dibutuhkan untuk mengaktifkan fosforilase. Enzim fosforilase penting untuk glikogenolisis. Bila cadangan glikogen hepar menurun maka glukoneogenesis akan
lebih aktif. Suherman, 2007.
1.1.5 Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan diabetes melitus adalah secara konsisten menormalkan kadar glukosa darah dengan variasi minimum. Penelitian-penelitian terakhir
mengisyaratkan bahwa mempertahankan kadar glukosa darah senormal dan sesering mungkin dapat mengurangi angka kesakitan dan kematian. Tujuan ini dicapai melalui
berbagai cara, yang masing-masing disesuaikan secara individual. Corwin, 2000.
1.1.6 Komplikasi Jangka Panjang
Terdapat banyak komplikasi jangka panjang pada diabetes melitus. Sebagian besar tampaknya disebabkan oleh tingginya konsentrasi lukosa darah, dan berperan
menyebekan morbiditas dan mortalitas penyakit. Komplikasi-komplikasi tersebut mengenai hampir semua organ tubuh. Corwin, 2000.
Sistem kardiovaskular dipengaruhi oleh diabetes melitus kronik. Terjadi kerusakan mikrovaskular di arteriol, kapiler, dan venula. Kerusakan makrovaskular
terjadi di arteri besar dan sedang. Semua organ dan jaringan di tubuh akan terkena akibat dari gangguan mikrovaskular dan makrovaskular ini. Komplikasi
mikrovaskular terjadi akibat penebalan membran basal pembuluh-pembuluh kecil. Penyebab penebalan tersebut tidak dapat diketahui, tetapi tampaknya berkaitan
langsung dengan tingginya kadar glukosa darah. Penebalan mikrovaskular menyebabkan iskemia dan penurunan penyaluran oksigen dan zat-zat gizi ke jaringan.
Komplikasi makrovaskular timbul terutama akibat arterosklerosis. Komplikasi makrosvaskular ikut berperan menyebabkan gangguan aliran darah, timbulnya
penyulit jangka panjang, dan peningkatan mortalitas. Stroke, atau cerebral vascular accident, adalah akibat diabetes yang sering dijumpai, terutama diabetes tipe II, terjadi
karena aterosklerosis pembuluh-pembuluh otak dan hipertensi, yang menyebabkan pembuluh menjadi lemah dan akhirnya pecah. Corwin, 2000.
Gangguan penglihatan adalah komplikasi jangka panjang diabetes yang sering dijumpai. Ancaman paling serius terhadap penglihatan adalah retinopati, atau
kerusakan pada retina karena tidak mendapatkan oksigen. Retina adalah jaringan yang sangat aktif bermetabolisme dan pada hipoksia kronik akan mengalami kerusakan
Universitas Sumatera Utara
secara progresif dalam struktur kapilernya, membentuk mikroaneurisme, dan memperlihatkan bercak-bercak perdarahan. Timbul daerah-daerah infark jaringan
yang mati diikuti oleh neovaskularisasi pembentukan pembuluh darah baru, bertunasnya pembuluh-pembuluh lama, dan pembentukan jaringan parut, akhirnya
timbul edema interstisium dan tekanan intraokulus meningkat, yang menyebabkan kolapsnya kapiler dan saraf yang tersisa sehingga menjadi kebutaan. Diabetes adalah
penyebab nomor satu kebutaan di Amerika Serikat. Diabetes juga berkaitan dengan peningkatan pembentukan katarak dan glaukoma. Corwin, 2000.
Kerusakan ginjal akibat diabetes melitus yang kronik sering dijumpai. Di ginjal, yang paling parah mengalami kerusakan adalah glomerulus, walaupun arteriol
dan nefron juga terkena. Akibat hipoksia yang berkaitan dengan diabetes jangka panjang, glomerulus, seperti sebagian besar kapiler lainnya, menebal. Corwin, 2000.
Sistem saraf perifer, termasuk komponen sensorik dan motorik divisi somatik dan otonom, mengalami kerusakan pada diabetes melitus kronik. Penyakit saraf yang
disebabkan oleh diabetes melitus disebut neuropati diabetes. Neuropati diabetes disebabkan oleh hipoksia kronik sel-sel saraf. Kerusakan pada saraf otonom perifer
dapat menyebabkan hipotensi postural, perubahan fungsi gastrointestinal, gangguan pengosongan kandung kemih, disertai infeksi saluran kemih, dan pada pria, impotensi.
Corwin, 2000. No.
Organ Tubuh Komplikasi-komplikasi
1. Sistem kardiovaskuler
Stroke 2.
Pengihatan Retinopati diabetik, Katarak, Glukoma
3. Ginjal
Hipertrofi ginjal, proteinuria 4.
Sistem saraf perifer Neuropati diabetes,
Tabel 2. Komplikasi Jangka Panjang Diabetes Melitus. Corwin, 2000.
1.2 Retina