Swasta Kontribusi pada
formulasi, implementasi,
monitoring dan evaluasi
Konsultasi rekomendasi kebijakan, tindakan dan
langkahpolicy action implementasi, donatur,
private investment pemeliharaan
Dana, alat, teknologi, tenaga ahli dan sangat
terampil.
Masyarakat Partisipasi dalam formulasi,
implementasi, monitoring dan
evaluasi Saran, input, kritik,
rekomendasi, keberatan, dukungan dalam formulasi
kebijakan. Policy action, dana swadaya menjadi obyek,
partisipan, pelaku utamasubyek menghidupkan
fungsi social control Tenaga terdidik, tenaga
terlatih, setengah terdidik dan
setengah terlatih
Tabel 2.2 Sinergi hubungan antara pemerintah, perusahaan dan masyarakat Sumber : Tim Universitas Katolik Parahyangan 2008
2.1.4.7 Hambatan Dalam Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial
Upaya penerapan CSR sendiri bukannya tanpa hambatan. Dari kalangan ekonom sendiri juga muncul reaksi sinis misalnya, mengritik konsep CSR, dengan
argumen bahwa tujuan utama perusahaan pada hakikatnya adalah memaksimalkan keuntungan returns bagi pemilik saham dengan mengorbankan hal-hal lain.
Ada juga kalangan yang beranggapan, satu-satunya alasan mengapa perusahaan mau melakukan proyek-proyek yang bersifat sosial adalah karena
memang ada keuntungan komersial di baliknya. Yaitu, mengangkat reputasi perusahaan di mata publik ataupun pemerintah. Oleh karena itu, para pelaku bisnis
harus menunjukkan dengan bukti nyata bahwa komitmen mereka untuk melaksanakan CSR bukanlah main-main Susanto, 2007.
Tuntutan tanggung jawab sosial dalam bisnis sangat luas. Tetapi perusahaan dalam pelaksanaan tanggung jawab sosial CSR mempunyai keterbatasan. Secara
umum keterbatasan-keterbatasan dalam pelaksanaan CSR bagi perusahaan antara lain Susiloadi, 2008 :
1 Biaya.
Setiap aksi sosial pasti akan menimbulkan biaya. Contohnya ontribusi perusahaan yang bersifat amal dengan membangun pusat penampungan anak
karyawan. Dengan dana yang tersedia yang sudah diserap untuk tempat penampungan anak, akan membatasi aksi sosial lainnya.
2 Efisiensi
. Biaya untuk melaksanakan CSR dapat mengurangi efisiensi perusahaan dan berdampak pada penurunan daya saing di pasar. Cotohnya,
perusahaan mendapat tekanan dari masyarakat lokal untuk tetap mempertahankan mesin-mesin yang bersifat padat karya yang tentu tidak
efisien. Sebaliknya jika mesin-mesin tersebut diganti dengan mesin padat modal akan lebih efisiens. Tetapi akan berdampak menurunya penyerapan
tenaga kerja sehingga menyebabkan pengangguran. 3
Relevansi . Kewajiban pelaksanaan CSR menimbukan ertanyaan di benak
pelaku bisnis tentang apakah masalah sosial dan lingkungan merupakan tanggung jawab perusahaan dan apakah mempunyai dampak serius terhadap
operasional perusahaan. Jika memang jawabannya iya, maka perusahaan dengan senang hati melaksanakan kegiatan CSR. Tetapi jika tidak, maka
perusahaan akan berfikir dua kali untk mengeluarkan biaya bagi kegiatan CSR hal ini dianggap sebagai beban atau pemborosan bagi perusahaan.
4 Cakupan atau kompleksitas.
Banyak masalah sosial dan lingkungan yang sangat kompleks dan membutuhkan penyelesaian yang baik oleh suatu
perusahaan secara bersama-sama. Misalnya, masalah penipisan lapisan ozone dan pencegahan HIVAIDS. Untuk merespon masalah seperti ini tidak dapat
diselesaikan oleh satu perusahaan tanpa adanya kerja sama antar beberapa perusahaan dan pemerintah sertaberbagai bangsa.
5 Regulasi.
Perusahaan memerlukan bimbingan atau petunjuk berupa peratukan hokum dan kebijaksanaan pemerintah. Sebab tanpa petunuk, perusahaan tidak
mengerti secara pasti apa yang menjadi tujuan sosial.
2.1.5 Tipe Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial