pengetahuan tentang komplikasi diabetes melitus yang dapat mengakibatkan retinopati diabetik. 3. Bagi Peneliti Dapat memperoleh informasi dan menambah pengetahuan tentang retinopati diabetik pada penderita diabetes melitus. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Diabetes melitus

1.1.1 Definisi

Diabetes melitus DM merupakan suatu penyakit kelainan metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin atau kedua- duanya. World Health Organization WHO sebelumnya telah merumuskan bahwa diabetes melitus merupakan sesuatu yang tidak dapat dituangkan dalam satu jawaban yang jelas dan singkat tetapi secara umum dapat dikatakan sebagai suatu kumpulan problema anatomik dan kimiawi akibat dari sejumlah faktor dimana didapat defisiensi insulin absolut atau relatif dan gangguan fungsi insulin. Gustaviani, 2006. Glukosa Universitas Sumatera Utara secara normal bersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam darah. Glukosa dibentuk di hati dari makanan yang dikonsumsi. Insulin, yaitu suatu hormon yang diproduksi pankreas, mengendalikan kadar glukosa dalam darah dengan mengatur produksi dan penyimpanannya. Smeltzer, 2001. Diabetes adalah kata Yunani yang berarti mengalirkanmengalihkan siphon. Mellitus adalah kata Latin untuk madu atau gula. Diabetis melitus adalah penyakit di mana seseorang mengeluarkan mengalirkan sejumlah besar urin yang terasa manis. Corwin, 2000. Berdasarkan definisi, glukosa darah harus lebih besar daripada 140 mg100 ml pada dua kali pemeriksaan terpisah agar diagnosis diabetes melitus dapat ditegakkan. Corwin, 2000. Akan tetapi menurut Suherman 2007, diabetes melitus ditandai oleh poliuri, polidipsi dan polifagi, disertai peningkatan kadar glukosa darah atau hiperglikemia glukosa puasa ≥ 126 mgdL atau postprandial ≥ 200 mgdL atau glukosa sewaktu ≥ 200 mgdL. Pada diabetes, kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun, atau pankreas dapat menghentikan sama sekali produksi insulin. Keadaan ini menimbulkan hiperglikemia yang dapat mengakibatkan komplikasi metabolik akut seperti diabetes ketoasidosis dan sindrom hiperglikemik hiperosmoler nonketotik HHNK. Hiperglikemia jangka panjang dapat ikut menyebabkan komplikasi mikrovaskular yang kronis penyakit ginjal dan mata dan komplikasi neuropati penyakit pada saraf. Diabetes juga disertai dengan peningkatan insidens penyakit makrovaskuler yang mencakup infark miokard, stroke dan penyakit vaskular perifer. Smeltzer, 2001.

1.1.2 Epidemiologi

Di antara penyakit degeneratif, diabetes adalah salah satu di antara penyakit tidak menular yang meningkat jumlahnya di masa yang akan datang. Diabetes sudah merupakan salah satu anacaman utama bagi kesehatan umat manusia pada abad 21. Perserikatan Bangsa-Bangsa WHO membuat perkiraan bahwa pada tahun 2000 jumlah pengidap diabetes diatas umur 20 tahun berjumlah 150 juta orang dan dalam kurun waktu 25 tahun kemudian, pada tahun 2025, jumlah itu akan membengkak menjadi 300 juta orang. Suyono, 2006. Diabetes mellitus merupakan penyakit kronis yang menerang kurang lebih 12 juta orang. Tujuh juta dari 12 juta penderita diabetes tersebut sudah didiagnosis; Universitas Sumatera Utara sisanya tidak terdiagnosis. Di Amerika Serikat, kurang lebih 650.000 kasus diabetes baru didiagnosis setiap tahunnya Healthy People 2000, 1990. Menurut penelitian epidemiologi sampai saat ini dilaksanakan di Indonesia kekerapatan di Indonesia berkisar antara 1,4 dengan 1,6 kecuali di dua tempat yaitu di Pekajangan, di suatu desa dekat Semarang, 2,3 dan di Manado 6. Penelitian terakhir antara tahun 2001 dan 2005 di daerah Depok didapatkan prevalensi DM tipe 2 sebesar 14,7 suatu angka yang sangat mengejutkan. Demikian juga di Makasar prevalensi diabetes terakhir 2005 mencapai 12,5. Suyono, 2006.

1.1.3 Etiologi, klarifikasi, dan ciri klinik

Diabetes melitus diklasifikasikan berdasarkan etiologinya yaitu : diabetes melitus tipe I, diabetes melitus tipe II, diabetes melitus tipe lain, dan diabetes melitus kehamilan. Diabetes melitus tipe II DM tipe II merupakan diabetes melitus terbanyak, diperkirakan 90 - 95 dari semua penderita diabetes melitus yang disebabkan oleh resistensi insulin dan defisiensi insulin relatif. American Diabetes Association, 2004. Klasifikasi sekarang Ciri-ciri klinik Universitas Sumatera Utara Tipe I : Diabetes melitus tergantung insulin IDDM 5-10 dari seluruh penderita diabetes Awitan terjadi pada segala usia, tetapi biasa pada usia muda 30 tahun. Biasanya bertubuh kurus saat didiagnosis; dengan penurunan berat yang baru saja terjadi. Etiologi mencakup faktor genetik, imunologi atau lingkungan misalnya virus. Sering memiliki antibodi sel pulau langerhans. Sering memiliki antibodi terhadap insulin sekalipun belum pernah mendapatkan terapi insulin. Sedikit atau tidak mempunyai nsulin endokrin,\. Memerlukan insulin untuk mempertahankan kelangsungan hidup. Cenderung mengalami ketosis jika tidak memilki insulin komplikasi akut hiperglikemia; ketoasidosis diabetik. Tipe II : Diabetes melitus tidak tergantung insulin NIDDM 90-95 dari seluruh penyandang diabetes obes 80 dari tipe II; non obes 20 dari tipe II Awitan terjadi di segala usia, biasanya diatas 30 tahun. Biasanya bertubuh gemuk obes pada saat terdiagnosis. Etiologi mencakup faktor obesitas, herediter atau lingkungan. Tidak ada antibodi sel pulau langerhans. Penurunan insulin endogen atau peningkatan resistensi insulin. Mayoritas penderita obesitas dapat mengendalikan kadar glukosa darahnya melalui penurunan berat badan. Agen hipoglikemia oral dapat memperbaiki kadar glukosa darah bila modifikasi diet dan latihan tidak berhasil. Mungkin memerlukan insulin dalam waktu pendek atau panjang untuk mencegah hiperglikemia. Ketosis jarang terjadi, kecuali bila dalam keadaan stress atau menderita infeksi. Diabetes melitus yang berkaitan dengan keadaan atau Disertai dengan keadaan yang diketahui atau dicurigai dapat menyebabkan penyakit: pankreatitis; kelainan hormonal; obat-obatan seperti glukokortikoid dan Universitas Sumatera Utara Tabel 1. Etiologi, Klasifikasi, dan Ciri Klinik Diabetes Melitus. Gustaviani, 2006

1.1.4 Patogenesis

Peran insulin sebagai mengatur glukosa dalam darah sangat dipengaruhui fungsi hepar, pankreas, adenohipofisis dan adrenal. Kecuali itu fungsi tiroid, kerja fisik, faktor imunologik dan genetik dapat berpengaruh pada kadar glukosa darah. Suherman, 2007. Hepar, glukosa yang berasal dari absorbsi makanan di intestin dialirkan ke hepar melalui vena porta, sebagian glukosa akan disimpan sebagai glikogen. Pada saat ini kadar glukosa di vena porta lebih tinggi dari di vena hepatika. Setelah absorbsi selesai glikogen hepar dipecah lagi menjadi glukosa, sehingga kadar glukosa di vena hepatika lebih tinggi dari di vena porta. Jadi, hepar berperan sebagai glukosa gambar 1.1. Pada keadaan normal, glikogen di hepar cukup untuk mempertahankan kadar glukosa dalam beberapa hari, tetapi bila fungsi hepar terganggu akan mudah terjadi hipoglikemia atau hiperglikemia. Suherman, 2007. Pankreas, Peran insulin dan glukagon penting pada metabolisme karbohidrat. Glukagon menyebabkan glikogenolisis dengan merangsang adenilsiklase, enzim yang sindrom lain. preparat yang mengandung estrogen menyandang diabetes. Bergantung pada kemampuan pancreas untuk menghasilkan insulin; pasien mungkin memerlukan terapi dengan obat oral atau insulin. Diabetes gestasional Awitan selama kehamilan, biasanya terjadi pada trimester kedua atau ketiga. Disebabkan oleh hormon yang disekresikan plasenta dan menghambat kerja insulin. Resiko terjadi komplikasi perinatal diatas normal, khususnya makrosomia bayi yang secara abnormal berukuran besar. Diatasi dengan diet, dan insulin jika diperlukan. Untuk mempertahankan secara ketat kadar glukosa darah normal. Terjadi pada sekitar 2-5 dari seluruh kehamilan. Universitas Sumatera Utara dibutuhkan untuk mengaktifkan fosforilase. Enzim fosforilase penting untuk glikogenolisis. Bila cadangan glikogen hepar menurun maka glukoneogenesis akan lebih aktif. Suherman, 2007.

1.1.5 Penatalaksanaan

Tujuan pengobatan diabetes melitus adalah secara konsisten menormalkan kadar glukosa darah dengan variasi minimum. Penelitian-penelitian terakhir mengisyaratkan bahwa mempertahankan kadar glukosa darah senormal dan sesering mungkin dapat mengurangi angka kesakitan dan kematian. Tujuan ini dicapai melalui berbagai cara, yang masing-masing disesuaikan secara individual. Corwin, 2000.

1.1.6 Komplikasi Jangka Panjang

Terdapat banyak komplikasi jangka panjang pada diabetes melitus. Sebagian besar tampaknya disebabkan oleh tingginya konsentrasi lukosa darah, dan berperan menyebekan morbiditas dan mortalitas penyakit. Komplikasi-komplikasi tersebut mengenai hampir semua organ tubuh. Corwin, 2000. Sistem kardiovaskular dipengaruhi oleh diabetes melitus kronik. Terjadi kerusakan mikrovaskular di arteriol, kapiler, dan venula. Kerusakan makrovaskular terjadi di arteri besar dan sedang. Semua organ dan jaringan di tubuh akan terkena akibat dari gangguan mikrovaskular dan makrovaskular ini. Komplikasi mikrovaskular terjadi akibat penebalan membran basal pembuluh-pembuluh kecil. Penyebab penebalan tersebut tidak dapat diketahui, tetapi tampaknya berkaitan langsung dengan tingginya kadar glukosa darah. Penebalan mikrovaskular menyebabkan iskemia dan penurunan penyaluran oksigen dan zat-zat gizi ke jaringan. Komplikasi makrovaskular timbul terutama akibat arterosklerosis. Komplikasi makrosvaskular ikut berperan menyebabkan gangguan aliran darah, timbulnya penyulit jangka panjang, dan peningkatan mortalitas. Stroke, atau cerebral vascular accident, adalah akibat diabetes yang sering dijumpai, terutama diabetes tipe II, terjadi karena aterosklerosis pembuluh-pembuluh otak dan hipertensi, yang menyebabkan pembuluh menjadi lemah dan akhirnya pecah. Corwin, 2000. Gangguan penglihatan adalah komplikasi jangka panjang diabetes yang sering dijumpai. Ancaman paling serius terhadap penglihatan adalah retinopati, atau kerusakan pada retina karena tidak mendapatkan oksigen. Retina adalah jaringan yang sangat aktif bermetabolisme dan pada hipoksia kronik akan mengalami kerusakan Universitas Sumatera Utara secara progresif dalam struktur kapilernya, membentuk mikroaneurisme, dan memperlihatkan bercak-bercak perdarahan. Timbul daerah-daerah infark jaringan yang mati diikuti oleh neovaskularisasi pembentukan pembuluh darah baru, bertunasnya pembuluh-pembuluh lama, dan pembentukan jaringan parut, akhirnya timbul edema interstisium dan tekanan intraokulus meningkat, yang menyebabkan kolapsnya kapiler dan saraf yang tersisa sehingga menjadi kebutaan. Diabetes adalah penyebab nomor satu kebutaan di Amerika Serikat. Diabetes juga berkaitan dengan peningkatan pembentukan katarak dan glaukoma. Corwin, 2000. Kerusakan ginjal akibat diabetes melitus yang kronik sering dijumpai. Di ginjal, yang paling parah mengalami kerusakan adalah glomerulus, walaupun arteriol dan nefron juga terkena. Akibat hipoksia yang berkaitan dengan diabetes jangka panjang, glomerulus, seperti sebagian besar kapiler lainnya, menebal. Corwin, 2000. Sistem saraf perifer, termasuk komponen sensorik dan motorik divisi somatik dan otonom, mengalami kerusakan pada diabetes melitus kronik. Penyakit saraf yang disebabkan oleh diabetes melitus disebut neuropati diabetes. Neuropati diabetes disebabkan oleh hipoksia kronik sel-sel saraf. Kerusakan pada saraf otonom perifer dapat menyebabkan hipotensi postural, perubahan fungsi gastrointestinal, gangguan pengosongan kandung kemih, disertai infeksi saluran kemih, dan pada pria, impotensi. Corwin, 2000. No. Organ Tubuh Komplikasi-komplikasi 1. Sistem kardiovaskuler Stroke 2. Pengihatan Retinopati diabetik, Katarak, Glukoma 3. Ginjal Hipertrofi ginjal, proteinuria 4. Sistem saraf perifer Neuropati diabetes, Tabel 2. Komplikasi Jangka Panjang Diabetes Melitus. Corwin, 2000.

1.2 Retina

Retina dibentuk dari lapisan neuroektoderma sewaktu proses embriologi. Ia berasal dari divertikulum otak bagian depan proencephalon. Pertama-tama vesikel optik terbentuk kemudian berinvaginasi membentuk struktur mangkuk berdinding ganda, yang disebut optic cup. Dalam perkembangannya, dinding luar akan membentuk epitel pigmen sementara dinding dalam akan membentuk sembilan Universitas Sumatera Utara lapisan retina lainnya. Retina akan terus melekat dengan proensefalon sepanjang kehidupan melalui suatu struktur yang disebut traktus retinohipotalamikus Vaughan, 2000. Retina mengandung sel batang dan sel kerucut, fotorepseptor yang mengubah energi cahaya menjadi impuls sarap. Seperti dinding hitam di studio foto, pigmen di koroid dan retina menyerap cahaya setelah cahaya mengenai retina untuk mencegah pemantulan atau penghamburan cahaya di dalam mata Sherwood, 2001. Retina atau selaput jala, merupakan bagian mata yang mengandung reseptor yang menerimah rangsagan cahaya. Retina berbatas dengan koroid dengan sel pigmen epitel retina, dan terdiri atas lapisan : lapis fotoreseptor, merupakan lapis terluar retina terdiri atas sel batang dan sel kerucut, membran limitan eksternal yang merupakan membran ilusi. lapis nukleus luar, lapis pleksiform luar, lapis nukleus dalam, lapis pleksiform dalam, lapis sel ganglion yang merupakan lapis badan sel daripada neuron kedua, lapis serabut sarap, dan membran limitan interna. Ilyas, 2008. Pembuluh darah di dalam retina merupakan cabang arteri oftalmika, arteri retina sentral masuk retina melalui papil sarap optik yang akan memberi nutrisi pada retina dalam. Lapisan luar retina atau sel kerucut dan batang mendapat nutrisi dari koroid. Ilyas, 2008.

1.3 Retinopati diabetik