2.1.4.5 Pentingnya Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial
Saat ini banyak sekali perusahaan yang begitu berfokus kepada kegiatan Corporate Social Responsibility CSR. Hal Ini menunjukkan suatu kesadaran baru
di dunia bisnis, bahwa bukan sekedar soal bertumbuh dari sisi bisnis, namun juga keberhasilan itu harus disertai dengan semakin sejahteranya masyarakat sekitar
daerah bisnis. Ini jelas sangat menguntungkan baik secara bisnis perusahaan maupun secara sosial.
Secara bisnis, kesinambungan bisnis akan tercipta apabila lingkungan sekitar kondusif dan mendukung. Secara sosial, kegiatan CSR akan mendorong terciptanya
kondisi sosial perusahaan yang harmonis, utamanya dengan lingkungan sekitar. Bukan saja akan mendorong membaiknya kinerja usaha, namun juga memberikan
multiplayer effect bagi lingkungan sekitar. Dengan demikian, masyarakat di sekitar perusahaan akan merasakan manfaat positifnya bukan sebaliknya.
Terdapat dua hal yang dapat mendorong perusahaan menerapkan CSR, yaitu bersifat dari luar perusahaan external drivers dan dari dalam perusahaan
internal drivers. Termasuk kategori pendorong dari luar, misalnya adanya regulasi, hukum, dan diwajibkannya analisis mengenai dampak lingkungan
Amdal. Pemerintah melalui Kementerian Lingkungan Hidup KLH telah memberlakukan audit Proper Program penilaian peningkatan kinerja perusahaan.
Pendorong dari dalam perusahaan terutama bersumber dari perilaku manajemen dan pemilik perusahaan stakeholders, termasuk tingkat kepeduliantanggung
jawab perusahaan untuk membangun masyarakat sekitar community development responsibility KNLH, 2006.
Melalui pengungkapan sosial, perusahaan mengkomunikasikan kepada stakeholders mengenai aktivitas-aktivitas sosial yang dilakukannya. Perusahaaan
mengungkapkan informasi yang lebih luas diluar batas-batas akuntansi konvensional. Informasi tersebut antara lain mengenai karyawan, produk, konsumen, lingkungan
hidup dan kemasyarakataan. Pentingnya pengungkapan sosial perusahaan Corporate
Social Disclosure berkaitan dengan adanya kontrak atau perjanjian sosial social contract. Kontrak antara perusahaaan dengan masyarakat baik yang sifatnya eksplisit
maupun implisit yang timbul karena interaksi perusahaan dengan lingkungan sosialnya. Hal ini membawa konsekuensi perusahaan harus bertanggungjawab tidak
hanya terhadap kesejahteraan pemegang saham, tetapi juga memiliki tanggung jawab sosial, yaitu tanggung jawab untuk memaksimalkan kesejahteraan sosial.
Pengungkapan tanggung jawab sosial pada laporan tahunan, membuat masyarakat dapat memantau aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan dalam rangka
memenuhi tanggung jawab sosialnya. Dengan cara demikian, perusahaan akan memperoleh perhatian, kepercayaan, dan dukungan dari masyarakat sehingga
perusahaan dapat tetap eksis Utomo 2000 dalam Masnila, 2006. Perusahaan memiliki kewajiban sosial atas apa yang terjadi disekitar
lingkungan masyarakat. Selain menggunakan dana dari pemegang saham, perusahaan juga menggunakan dana dari sumber daya lain yang berasal dari masyarakat
konsumen sehingga hal yang wajar jika masyarakat mempunyai harapan tertentu terhadap perusahaan. Dauman dan Hargreaves 1992 dalam Daniri 2008
menyatakan bahwa tanggung jawab perusahaan dapat dibagi menjadi tiga level sebagai berikut :
1 Basic responsibility BR
Pada level pertama, menghubungkan tanggung jawab yang pertama dari suatu perusahan, yang muncul karena keberadaan perusahaan tersebut seperti;
perusahaan harus membayar pajak, memenuhi hukum, memenuhi standar pekerjaan, dan memuaskan pemegang saham. Bila tanggung jawab pada level
ini tidak dipenuhi akan menimbulkan dampak yang sangat serius. 2
Organization responsibility OR Pada level kedua ini menunjukan tanggung jawab perusahaan untuk
memenuhi perubahan kebutuhan ”Stakeholder” seperti pekerja, pemegang saham, dan masyarakat di sekitarnya.
3 Social responses SR
Pada level ketiga, menunjukan tahapan ketika interaksi antara bisnis dan kekuatan lain dalam masyarakat yang demikian kuat sehingga perusahaan
dapat tumbuh dan berkembang secara berkesinambungan, terlibat dengan apa yang terjadi dalam lingkungannya secara keseluruhan.
Seringkali kepentingan perusahaan berseberangan dengan kepentingan masyarakat. Sesungguhnya perusahaan dan masyarakat memiliki tingkat saling
ketergantungan yang tinggi. Saling ketergantungan antara perusahaan dan masyarakat berimplikasi bahwa baik keputusan bisnis dan kebijakan sosial harus mengikuti
prinsip berbagi keuntungan, yaitu pilihan-pilihan tersebut harus menguntungkan kedua belah pihak.
Etika sebagai rambu-rambu dalam suatu kelompok masyarakat akan dapat membimbing dan mengingatkan anggotanya kepada suatu tindakan yang terpuji
good conduct yang harus selalu dipatuhi dan dilaksanakan. Etika di dalam bisnis sudah tentu harus disepakati oleh orang-orang yang berada dalam kelompok bisnis
serta kelompok yang terkait lainnya. Secara umum, prinsip-prinsip yang berlaku dalam bisnis yang baik
sesungguhnya tidak bisa dilepaskan dari kehidupan kita sebagai manusia, dan prinsip- prinsip ini sangat erat terkait dengan sistem nilai yang dianut oleh masing-masing
masyarakat. Prinsip etika bisnis itu sendiri adalah:
a
Prinsip otonomi; adalah sikap dan kemampuan manusia untuk mengambil keputusan dan bertindak berdasarkan kesadarannya tentang apa yang
dianggapnya baik untuk dilakukan.
b
Prinsip kejujuran.
c
Prinsip keadilan.
d
Prinsip saling menguntungkan mutual benefit principle.
e
Prinsip integritas moral; terutama dihayati sebagai tuntutan internal dalam diri pelaku bisnis atau perusahaan, agar perlu menjalankan bisnis dengan tetap
menjaga nama baik pimpinanorang-orangnya maupun perusahaannya.
Saling ketergantungan antara sebuah perusahaan dengan masyarakat memiliki dua bentuk. Pertama, inside-out linkages, bahwa perusahaan memiliki dampak
terhadap masyarakat melalui operasi bisnisnya secara normal. Dalam hal ini perusahaan perlu memerhatikan dampak dari semua aktivitas produksinya, aktivitas
pengembangan sumber daya manusia, pemasaran, penjualan, logistik, dan aktivitas lainnya. Kedua, outside-in-linkages, di mana kondisi sosial eksternal juga
memengaruhi perusahaan, menjadi lebih baik atau lebih buruk. Ini meliputi kuantitas dan kualitas input bisnis yang tersedia yaitu sumber daya manusia, infrastruktur
transportasi, peraturan dan insentif yang mengatur kompetisi, besar dan kompleksitas permintaan daerah setempat serta ketersediaan industri pendukung di daerah setempat
Marlia, 2008. Pentingnya CSR dipengaruhi oleh fenomena DEAF yang dalam Bahasa
Inggris berarti tuli di dunia industri. DEAF adalah akronim dari Dehumanisasi, Emansipasi, Aquariumisasi, dan Feminisasi Suharto, 2007:
1 Dehumanisasi industri
. Efisiensi dan mekanisasi yang semakin menguat di dunia industri telah menciptakan persoalan-persoalan kemanusiaan baik
bagi kalangan buruh di perusahaan, maupun bagi masyarakat di sekitar perusahaan. “Merger mania” dan perampingan perusahaan telah menimbulkan
gelombang PHK dan pengangguran. Ekspansi dan eksploitasi industri juga telah melahirkan ketimpangan sosial, polusi dan kerusakan lingkungan yang
hebat. 2
Emansipasi hak-hak publik . Masyarakat kini semakin sadar akan haknya
untuk meminta pertanggungjawaban perusahaan atas berbagai masalah sosial yang seringkali ditimbulkan oleh beroperasinya perusahaan. Kesadaran ini
semakin menuntut kepedulian perusahaan bukan saja dalam proses produksi, melainkan pula terhadap berbagai dampak sosial yang ditimbulkannya.
3 Aquariumisasi dunia industri
. Dunia kerja kini semakin transparan dan terbuka laksana sebuah akuarium. Perusahaan yang hanya memburu rente
ekonomi dan cenderung mengabaikan hukum, prinsip etis dan filantropis tidak
akan mendapat dukungan publik. Bahkan dalam banyak kasus, masyarakat menuntut agar perusahaan seperti ini di tutup.
4 Feminisasi dunia kerja
. Semakin banyaknya wanita yang bekerja semakin menuntut penyesuaian perusahaan bukan saja terhadap lingkungan internal
organisasi, seperti pemberian cuti hamil dan melahirkan, keselamatan dan kesehatan kerja, melainkan pula terhadap timbulnya biaya-biaya sosial,
seperti penelantaran anak, kenakalan remaja, akibat berkurangnya atau hilangnya kehadiran ibu-ibu di rumah dan tentunya di lingkungan
masyarakat. Pendirian fasilitas pendidikan, kesehatan dan perawatan anak child care atau pusat-pusat kegiatan olah raga dan rekreasi bagi remaja
adalah beberapa bentuk respon terhadap isu ini. Tekanan yang kuat dari masyarakat terutama di tengah masyarakat yang kritis
mengharuskan perusahaan menata kembali konsep bisnis untuk tidak sekedar berorientasi profit belaka tetapi juga harus memiliki tanggung jawab sosial. Konsep
dan praktek Corporate Social Responsibility sudah menunjukan suatu keharusan. Para pemilik modal tidak bisa lagi menganggap CSR sebagai suatu pemborosan.
Tetapi tuntutan untuk melaksanakan program CSR makin tinggi terutama ketika suatu perusahaan hendak go public atau sekedar menjalin kerjasama dengan perusahaan
internasional dari Negara maju Marlia, 2008.
2.1.4.6 Manfaat Tanggung Jawab Sosial