Peran Ayah dalam Pemberian Imunisasi pada anak di Klinik Sari medan Tahun 2010

(1)

PERAN AYAH DALAM PEMBERIAN IMUNISASI PADA ANAK DI KLINIK SARI MEDAN

TAHUN 2010

OLEH :

EKA JUNIATI TAMBUNAN NIM. 095102010

PROGRAM D IV BIDAN PENDIDIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(2)

PERNYATAAN PERSETUJUAN SIDANG KTI

NAMA : EKA JUNIATI TAMBUNAN

NIM : 095102010

JUDUL : PERAN AYAH DALAM PEMBERIAN IMUNISASI PADA

ANAK DI KLINIK SARI MEDAN TAHUN 2010

Menyatakan bahwa mahasiswa tersebut di atas disetujui untuk mengikuti ujian sidang Karya Tulis Ilmiah

Medan, 2010 Pembimbing

(Nur Asnah Sitohang, S.Kep, NS, M.Kep)


(3)

LEMBAR PERNYATAAN

PERAN AYAH DALAM PEMBERIAN IMUNISASI PADA ANAK DI KLINIK SARI MEDAN TAHUN 2010

KARYA TULIS ILMIAH

Dengan ini saya menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah ini tidak terdapat karya orang lain yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat orang lain atau diterbitkan orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam Karya Tulis Ilmiah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, September 2010 Yang Menyatakan


(4)

PROGRAM D IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Karya Tulis Ilmiah, September 2010 Eka Juniati Tambunan

Peran Ayah Dalam Pemberian Imunisasi Pada Anak di Klinik Sari Medan Tahun 2010

ix + 43 hal + 3 tabel + lampiran + 1 skema Abstrak

Peran ayah selain sebagai suami, ayah juga berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, bahkan anak memerlukan partisipasi aktif sang ayah sejak proses kelahirannya sampai dia mendapat imunisasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana peran ayah dalam pemberian imunisasi pada anak di Klinik Sari Medan. Desain penelitian ini bersifat deskriptif. Penelitian ini dilaksanakan di Klinik Sari Medan pada bulan Juli – Oktober 2010. Populasi dalam penelitian ini adalah ayah yang datang mengantar dan tidak mengantar anak untuk imunisasi dan sampel diambil secara simple random sampling dengan jumlah 64 orang. Hasil penelitian diperoleh responden yang memiliki kategori cukup dalam pemberian imunisasi pada anak sebanyak 61 orang (95,3%), dan kategori baik sebanyak 3 orang (4,7%). Diharapkan ayah agar lebih berperan aktif di dalam keluarga terutama dalam pemberian imunisasi pada anak.

Kata kunci : Peran ayah, Imunisasi Daftar Pustaka (1994 – 2010)


(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal Karya Tulis Ilmiah dengan judul ” Peran Ayah dalam Pemberian Imunisasi pada anak di Klinik Sari medan Tahun 2010”.

Dalam penyelesaian Proposal Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mengalami kesulitan, akan tetapi berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini tepat pada waktunya. Untuk itu perkenankan penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

2. dr. Murniati Manik, MSc, SpKK selaku Ketua Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Ns. Nur Asnah Sitohang, S.Kep, M.Kep selaku Dosen pembimbing dalam memberikanm arahan dan bimbingan dalam penulisan Proposal Karya Tulis Ilmiah.

4. Seluruh dosen, staff dan pegawai administrasi program studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

5. Kedua orangtua tercinta yang telah memberikan kasih sayang, dukungan dan semangat kepada peneliti dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.

6. Teman-teman yang telah memberikan dukungan kepada peneliti sehingga Karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan.


(6)

7. Semua pihak yang telah mendukung peneliti dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Akhir kata peneliti mengucapkan terima kasih atas semua bantuan yang diberikan, semoga mendapat anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa.

Medan, September 2010 Peneliti


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... ... iv

DAFTAR SKEMA ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Imunisasi ... 8

1. Pengertian Imunisasi ... 8

2. Tujuan Imunisasi ... 9

3. Manfaat Imunisasi ... 9

4. Jenis-Jenis Imunisasi ... 9

B. Beberapa Imunisasi yang Dianjurkan pada Anak ... 11

C. Peran Ayah ... 21

1. Pengertian Peran ... 22

2. Pengertian Ayah ... 23

3. Kedudukan Ayah ... 23

D. Keluarga ... 24

1. Pengertian Keluarga ... 24

2. Struktur Keluarga ... 25


(8)

BAB III KERANGKA PENELITIAN ... 26

A. Kerangka Konsep ... 26

B. Definisi Operasional ... 26

BAB IV METODE PENELITIAN ... 27

A. Desain Penelitian ... 27

B. Populasi dan Sampel ... 27

1. Populasi ... 27

2. Sampel ... 27

C. Tempat Penelitian ... 28

D. Waktu Penelitian ... 28

E. Etika Penelitian ... 28

F. Alat Pengumpulan Data ... 29

1. Data Demografi ... 29

2. Kuesioner Peran Ayah ... 29

3. Pemberian Imunisasi pada Anak ... 29

G. Prodedur Pengumpulan Data ... 30

H. Rencana Analisa Data ... 30

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 35

A. Hasil Penelitian ... 35

1. Karakteristik Responden ... 35

2. Peran Responden ... 36

B. Pembahasan ... 39

1. Karakteristik Demografi Responden ... 39

2. Peran Ayah dalam Imunisasi pada Anak ... 40

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 42

A. Kesimpulan ... 42

B. Saran ... 42

DAFTAR PUSTAKA


(9)

PROGRAM D IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Karya Tulis Ilmiah, September 2010 Eka Juniati Tambunan

Peran Ayah Dalam Pemberian Imunisasi Pada Anak di Klinik Sari Medan Tahun 2010

ix + 43 hal + 3 tabel + lampiran + 1 skema Abstrak

Peran ayah selain sebagai suami, ayah juga berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, bahkan anak memerlukan partisipasi aktif sang ayah sejak proses kelahirannya sampai dia mendapat imunisasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana peran ayah dalam pemberian imunisasi pada anak di Klinik Sari Medan. Desain penelitian ini bersifat deskriptif. Penelitian ini dilaksanakan di Klinik Sari Medan pada bulan Juli – Oktober 2010. Populasi dalam penelitian ini adalah ayah yang datang mengantar dan tidak mengantar anak untuk imunisasi dan sampel diambil secara simple random sampling dengan jumlah 64 orang. Hasil penelitian diperoleh responden yang memiliki kategori cukup dalam pemberian imunisasi pada anak sebanyak 61 orang (95,3%), dan kategori baik sebanyak 3 orang (4,7%). Diharapkan ayah agar lebih berperan aktif di dalam keluarga terutama dalam pemberian imunisasi pada anak.

Kata kunci : Peran ayah, Imunisasi Daftar Pustaka (1994 – 2010)


(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dan terpenting dari pembangunan nasional. Tujuan diselenggarakannya pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal (Depkes RI. 2004).

Anak adalah pewaris, penerus, dan calon pengemban bangsa. Secara lebih dramatis dikatakan bahwa anak merupakan penanaman modal sosial ekonomi suatu bangsa. Dalam arti individual, anak bagi orang-tuanya mempunyai nilai khusus yang penting pula. Dalam kedua aspek tersebut yang diharapkan adalah agar anak dapat tumbuh dan berkembang sebaik-baiknya sehingga kelak menjadi orang dewasa yang sehat secara fisis, mental, dan psikososial sebagai sumber daya manusia yang berkualitas.

Tahun-tahun pertama kehidupan anak merupakan kurun waktu yang sangat penting dan kritis: tumbuh kembang fisik, mental, dan psikososial berjalan demikian cepatnya sehingga keberhasilan tahun-tahun pertama untuk sebagian besar menentukan hari depan anak. Kelainan atau penyimpangan apapun apabila tidak diintervensi secara dini dengan baik pada saatnya, dan tidak terdeteksi secara nyata mendapatkan perawatan yang bersifat purna yaitu promotif, preventif, dan rehabilitatif (Iwan, S, 2008).


(11)

Tuhan menciptakan setiap makhluk hidup dengan kemampuan untuk mempertahankan diri terhadap ancaman dari luar dirinya. Salah satu ancaman terhadap manusia adalah penyakit, terutama penyakit infeksi yang dibawa oleh berbagai macam mikroba seperti virus, bakteri, parasit, jamur. Tubuh mempunyai cara dan alat untuk mengatasi penyakit sampai batas tertentu. Beberapa jenis penyakit seperti pilek, batuk, dan cacar air dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan. Dalam hal ini dikatakan bahwa sistem pertahanan tubuh (sistem imun) orang tersebut cukup baik untuk mengatasi dan mengalahkan kuman-kuman penyakit itu. Tetapi bila kuman penyakit itu ganas, sistem pertahanan tubuh (terutama pada anak-anak atau pada orang dewasa dengan daya tahan tubuh yang lemah) tidak mampu mencegah kuman itu berkembang biak, sehingga dapat mengakibatkan penyakit berat yang membawa kepada cacat atau kematian (Saroso, S, 2010).

Telah diketahui bahwa periode balita merupakan periode kritis. Apabila lingkungan menunjang maka anak tersebut akan mulus melalui periode kritis ini dan ia bahkan mendapatkan nilai tambah, namun sebaliknya apabila lingkungannya tidak mendukung maka tumbuh kembang anak akan terhambat. Dengan berpandangan secara prospektif positif dapatlah dikatakan bahwa periode kritis ini merupakan masa atau tahun-tahun keemasan dan dengan demikian sudah selayaknya dimanfaatkan secara maksimal, ia memberikan peluang untuk optimalisasi tumbuh kembang serta peluang untuk memperbaiki kerusakan yang terjadi sebelumnya (Iwan, S, 2008).

Proporsi kematian neonatal di Indonesia sebesar 39% dari seluruh kematian bayi. Rasio kematian postneonatal dan neonatal adalah 1,58. Kematian neonatal adalah 180 kasus, sedangkan kasus lahir mati berjumlah 115 kasus. Menurut umur


(12)

kematian 79,4% dari kematian neonatal terjadi pada usia 7 hari pertama, dengan penyebab terbesar (57,1%) karena infeksi dan pneumonia (Badan Litbang Kesehatan, 2001). Hal di atas yang mendorong perlu segera pemberian imunisasi dini pada 7 hari pertama kehidupan bayi, sehingga dapat dibentuk kekebalan sedini mungkin. Timbulnya infeksi pada bayi dapat dimulai sejak dalam kandungan yang dikarenakan saat hamil ibu terserang penyakit. Pada ibu hamil pengidap hepatitis B, sebesar 50% akan menularkan penyakit tersebut kepada bayinya. Data epidemiologi menyatakan sebagian kasus pada penderita hepatitis B (10%) akan menjurus kepada kronis dan dari kasus yang kronis ini 20% akan menjadi hepatoma serta kemungkinan kronisitas akan lebih banyak terjadi pada anak-anak balita oleh karena respon imun pada mereka yang belum sepenuhnya berkembang sempurna, terutama balita di Negara berkembang seperti Indonesia (www.imunisasi.htm, 2005).

Setelah lahir, bayi belum punya daya tahan yang cukup untuk menangkal berbagai penyakit. Walaupun memperoleh antibodi bawaan yang diberikan ibu sejak dalam kandungan, bayi memerlukan perlindungan tambahan untuk menjaga ketahanan tubuhnya terhadap penyakit. Imunisasi merupakan suntikan vaksin atau bahan antigenik untuk menghasilkan kekebalan aktif pada tubuh bayi (Nurlaila, et al, 2010).

Imunisasi penting untuk diberikan karena daya tahan secara umum tidaklah cukup. Daya tahan secara umum membantu mencegah penyakit seperti flu, batuk dan sejenisnya. Sedangkan imunisasi bertujuan memberikan kekebalan kepada bayi terhadap penyakit-penyakit yang membutuhkan penanganan khusus atau spesifik seperti polio, diptheri, pertusis, tetanus atau hepatitis B. Imunisasi membantu bayi


(13)

membangun daya tahan tubuhnya terhadap penyakit-penyakit spesifik yang umum menyerang bayi-bayi yang baru lahir dan anak-anak (Rini, 2009).

Sejak dilaksanakannya program imunisasi campak pada tahun 1963, angka kesakitan dan angka kematian karena penyakit campak menurun dengan drastis sampai 86%, yaitu dengan didapatkannya angka kematian sebesar 800.000 pertahun pada tahun 1995. Dengan demikian, dengan pemberian imunisasi campak saja telah bisa menyelamatkan berjuta-juta nyawa anak setiap tahunnya, berarti memberi kesempatan hidup pada berjuta-juta anak. Dengan telah dilaksanakannya Expanded Program on Immunization (EPI) pada tahun 1973 dan Program Pengembangan Imunisasi (PPI) pada tahun 1974 yang meliputi pemberian imunisasi terhadap tujuh penyakit, yaitu BCG, DPT, Polio. Campak dan Hepatitis B akan lebih menunjang tumbuh kembang anak Indonesia menjadi anak Indonesia yang sehat fisik, jasmani, mental, beriman, bertaqwa, mandiri, sehingga nantinya akan menghasilkan manusia dewasa yang tangguh sebagai penerus generasi bangsa.(WHO,2006)

Menurut laporan WHO pada tahun 2002, lembaga ini memperkirakan terdapat kematian balita sebesar 1,4 juta jiwa yang disebabkan oleh karena penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, yaitu campak 540.000 (38%), Haemophilus influensa type b 386.000 (27%), pertussis 294.000 (20%) dan tetanus 198.000 (14%). Adapun laporan WHO pada tahun 2006, angka cakupan imunisasi untuk DPT3 dan Polio secara global adalah 78%. Berarti terdapat 28 juta anak didunia yang belum mendapat imunisasi DPT3 dan Polio pada 2005. Tujuh puluh lima persen dari anak-anak ini tinggal di 10 negara, di antaranya Indonesia. Saat ini, WHO dan UNICEF bekerja sama dengan mitra untuk mengembangkan Global Imminization Vision and


(14)

Strategy (GIVS) untuk implementasi selama tahun 2006-2015. Tujuan GIVS ini adalah melindungi lebih banyak anak terhadap lebih banyak penyakit dengan mengembangkan pencapaian imunisasi untuk semua anak (WHO, 2006)

Belakangan ini, perubahan positif dalam hal perawatan dan pemeliharaan bayi ternyata semakin banyak para ayah yang berperan serta secara aktif dalam membesarkan bayi mereka. Sebenarnya peran serta ayah dalam membesarkan bayinya bukan hanya untuk meringankan beban sang ibu, tetapi menurut penelitian, ternyata juga sangat diperlukan oleh bayi. Bahkan, sebenarnya bayi memerlukan partisipasi aktif sang ayah sejak proses kelahirannya. Banyak juga kita temukan para ayah yang merasa nyaman melakukan pekerjaan ini dan tidak hanya mau, bahkan mereka bersemangat dalam berbagi tugas dengan sang ibu. Karena dengan demikian, mereka bisa berperan aktif dalam berbagai kejadian sehari-hari yang menyenangkan dan tak terlupakan dalam kehidupan bayi mereka, sehingga membentuk ikatan kuat antara mereka (Ribeka, 2008).

Tidak bisa dipungkiri bahwa peranan ayah sangat besar dan penting dalam suatu keluarga. Ayah memang bukan yang melahirkan buah hati tercinta, tetapi peranan ayah dalam tugas perkembangan anak sangat dibutuhkan. Tugas ayah selain untuk menafkahi keluarga, ayah juga diharapkan menjadi teman dan guru yang baik untuk anak. Anak dalam masa perkembangannya membutuhkan segala pengetahuan di segala bidang. Di sinilah peranan ayah sangat penting (Utami, 2009).

Anak yang datang untuk mendapat imunisasi di Klinik Sari, mereka didampingi oleh ayahnya, atau bahkan ibu yang datang dengan didampingi suaminya, sehingga peran ayah dalam kegiatan pemberian imunisasi juga dapat dimengerti oleh


(15)

mereka. Berdasarkan data yang ada di Klinik Sari Medan jumlah anak yang mendapat cakupan imunisasi dari bulan April sampai Juni 2010 sebanyak 180 anak. Berdasarkan latar belakang diatas penulis ingin mengetahui bagaimana peran ayah dalam pemberian imunisasi pada anak di Klinik Sari Medan Tahun 2010.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas maka yang menjadi rumusan permasalahan adalah bagaimana peran ayah dalam pemberian imunisasi pada anak di Klinik Sari Medan tahun 2010.

C. Tujuan penelitian 1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana peran ayah dalam pemberian imunisasi pada anak di Klinik Sari Medan tahun 2010.

2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengidentifikasi karakteristik responden.


(16)

D. Manfaat Penelitian 1. Institusi Pendidikan

Dapat dijadikan acuan (referensi) bagi penelitian lebih lanjut sekaligus sebagai bahan atau sumber bacaan di perpustakaan institusi pendidikan tentang peran ayah dalam pemberian imunisasi pada anak.

2. Bagi ayah

Sebagai masukan bagi para ayah agar ikut berperan aktif di dalam pemberian imunisasi pada anak.

3. Peneliti lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai data dasar untuk penelitian lebih lanjut yang lebih spesifik.


(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Imunisasi

1. Pengertian Imunisasi

Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu. Sedangkan vaksin adalah bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukan zat anti yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui suntikan seperti vaksin BCG, DPT, Campak, den melalui mulut seperti vaksin polio (Hidayat, A, 2005)

Kekebalan terhadap suatu penyakit menular dapat digolongkan menjadi 2 (dua) yaitu kekebalan pasif dan kekebalan aktif. Kekebalan pasif adalah kekebalan yang diperoleh dari luar tubuh, bukan dibuat oleh individu itu sendiri, contohnya adalah kekebalan pada janin yang diperoleh dari ibu atau kekebalan yang diperoleh setelah pemberian suntikan imunoglobulin. Kekebalan pasif tidak berlangsung lama karena akan dimetabolisme oleh tubuh. Sedangkan kekebalan aktif adalah kekebalan yang dibuat oleh tubuh sendiri akibat terpajan pada antigen seperti pada imunisasi atau terpajan secara alamiah. Kekebalan aktif berlangsung lebih lama daripada kekebalan pasif karena adanya memori imunologik (Ranuh, et al, 2008).

Sedangkan menurut Ranuh, et al (2008), dalam ikatan Dokter Anak Indonesia, imunisasi adalah pemindahan atau tranfer antibodi secara pasif, sedangkan


(18)

vaksinasi dimaksudkan sebagai pemberian vaksin (antigen) yang dapat merangsang pemberntukan imunitas (antibody) dari sistem imun di dalam tubuh.

Imunitas secara pasif dapat diperoleh dari pemberian dua macam bentuk, yaitu immunoglobulin yang non-spesifik atau gamaglobulin dan immunoglobulin yang spesifik yang berasal dari plasma donor yang sudah sembuh dari penyakit tertentu atau baru saja mendapatkan vaksinasi penyakit tertentu.

2. Tujuan Imunisasi

Tujuan imunisasi untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat (populasi) atau bahkan menghilangkan penyakit tertentu dari dunia seperti pada imunisasi cacar variola. Keadaan yang terakhir ini mungkin terjadi pada jenis penyakit yang dapat ditularkan melalui manusia, seperti misalnya difteria.

3. Manfaat Imunisasi

Imunisasi mempunyai berbagai keuntungan yaitu

a. Pertahanan tubuh yang terbentuk akan dibawa seumur hidupnya b. Vaksinasi adalah cost-effective karena murah dan efektif

c. Vaksinasi tidak berbahaya, reaksi yang serius sangat jarang terjadi, jauh lebih jarang dari pada komplikasi yang timbul apabila terserang penyakit tersebut secara alami.

4. Jenis-Jenis Imunisasi

Pada dasarnya imunisasi dibagi menjadi dua yaitu imunisasi aktif dan imunisasi pasif.


(19)

a. Imunisasi Aktif (active immunization)

Merupakan pemberian zat sebagai antigen yang diharapkan akan terjadi suatu proses infeksi buatan sehingga tubuh mengalami reaksi imunologi spesifik yang akan menghasilkan respons seluler dan humoral serta dihasilkannya sel memori, sehingga apabila benar-benar terjadi infeksi maka tubuh secara cepat dapat merespons. Dalam imunisasi aktif terdapat 4 macam kandungan dalam setiap vaksinasinya antara lain :

1. Antigen, merupakan bagian dari vaksin yang berfungsi sebagai zat atau mikroba guna terjadinya semacam infeksi buatan dapat berupa poli sakarida, toksoid atau virus dilemahkan atau bakteri dimatikan.

2. Pelarut dapat berupa air steril atau juga berupa cairan kultur jaringan

3. Preservatif, stabiliser dan antibiotika yang berguna untuk menghindari tumbuhnya mikroba dan sekaligus untuk stabilisasi antigen.

4. Adjuvan yang terdiri dari garam aluminium yang berfungsi untuk meningkatan imunogenitas antigen.

b. Imunisasi Pasif (pasive immunization)

Merupakan pemberian zat (imunoglubulin) yaitu suatu zat yang dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang dapat berasal dari plasma manusia atau binatang yang digunakan untuk mengatasi mikroba yang diduga sudah masuk dalam tubuh yang terinfeksi (Hidayat, A, 2005).


(20)

B. Beberapa Imunisasi yang Dianjurkan pada Anak

Imunisasi merupakan salah satu bentuk intervensi kesehatan yang sangat efektif dalam upaya menurunkan angka kematian bayi dan balita. Beberapa imunisasi pada anak dapat dianjurkan diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Imunisasi BCG (Bacillus Calmette Guerine)

Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit TBC uang berat sebab terjadinya TBC yang primer atau ringan dapat terjadi walaupun sudah dilakukan imunisasi BCG, seperti TBC pada selaput otak, TBC Miller (pada seluruh lapangan paru) atau TBC tulang.

a. Cara Pemberian :

1. Sebelum disuntikkan vaksin BCG harus dilarutkan terlebih dahulu. Melarutkan dengan menggunakan alat suntik steril (ADS 5 ml)

2. Dosis pemberian 0,05 ml, sebanyak 1 kali

3. Disuntikkan secara intrakutan di daerah lengan kanan atas (insertio musculus deltoideus), dengan menggunakan ADS 0,05 ml)

4. Vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan sebelum lewat 3 jam.

5. Vaksin BCG tidak boleh terkena sinar matahari, harus disimpan pada suhu 2-8ºC, tidak boleh beku.

BCG diberikan 1 kali sebelum anak berumur 2 bulan. BCG ulangan tidak dianjurkan karena keberhasilannya diragukan.

b. Efek Samping :

1. Reaksi lokal : 1-2 minggu setelah penyuntikan, pada tempat penyuntikan timbul kemerahan dan benjolan kecil yang teraba keras. Kemudian benjolan


(21)

ini berubah menjadi pustula (gelembung berisi nanah), lalu pecah dan membentuk luka terbuka (ulkus). Luka ini akhirnya sembuh secara spontan dalam waktu 8-12 minggu dengan meninggalkan jaringan parut.

2. Reaksi regional : pembesaran kelenjar getah bening ketiak atau leher, tanpa disertai nyeri tekan maupun demam, yang akan menghilang dalam waktu 3-6 bulan

2. Vaksin DPT (Difteri Pertusis Tetanus),

Imunisasi DPT adalah suatu vaksin 3-in-1 yang melindungi tehadap difteri, pertusis dan tetanus. Difteri adalah suatu infeksi bakteri yang menyerang tenggorokan dan dapat menyebabkan komplikasi yang serius atau fatal. Pertusis atau batuk rejan adalah infeksi pada saluran udara yang ditandai dengan batuk hebat yang menetap serta bunyi pernafasan yang melengking, yang disebabkan oleh bakteri Bordetella pertussis. Pertusis berlangsung beberapa minggu dan dapat menyebabkan serangan batuk hebat sehingga anak tidak dapat bernafas, makan atau minum. Pertusis juga dapat menimbulkan komplikasi serius, seperti pneumonia, kejang dan kerusakan otak. Tetanus adalah penyakit akut, bersifat fatal, disebabkan oleh eksotosin yang diproduksi oleh bakteri Clostridium tetani. Infeksi bakteri yang bisa menyebabkan kekakuan pada rahang serta kejang

DPT sering menyebakan efek samping yang ringan, seperti demam ringan atau nyeri di tempat penyuntikan selama beberapa hari. Efek samping tersebut terjadi karena adanya komponen pertusis di dalam vaksin.


(22)

a. Cara Pemberiannya

- Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspensi menjadi homogen

- Disuntikkan secara intramuskuler dengan dosis pemberian 0,5 ml sebanyak 3 dosis

- Dosis pertama diberikan pada umur 2 bulan, dosis selanjutnya diberikan dengan interval paling cepat 4 minggu (1 bulan)

- Di unit pelayanan statis vaksin DPT yang telah dibuka hanya boleh digunakan selama 4 minggu dengan ketentuan :

1. Vaksin belum kadaluarsa

2. Vaksin disimpan dalam suhu 2ºC - 8ºC 3. Tidak pernah terendam air

4. Sterilitasnya terjaga

5. VVM masih dalam kondisi A atau B

- Sedangkan di Posyandu vaksin yang sudah dibuka tidak boleh digunakan lagi untuk hari berikutnya.

b. Efek Samping

Pada kurang 1% penyuntikan DPT dapat menyebabkan komplikasi berikut : - Demam tinggi (lebih dari 40,5°C)

- Kejang

- Kejang demam (resiko) lebih tinggi pada anak yang sebelumnya pernah mengalami kejang atau terdapat riwayat kejang dalam keluarganya)


(23)

3. Vaksin TT (Tetanus Toksoid) a. Cara Pemberian

- Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspensi menjadi homogen

- Untuk mencegah tetanus/tetanus neonatal terdiri dari 2 dosis primer yang disuntikkan secara intramuskular, atau subkutan dalam, dengan dosis pemberian 0,5 ml dengan interval 4 minggu. Dilanjutkan dengan dosis ketiga setelah 6 bulan berikutnya. Untuk mempertahankan kekebalan terhadap tetanus pada wanita usia subur, maka dianjurkan diberikan 5 dosis. Dosis ke 4 dan ke 5 diberikan dengan interval minimal 1 tahun setelah pemberian dosis ke tiga dan ke empat. Imunisasi TT dapat diberikan secara aman selama masa kehamilan bahkan periode trimester pertama

- Di unit pelayanan statis, vaksin TT yang telah dibuka hanya boleh digunakan selama 4 minggu, dengan ketentuan :

1. Vaksin belum kadaluarsa

2. Vaksin disimpan dalam suhu + 2ºC 8ºC 3. Tidak pernah terendam air

4. Sterilitasnya terjaga

5. VVM masih dalam kondisi A atau B

- Sedangkan di Posyandu vaksin yang sudah terbuka tidak bisa digunakan untuk hari berikutnya (Depkes RI, 2005).


(24)

b. Efek Samping

Reaksi lokal pada tempat penyuntikan yaitu berupa kemerahan, pembengkakan dan rasa nyeri

4. Vaksin DT (Difteri dan Tetanus),

Imunisasi DT memberikan kekebalan aktif terhadap toksin yang dihasilkan oleh kuman penyebab difteri dan tetanus Vaksin DT dibuat untuk keperluan khusus, misalnya pada anak yang tidak boleh atau tidak perlu menerima imunisasi pertusis, tetapi masih perlu menerima imunisasi difteri dan tetanus.

a. Cara Pemberian

- Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspensi menjadi homogen

- Disuntikkan secara intramuskular atau subkutan dalam, dengan dosis pemberian 0,5 ml. Dianjurkan untuk anak usia dibawah 8 tahun. Untuk usia 8 tahun atau lebih dianjurkan imunisasi dengan vaksin Td

- Di unit pelayanan statis, vaksin DT yang telah dibuka hanya boleh digunakan selama 4 minggu dengan kriteria :

1. Vaksin belum kadaluarsa

2. Vaksin disimpan dalam suhu 2ºC - 8ºC 3. Tidak pernah terendam air

4. Strilitasnya terjaga

5. VVM masih dalam kondisi A atau B

- Sedangkan di Posyandu vaksin yang sudah dibuka tidak boleh digunakan lagi untuk hari berikutnya


(25)

- Vaksin ini tidak boleh diberikan kepada anak yang sedang sakit berat atau menderita demam tinggi. Efek samping yang mungkin terjadi adalah demam ringan dan pembengkakan lokal di tempat penyuntikan, yang biasanya berlangsung selama 1-2 hari.

5. Vaksin Polio (Oral Polio Vaccine =OPV)

Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit poliomyelitis yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada anak. Kandungan vaksin ini adalah virus yang dilemahkan (Hidayat, 2005).

a. Cara Pemberian

- Diberikan secara oral (melalui mulut, 1 dosis adalah 2 tetes sebanyak 4 kali (dosis) pemberian, dengan interval setiap dosis minimal 4 minggu

- Setiap membuka Vial baru harus menggunakan penetes (dopper) yang baru - Di unit pelayanan statis, vaksin polio yang telah dibuka hanya boleh digunakan

selama 2 minggu dengan ketentuan : 1. Vaksin belum kadaluarsa

2. Vaksin disimpan dalam suhu + 2º C 8ºC 3. Tidak pernah terendam air

4. Sterilitasnya terjaga

5. VVM masih dalam kondisi A atau B Terdapat 2 macam vaksin polio:

IPV (Inactivated Polio Vaccine, Vaksin Salk), mengandung virus polio yang telah dimatikan dan diberikan melalui suntikan


(26)

OPV (Oral Polio Vaccine, Vaksin Sabin), mengandung vaksin hidup yang telah dilemahkan dan diberikan dalam bentuk pil atau cairan.

b. Efek Samping

Bisa terjadi kelumpuhan dan kejang-kejang

6. Vaksin Campak.

Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit campak pada anak karena penyakit ini sangat menular, ditandai dengan panas, batuk, pilek, konjungtivitas dan ditemukan spesifek enantemen (Koplik’s spot), diikuti dengan erupsi makulopapular yang menyeluruh. Kandungan vaksin ini adalah virus yang dilemahkan.

a. Cara Pemberian

- Sebelum disuntikkan vaksin campak terlebih dahulu harus dilarutkan dengan pelarut steril yang tersedia yang berisi 5 ml cairan pelarut

- Dosis pemberian 0,5 ml disuntikkan secara subkutan pada lengan kiri atas, pada usia 9-11 bulan. Dan ulangan (booster) pada usia 6-7 tahun (kelas 1 SD) setelah cath-up campaign, campak pada anak Sekolah Dasar kelas 1-6.

b. Efek Samping

- Terjadi ruam timbul pada hari ke 7-10 sesudah imunisasi dan berlangsung selama 2-4 hari. pada tempat suntikan dan panas

- Infeksi akut yang disertai demam lebih dari 38°C - Gangguan sistem kekebalan


(27)

- Pemakaian obat imunosupresan

- Hipersensitivitas terhadap kanamisin dan eritromisin - Wanita hamil

7. Vaksin MMR (Measles, Mumps dan Rubela)

Imunisasi MMR memberi perlindungan terhadap campak, gondongan dan

campak Jerman dan disuntikkan sebanyak 2 kali. Campak menyebabkan demam, ruam kulit, batuk, hidung meler dan mata berair. Campak juga menyebabkan infeksi telinga dan pneumonia. Campak juga bisa menyebabkan masalah yang lebih serius, seperti pembengkakan otak dan bahkan kematian.

Gondongan menyebabkan demam, sakit kepala dan pembengkakan pada salah satu maupun kedua kelenjar liur utama yang disertai nyeri. Gondongan bisa menyebabkan meningitis (infeksi pada selaput otak dan korda spinalis) dan pembengkakan otak. Kadang gondongan juga menyebabkan pembengkakan pada buah zakar sehingga terjadi kemandulan.

Campak Jerman (rubella) menyebabkan demam ringan, ruam kulit dan pembengkakan kelenjar getah bening leher. Rubella juga bisa menyebakban pembengkakan otak atau gangguan perdarahan. Jika seorang wanita hamil menderita rubella, bisa terjadi keguguran atau kelainan bawaan pada bayi yang dilahirkannya (buta atau tuli). Terdapat dugaan bahwa vaksin MMR bisa menyebabkan autisme, tetapi penelitian membuktikan bahwa tidak ada hubungan antara autisme dengan pemberian vaksin MMR.


(28)

a. Cara Pemberian

Vaksin MMR adalah vaksin 3-in-1 yang melindungi anak terhadap campak, gondongan dan campak Jerman. Vaksin tunggal untuk setiap komponen MMR hanya digunakan pada keadaan tertentu, misalnya jika dianggap perlu memberikan imunisasi kepada bayi yang berumur 9-12 bulan. Suntikan pertama diberikan pada saat anak berumur 12-15 bulan. Suntikan pertama mungkin tidak memberikan kekebalan seumur hidup yang adekuat, karena itu diberikan suntikan kedua pada saat anak berumur 4-6 tahun (sebelum masuk SD) atau pada saat anak berumur 11-13 tahun (sebelum masuk SMP). Imunisasi MMR juga diberikan kepada orang dewasa yang berumur 18 tahun atau lebih atau lahir sesudah tahun 1956 dan tidak yakin akan status imunisasinya atau baru menerima 1 kali suntikan MMR sebelum masuk SD. Dewasa yang lahir pada tahun 1956 atau sebelum tahun 1956, diduga telah memiliki kekebalan karena banyak dari mereka yang telah menderita penyakit tersebut pada masa kanak-kanak. Pada 90-98% orang yang menerimanya, suntikan MMR akan memberikan perlindungan seumur hidup terhadap campak, campak Jerman dan gondongan. Suntikan kedua diberikan untuk memberikan perlindungan adekuat yang tidak dapat dipenuhi oleh suntikan pertama.

b. Efek Samping

- Komponen Campak

1-2 minggu setelah menjalani imunisasi, mungkin akan timbul ruam kulit. Hal ini terjadi pada sekitar 5% anak-anak yang menerima suntikan MMR. Demam 39,5° Celsius atau lebih tanpa gejala lainnya bisa terjadi pada 5-15% anak yang menerima suntikan MMR. Demam ini biasanya muncul dalam waktu 1-2 minggu


(29)

setelah disuntik dan berlangsung hanya selama 1-2 hari. Efek samping tersebut jarang terjadi pada suntikan MMR kedua.

- Komponen Gondongan

Pembengkakan ringan pada kelenjar di pipi dan dan dibawah rahang, berlangsung selama beberapa hari dan terjadi dalam waktu 1-2 minggu setelah menerima suntikan MMR.

- Komponen Campak Jerman

Pembengkakan kelenjar getah bening dan atau ruam kulit yang berlangsung selama 1-3 hari, timbul dalam waktu 1-2 mingu setelah menerima suntikan MMR. Hal ini terjadi pada 14-15% anak yang mendapat suntikan MMR (Nurlaila dan Lubis, P, 2010).

8. Vaksin Hepatitis B.

Merupakan vaksin virus recombinan yang telah diinaktivasikan dan bersifat non-infectious, berasal dari HbsAg yang dihasilkan dalam sel ragi (Hansenula polymorphl) menggunakan teknologi DNA rekombinan.Imunisasi ini digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit hepatitis.

a. Cara Pemberian :

- Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspensi menjadai homogen

- Vaksin disuntikkan dengan dosis 0,5 ml atau 1 buah HB PID, pemberian suntikkan secara intra muskuler, sebaiknya pada anterolateral paha


(30)

- Dosis pertama diberikan pada usia 0-7 hari, dosis berikutnya dengan interval minimum 4 minggu (1 bulan) (Depkes RI, 2005).

b. Efek Samping

Umumnya berupa reaksi lokal yang ringan dan bersifat sementara. Kadang-kadang menimbulkan demam ringan untuk 1-2 hari

9. Imunisasi Hib

Imunisasi Hib membantu mencegah infeksi oleh Haemophilus influenza tipe b. Organisme ini bisa menyebabkan meningitis, pneumonia dan infeksi tenggorokan berat. Vaksin ini adalah bentuk polisakarida murbi (PRP : purified capsular polysaccharide) kuman H. Influenzae tipe b, antigen dalam vaksin tersebut dapat dikonjugasi dengan protein-protein lain seperti toksoid tetanus (PRP-T), toksoid dipteri (PRP-D atau PRPCR50) atau dengan kuman menongokokus (PRP-OMPC). Cara Pemberian : Dilakukan dengan 2 suntikan dengan interval 2 bulan kemudian bosternya dapat diberikan pada usia 18 bulan

C. Peran Ayah

Seorang ayah bisa menjadi pribadi yang sangat lembut atau keras, tetapi mereka tetap akan menyayangi anak-anaknya sepenuh hati. Seorang ayah merupakan pria pertama yang menopang kehidupan kita, sebagai orang tua yang penyayang. Bagi para ibu, sosok ayah bagi anak-anaknya adalah seseorang yang dipercaya untuk menjaga anak-anaknya. Ayah merupakan satu-satunya orang lain selain ibu yang dapat memberikan rasa sayang sepenuh hatinya kepada anak-anaknya dan rela


(31)

melakukan apapun demi mereka. Mereka juga menjadi tulang punggung keluarganya dan menghidupi keluarganya dari usaha yang dia lakukan (Melinda C, 2009).

1. Pengertian Peran Ayah

Istilah "peran" kerap diucapkan banyak orang. Sering kita mendengar kata peran dikaitkan dengan posisi atau kedudukan seseorang. Atau "peran" dikaitkan dengan "apa yang dimainkan" oleh seorang aktor dalam suatu drama. Mungkin tak banyak orang tahu, bahwa kata "peran", atau role dalam bahasa Inggrisnya, memang diambil dari dramaturgy atau seni teater. Dalam seni teater seorang aktor diberi peran yang harus dimainkan sesuai dengan plot-nya, dengan alur ceritanya, dengan lakonnya.

Istilah peran dalam “Kamus Besar Bahasa Indonesia” mempunyai arti pemain sandiwara (film), tukang lawak pada permainan makyong, perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat.

Ketika istilah peran digunakan dalam lingkungan pekerjaan, maka seseorang yang diberi sesuatu posisi, juga diharapkan menjalankan perannya sesuai dengan apa yang diharapkan oleh pekerjaan tersebut. Karena itulah ada yang disebut dengan role expectation (Balai Pustaka, 2005).

Sebenarnya peran serta ayah dalam membesarkan bayinya bukan hanya untuk meringankan beban sang ibu, tetapi menurut penelitian, ternyata juga sangat diperlukan oleh bayi. Bahkan, sebenarnya bayi memerlukan partisipasi aktif sang ayah sejak proses kelahirannya sampai dia mendapat imunisasi.

Peran Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai


(32)

anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.

2. Peran Ganda Ayah

Sebutan ayah memiliki aspek penghormatan, menekankan relasi ganda yakni relasi sosiologis-biologis, arti secara sosiologis yaitu ayah menerima penghormatan dari luar karena faktor usia atau status sosial yang dimiliki; sedangkan secara biologis berarti ayah menerima penghormatan dari dalam, yakni anak kandungnya karena faktor pemilihan, sehingga aspek ini bersifat umum dan khusus (Mangkey, 2008).

Seorang ayah harus mengetahui apa yang anak perlukan darinya. Pada dasarnya, seorang ayah harus tahu bahwa posisinya itu harus menjadi pembimbing, guru, kawan dan pelindung. Menanamkan moral spiritual pada anak sepatutnya jangan lupa diberikan oleh ayah. Jika ayah tidak memberikan pendidikan moral spiritual, anak menjadi seorang dengan jiwa yang anarkis dan menjadi individu yang melanggar aturan atau norma. Berikut ini adalah kiat-kiat menjadi ayah yang hebat : 1. Meluangkan waktu yang cukup untuk keluarga

2. Bermain dengan anak

3. Memberikan keteladanan dengan bijaksana

4. Mengakui kesalahan, meminta maaf dan mengucapkan terima kasih kepada anak 5. Menjadi penyemangat dan pendukung anak

6. Menjadi pendengar yang baik jika anak sedang mengutarakan permasalahannya 7. Menghindari tindakan kasar yang merugikan fisik dan psikologi anak


(33)

3. Kedudukan Ayah

Secara efektif kedudukan ayah dalam keluarga, sebagai berikut : 1. Ayah merupakan kepala dalam keluarga

2. Ayah merupakan pemimpin dalam keluarga 3. Sebagai pelindung keluarga

4. Sebagai teladan bagi anak-anaknya

Kehadiran dan peranannya sebagai kepala keluarga sangat menentukan jalannya kehidupan keluarga itu sendiri. Dalam suatu penelitian di Amerika menyimpulkan bahwa ketidakhadiran ayah dalam keluarga membawa akibat yang sangat fatal bagi perkembangan hidup anak-anaknya, tidak ada bedanya dengan peranan seorang ibu dalam keluarga. Pengaruh negatif terhadap anak-anaknya sangat kuat, terutama anak laki-laki. Dalam penelitian itu diketahui bahwa ketidak hadiran seorang ayah membuat anak laki-laki menjadi perkasa, pemarah dan mudah frustasi. Ayah memegang peran besar dalam keberhasilan imunisasi bagi anak, jika anak sakit setelah diimunisasi ia akan menjadi cepat sehat kembali karena ayah bisa memberikan rasa nyaman, dan akan membujuk anaknya jika rewel.

D. Keluarga

Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami-istri, atau suami-istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya.


(34)

1. Pengertian Keluarga

Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga (Friedman, 1998).

Sedangkan menurut pakar konseling dari Yogyakarta, Sayekti (1994), yang dikutip oleh Suprajitno (2004), bahwa keluarga adalah suatu ikatan atau persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang laki-laki atau seorang perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak, baik anaknya sendiri atau adopsi, dan tinggal dalam sebuah rumah tangga.

2. Fungsi Keluarga

Secara umum fungsi keluarga adalah sebagai beriku (Friedman, 1998) :

a. Fungsi afektif (the affective function) adalah keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain. Fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan individu dan psikososial anggota keluarga.

b. Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi (socialization and social placement function) adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain di luar rumah.

c. Fungsi reproduksi (the reproductive function) adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.


(35)

d. Fungsi ekonomi (the economic function) adalah keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

e. Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (the health care function), yaitu fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi.

3. Tipe Keluarga

Pembagian tipe keluarga tergantung pada konteks keilmuan dan orang yang mengelompokkan. Secara tradisional keluarga dikelompokkan menjadi dua yaitu :

a. Keluarga inti (nuclear family), adalah keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya. b. Keluarga besar (extended family), adalah keluarga inti ditambah anggota

keluargalain yang masih mempunyai hubungan darah (kakek-nenek, paman-bibi).

4. Struktur Keluarga

Struktur keluarga dapat menggambarkan bagaimana keluarga melaksanakan fungsi keluarga di masyarakat sekitarnya. Parad dan Caplan (1965) yang dikutip oleh Friedman (1998), mengatakan ada empat elemen struktur keluarga, yaitu :

a. Struktur peran keluarga, menggambarkan peran masing-masing anggota keluarga dalam keluarga sendiri dan perannya di lingkungan masyarakat atau peran formal dan informal.


(36)

b. Nilai atau norma keluarga, menggambarkan nilai dan norma yang dipelajari dan diyakini oleh keluarga, khususnya yang berhubungan dengan kesehatan. c. Pola komunikasi keluarga, menggambarkan bagaimana cara dan pola

komunikasi ayah-ibu (orang tua), orang tua dengan anak, anak dengan anak dan anggota keluarga lain (pada keluarga besar) dengan keluarga inti.

d. Struktur kekuatan keluarga, menggambarkan kemampuan anggota keluarga untuk memengaruhi dan mengendalikan untuk mengubah perilaku keluarga yang mendukung kesehatan.

Di Indonesia keluarga dikelompokkan menjadi lima tahap yaitu sebagai berikut : 1). Keluarga Prasejahtera, adalah keluarga yang belum dapat memenuhi

kebutuhan dasar secara minimal, yaitu kebutuhan pengajaran agama, pangan, sandang, papan dan kesehatan atau keluarga yang belum dapat memenuhi salah satu atau lebih indikator Keluarga Sejahtera Tahap I.

2). Keluarga Sejahtera Tahap I (KS I), adalah keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar secara minimal, tetapi belum dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan sosial psikologisnya, yaitu kebutuhan pendidikan, Keluarga Berencana (KB), interaksi dalam keluarga, interaksi dengan lingkungan tempat tinggal dan transportasi.

3). Keluarga Sejahtera Tahap II (KS II) adalah keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar secara minimal serta telah memenuhi seluruh kebutuhan sosial psikologisnya, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan pengembangan, yaitu kebutuhan untuk menabung dan memperoleh informasi.


(37)

4). Keluarga Sejahtera Tahap III (KS III) adalah keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar, kebutuhan sosial psikologis dan kebutuhan pengembangan, tetapi belum dapat memberikan sumbangan (kontribusi) yang maksimal terhadap masyarakat secara teratur (dalam waktu tertentu) dalam bentuk material dan keuangan untuk sosial kemasyarakatan, juga berperan serta secara aktif dengan menjadi pengurus lembaga kemasyarakatan atau yayasan sosial, keagamaan, kesenian, olahraga, pendidikan dan lain sebagainya.

5). Keluarga Sejahtera Tahap III Plus (KS III Plus), adalah keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhannya, baik yang bersifat dasar, sosial psikologis, maupun pengembangan, serta telah mampu memberikan sumbangan yang nyata dan berkelanjutan bagi masyarakat (Suprajitno, 2004).


(38)

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini menjelaskan bahwa peran ayah dalam pemberian imunisasi pada anak meliputi motivasi suami dan waktu yang dibutuhkan ayah

.

B. Definisi Operasional

Peran ayah dalam pemberian imunisasi pada anak di Klinik Sari Medan

No Variabel Definisi Operasional

Alat ukur Cara ukur Hasil ukur Skala

1 Peran Ayah

dalam pemberian imunisasi Peran ayah sebagai kepala keluarga, pencari nafkah, pendidik dan pelindung Kuesioner dengan 20 pertanyaan

Wawancara 1. Baik, apabila jawaban responden yang diberikan pada instrumen penelitian 15 - 20

2. Cukup, apabila jawaban responden yang diberikan pada instrumen penelitian 8 - 14

3. Tidak baik, apabila jawaban responden yang diberikan pada instrumen penelitian1 – 9

Ordinal Peran Ayah

- Kepala Keluarga - Pencari nafkah - Pendidik - Pelindung

Pemberian Imunisasi pada Anak


(39)

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitin ini adalah penelitian survei bersifat deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui gambaran peran ayah dalam pemberian imunisasi pada anak di Klinik Sari Medan Tahun 2010.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian adalah ayah yang datang untuk mengantar dan tidak mengantar anaknya imunisasi di Klinik Sari Medan dari bulan April – Juni 2010 berjumlah 180 orang

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari populasi, yang menjadi kriteria sampel adalah ayah yang datang mengantar dan tidak mengantar anaknya dengan cara peneliti mendatangi ke rumah responden di sekitar Klinik Sari Medan, teknik pengambilan sampel dengan cara Simple Random Sampling, populasi yang berjumlah 180 orang, diambil secara acak agar setiap populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi sampel. Untuk menentukan besar sampel dipergunakan rumus dari sumber Taro Yamane yang dikutip oleh (Notoatmodjo, 2005)

N n =


(40)

180 n =

1 + 180 (0,01)

180 n =

1 + 1,8

180 n =

2,8 n = 64,2 = 64 orang.

Berdasarkan rumus diatas maka besar sampel dalam penelitian ini adalah 64 orang. Dengan kriteria sampel yaitu ayah yang datang untuk mengantar dan yang tidak ikut mengantar anaknya untuk imunisasi di Klinik Sari Medan Tahun 2010

Keterangan : N = Besar populasi n = Besar sampel

d = Tingkat kepercayaan atau ketepatan yang diinginkan (0,1 %).

C. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Klinik Sari Medan. Adapun alasan pemilihan lokasi karena di Klinik Sari merupakan tempat yang paling banyak jumlah anak yang datang mendapat imunisasi dengan diantar oleh ayah mereka serta belum pernah diadakan penelitian di tempat tersebut.


(41)

D. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan September 2010.

E. Etika Penelitian

Penelitian ini dilakukan setelah penelitian persetujuan dari institusi pendidikan yaitu Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan Mengajukan permohonan izin penelitian kepada Klinik Sari Medan. Dalam penelitian ini terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan permasalahan etika, yaitu : memberikan penjelasan kepada calon responden tentang tujuan dan prosedur pelaksanaan penelitian dan dipersilahkan untuk menandatangani informed consent. Kerahasiaan catatan mengenai data responden dijaga dengan cara tidak menuliskan nama responden pada penelitian. Data-data yang diperoleh juga hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.

F. Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpul data berupa kuesioner dengan jumlah responden 64 orang, yang terdiri dari : data demografi, kuesioner peran ayah dan data imunisasi anak. 1. Data Demografi

Instrumen penelitian berisi data demografi meliputi : kepala keluarga, pencari nafkah, pendidik dan pelindung.

2. Kuesioner peran Ayah

Instrumen berisi pertanyaan tentang peran ayah di dalam keluarga, meliputi sebagai kepala keluarga, pencari nafkah, pendidik dan pelindung dengan


(42)

masing-masing 5 pertanyaan, dengan menggunakan skala Guttman dengan pilihan jawaban benar diberi skor 1 dan jawaban salah diberi skor 0. Nilai terendah yang mungkin dicapai adalah 0 dan tertinggi adalah 5.

3. Pemberian Imunisasi pada anak

- Lengkap : Apabila anak balita telah mendapat imunisasi BCG satu kali, DPT tiga kali, Polio empat kali, Campak satu kali dan Hepatitis B tiga kali sesuai umur yang seharusnya diberikan - Tidak Lengkap : Apabila anak balita tidak lengkap mendapat imunisasi sesuai

dengan jenis dan umur yang seharusnya.

G. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data di lakukan dengan mengajukan surat permohonan izin penelitian pada institusi pendidikan program studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Setelah mendapatkan data yang cukup untuk dijadikan sampel dalam penelitian, maka peneliti datang menemui petugas Klinik Sari untuk mendapatkan data tentang calon responden, dan menjelaskan kepada calon responden tentang tujuan dan manfaat penelitian kemudian meminta persetujuan dari calon responden untuk menjadi responden dengan menandatangani informed concernt dan memberikan kuesioner kepada responden, selanjutnya peneliti menjelaskan kepada responden cara pengisian kuesioner dengan cara melingkari jawaban yang dianggap benar oleh responden. Responden diberikan waktu untuk mengisi kuesioner dengan jujur dan mengisi seluruh pertanyaan. Dalam pengisian kuesioner tersebut peneliti mendampingi responden agar mempermudah responden


(43)

untuk menjawab pertanyaan yang kurang jelas. Setelah lembar kuesioner diisi oleh responden, maka selanjutnya peneliti memeriksa kelengkapan data tersebut.

H. Rencana Analisa Data

Analisa data dilakukan dengan data yang telah terkumpul diolah secara manual dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1) Editing/pemeriksaan data, dilakukan pengecekan kelengkapan-kelengkapan pada data pertanyaan yang telah terkumpul. Bila terdapat kesalahan dan kekurangan dalam pengumpulan data maka diperbaiki kembali; 2) Coding/pemberian kode, data yang telah dikumpul dan hasil jawaban dari setiap pertanyaan dikoreksi ketepatan dan kelengkapannya, kemudian diberi kode oleh peneliti secara manual sebelum diolah ke komputer; 3) Entry/pemasukan data komputer, data yang diproses kemudian dimasukkan ke dalam program komputer untuk diolah; 4) Tabulating, memperoleh analisa dan pengolahan data serta mengambil kesimpulan data dimasukkan ke dalam bentuk tabel distribusi dan frekuensi yaitu peran ayah (kepala keluarga, pencari nafkah, pendidik dan pelindung). Kemudian data dimasukkan ke dalam bab lima dan dikonsulkan ke pembimbing.


(44)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan dari bulan Juli – September 2010 terhadap 64 responden terhadap 180 populasi ayah yang mempunyai anak dan yang diimunisasi di Klinik Sari Medan pada tahun 2010.

A. Hasil Penelitian

1. Karakteristik Responden

Tabel 5.1.

Distribusi Karakteristik Responden di Klinik Sari Medan Tahun 2010

Karakteristik Frekuensi Presentasi (%)

Pekerjaan Tidak bekerja PNS Pegawai Swasta Wiraswasta Buruh - 11 24 13 16 - 17,2 37,5 20,3 25,0

Jumlah 64 100

Pendidikan SD SLTP SLTA DIII/PT 6 18 23 17 9,4 28,1 35,9 26,6

Jumlah 64 100

Sumber Informasi Petugas Kesehatan Media Massa Tetangga 29 27 8 45,4 42,1 12,5


(45)

Berdasarkan tabel 5.1. dapat digambarkan bahwa sebagian besar pekerjaan responden adalah pegawai swasta sebanyak 24 orang (37,5%), berdasarkan pendidikan sebagian besar pendidikan responden adalah SLTA sebanyak 23 orang (35,9%) dan bersarkan sumber informasi sebagian besar didapat responden dari petugas kesehatan sebanyak 29 orang (45,4%).

2. Peran Responden

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil yang tertera pada tabel berikut ini :

Tabel 5.2.

Distribusi Pertanyaan Peran Responden Dalam Pemberian Imunisasi di Klinik Sari Medan Tahun 2010

No Pertanyaan Pilihan Jawaban Jumlah Ya Tidak

f % f % f % Peran Ayah sebagai Kepala Keluarga

1 Apakah Bapak sebagai kepala keluarga

meluangkan waktu yang cukup untuk keluarga ?

62 96,8 2 3,2 64 100

2 Apakah Bapak sebagai kepala keluarga selalu mengingatkan istri untuk membawa anaknya di Imunisasi ?

42 65,6 22 34,4 64 100

3 Apakah Bapak mengetahui dampak yang

diakibatkan jika anak tidak di Imunisasi?

54 84,4 10 15,6 64 100

4 Apakah Bapak merasa terbebani jika mengantar anak untuk Imunisasi?

5 7,8 59 92,2 64 100

5 Apakah Bapak mengetahui manfaat dari

Imunisasi ?

54 84,4 10 15,6 64 100

Peran Ayah sebagai Pencari Nafkah

1 Sebagai pencari nafkah apakah bapak berusaha meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga terutama imunisasi?

64 100 - - 64 100

2 Apakah bapak lebih mengutamakan kebutuhan

kesehatan anak dari pada kebutuhan diri sendiri?

64 100 - - 64 100

3 Apakah bapak lebih memilih imunisasi yang

gratis dari pada yang bayar?

60 93,7 4 6,3 64 100

4 Sebagai pencari nafkah apakah bapak merasa terbebani dengan tugas tersebut diatas?

6 9,4 58 90,6 64 100

5 Apakah bapak pernah memberikan uang kepada istri untuk biaya imunisasi anak?


(46)

No Pertanyaan Pilihan Jawaban Jumlah Ya Tidak

f % f % f % Peran Ayah sebagai Pendidik

1 Apakah bapak sebagai pendidik pernah

mengikuti penyuluhan tentang imunisasi?

- - 64 100 64 100

2 Apakah bapak tidak malu jika harus mengantar anak imunisasi?

7 10,9 57 89,1 64 100

3 Apakah bapak memberitahu istri jika imunisasi itu penting?

34 53,3 30 46,7 64 100

4 Apakah bapak sebagai pendidik juga

menginformasikan kepada anggota keluarga lain bahwa imunisasi itu penting?

2 3,2 62 96,8 64 100

5 Apakah bapak mengetahui bahwa imunisasi

diberikan kepada anak yang sehat?

11 17,2 53 82,8 64 100

Peran Ayah sebagai Pelindung

1 Saat anak demam setelah imunisasi, apakah bapak selalu ikut merawat?

40 62,5 24 37,5 64 100

2 Apakah bapak bersedia mengantar anak untuk imunisasi jika istri berhalangan ?

64 100 - - 64 100

3 Apakah bapak mengikuti saran yang diberikan petugas kesehatan jika bekas suntikan imunisasi harus dikompres dengan air hangat?

64 100 - - 64 100

4 Apakah bapak memperhatikan vaksin imunisasi yang akan diberikan kepada anak ?

9 14,0 55 86,0 64 100

5 Apakah bapak memberikan perhatian lebih kepada anak setelah diimunisasi?

58 90,6 6 9,4 64 100

Berdasarkan hasil penelitian, distribusi jawaban responden tentang peran ayah sebagai kepala keluarga mayoritas responden menjawab ya adalah pertanyaan no 1 tentang Bapak sebagai kepala keluarga meluangkan waktu yang cukup untuk keluarga yaitu 62 orang (98,8%), sedangkan yang menjawab tidak adalah pertanyaan no 4 tentang bapak merasa terbebani jika mengantar anak untuk Imunisasi yaitu 59 orang (92.2%).

Berdasarkan hasil penelitian, distribusi jawaban responden tentang peran ayah sebagai pencari nafkah mayoritas responden menjawab ya adalah pertanyaan no 1 tentang bapak berusaha meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan


(47)

keluarga terutama imunisasi, pertanyaan no 2 tentang bapak lebih mengutamakan kebutuhan kesehatan anak dari pada kebutuhan diri sendiri yaitu masing-masing 64 orang (100%), sedangkan yang menjawab tidak adalah pertanyaan no 4 tentang pencari nafkah apakah bapak merasa terbebani dengan tugas yaitu 58 orang (90,6%).

Berdasarkan hasil penelitian, distribusi jawaban responden tentang peran ayah sebagai pendidik mayoritas responden yang menjawab ya adalah pertanyaan no 3 tentang bapak memberitahu istri jika imunisasi itu penting yaitu sebanyak 34 orang (53,3%), sedangkan yang menjawab tidak adalah pertanyaan no 1 tentang bapak sebagai pendidik pernah mengikuti penyuluhan tentang imunisasi yaitu sebanyak 64 orang (100%).

Berdasarkan hasil penelitian, distribusi jawaban responden tentang peran ayah sebagai pelindung mayoritas responden yang menjawab ya adalah pertanyaan no 2 tentang bapak bersedia mengantar anak untuk imunisasi jika istri berhalangan dan pertanyaan no 3 tentang bapak mengikuti saran yang diberikan petugas kesehatan jika bekas suntikan imunisasi harus dikompres dengan air hangat yaitu masing-masing 64 orang (100%), sedangkan responden yang menjawab tidak adalah pertanyaan no 4 tentang bapak memperhatikan vaksin imunisasi yang akan diberikan kepada anak yaitu ada 55 orang (86%).

Adapun kategori peran ayah dalam pemebrian imunisasi di Klinik Sari Medan dapat dilihat pada tabel berikut.


(48)

Tabel 5.3.

Distribusi Responden Berdasarkan Peran Ayah dalam Pemberian Imunisasi di Klinik Sari Medan Tahun 2010

Kategori Frekuensi Persentasi (%)

Baik Cukup Tidak baik

3 61

-

4,7 95,3

-

Total 64 100

Pada tabel 5.3. di atas mayoritas responden memiliki kategori cukup dalam pemberian imunisasi pada anak yaitu sebanyak 61 orang 995,3%), sedangkan yang memiliki kategori baik sebanyak 3 orang (4,7%).

B. Pembahasan

Berikut ini dilakukan pembahasan karakteristik responen berdasarkan data yang telah disajikan.

1. Karakteristik Demografi Responden

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh data bahwa dari 64 responden diketahui sebagian besar pekerjaan respoden adalah pegawai swasta yaitu sebanyak 24 orang (37,5%). Pekerjaan dapat mempengaruhi tingkat pemahaman dan pengetahuan untuk mendapatkan kesempatan dalam memperoleh informasi tentang hal-hal yang berhubungan dengan imunisasi pada anak.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan sebagian besar pendidikan responden adalah tamat SLTA yaitu sebanyak 23 orang (35,9%). Tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi penerimaan hal-hal yang baru termasuk imunisasi pada anak, pendidikan tidak hanya didapat secara formal tetapi juga bisa didapat


(49)

secara informal, yaitu berupa informasi-informasi dari orang lain atau berupa pengalaman-pengalaman yang sudah memang dapat dibuktikan kebenarannya (Notoatmodjo, 2003).

Hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh data bahwa dari 64 responden sebagian besar mendapat sumber informasi dari petugas kesehatan yaitu sebanyak 29 orang (45,4%). Sumber informasi dapat diperoleh dari berbagai macam misalnya melalui media masa, media elektronik, buku petunjuk, kerabat, tetangga bahkan dari petugas kesehatan yang merupakan suatu bentuk promosi kesehatan untuk menyampaikan suatu informasi. Hal ini dapat menguatkan diri bagi ayah untuk dapat berupaya untuk mencegah maupun berupaya untuk meningkatkan kesehatan anak (Notoatmodjo, 2003).

2. Peran Ayah dalam Imunisasi pada Anak

Berdasarkan hasil penelitian peran ayah dalam imunisasi pada anak di Klinik Sari Medan menunjukkan bahwa peran ayah sebagai kepala keluarga sebagian besar responden yang menjawab ya yaitu sebanyak 62 orang (98,8%) dan yang menjawab tidak sebanyak 59 orang (92,2%). Seorang ayah merupakan pria yang menopang kehidupan kita serta merupakan pondasi bagi kehidupan keluarga. Kehadirannya sebagai kepala keluarga sangat menentukan jalannya kehidupan keluarga itu sendiri.

Hasil penelitian peran ayah sebagai pencari nafkah mayoritas responden yang menjawab ya sebanyak 64 orang (100%) dari pertanyaan no 1 dan 2, sedangkan yang menjawab tidak sebanyak 58 orang (90,6%) dari pertanyaan no 4. Sebagai ayah sepenuhnya menjadi tulang punggung keluarga dan menghidupi keluarga dari usaha yang dilakukannya.


(50)

Hasil penelitian peran ayah sebagai pendidik mayoritas responden yang menjawab ya sebanyak 34 orang (53,3%) dari pertanyaan no 3, sedangkan yang menjawab tidak yaitu sebanyak 64 orang (100%) dari pertanyaan no 1. Seorang ayah akan mendidik putra-putrinya untuk menjadi orang-orang yang tangguh meski terkadang mereka bersikap keras kepada anak-anaknya.

Hasil penelitian peran ayah sebagai pelindung mayoritas responden yang menjawab ya sebanyak 64 orang (100%) dari pertanyaan no 2 dan 3, sedangkan yang menjawab tidak sebanyak 55 orang (86%) dari pertanyaan no 4. Sebagai seorang ayah sangat dibutuhkan untuk menjadi pelindung di dalam keluarganya.


(51)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah disajikan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa berdasarkan karakteristik responden sebagian besar pekerjaan responden adalah sebagai pegawai swasta sebanyak 24 orang (37,5%), pendidikan responden sebagian besar mempunyai pendidikan tamat SLTA sebanyak 23 orang (35,9%), sedangkan sumber informasi yang diperoleh responden sebagian besar dari petugas kesehatan yaitu sebanyak 29 orang (45,4%). Sedangkan peran ayah dalam imunisasi pada anak di Klinik Sari Medan menunjukkan mayoritas dalam kategori cukup yaitu sebanyak 61 orang (95,3%) dan dalam kategori baik sebanyak 3 orang (4,7%).

B. Saran

1. Diharapkan ayah dapat berperan aktif di dalam pemberian imunisasi yang sangat diperlukan anak

2. Bagi Peneliti Lanjut

Bagi peneliti selanjutnya diharapkan agar dapat melakukan penelitian ini di tempat lain dengan jumlah sampel yang lebih banyak


(52)

Frequency Table

pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid PNS 10 15.6 15.6 15.6

peg swasta 24 37.5 37.5 53.1

wiraswasta 14 21.9 21.9 75.0

buruh 16 25.0 25.0 100.0

Total 64 100.0 100.0

pendidikan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tamat SD 6 9.4 9.4 9.4

tamat

SLTP 18 28.1 28.1 37.5

tamat

SLTA 23 35.9 35.9 73.4

tamat

DIII/PT 17 26.6 26.6 100.0

Total 64 100.0 100.0

sbr info

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid petugas

kesehatan 29 45.3 45.3 45.3

media masa 27 42.2 42.2 87.5

tetangga 8 12.5 12.5 100.0


(53)

DAFTAR PUSTAKA

Balai Pustaka, 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.

Depkes RI, 2004. Keputusan Menteri Kesehatan RI Tentang Kebijakan Dasar Pusat

Kesehatan Masyarakat, Jakarta.

Friedman, M, 1998. Keperawatan Keluarga, Jakarta.

Hidayat, A, 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1, Penerbit Salemba Medika, Jakarta.

Iwan, S, 2008. Pengasuhan Anak dalam keluarga ”The Next Lost Generation”, Mahasiswa Program Pasca Sarjana Universitas Air Langga Minat Promosi Kesehatan dan ilmu perilaku, Oktober 2008.

Mangkey, 2008. Peranan Suami-Istri dalam Keluarga,

Melinda, C, 2009. Arti Seorang Ayah, tanggal 11 April 2009

Notoatmodjo, 2005. Metode Penelitian Kesehatan, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Nurlaila, A., Petti Lubis., 2010. Bayi Memerlukan Imunisasi untuk Menjaga

Ketahanan Tubuhnya Terhadap Penyakit,

Diakses tanggal 15 Juni 2010.

Ranuh, Suyitno, H., Hadinegoro, S., Kartasasmita, C., Ismoedijanto., Soedjatmiko, 2008. Pedoman Imunisasi di Indonesia, Ikatan Dokter Anak Indonesia, Jakarta.

Rini, 2009. Jadwal Imunisasi Konsultan Tumbuh Kembang Ibu Anak, Saroso, S, 2010. Imunisasi, Pusat Informasi Penyakit Infeksi,

Sayekti, 1994. Bimbingan dan Konseling Keluarga, Penerbit Menara Mas, Yogyakarta.


(54)

Sugiyono, 2004. Metode Penelitian Bisnis, Penerbit Alfabeta, Bandung. Suprajitno, 2004. Asuhan Keperawatan Keluarga, Penerbit EGC, Jakarta.

Wardani, L, 2008. Berikanlah Imunisasi Tepat waktu sebagai pencegah PD3I,

WHO, 2006. Program Imunisasi : Satu miliar Dollar AS, Diakses tanggal 9 Juli 2010.

http://sudutpandang.com/2009/08/asi-langkah-nyata-ibu-untuk-indonesia-yang-lebih-baik/

Anto, 2008. Peran Bapak dalam Keluarga, tanggal 21 Februari 2008.

Wahjosumijo, kepemimpinan kepala sekolah (jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1999), 83.

Sam, A, 2008. Pengertian Keluarga 18 Desember 2008.

Wednesday, 16 July 2008 08:

http://www.bayisehat.com/child-development-mainmenu-35/194-pentingnya-peran-ayah.html


(55)

INFORMED CONCENT

Perihal

: Pemberian informasi

Lampiran :

Satu lembar

Dengan hormat,

Sehubungan dengan akan dilaksanakannya penelitian dengan judul ”Peran Ayah dalam Pemberian Imunisasi pada Anak di Klinik Sari Medan Tahun 2010” sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, saya mohon ketersediaan bapak untuk menjadi responden dalam penelitian ini.

Untuitu saya mohon kerja sama dengan memberikan informasi dengan menjawab butir pertanyaan yang diajukan sesuai dengan kemampuan bapak yang sebenarnya.

Penelitian ini tidak dilakukan tindakan apapun pada bapak, dan saya akan menjaga kerahasiaan jawaban yang bapak berikan. Penelitian ini hanya akan digunakan untuk kepentingan pendidikan serta perkembangan ilmu pengetahuan

Atas bantuan dan kerja sama yang baik, saya ucapkan terima kasih. Medan, Agustus 2010 Hormat saya


(56)

KUESIONER PENELITIAN

PERAN AYAH DALAM PEMBERIAN IMUNISASI PADA ANAK DI KLINIK SARI MEDAN

TAHUN 2010

No. Responden : A. Data Demografi

1. Nama Ayah :

2. Umur :

3. Pendidikan : a. Tamat SD b. Tamat SLTP c. Tamat SLTA d. Tamat DIII/PT 4. Pekerjaan :

a. Tidak bekerja b. PNS

c. Pegawai swasta d. Wiraswasta

e. Buruh

B. Pemberian Imunisasi pada Anak

1. Apakah bapak pernah mendengar tentang imunisasi ? a. Pernah

b. Tidak pernah

2. Jika pernah, darimana bapak memperoleh informasi tersebut ? a. Petugas kesehatan

b. Media masa c. Tetangga


(57)

3. Pemberian Imunisasi di Klinik Sari Medan

No Pemberian Imunisasi Ada Tidak ada

1 BCG (1 kali) 2 a. DPT I

b. DPT II 3 a. Polio I

b. Polio II c. Polio III d. Polio IV 4 Campak (1 kali) 5 a. Hepatitis B I

b. Hepatitis B II c. Hepatitis B III

C. Peran Ayah I. Kepala Keluarga

1. Apakah bapak sebagai kepala keluarga meluangkan waktu yang cukup untuk keluarga ?

a. Ya b. Tidak

2. Apakah bapak sebagai kepala keluarga selalu mengingatkan istri untuk membawa anaknya diimunisasi ?

a. Ya b. Tidak

3. Apakah bapak mengetahui dampak yang diakibatkan jika anak tidak diimunisasi?

a. Ya b. Tidak

4. Apakah bapak merasa terbebani jika mengantar anak untuk imunisasi ? a. Ya

b. Tidak

5. Apakah bapak mengetahui manfaat dari imunisasi ? a. Ya


(58)

II. Pencari nafkah

1. Sebagai pencari nafkah apakah bapak berusaha meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga terutama imunisasi ?

a. Ya b. Tidak

2. Apakah bapak lebih mengutamakan kebutuhan kesehatan anak dari pada kebutuhan diri sendiri ?

a. Ya b. Tidak

3. Apakah bapak lebih memilih imunisasi yang gratis dari pada yang bayar ? a. Ya

b. Tidak

4. Sebagai pencari nafkah apakah bapak merasa terbebani dengan tugas tersebut diatas ?

a. Ya b. Tidak

5. Apakah bapak pernah memberikan uang lepada istri untuk biaya imunisasi anak ? a. Ya

b. Tidak

III. Pendidik

1. Apakah bapak sebagai pendidik pernah mengikuti penyuluhan tentang imunisasi ? a. Ya

b. Tidak

2. Apakah bapak tidak malu jika harus mengantar anak imunisasi ? a. Ya

b. Tidak

3. Apakah bapak memberitahu istri jika imunisasi itu penting ? a. Ya


(59)

4. Apakah bapak sebagai pendidik juga mengajak bapak-bapak lain untuk menemani anaknya untuk imunisasi ?

a. Ya b. Tidak

5. Apakah bapak mengetahui bahwa imunisasi diberikan kepada anak yang sehat ? a. Ya

b. Tidak

IV. Pelindung

1. Saat anak demam setelah imunisasi, apakah bapak selalu ikut merawat ? a. Ya

b. Tidak

2. Apakah bapak bersedia mengantar anak untuk imunisasi jika istri berhalangan ? a. Ya

b. Tidak

3. Apakah bapak mengikuti saran yang diberikan petugas kesehatan jika bekas suntikan imunisasi harus dikompres dengan air hangat ?

a. Ya b. Tidak

4. Apakah bapak memperhatikan vaksin imunisasi yang akan diberikan kepada anak? a. Ya

b. Tidak

5. Apakah bapak memberikan perhatian lebih kepada anak yang setelah diimunisasi ? a. Ya


(1)

Sugiyono, 2004. Metode Penelitian Bisnis, Penerbit Alfabeta, Bandung. Suprajitno, 2004. Asuhan Keperawatan Keluarga, Penerbit EGC, Jakarta.

Wardani, L, 2008. Berikanlah Imunisasi Tepat waktu sebagai pencegah PD3I,

WHO, 2006. Program Imunisasi : Satu miliar Dollar AS, Diakses tanggal 9 Juli 2010.

http://sudutpandang.com/2009/08/asi-langkah-nyata-ibu-untuk-indonesia-yang-lebih-baik/

Anto, 2008. Peran Bapak dalam Keluarga, tanggal 21 Februari 2008.

Wahjosumijo, kepemimpinan kepala sekolah (jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1999), 83.

Sam, A, 2008. Pengertian Keluarga 18 Desember 2008.

Wednesday, 16 July 2008 08:

http://www.bayisehat.com/child-development-mainmenu-35/194-pentingnya-peran-ayah.html


(2)

INFORMED CONCENT

Perihal

: Pemberian informasi

Lampiran :

Satu lembar

Dengan hormat,

Sehubungan dengan akan dilaksanakannya penelitian dengan judul ”Peran Ayah dalam Pemberian Imunisasi pada Anak di Klinik Sari Medan Tahun 2010” sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, saya mohon ketersediaan bapak untuk menjadi responden dalam penelitian ini.

Untuitu saya mohon kerja sama dengan memberikan informasi dengan menjawab butir pertanyaan yang diajukan sesuai dengan kemampuan bapak yang sebenarnya.

Penelitian ini tidak dilakukan tindakan apapun pada bapak, dan saya akan menjaga kerahasiaan jawaban yang bapak berikan. Penelitian ini hanya akan digunakan untuk kepentingan pendidikan serta perkembangan ilmu pengetahuan

Atas bantuan dan kerja sama yang baik, saya ucapkan terima kasih. Medan, Agustus 2010 Hormat saya


(3)

KUESIONER PENELITIAN

PERAN AYAH DALAM PEMBERIAN IMUNISASI PADA ANAK DI KLINIK SARI MEDAN

TAHUN 2010

No. Responden :

A. Data Demografi

1. Nama Ayah : 2. Umur : 3. Pendidikan :

a. Tamat SD b. Tamat SLTP c. Tamat SLTA d. Tamat DIII/PT 4. Pekerjaan :

a. Tidak bekerja b. PNS

c. Pegawai swasta d. Wiraswasta

e. Buruh

B. Pemberian Imunisasi pada Anak

1. Apakah bapak pernah mendengar tentang imunisasi ? a. Pernah

b. Tidak pernah

2. Jika pernah, darimana bapak memperoleh informasi tersebut ? a. Petugas kesehatan

b. Media masa c. Tetangga


(4)

3. Pemberian Imunisasi di Klinik Sari Medan

No Pemberian Imunisasi Ada Tidak ada

1 BCG (1 kali) 2 a. DPT I

b. DPT II 3 a. Polio I

b. Polio II c. Polio III d. Polio IV 4 Campak (1 kali) 5 a. Hepatitis B I

b. Hepatitis B II c. Hepatitis B III

C. Peran Ayah I. Kepala Keluarga

1. Apakah bapak sebagai kepala keluarga meluangkan waktu yang cukup untuk keluarga ?

a. Ya b. Tidak

2. Apakah bapak sebagai kepala keluarga selalu mengingatkan istri untuk membawa anaknya diimunisasi ?

a. Ya b. Tidak

3. Apakah bapak mengetahui dampak yang diakibatkan jika anak tidak diimunisasi?

a. Ya b. Tidak

4. Apakah bapak merasa terbebani jika mengantar anak untuk imunisasi ? a. Ya

b. Tidak

5. Apakah bapak mengetahui manfaat dari imunisasi ? a. Ya


(5)

II. Pencari nafkah

1. Sebagai pencari nafkah apakah bapak berusaha meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga terutama imunisasi ?

a. Ya b. Tidak

2. Apakah bapak lebih mengutamakan kebutuhan kesehatan anak dari pada kebutuhan diri sendiri ?

a. Ya b. Tidak

3. Apakah bapak lebih memilih imunisasi yang gratis dari pada yang bayar ? a. Ya

b. Tidak

4. Sebagai pencari nafkah apakah bapak merasa terbebani dengan tugas tersebut diatas ?

a. Ya b. Tidak

5. Apakah bapak pernah memberikan uang lepada istri untuk biaya imunisasi anak ? a. Ya

b. Tidak

III. Pendidik

1. Apakah bapak sebagai pendidik pernah mengikuti penyuluhan tentang imunisasi ? a. Ya

b. Tidak

2. Apakah bapak tidak malu jika harus mengantar anak imunisasi ? a. Ya

b. Tidak

3. Apakah bapak memberitahu istri jika imunisasi itu penting ? a. Ya


(6)

4. Apakah bapak sebagai pendidik juga mengajak bapak-bapak lain untuk menemani anaknya untuk imunisasi ?

a. Ya b. Tidak

5. Apakah bapak mengetahui bahwa imunisasi diberikan kepada anak yang sehat ? a. Ya

b. Tidak

IV. Pelindung

1. Saat anak demam setelah imunisasi, apakah bapak selalu ikut merawat ? a. Ya

b. Tidak

2. Apakah bapak bersedia mengantar anak untuk imunisasi jika istri berhalangan ? a. Ya

b. Tidak

3. Apakah bapak mengikuti saran yang diberikan petugas kesehatan jika bekas suntikan imunisasi harus dikompres dengan air hangat ?

a. Ya b. Tidak

4. Apakah bapak memperhatikan vaksin imunisasi yang akan diberikan kepada anak? a. Ya

b. Tidak

5. Apakah bapak memberikan perhatian lebih kepada anak yang setelah diimunisasi ? a. Ya