Manfaat Analisa Ratio Keuangan untuk mengukur Kinerja Keuangan pada PT. Perkebunan Sumatera Utara

(1)

SKRIPSI

MANFAAT ANALISA RASIO KEUANGAN UNTUK

MENGUKUR KINERJA KEUANGAN PADA PT.

PERKEBUNAN SUMATERA UTARA

Oleh:

Nama : TRI UMASARI LUBIS

NIM : 040522098

Departemen : Akuntansi

Program : S1-Ekstensi

GUNA MEMENUHI SALAH SATU SYARAT UNTUK

MEMPEROLEH GELAR SARJANA EKONOMI


(2)

Manfaat Analisa Ratio Keuangan Dalam Mengukur Kinerja Perusahaan Pada PT. Perkebunan Sumatera Utara

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi level program S-1 Ekstensi Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Sumatera Utara.

Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah diyatakan dengan jelas, benar apa adanya. Apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh universitas.

Medan, 14 November 2008 Yang membuat pernyataan

Tri Umasari Lubis Nim: 040522098


(3)

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah Swt, karena atas segala berkat dan rahmatNya yang diberikan kepada penulis sehingga akhirnya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: ” Manfaat Analisa Ratio Keuangan untuk mengukur Kinerja Keuangan pada PT. Perkebunan Sumatera Utara” guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak baik berupa informasi, motivasi dan saran-saran sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Arifin Akhmad, M.Si, Ak., selaku Ketua Departemen Akuntansi dan Bapak Fahmi Natigor Nasution, SE., M.Acc, Ak., selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Narumondang B. Siregar, MM, Ak., selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam skripsi ini.


(4)

Utara yang telah membimbing dan membantu penulis, serta Pegawai Perpustakaan Fakultas Ekonomi yang telah membantu penulisan dalam penelitian kepustakaan.

6. Kepada segenap staf dan pegawai PT. Perkebunan Sumatera Utara yang telah membantu selama penulisan skripsi hingga skripsi ini selesai.

7. Keluarga terutama orang tua tercinta: Ibunda Hj. Aida Hafni Nasution, kakak dan abang, terima kasih atas dukungannya.

8. Serta untuk teman-teman seperjuangan. Terimakasih untuk segalanya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi menyempurnakan di masa yang akan datang. Harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi rekan-rekan yang mengadakan penelitian yang sama dengan judul skripsi ini.

Amin Ya Rabbal’ Alamin.

Medan, 14 November 2008 Penulis

Tri Umasari Lubis Nim: 040522098


(5)

keuangan ini berdasarkan Surat Keputusan Menteri BUMN Nomor : Kep-100/MBU/2002 tentang Penilaian Kinerja Perusahaan BUMN. Analisis yang digunakan adalah analisis likuiditas, analisis solvabilitas, analisis profitabilitas dan analisis aktivitas. Rasio keuangan yang dianalisis berdasarkan laporan keuangan tahun buku 2006 dan 2007 yang telah diaudit oleh auditor independent. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif yaitu suatu metode yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data, menyusun, menginterpretasikan serta menganalisisnya sehingga dapat menghasilkan informasi yang lengkap dan berdayaguna sesuai dengan judul “ Manfaat Analisa Rasio Keuangan Untuk Mengukur Kinerja Keuangan pada PT. Perkebunan Sumatera Utara.” Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Menggunakan berbagai teknik pengumpulan data, antara lain teknik dokumentasi, teknik wawancara.

Penulis telah menganalisa rasio keuangan perusahaan dan dapat diambil kesimpulan bahwa kinerja perusahaan mengalami kenaikan yang cukup baik dengan adanya peningkatan rasio likuiditas dan rasio profitabilitas perusahaan.

Kata Kunci: Rasio Keuangan, Kinerja Keuangan, Likuiditas, Solvabilitas, Profitabilitas dan Aktivitas.


(6)

BUMN No. Kep - 100/MBU/2002 on the Performance Appraisal of State Owned Companies (BUMN). The applied analysis are liquidity, solvability, profitability and acivities analysis. The financial ratio would be analyzed is based on the financial statement in book year of 2006 and 2007 that had audited by independent auditor.

In This research, the writer applies the descriptive method, i.e all of methods are applied by data collecting, arrangement, interpretation and analysis to get a complete and feasible information in accordance with the title ”The Advantages of Financial Ratio Analysis to Appraise the Financial Performance at PT. Perkebunan Sumatera Utara”. The collected data are primary and secondary data. The applied data collecting method are documentation and interview.

The writer had analyze the financial ratio of the company and draw a conclusion that the performance of company has a high increasing by the increasing of liquidity and profitability ratios of the company.

Keywords : Financial Ratio, Financial Performance, Liquidity, Solvability, Provitability and Activity


(7)

KATA PENGANTAR... ii

ABSTRAK... iv

ABSTRACT... v

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR GAMBAR... x

DAFTAR LAMPIRAN... xi

BAB – I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Perumusan Masalah... 2

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 3

D. Kerangka Konseptual... 4

BAB – II TINJAUAN PUSTAKA A. Karakteristik Perusahaan Perkebunan... 6

B. Pengertian dan Tujuan Laporan Keuangan... 6

C. Ratio Keuangan... 9

1. Analisa Rasio Keuangan... 9

2. Manfaat dan Tujuan Analisa Rasio Keuangan... 11


(8)

B. Jenis dan Sumber Data... 27

C. Teknik Pengumpulan Data... 27

D. Metode Analisis Data... 28

BAB – IV ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Data Penelitian 1. Sejarah Singkat & Struktur PT. Perkebunan Sumatera Utara... 29

2. Kebijakan Akuntansi Perusahaan... 37

3. Laporan Keuangan Perusahaan... 42

4. Rasio Keuangan... 46

B. Analisis Hasil Penelitian 1. Analisa Rasio Keuangan... 48

a. Analisis Rasio Likuiditas... 48

b. Analisis Rasio Solvabilitas... 50

c. Analisis Rasio Profitabilitas... 52

d. Analisis Rasio Aktivitas... 55

2. Manfaat Analisa Ratio Keuangan dalam mengukur kinerja perusahaan... BAB – V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 58


(9)

(10)

Tabel 2.2 Laba/Rugi... 45 Tabel 2.3 Rasio Keuangan... 46


(11)

(12)

(13)

keuangan ini berdasarkan Surat Keputusan Menteri BUMN Nomor : Kep-100/MBU/2002 tentang Penilaian Kinerja Perusahaan BUMN. Analisis yang digunakan adalah analisis likuiditas, analisis solvabilitas, analisis profitabilitas dan analisis aktivitas. Rasio keuangan yang dianalisis berdasarkan laporan keuangan tahun buku 2006 dan 2007 yang telah diaudit oleh auditor independent. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif yaitu suatu metode yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data, menyusun, menginterpretasikan serta menganalisisnya sehingga dapat menghasilkan informasi yang lengkap dan berdayaguna sesuai dengan judul “ Manfaat Analisa Rasio Keuangan Untuk Mengukur Kinerja Keuangan pada PT. Perkebunan Sumatera Utara.” Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Menggunakan berbagai teknik pengumpulan data, antara lain teknik dokumentasi, teknik wawancara.

Penulis telah menganalisa rasio keuangan perusahaan dan dapat diambil kesimpulan bahwa kinerja perusahaan mengalami kenaikan yang cukup baik dengan adanya peningkatan rasio likuiditas dan rasio profitabilitas perusahaan.

Kata Kunci: Rasio Keuangan, Kinerja Keuangan, Likuiditas, Solvabilitas, Profitabilitas dan Aktivitas.


(14)

BUMN No. Kep - 100/MBU/2002 on the Performance Appraisal of State Owned Companies (BUMN). The applied analysis are liquidity, solvability, profitability and acivities analysis. The financial ratio would be analyzed is based on the financial statement in book year of 2006 and 2007 that had audited by independent auditor.

In This research, the writer applies the descriptive method, i.e all of methods are applied by data collecting, arrangement, interpretation and analysis to get a complete and feasible information in accordance with the title ”The Advantages of Financial Ratio Analysis to Appraise the Financial Performance at PT. Perkebunan Sumatera Utara”. The collected data are primary and secondary data. The applied data collecting method are documentation and interview.

The writer had analyze the financial ratio of the company and draw a conclusion that the performance of company has a high increasing by the increasing of liquidity and profitability ratios of the company.

Keywords : Financial Ratio, Financial Performance, Liquidity, Solvability, Provitability and Activity


(15)

A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini usaha perkebunan kelapa sawit cukup potensial diusahakan, hal tersebut tak terlepas dari kebijaksanaan pemerintah untuk memperbesar penerimaan negara dari sektor non migas dan meningkatnya permintaan minyak sawit dunia dengan harga yang cukup menarik. Dalam proyeksi ekspor minyak sawit dunia, berdasarkan data proyeksi dari Bank Dunia, Malaysia merupakan negara nomor satu pengekspor minyak sawit terbesar yang disusul Indonesia di urutan kedua. Dilihat dari luas areal perkebunan di Indonesia dengan lahan yang cukup potensial untuk pengembangan komoditi kelapa sawit, bukan tidak mungkin Indonesia bisa menjadi negara nomor satu pengekspor minyak sawit dunia, hal tersebut tentunya tak terlepas dari usaha pengembangan yang dilakukan oleh Perkebunan Besar Negara, Perkebunan Swasta Nasional dan Perkebunan Rakyat.

Kegiatan usaha PT. Perkebunan Sumatera Utara dilaksanakan dengan berpedoman pada arah kebijakan yang telah ditetapkan pemerintah daerah. Perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya menggunakan dana yang cukup besar di mana dalam pengelolaannya diperlukan data yang informatif. Rasio keuangan merupakan salah satu alat dalam mengevaluasi kondisi keuangan dan kinerja perusahaan. Untuk itu diharapkan agar analisis laporan keuangan yang dilakukan


(16)

kondisi keuangan di masa yang akan datang. Hasil dari analisa laporan keuangan ini dapat dipergunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan tersebut, baik bagi pihak intern perusahaan maupun pihak ekstern perusahaan. Bagi pihak intern khususnya manajer, hasil dari analisa ini merupakan alat untuk mempertanggungjawabkan kepada pemilik atau pemegang saham perusahaan tersebut atas kepercayaannya yang telah diberikan untuk mengelola perusahaan tersebut. Sedangkan bagi pihak ekstern perusahaan yang terdiri dari investor, kreditor dan pemerintah hal ini berguna untuk mengetahui kondisi kerja dan kondisi keuangan atau kinerja perusahaan tersebut.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik mengambil judul : ”Manfaat Analisa Rasio Keuangan dalam Mengukur Kinerja Perusahaan pada PT. Perkebunan Sumatera Utara.

B. Perumusan Masalah

Guna memberikan arah bagi jalannya penelitian perlu dirumuskan terlebih dahulu permasalahan yang ada. Untuk itu penulis membatasi permasalahan yang akan diteliti.

Adapun perumusan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Apakah analisa ratio keuangan bermanfaat dalam mengukur kinerja keuangan perusahaan ?


(17)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan penulis mengadakan penelitian ini adalah untuk mengetahui manfaat analisa ratio keuangan dalam mengukur kinerja keuangan perusahaan.

2. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Manfaat bagi penulis

Peneliti dapat menambah pengetahuan dan pemahaman mengenai manfaat analisa ratio keuangan dalam mengukur kinerja keuangan perusahaan. 2. Manfaat bagi perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan yang berguna dan saran-saran tentang manfaat analisa ratio keuangan serta penilaian kinerja yang dipandang perlu dalam rangka mencapai tujuan perusahaan secara optimal.

3. Manfaat bagi akademisi

Sebagai bahan referensi bagi yang ingin melakukan penelitian yang sama dengan penelitian ini maupun yang berkaitan dengan masalah ini.

D. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan model konseptual tentang bagaimana teori yang digunakan berhubungan dengan berbagai faktor yang telah penulis identifikasikan sebagai masalah yang penting.


(18)

Dalam Teori Analisa Rasio Keuangan, rasio menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan (Mathematical Relationship) antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain dan menjelaskan tentang baik atau buruknya keadaan posisi keuangan suatu perusahaan terutama apabila angka rasio tersebut dibandingkan dengan angka rasio pembanding yang digunakan sebagai standard. Penjelasan ini dapat digambarkan sebagai berikut :


(19)

Penelitian yang dapat dirumuskan sebagai berikut :

Rasio Lancar/Current Ratio, Rasio Kas/Cash Ratio, Networking Capital, Debt To Asset Ratio, Debt To Equity Ratio, Equity Multiflier, Interest Coverage, Gross Profit Margin, Net Profit Margin, Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Receivable Turn Over, Rata-rata penerimaan barang, berpengaruh untuk mengukur kinerja keuangan.


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Perusahaan perkebunan memiliki karakteristik khusus yang membedakannya dengan perusahaan lain, yang ditunjukkan oleh adanya aktivitas pengelolaan dan tansformasi biologis atas tanaman untuk menghasilkan produk yang akan dikonsumsi atau diproses lebih lanjut.

A. Karakteristik Perusahaan Perkebunan

Menurut Surat Edaran Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor : SE-02/PM/2002 tanggal 27 desember 2002, Karakteristik Perusahaan Perkebunan dapat digolongkan menjadi :

1. Pembibitan dan penanaman, yaitu proses pengelolaan bibit tanaman agar siap untuk ditanam dan diikuti dengan proses penanaman.

2. Pemeliharaan, berupa pemeliharaan tanaman melalui proses pertumbuhan dan pemupukan hingga dapat menghasilkan produk. 3. Pemungutan hasil, yaitu proses pengambilan atau panen atas

produksi tanaman untuk kemudian dijual atau dibibitkan kembali. 4. Pengemasan dan pemasaran, yaitu proses lebih lanjut yang

dibutuhkan agar produk tersebut siap dijual.

Dalam kegiatannya, perusahaan perkebunan seringkali bekerja sama dengan masyarakat setempat dan pihak terkait lainnya. Bentuk kerja sama meliputi pengadaan proyek kebun plasma diatas lahan milik masyarakat atau penyediaan lahan perusahaan yang dikelola oleh masyarakat. Kerja sama tersebut merupakan karakteristik tambahan sektor perkebunan yang tercermin dalam penyajian dan pengungkapan laporan keuangan perusahaan.

B. Pengertian dan Tujuan laporan keuangan 1. Pengertian Laporan Keuangan


(21)

Pada mulanya laporan keuangan bagi suatu perusahaan hanyalah sebagai suatu alat penguji dan pekerjaan bagi pembukuan. Akan tetapi untuk selanjutnya laporan keuangan tidak hanya sebagai alat penguji saja tetapi juga sebagai dasar untuk menentukan dan menilai posisi keuangan suatu perusahaan, dimana hasil analisis tersebut pihak-pihak yang berkepentingan dapat mengambil suatu keputusan.

Laporan Keuangan adalah media yang dapat dipakai untuk meneliti kondisi kesehatan perusahaan adalah laporan keuangan yang terdiri dari neraca, perhitungan laba-rugi, ikhtisar laba yang ditahan, dan laporan posisi keuangan. Laporan keuangan adalah hasil akhir proses akuntansi. Setiap transaksi yang dapat diukur dengan nilai uang, dicatat dan diolah sedemikian rupa. Laporan akhir pun disajikan dalam nilai uang.

Menurut Tampubolon dan Lubis (2001:1) Pengertian laporan Keuangan sebagai berikut, ”Laporan Keuangan adalah laporan yang dibuat secara sistematis oleh pembukuan pada akhir periode akuntansi yang dapat dijadikan sumber informasi keuangan suatu perusahaan, bagi pihak intern maupun ekstern perusahaan”.

Dengan demikian laporan keuangan merupakan sumber informasi keuangan suatu perusahaan yang dipergunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Pemakai laporan keuangan meliputi pemegang saham, manajer, karyawan dan serikat pekerja, instansi pajak, pemberi dana (kreditur), pemerintah atau lembaga pengatur resmi.


(22)

2. Tujuan Laporan Keuangan

Menurut Surat Edaran Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor : SE -02/PM/2002 Tanggal 27 desember 2002, Tujuan Laporan Keuangan adalah sebagai berikut,

untuk memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, perubahan ekuitas dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggung-jawaban (stewardship) manajemen atas pengguna sumber-sumber daya yang dipercayakan kepadanya.

Manajemen suatu perusahaan menyiapkan laporan keuangan dengan menggunakan cara yang berbeda sesuai dengan tujuan perusahaan masing-masing. Laporan keuangan harus mengikuti Standar Akuntansi Keuangan bila diterbitkan untuk orang lain. Laporan keuangan juga menampung catatan dan schedul tambahan serta informasi lainnya misalnya, laporan tersebut mungkin menampung informasi tambahan yang relevan dengan kebutuhan pemakai neraca dan laporan laba rugi.

Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2007:12), tujuan laporan keuangan adalah sebagai berikut :

a. Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.

b. Laporan Keuangan disusun untuk memenuhi kebutuhan bersama oleh sebagian besar pemakainya, yang secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian masa lalu.

c. Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang dilakukan manajemen atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya.


(23)

C. Rasio Keuangan 1. Analisis Rasio Keuangan

Ada beberapa tehnik analisis laporan keuangan yang digunakan, seperti Analisis Rasio, Analisis Perbandingan yang terdiri dari Analisis Vertikal (Common Size Analisys) dan Analisis Horizontal (Horizontal Analisys), Analisis Trend, Analisis Sumber dan Penggunaan Kas, Analisis Perubahan Laba Kotor dan Analisis break-even.

Tetapi jenis analisis yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah Analisis Rasio. Pentingnya analisis rasio keuangan juga digunakan untuk mendapatkan tolak ukur tertentu. Tolak ukur tersebut digunakan untuk membandingkan kinerja suatu perusahaan pada tahun–tahun tertentu dengan kinerja tahun-tahun sebelumnya dan sesudahnya atau membandingkan kinerja perusahaan dengan kinerja perusahaan lain dari industri yang sama. Menurut Harahap (2006:297), ”Pengertian Ratio Keuangan bahwa : angka yang di peroleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti)”. Rasio merupakan bentuk matematis sederhana yang menyatakan hubungan satu bagian dengan bagian yang lain, yang merupakan perbandingan antara satu bagian dengan bagian yang lain. Menurut Djarwanto (2001:123) yang dimaksud dengan rasio dalam analisis laporan keuangan adalah : “suatu angka menunjukkan hubungan antara suatu unsur lainnya dalam laporan keuangan. Hubungan antara unsur-unsur laporan keuangan tersebut dinyatakan dalam bentuk matematis yang sederhana”.


(24)

Menurut Subramanyam dkk (2005:36) ”Analisa rasio merupakan salah satu alat analisis keuangan yang paling populer dan banyak digunakan. Namun perannya sering disalahpahami dan sebagai konsekuensinya, kepentingannya sering dilebih-lebihkan. Sebuah rasio menyatakan hubungan matematis antara dua kuantitas”. Analisis rasio keuangan merupakan alat yang penting dan berguna bagi manajer keuangan maupun pihak-pihak lain diluar perusahaan. Bagi manajer keuangan analisis rasio keuangan digunakan untuk menilai kinerja yang telah dicapai perusahaan, yang pada gilirannya dapat dijadikan sebagai dasar dalam pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen khususnya fungsi perencanaan dan pengendalian. Sedangkan untuk pihak di luar perusahaan umumnya berkepentingan terhadap prospek perusahaan di masa yang akan datang. Analisis rasio keuangan dapat digunakan untuk memprediksi kebangkrutan usaha, untuk analisis pemberian kredit dan dalam analisis efek (saham dan obligasi). Dalam analisis kredit membantu manajer kredit menentukan dengan cepat perusahaan-perusahaan mana yang segera diberikan kredit.

Rasio keuangan memberikan dasar untuk menjawab beberapa pertanyaan penting berkaitan dengan kesehatan keuangan perusahaan, antara lain :

a. Bagaimana likuiditas perusahaan ?

b. Apakah manajemen menghasilkan cukup keuntungan dari aktiva perusahaan ?

c. Bagaimanakah manajemen membiayai investasinya?

d. Apakah pemegang saham umum menerima laba yang cukup dari investasinya?


(25)

Dari Pertanyaan diatas dapat dijelaskan :

a. Likuiditas berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk memenuhi segenap hutang atau kewajibannya dan mengkonversikan aktiva menjadi kas. Faktor ini jelas sangat penting bagi kreditur-kreditur perusahaan. b. Manajemen menghasilkan cukup keuntungan dari aktiva perusahaan

karena tujuan utama pembelian aktiva adalah menciptakan keuntungan, analis perlu memiliki pedoman atas tingkat keuntungan perusahaan.

c. Keputusan ini mempunyai pengaruh langsung terhadap tingkat hasil bagi para pemegang saham umum.

d. Tugas manajer keuangan adalah memaksimalkan nilai dari saham umum dan bagian laba/keuntungan bagi para investor. Tingkat hasil itu sendiri merupakan pertimbangan pokok para investor dalam membeli saham perusahaan

2. Manfaat dan tujuan analisa rasio keuangan

Menurut Rangkuti, (2004:69) “Analisis ratio keuangan merupakan teknik untuk mengetahui secara cepat kinerja keuangan perusahaan”. Tujuannya adalah :

1. Mengevaluasi situasi yang terjadi saat ini.

2. Memprediksi kondisi keuangan masa yang akan datang.

Dari defenisi diatas rasio keuangan sangat bermanfaat bagi perusahaan mengetahui kelemahan dan kekuatan dibidang keuangan dan sangat membantu dalam menilai prestasi manajemen masa lalu dan prospeknya di masa datang.


(26)

3. Jenis-jenis Rasio Keuangan

Untuk mengukur keuangan perusahaan dapat digunakan dengan menggunakan beberapa rasio. Setiap rasio memiliki tujuan dan mengandung arti tertentu. Setiap rasio diukur dan diintepretasikan sehingga menjadi berarti bagi pengambilan keputusan. Berdasarkan sumber datanya dari mana rasio tersebut dibuat, Riyanto (2001:254) membedakan rasio-rasio itu menjadi tiga, yaitu :

a. Rasio-rasio neraca (balanced racios), yaitu rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari neraca. Misalnya rasio Lancar (current

rasio), rasio cepat (quick ratio) rasio modal sendiri dengan total

aktiva, rasio aktiva tetap dengan hutang jangka panjang dan lain sebagainya.

b. Rasio-rasio laporan laba rugi (income statement ratios), yaitu rasio-rasio yang disusun dari laporan laba rugi. Misalnya rasio-rasio laba bruto dengan penjualan netto, operating ratio, dan lain-lain.

c. Rasio-rasio antar laporan keuangan (interstatement ratios), yaitu rasio-rasio yang disusun dari data, baik yang berasal dari neraca maupun laporan laba rugi. Misalnya rasio penjualan netto dengan aktiva usaha, rasio penjualan kredit dengan piutang rata-rata, rasio harga pokok penjualan dengan persediaan rata-rata dan lain sebagainya.

Menurut Darsono & Ashari (2004:51) dijelaskan “jenis-jenis rasio-rasio keuangan yang digunakan untuk menganalisis kinerja perusahaan adalah rasio neraca (Likuiditas dan solvabilitas), rasio laba rugi (profitablitas) dan rasio neraca aktivitas”.

1. Rasio Likuiditas, rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban atau hutang-hutang jangka pendeknya. Rasio liquiditas meliputi

a. Rasio Lancar

Rasio Lancar (current ratio), yaitu kemampuan aktiva lancar perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek dengan


(27)

aktiva lancar yang dimiliki. Rasio lancar ini sangat penting karena masalah arus kas jangka pendek bisa mengakibatkan perusahaan bangkrut. Rumus Rasio Lancar adalah Aktiva Lancar dibagi Kewajiban Lancar.

Semakin tinggi rasio lancar seharusnya semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendek. Tetapi rasio lancar yang terlalu tinggi juga menunjukkan manajemen yang buruk atas sumber likuiditas. Kelebihan dalam aktiva lancar seharusnya digunakan untuk membayar deviden, membayar hutang jangka panjang, atau untuk investasi yang bisa menghasilkan tingkat kembalian lebih. Dalam melihat rasio lancar, analisis juga harus memperhatikan kondisi dan lingkungan perusahaan seperti rencana manajemen, sektor industri dan kondisi ekonomi makro secara umum.

b. Quick Test Rasio

Quick Test Ratio (QTR), yaitu kemampuan aktiva lancar minus persediaan untuk membayar kewajiban lancar. Rasio ini memberikan indikator yang lebih baik dalam melihat likuiditas perusahaan dibandingkan dengan rasio lancar, karena penghilangan unsur pesediaan dan pembayaran dimuka serta aktiva yang kurang lancar dari perhitungan rasio. Penghilangan persediaan karena


(28)

menjadi kas, pembayaran dimuka kadang-kadang juga tidak bisa dikonversi menjadi kas.

Rumusnya adalah : (Kas + setara kas + piutang) dibagi kewajiban lancar.

Dalam menganalisis rasio cepat, faktor lain yang perlu dipertimbangkan adalah sektor usaha dan lingkungan industri dari perusahaan. Pada jenis industri ini persediaan akan memiliki tingkat likuiditas yang lebih baik dibandingkan dengan asset lancar yang lain seperti piutang dagang dan investasi jangka pendek. c. Net Working Capital (NWC)

Net Working Capital atau modal kerja bersih. Rasio modal keja bersih digunakan untuk mengetahui rasio modal bersih terhadap kewajiban lancar.

Rumusnya adalah : (Aktiva lancar – kewajiban lancar) dibagi kewajiban lancar.

2. Rasio solvabilitas, rasio ini untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-hutangnya jika suatu saat perusahaan dilikuidasi atau dibubarkan. Pengertian lain adalah rasio ini menunjukkan seberapa jauh perusahaan difinansir oleh pihak luar atau kreditor. Rasio solvabilitas meliputi


(29)

Debt to Asset Ratio (DAR) yaitu rasio kewajiban terhadap asset. Rasio ini menekankan pentingnya pendanaan hutang dengan jalan menunjukkan persentase aktiva perusahaan yang didukung oleh hutang. Rasio ini juga menyediakan informasi tentang kemampuan perusahaan dalam mengadaptasi kondisi pengurangan aktiva akibat kerugian tanpa mengurangi pembayaran bunga pada kreditor. Nilai rasio yang tinggi menunjukkan peningkatan dari resiko pada kreditur berupa ketidakmampuan perusahaan dalam membayar semua kewajibannya. Dari pihak pemegang saham, rasio yang tinggi akan mengakibatkan pembayaran bunga yang tinggi yang pada akhirnya akan mengurangi pembayaran deviden.

Untuk menilai rasio ini faktor lain yang perlu dipertimbangkan adalah stabilitas laba perusahaan. Pada perusahaan yang memiliki catatan laba yang stabil, peningkatan dalam hutang lebih bisa ditoleransi dari pada perusahaan yang memiliki catatan laba yang tidak stabil.

b. Debt to Equity Ratio (DER)

Rasio ini menunjukkan persentase penyediaan dana oleh pemegang saham terhadap pemberi pinjaman. Semakin tinggi rasio, semakin rendah pendanaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham Dari perspektif kemampuan membayar kewajiban jangka


(30)

panjang, semakin rendah rasio ini akan semakin baik kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjang.

c. Equity Multiplier (EM)

Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mendayagunakan ekuitas pemegang saham. Rasio ini juga bisa diartikan sebagai berapa porsi dari aktiva perusahaan yang dibiayai oleh pemegang saham. Semakin kecil rasio ini berarti porsi pemegang saham akan semakin besar, sehingga kinerjanya semakin baik, karena persentasi untuk pembayaran bunga semakin kecil.

d. Interest Coverage (IC) atau Time Interest Earned

Rasio ini berguna untuk mengetahui kemampuan laba dalam membayar biaya bunga untuk periode sekarang. Investor dan kreditor lebih menyukai rasio yang tinggi menunjukkan margin keamanan dari investasi yang dilakukan. Rumusnya adalah Laba sebelum pajak dan biaya bunga (EBIT) dibagi biaya bunga.

Secara umum dalam menganalisis kemampuan perusahaan dalam membayar kewajibannya dari laporan laba rugi harus dipertimbangkan hal-hal yang akan berpengaruh pada keuntungan periode berikutnya, sehingga komponen yang tidak rutin harus


(31)

dikeluarkan dari perhitungan yaitu : (1) Pos-pos yang jarang terjadi, (2) Kegiatan yang dihentikan, (3) Pos-pos luar biasa, dan (4) pengaruh dari perubahan dalam prinsip akuntansi.

Rule of thumb dari rasio solvabilitas adalah maksimal 100%, artinya perusahaan banyak mengandalkan modal dari dalam bukan hutang.

3. Rasio Keuntungan atau Profitability Ratio, rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba.

a. Gross Profit Margin

Rasio gross pofit margin atau margin keuntungan kotor dicari dengan penjualan bersih dikurangi harga pokok penjualan dibagi penjualan bersih. Rasio ini berguna untuk mengetahui keuntungan kotor perusahaan dari setiap barang yang dijual. Jadi dengan mengetahui rasio ini, kita bisa tahu bahwa untuk setiap satu barang yang terjual perusahaan memperoleh keuntungan kotor sebesar x rupiah. Kelemahan dari rasio ini adalah hanya menyediakan keuntungan kotor dari penjualan yang dilakukan tanpa memasukkan struktur biaya yang ada pada perusahaan.

Penentuan margin keuntungan kotor oleh perusahaan akan mempertimbangkan aspek struktur pasar, jenis barang, dan struktur persaingan. Pada pasar dengan persaingan yang amat ketat, margin


(32)

keuntungan kotor akan semakin rendah dibandingkan dengan pasar yang bersifat monopolistis.

b. Net Profit Margin

Rasio ini menggambarkan besarnya laba bersih yang diperoleh oleh perusahaan pada setiap penjualan yang dilakukan. Rasio ini menggambarkan besarnya laba bersih yang diperoleh oleh perusahaan pada setiap penjualan yang dilakukan. Rasio ini tidak mengambarkan besarnya persentase keuntungan bersih yang diperoleh perusahaan untujk setiap penjualan karena adanya unsur pendapatan dan biaya non operasional. Kelemahan rasio ini adalah memasukkan pos atau item yang tidak berhubungan langsung dengan aktivitas penjualan seperti biaya bunga untuk pendanaan dan biaya pajak peng hasilan.

c. Return on Asset (ROA)

Laba bersih dibagi rata – rata total aktiva. Rata – rata total aktiva diperoleh dari total aktiva awal tahun ditambah total aktiva akhir tahun di bagi dua. Return on asset diperoleh dari Net Profit Margin dikalikan aset turn over adalah penjualan bersih dibagi rata–rata total aktiva. Return on Asset disebut juga Earning Power menurut sistem Du Pont. Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dari setiap satu rupiah asset yang digunakan. Dengan mengetahui rasio ini, kita bisa menilai apakah


(33)

perusahaan ini efisien dalam memanfaatkan aktivanya dalam kegiatan operasionalnya perusahaannya. Rasio ini juga memberikan ukuran yang lebih baik atas profitabilitas perusahaan karena menunjukkan efektivitas manajemen dalam menggunakan aktiva untuk memperoleh pendapatan.

d. Return on Equity (ROE)

Laba bersih dibagi rata–rata ekuitas. Rata-rata ekuitas diperoleh dari ekuitas awal periode ditambah akhir periode dibagi dua. Rasio ini berguna untuk mengetahui besarnya kembalian yang diberikan oleh perusahaan untuk setiap rupiah modal dari pemilik.

Rasio ini juga menunjukan kesuksesan manajemen dalam pelaksanaan memaksimalkan tingkat kelemahan pada pemegang saham. Semakin tinggi rasio ini akan semakin baik karena memberikan tingkat kembalian yang lebih besar pada pemegang saham. Sebagai pembandingan untuk rasio ini adalah tingkat suku bunga bebas resiko misalkan suku bangsa sertifikat bank Indonesia.

4. Rasio Aktivitas atau Activity Rasio, rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam menggunakan dana yang tersedia yang tercermin dalam perputaran modalnya. Rasio aktivitas ini terdiri dari :


(34)

a. Receivable Trun Over (RTO), rasio ini menggambarkan kualitas piutang perusahaan dan kesuksesan perusahaan dalam penagihan piutang yang dimiliki. Semakin tinggi rasio ini akan semakin baik kemampuan perusahaan dalam menagih piutang yang dimiliki. Akan tetapi, rasio yang terlalu tinggi juga bisa mengakibatkan ketidaksukaan pelanggan sehingga bisa mengakibatkan pelanggan lari karena kebijakan kredit yang terlalu ketat. Rasio ini bisa juga dijadikan dasar untuk pemberian kebijakan kredit yang dapat meningkatkan jumlah penjualan denganmemperhitungkan piutang tidak tertagih.

b. Rata-rata Penerimaan Piutang (RPP), dengan melihat rasio ini kita bisa melihat dalam jangka waktu berapa hari piutang akan bisa diubah menjadi kas atau ditagih. Rasio penerimaan piutang yang terlalu panjang akan mengakibatkan kerugian bagi perusahaan karena banyaknya aktiva yang menganggur. Aspek Lain yang harus dipertimbangkan untuk mengurangi rasio penerimaan piutang adalah penurunan penjualan dan kerugian dari piutang tidak tertagih. Rumusnya adalah : Jumlah hari dalam setahun (365) dibagi receivable turn over.

c. Inventory Turn Over (ITO), rasio ini berguna untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam mengelola persediaan, dalam arti


(35)

berapa kali persediaan yang ada akan diubah menjadi penjualan. Dengan mengetahui rasio ini, kita bisa mengetahui likuiditas dari persediaan yang dimiliki oleh perusahaan. Semakin tinggi rasio maka semakin cepat persediaan diubah menjadi penjualan. Rasio Perputaran persediaan yang terlalu rendah menunjukkan lambatnya penjualan atau terlalu banyaknya persediaan yang ada ditangan. Sebaliknya, rasio perputaran persediaan yang terlalu tinggi bisa menunjukkan kondisi persediaan yang habis sehingga bisa mengakibatkan ketidakpuasan.

Rumusnya adalah : Harga pokok penjualan dibagi rata-rata persediaan barang jadi.

d. Lama Persediaan Mengendap (LPM), rasio ini berguna untuk mengetahui jangka waktu persediaan mengendap di gudang perusahaan. Semakin cepat persediaan mengendap, maka semakin likuid persediaan tersebut sehingga tidak ada aktiva yang

menganggur terlalu lama. Rumusnya adalah : Jumlah hari dalam setahun (365) dibagi inventory turn over.

e. Total Asset Turn Over (TATO), kemampuan perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan penjualan digambarkan dalam rasio ini. Dengan melihat rasio ini kita bisa


(36)

penjualan. Rumusnya adalah : Penjualan bersih dibagi rata-rata total aktiva.

Rule of thumb receivable turn over adalah sekitar 6-12 kali, sehingga waktu mengendap piutang adalah 30 sampai dengan 60 hari. Untuk persediaan, stok berkisar 30-45 hari. Total asset turn over bagi perusahaan yang produktif harus diatas satu.

D. Keterbatasan Analisis Rasio Keuangan

Meskipun analisis rasio keuangan dapat menghasilkan informasi yang bermanfaat sehubungan dengan operasi dan keadaan keuangan perusahaan, namun di dalamnya terdapat masalah dan keterbatasan yang memerlukan kehati-hatian dan pertimbangan.

Menurut Harahap (2006:298) Keterbatasan Analisis Rasio Keuangan antara lain:

1. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk kepentingan pemakainya.

2. Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan juga menjadi keterbatasan teknik ini seperti :

a. Bahan perhitungan rasio atau laporan keuangan itu banyak mengandung taksiran dan judgement yang dapat dinilai bias atau subjektif.

b. Nilai yang terkandung dalam laporan keuangan dan rasio adalah nilai perolehan (cost) bukan harga pasar.

c. Klasifikasi dalam laporan keuangan bisa berdampak pada angka rasio.

d. Metode pencatatan yang tergambar dalam standar akuntansi bisa diterapkan berbeda oleh perusahaan yang berbeda.

3. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia, akan menimbulkan kesulitan menghitung rasio.


(37)

5. Dua perusahaan dibandingkan bisa saja teknik dan standar akuntansi yang dipakai tidak sama dan karenanya jika dilakukan perbandingan bisa menimbulkan kesalahan.

E. Pengukuran kinerja Perusahaan Perkebunan

Mengukur kinerja perusahaan adalah suatu indikator atau penilaian tingkat kinerja perusahaan dimana dengan penilaian ini dapat diketahui bahwa suatu perusahaan itu dari hasil informasi laporan keuangan perusahaan yang telah diperiksa oleh pihak auditor sehingga dapat diketahui sehat atau tidak sehat laporan keuangan suatu perusahaan.

Kegiatan menilai atau mengevaluasi kinerja perusahaan akan menghasilkan informasi yang berguna bagi perusahaan itu sendiri. Hasil dari penilaian kinerja ini akan dapat dijadikan sebagai umpan balik (feed back) bagi formulasi atau implementasi strategi. Jika terjadi penyimpangan, maka untuk menghindari agar tidak terjadi penyimpangan lagi perlu dilakukan perubahan, misalnya perubahan rencana atau kegiatan termasuk pengendaliannya.

Menurut Umar (2002:36) :

Penilaian atau evaluasi merupakan suatu proses untuk menyediakan Informasi tentang sejauh mana suatu kegiatan tertentu telah tercapai, Bagaimana perbedaan itu dengan suatu standar tertentu untuk mengetahui apakah ada selisih diantara keduanya serta bagaimana manfaat yang telah dikerjakan itu bila dibandingkan dengan harapan-harapan yang ingin diperoleh.

Dari defenisi di atas dapat dijelaskan :


(38)

kebutuhan. Misalnya, untuk menentukan laba perusahaan dibutuhkan data mengenai seluruh pendapatan dan seluruh pengeluaran kemudian dianalisis dengan perhitungan matematis sederhana, sehingga akan dihasilkan besar laba perusahaan.

b. Sejauh mana suatu kegiatan tertentu telah tercapai, bagaimana perbedaan pencapaian itu dengan suatu standar tertentu untuk mengetahui ada selisih diantara keduanya, berarti bahwa penilaian atau evaluasi dimaksudkan untuk membandingkan suatu kegiatan yang telah diselesaikan dengan yang seharusnya diselesaikan. Hasilnya apakah sesuai, dibawah standar, atau diatas standar yang telah ditentukan. Hal ini memerlukan tolak ukur tertentu, misalnya perkiraan suatu proyek yang sedang dikerjakan pada waktu tiga bulan akan selesai 75% dan pengeluaran anggaran sebesar RP 1 Milyar. Kenyataannya proyek baru diselesaikan 65% dan anggaran pengeluaran telah habis Rp 1,2 Milyar, sehingga harus diputuskan hasil dari evaluasi terhadap perbedaan ini.

Proses suatu evaluasi pada umumnya memiliki tahapan-tahapannya sendiri. Walaupun tidak selalu sama, tetapi yang lebih penting adalah bahwa prosesnya sejalan dengan fungsi evaluasi itu sendiri. Berikut ini merupakan salah satu tahapan evaluasi yang sifatnya umum digunakan menurut Umar (2001:39) :

a. Menentukan apa yang akan dievaluasi.

Dalam bisnis apa saja yang dapat dievaluasi dapat mengacu pada program kerja perusahaan. Pada program kerja perusahaan itulah akan terdapat aspek-aspek yang memerlukan untuk dievaluasi. Tetapi biasanya yang diprioritaskan untuk dievaluasi adalah hal-hal yang menjadi faktor kunci suksesnya.


(39)

Sebelum evaluasi dilakukan, tentukan dahulu design evaluasinya agar data apa yang dibutuhkan, tahapan-tahapan kerja apa yang dilakukan, siapa saja yang akan dilibatkan, dan apa saja yang yang akan dihasilkan menjadi jelas.

c. Pegumpulan data

Berdasarkan design yang telah ditetapkan, pengumpulan data dapat dilakukan secara efektif dan efisien, yaitu sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku dan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan.

d. Pengolahan dan analisis data

Setelah data terkumpul, data tersebut diolah untuk dikelompokkan agar mudah dianalisis dengan menggunakan alat-alat analisis yang sesuai, sehingga dapat menghasilkan fakta yang dapat dipercaya. Selanjutnya dibandingkan antara fakta dan harapan/rencana untuk menghasilkan perbedaan (gap). Besarnya perbedaan tersebut akan disesuaikan dengan tolak ukur tertentu sebagai hasil evaluasinya.

e. Pelaporan hasil evaluasi

Agar hasil evaluasi dapat dimanfaatkan bagi pihak-pihak yang berkepentingan, hendaknya hasil evaluasi didokumentasikan secara tertulis dan dikonfirmasikan baik secara lisan maupun tulisan.

f. Tindak lanjut hasil evaluasi

Evaluasi merupakan salah satu bagian dari fungsi manajemen. Oleh karena itu hasil evaluasi hendaknya dimanfaatkan oleh manajemen untuk mengambil keputusan dalam rangka mengatasi masalah manajemen, baik ditingkat strategi maupun ditingkat implementasi strategi.

Dalam kamus istilah akuntansi, Aliminsyah dan Padji (2003:215) mengartikan kinerja sebagai berikut :

Suatu istilah umum yang digunakan untuk sebagian atau seluruh tindakan atau aktivitas dari suatu organisasi pada suatu periode, sering dengan referensi pada sejumlah standar seperti biaya-biaya masa lalu atau yang diproyeksikan, suatu standar efisiensi, pertanggungjawaban atau akuntabilitas manajemen dan semacamnya.


(40)

demikian kinerja diartikan sebagai suatu istilah untuk mengukur dan menilai kegiatan suatu organisasi.

Evaluasi kinerja dapat dilakukan pada berbagai bidang pekerjaan, termasuk diantaranya dalam bidang organisasi baik organisasi nirlaba maupun organisasi laba (perusahaan). Dalam skripsi ini evaluasi akan diarahkan pada organisasi laba.

Dari beberapa definisi di atas dapat kita simpulkan bahwa penilaian kinerja merupakan suatu proses untuk menyediakan informasi tentang sejauh mana suatu kegiatan tertentu telah tercapai, bagaimana perbedaan pencapaian itu dengan suatu standar tertentu untuk mengetahui apakah ada selisih diantara keduanya dan bagaimana tindak lanjut atas perbedaan tersebut. Jadi tampak jelas untuk melakukan evaluasi dibutuhkan tolak ukur tertentu sebagai acuan, seperti yang terdapat dalam suatu program kerja. Program kerja ini pada gilirannya akan dilaksanakan dan dievaluasi.

Rasio Keuangan dihitung berdasarkan SK Menteri BUMN No. Kep. 100/MBU/2002 tanggal 4 juni 2002 tentang Penilaian Kesehatan BUMN, Pasal 3 (2) yang menyatakan :

2. Tingkat Kesehatan BUMN ditetapkan berdasarkan penilaian terhadap kinerja Perusahaan untuk tahun buku yang bersangkutan yang meliputi penilaian :

a. Aspek Keuangan. b. Aspek Operasional. c. Aspek Administrasi.

Dalam skripsi ini penulis hanya membahas penilaian kinerja dari aspek keuangan dengan menggunakan analisis rasio keuangan.


(41)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Dalam menulis skripsi ini, penulis melakukan penelitian di PT. Perkebunan Sumatera Utara. Jl. Letjend Jamin Ginting Km. 13 No. 45 Medan dan waktu penelitian dimulai pada bulan November 2007 sampai dengan selesai.

B. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Data primer, yaitu data yang belum diolah yang diperoleh langsung dikumpulkan peneliti dari objek penelitian. Dalam hal ini data yang di gunakan merupakan data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan kepala bagian keuangan dan staf keuangan.

2. Data sekunder, yaitu data yang telah diolah dan diperoleh langsung dari sumber yang sudah terdokumentasi di perusahaan, seperti Sejarah Singkat Perusahaan, Struktur Organisasi Perusahaan, Laporan Keuangan tahun 2006 dan 2007.

C. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang penulis lakukan dalam penelitian ini, yaitu :


(42)

1. Teknik Dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data yang berkaitan dengan masalah analisa rasio keuangan dan mempelajari teori-teori yang diharapkan dapat menyelesaikan masalah yang ada.

2. Teknik Wawancara, yaitu pengumpulan data primer dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada pihak-pihak yang berkompeten untuk memperoleh data pada PT. Perkebunan Sumatera Utara.

D. Metode Analisis Data

Dalam mengolah dan menganalisis data, penulis menggunakan Metode Deskriptif, yaitu metode yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data, menyusun, menginterpretasikan serta menganalisisnya sehingga menghasilkan kesimpulan mengenai gambaran yang sebenarnya serta membandingkannya dengan teori analisa rasio keuangan.


(43)

BAB IV

ANALISIS HASIL PENELITIAN

A. Data Penelitian

1. Sejarah Singkat & Struktur Organisasi Perusahaan

PT. Perkebunan Sumatera Utara (Persero) merupakan salah satu badan usaha milik daerah Provinsi Sumatera Utara, didirikan berdasarkan Peraturan Daerah Tingkat I Sumatera Utara Nomor 16 Tahun 1979 dengan bentuk badan hukum yang pertama sekali berupa Perusahaan Daerah (PD). Kemudian disempurnakan dengan Peraturan Daerah (PD). Kemudian disempurnakan dengan Peraturan Daerah Nomor 24 tahun 1985 yang disahkan dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 539.22-1434 tanggal 16 Oktober 1985 dan diundangkan dalam lembaran daerah Provinsi Sumatera Utara tanggal 29 Januari 1986.

Dalam rangka mengantisipasi era globalisasi (perdagangan bebas) dan turut serta membantu Pemerintah dalam menggerakkan ekonomi kerakyatan, dipandang perlu meningkatkan peran dan fungsi Perusahaan Daerah Perkebunan Sumatera Utara sehingga mampu menarik minat investor baru untuk turut serta dalam penyertaan modal, dan berdasarkan pertimbangan tersebut, PD. Perkebunan Sumatera Utara berubah bentuk badan hukumnya seperti yang sekarang ini menjadi PT. (Perseroan Terbatas) Perkebunan Sumatera Utara berdasarkan Peraturan Daerah No. 24 Tahun 2004 dengan Akte Pendirian Perseroan Terbatas


(44)

No. 98 yang dibuat dihadapan Notaris Alina Hanum, SH tanggal 29 Agustus 2005.

Tujuan utama pendirian perusahaan adalah untuk mengembangkan perekonomian daerah dan untuk menambah Pendapatan Asli Daerah Provinsi Sumatera Utara.

Komoditi yang dikelola PT. Perkebunan Sumatera Utara meliputi kelapa sawit dan tanaman karet, dengan luas areal per Desember 2005 seluruhnya berjumlah 6.478,29 Ha.

PT. Perkebunan Sumatera Utara memiliki 4 (empat) Daerah operasional lahan perkebunan di Sumatera Utara, yaitu di Kabupaten Asahan (Tanjung Kasau, 2.591,47 Ha. Karet dan Kelapa Sawit) dan Kabupaten Deli Serdang (Sei Kari, 470,50 Ha. Karet dan Kelapa Sawit) dan Kabupaten Mandailing Natal (Simp. Gambir, 1.582,42 Ha. Kelapa Sawit dan Patiluban, 1.833,90 Ha. Kelapa Sawit). Jenis produk yang dihasilkan berupa : Crude Palm Oil (CPO), Inti Kelapa Sawit/kernel (IKS), Tandan Buah Segar Kelapa Sawit (TBS), Rubber Smoked Sheet (RSS), dan Lumps.

PT. Perkebunan Sumatera Utara memiliki (1) satu unit Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dengan kapasitas 20 ton per jam yang berlokasi di Tanjung Kasau Kabupaten Asahan.

Saat ini PT. Perkebunan Sumatera Utara memiliki struktur organisasi seperti yang dapat dilihat pada lampiran 1 dengan hanya memiliki seorang Direktur yaitu Ir. Heriati Chaidir, dibantu oleh Satuan Pengawasan Intern (SPI) dan sejumlah jajaran kepala bagian, untuk pengelolaan unit-unit dibantu oleh administratur.


(45)

Adapun Susunan Dewan Komisaris berdasarkan Akte Pendirian Perseroan Terbatas Nomor : 98 adalah sebagai berikut :

Komisaris Utama : Drs. H. Muhyan Tambuse Komisaris : Drs. Jhon Tafbu Ritonga M.Ec Komisaris : Drs. Edward Simanjuntak, MM a. Uraian tugas

1. Direktur

Adapun tanggung jawab dan tugas-tugas :

a. Menjalankan tugas-tugas yang didelegasikan Direktur Utama.

b. Memeriksa dan menganalisis laporan-laporan yang diberikan oleh bagian-bagian atau unit-unit dan meneruskannya ke Direktur Utama.

c. Mengkoordinir, mengawasi dan memeriksa pekerjaan yang dilakukan oleh bagian-bagian dan unit-unit kerja.

d. Mengadakan pertemuan rutin dan khusus dengan pihak-pihak terkait dilingkungan Perseroan dan melaporkan hasilnya ke Direktur Utama.

e. Melakukan kunjungan kerja ke bagian-bagian atau kebun dalam rangka untuk koordinasikan dan/atau tindak lanjut laporan SPI dan audit Ekstern.

f. Memberikan usulan, saran dan pertimbangan atas operasional Perseroan kepada Direktur Utama.

g. Memberikan usulan, saran dan pertimbangan atas penyusunan standard Sistem Akuntansi dan Keuangan perseroan dan system evaluasi kinerja Pegawai Perseroan.


(46)

h. Memberikan usulan, saran, dan pertimbangan kepada Direktur Utama dalam hal pengangkatan dan pemberhentian pegawai perseroan jabatan Struktural dan Non Struktural.

i. Memberikan usulan, saran dan pertimbangan penyusunan Standart Operasional dibidang Produksi.

j. Menjalankan kewajiban-kewajiban lain sesuai dengan Anggaran Dasar. 2. Kepala Satuan Pengawasan Intern (Ka. SPI)

Adapun tanggung jawab dan tugas-tugasnya sebagai berikut :

a. Berdasarkan Tujuan, Sasaran dan Target Kerja Tahunan SPI, Menyusun Strategi Kebijakan Tujuan, Sasaran dan Target Kerja.

b. Memimpin, mengawasi opeasional dan mengevaluasi kinerja.

c. Menyusun dan menyiapkan prosedur pelatihan, evaluasi dan pengembangan personil.

d. Membuat, menentukan dan merevisi tata cara, prosedur dan teknis pengawasan Bidang SPI Kebun dan Kantor Direksi

e. Mengoptimalkan pelaksanaan kegiatan pengawasan di bidang SPI f. Melaksanakan penyusunan RAK/RAPB

g. Melaksanakan tugas-tugas lain yang dibebankan dan didelegasikan oleh Direksi.

3. Kepala Sub Satuan Pengawasan Intern Bidang Umum, Sdm dan Keuangan.


(47)

a. Berdasarkan tujuan, sasaran dan target kerja Sub SPI Bidang Umum, SDM dan Keuangan, menetapkan tugas-tugas dan tanggung jawab Urusan Sub SPI Bidang Umum, SDM dan Keuangan.

b. Memimpin dan mengawasi pelaksanaan pekerjaan

c. Melaksanakan dan memelihara pengarsipan data-data secara teratur, rapi dan konsisten.

d. Menyusun RAK/RAPB di sub bagiannya

e. Mensosialisasikan kebijakan perseroan yang berkenaan dengan Sub SPI Bidang Umum, SDM dan Keuangan.

f. Melaksanakan tugas-tugas lain yang dibebankan dan didelegasikan oleh Kepala Satuan Pengawasan Intern.

g. Melaksanakan koordinasi dengan sub bagian lainnya.

4. Kepala Sub Satuan Pengawasan Intern Bidang Tanaman, Produksi, Konversi, Pengembangan, Teknik dan Pengelolaan.

Adapun tanggung jawab dan tugas-tugas :

a. Berdasarkan tujuan, sasaran dan target kerja sub tanaman, produksi, konversi, pengembangan, teknik dan pengolahan menetapkan tugas dan tanggung jawab urusan sub satuan pengawasan bidang tanaman, produksi, konversi, pengembangan, teknik dan pengolahan.

b. Memimpin dan mengawasi, mengevaluasi pelaksanaan pekerjaan sub tanaman, produksi, konversi, pengembangan, teknik dan pengolahan agar sesuai dengan tujuan, sasaran dan target kerja sub SPI Kegiatan Umum, SDM


(48)

c. Melaksanakan seluruh kegiatan dari sub satuan pengawasan inter bidang tanaman, produksi, konversi, pengembangan, teknik dan pengolahan.

d. Melaksanakan dan memelihara pengarsipan data-data secara teratur, rapi dan konsisten.

e. Menyusun RAK/RAPB di sub bagiannya.

f. Melaksanakan tugas-tugas lain yang dibebankan dan didelegasikan oleh kepala satuan pengawasan intern.

g. Melaksanakan koordinasi dengan sub bagian lainnya. 5. Kepala Bagian Umum

Adapun tanggung jawab dan tugas-tugas :

a. Berdasarkan tujuan, sasaran dan target kerja tahunan bagian umum menetapkan strategi, kebijakan, tujuan, sasaran, dan target kerja untuk sub bagian umum dan SDM, sub bagian hukum dan humas, sub bagian pengadaan dan pemasaran dan sub bagian rumah tangga

b. Memimpin, mengawasi operasional, mengevaluasi kinerja sub bagian umum dan SDM, sub bagian hukum dan humas, sub bagian pengadaan dan pemasaran dan sub bagian rumah tangga untuk mencapai tujuan, sasaran dan target kerja bagian umum

c. Menyusun dan menyiapkan prosedur pelatihan, evaluasi dan pengembangan personil.

d. Membuat, menentukan dan merevisi tata cara, prosedur dan teknis sub bagian umum dan SDM, sub bagian hukum dan humas, sub bagian pengadaan dan pemasaran dan sub bagian rumah tangga


(49)

e. Mengoptimalkan kegiatan-kegiatan di bagian umum f. Melaksanakan penyusunan RAK/RAPB

g. Mensosialisasikan setiap kebijakan, prosedur dan tatacara yang berkenaan dengan bagian umum

b. Visi dan Misi Perusahaan

Visi perusahaan adalah “Menjadi salah satu perusahaan perkebunan terbaik dan menjadi andalan masyarakat dalam meningkatkan perekonomian Sumatera Utara”.

Untuk mewujudkan visi maka perusahaan memiliki misi yaitu :

1) Menciptakan dan mengembangkan daya saing produk dan jaminan mutu berkelanjutan.

2) Meningkatkan profesionalisme sumber daya manusia dan produktivitas serta kesejahteraan pegawai.

3) Berperan dalam membina community development dan aktivitas berwawasan lingkungan

4) Meningkatkan kontribusi pada PAD Provinsi Sumatera Utara. 5) Mendorong pembinaan perkebunan rakyat di Sumatera Utara

c. Maksud, Tujuan dan Kegiatan Usaha

Maksud dan Tujuan pendirian perusahaan seperti yang dinyatakan pada akte pendirian perusahaan adalah berusaha dalam bidang pertanian, industri dan perdagangan.


(50)

1. Menjalankan usaha dalam bidang pertanian dan pengusahaan budidaya tanaman meliputi pembukaan dan pengelolaan lahan, pembibitan, penanaman, pemeliharaan dan melakukan kegiatan-kegiatan lain yang sehubungan dengan pengusahaan budidaya tanaman tersebut termasuk di dalamnya pengembangan usaha bidang agrobisnis, agroindustri dan agrowisata.

2. Menjalankan usaha dalam bidang industri dan produksi yang meliputi pemungutan hasil tanaman, pengelolaan hasil tanaman sendiri maupun dari pihak lain menjadi barang setengah jadi atau barang jadi dan usaha lainnya yang mempunyai hubungan dengan usaha bidang pertanian baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama dengan badan-badan.

3. Menjalankan usaha dalam bidang perdagangan yang meliputi penyelenggaraan kegiatan pemasaran berbagai macam hasil produksi serta melakukan kegiatan perdagangan lainnya sehubungan dengan kegiatan usaha perusahaan.

d. Arah Pengembangan Usaha

Arah pengembangan perusahaan dirancang sedemikian rupa sehingga dapat meningkatkan daya saing dan nilai perusahaan. Adapun upaya-upaya yang dilakukan meliputi sebagai berikut :

1. Peningkatan produktivitas tanaman kelapa sawit dan karet yang dibarengi dengan Efisiensi dalam seluruh pengeluaran perusahaan dengan melakukan pengendalian biaya untuk menambah besarnya kontribusi kepada PAD.


(51)

2. Perbaikan kualitas pelayanan kepada konsumen dengan meningkatkan mutu produk.

3. Peningkatan produksi melalui pengembangan luas areal perkebunan terutama kelapa sawit dan penambahan sarana pengolahan dengan memperhatikan konsep pembinaan perkebunan rakyat.

4. Pemanfaatan Sistem Jaringan Teknologi Informasi untuk pengolahan data sehingga pengambilan keputusan dapat dilakukan secara cepat dan akurat. 5. Pengembangan SDM yang profesional dan mempunyai integritas yang

tinggi.

6. Perhatian yang tinggi kepada program pengembangan masyarakat (community development) dan pembinaan perkebunan rakyat.

2. Kebijakan Akuntansi Perusahaan

Kebijakan akuntansi PT. Perkebunan Sumatera Utara berpedoman pada Prinsip Akuntansi yang diterapkan oleh perusahaan berdasarkan prinsip akuntansi yang telah disahkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia pada Kongres Bandung Tahun 1995 tanggal 22 Desember 1995 dan dipengaruhi oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku.

a. Dasar Penyusunan Laporan Keuangan

Dasar akuntansi yang digunakan dalam perhitungan hasil usaha (laporan laba rugi) periodik dan penentuan posisi keuangan (neraca) dilakukan dengan metode akrual. Laporan keuangan perusahaan disusun berdasarkan


(52)

metode tidak langsung dengan klasifikasi menurut aktivitas operasi, investasi dan pendanaan.

b. Transaksi dan Saldo dalam Mata Uang Asing

Pembukuan perusahaan dilakukan dalam mata uang rupiah penuh. Transaksi-transaksi selama tahun berjalan yang berhubungan dengan mata uang asing dicatat berdasarkan kurs yang berlaku pada tanggal tersebut. Laba atau rugi kurs dikredit atau dibebankan pada laba (rugi) tahun berjalan. Pembayaran angsuran hutang jangka panjang dalam valuta asing yang merupakan penerusan pinjaman pemerintah, dilakukan dalam mata uang rupiah berdasarkan kurs pada saat pencairan pinjaman.

c. Pengakuan Pendapatan dan Biaya

Pendapatan utama adalah hasil penjualan karet, kelapa sawit, CPO, inti kelapa sawit (IKS) dan cangkang kelapa sawit yang dilakukan berdasarkan kontrak penjualan. Penjualan dilakukan sebagai pendapatan pada saat barang diserahkan kepada pembeli atas dasar delivery order.

Biaya-biaya dibebankan pada saat terjadinya yang terdiri atas :

- Harga pokok penjualan yaitu semua biaya produksi yang dibebankan pada hasil produksi yang dijual.

- Biaya produksi dan pengolahan adalah semua biaya eksploitasi yang dikeluarkan di kebun dan pabrik.

- Biaya operasi adalah biaya-biaya administrasi dan umum yang diperlukan di Kantor Direksi.. Biaya ini tidak dialokasikan ke Tanaman Belum Menghasilkan (TBM).


(53)

- Pendapatan dan biaya diluar usaha pokok diklasifikasikan sebagai pendapatan dan biaya lain-lain.

d. Metode Penilaian Aktiva Tetap

Aktiva yang diperoleh sampai dengan tanggal 15 Nopember 1978 dinilai berdasarkan hasil penilaian kembali pada tahun 1979, sesuai Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor 109/KMK.04/1979 tanggal 27 Maret 1979 dengan modifikasi khusus untuk tanaman berdasarkan Surat Menteri Keuangan Nomor S-256/MK/04/1980 tanggal 12 Maret 1980.

Aktiva yang diperoleh setelah penilaian kembali tanggal 1 Januari 1979 dinilai dengan harga perolehan.

Perbedaan nilai hasil penilaian kembali tahun 1979 tesebut dibukukan dalam rekening “Selisih Penilaian Kembali Aktiva Tetap”dalam kelompok modal dan cadangan.

Metode Penyusutan aktiva tetap sejak tahun 1984 disesuaikan dengan Undang-Undang PPh Tahun 2000, yakni :

Golongan I, penyusutan 50% per tahun dari nilai buku Golongan II, penyusutan 25% per tahun dari nilai buku Golongan III, penyusutan 10% per tahun dari nilai buku

Golongan IV, penyusutan 5% per tahun dari nilai perolehan atau penilaian kembali 1 Januari 1979.

Penyusutan aktiva tetap mulai dihitung pada periode aktiva tetap diterima atau selesai dibangun dengan penyusutan satu tahun penuh. Penyusutan


(54)

menghasilkan dengan tarif penyusutan golongan IV. Biaya penyusutan yang menjadi beban biaya produksi adalah penyusutan aktiva tetap kebun, sedangkan penyusutan aktiva tetap di Kantor Direksi dibebankan kepada biaya usaha.

e. Penyisihan Piutang Sangsi

Terhadap piutang niaga dan piutang lain-lain yang telah berumur lebih dari 1 (satu) tahun dan diragukan penyelesaiannya, dilakukan penyisihan piutang yang dibebankan ke biaya di luar biaya usaha.

f. Metode Penilaian Persediaan

Pesediaan hasil produksi atas harga pokok rata-rata yang berlaku sama untuk semua jenis hasil produksi. Perhitungan harga pokok rata-rata per satuan sebagai berikut :

Jumlah Hasil Produksi

(BL+BTL+Penyusutan Aktiva Tetap)

(BL = Biaya Langsung, BTL = Biaya Tidak langsung/Umum)

Persediaan bahan pelengkap dinilai atas dasar harga pembelian rata-rata bergerak untuk tiap jenis bahan pelengkap.

g. Aktiva Lain-lain

Yang digolongkan ke dalam aktiva lain-lain adalah aktiva yang karena sifatnya atau keadaannya tidak tergolong sebagai aktiva lancar dan aktiva tetap, seperti bangunan dalam penyelesaian, tanaman belum menghasilkan, pembibitan, tanaman dalam proses penanaman (konvesi) dan hak guna usaha (HGU).


(55)

h. Metode Kapitalisasi Inventaris

Inventaris berupa berbagai peralatan yang terbuat dari berbagai bahan dengan masa manfaat lebih dari satu tahun dan harga perolehan per unit yang telah ditentukan, dikapitalisasi (Capital Expenditure) dan jika mas manfaat kurang dari satu tahun tanpa memperhatikan harga perolehan per unit, langsung menjadi biaya operasional tahun berjalan.

i. Kapitalisasi Bunga Hutang Jangka Panjang

Bunga hutang jangka panjang yang digunakan untuk pengembangan tanaman dikapitalisasi ke dalam tanaman belum menghasilkan serta aktiva non tanaman yang bersangkutan selama masa pengembangan dan pembangunan.

j. Pembagian Laba

Pembagian laba berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 24 Tahun 1985 tanggal 27 Juli 1985 adalah sebagai berikut :

- Bagian Pemda Provinsi : 55% - Cadangan Umum : 25% - Tunjangan Hari Tua Pegawai : 10%

- Jasa Produksi :

Jumlah : 100%

10 %

Penyetoran bagian laba Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dilaksanakan dalam tahun berjalan dan dalam Neraca dicatat sebagai Uang Muka Kas Daerah. Pembagian Jasa Produksi kepada Direksi, staf karyawan dan


(56)

Perusahaan diberikan sebesar 30% sesuai dengan Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor 539/1013/K/tahun 2003

k. Modal

Modal perusahaan menurut Perda Nomor 16 tahun 1979 berjumlah Rp.76.004,00. Kemudian sesuai Perda Nomor 4 tahun 2004, modal dasar yang disetor sampai dengan 31 Desember 2004 berjumlah Rp.19.140.000.000,00. Jumlah modal tersebut seluruhnya telah disetor.

3. Laporan Keuangan Perusahaan

Tujuan laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan menggambarkan dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang diklasifikasikan dalam beberapa kelompok besar menurut karakteristik ekonominya. Unsur yang berkaitan secara langsung dengan pengukuran posisi keuangan adalah aktiva, kewajiban dan ekuitas. Sedangkan unsur yang berkaitan dengan pengukuran kinerja dalam laporan laba-rugi adalah penghasilan dan beban. Laporan perubahan posisi keuangan biasanya mencerminkan berbagai unsur laporan laba-rugi dan perubahan dalam berbagai unsur neraca.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis akan menggunakan laporan keuangan perusahaan berupa neraca dan laporan laba-rugi saja karena rasio keuangan yang digunakan dalam skripsi ini berasal dari neraca dan laporan laba-rugi. Laporan


(57)

keuangan yang digunakan adalah laporan keuangan untuk dua periode, yaitu periode 2006 dan 2007.

Tabel 1

PT. Perkebunan Sumatera Utara Neraca

Per Tanggal 31 Desember 2006 dan 2007 Perkiraan

Per 31 - 12 – 2007

Rp

Per 31 - 12 – 2006

Rp

AKTIVA LANCAR :

Kas/Bank :

Kas 157,180,467 104,759,319

Bank 14,247,446,087 4,708,806,147

Deposito Berjangka 14,265,102,107 2,000,000,000

28,669,728,661 6,813,565,466

PIUTANG :

Piutang Usaha 1,245,224,682 780,170,818

Piutang Lain-lain 2,050,184,615 35,000,000

Uang Muka Kepada Pemborong 484,538,697 125,206,310 Uang Muka Kas Daerah 2,484,325,903 2,115,121,594

Pinjaman Personil 32,177,530 79,040,030

Pinjaman lain-lain 66,447,533 303,061,793

Piutang Pajak 4,609,727,268 1,925,000,000

PPN Masukan 909,294,381 88,216,659

Biaya Dibayar Dimuka 116,846,754 66,433,698

Pendapatan Yang Masih Harus Diterima - 270,641,181

11,998,767,362 5,787,892,083

Persediaan :

Bahan Baku/Pelengkap 1,277,771,117 1,851,945,175

Hasil Produksi 1,758,394,146 941,284,924

3,036,165,263 2,793,230,099

Jumlah Aktiva Lancar 43,704,661,286 15,394,687,648

AKTIVA TETAP :

Tanah 458,270,043 458,270,043

Tanaman Menghasilkan Karet 3,216,576,213 3,300,668,574 Tanaman Menghasilkan Kelapa Sawit 27,321,765,214 21,371,872,877


(58)

Alat Pertanian/Inventaris 2,382,023,092 1,681,595,136 Jalan Jembatan & Saluran 8,491,000,912 6,959,187,101

Aktiva Tetap Lain-lain 0 15,697,469,491

85,048,320,733 90,985,814,614

Akumulasi Penyusutan Aktiva Tetap -29,877,039,753 -16,016,274,927 Jumlah A. Tetap (Nilai Buku) 55,171,280,980 74,969,539,687

AKTIVA LAIN-LAIN :

HGU/HGB 5,733,157,241 146,897,300

HGU Dalam Penyelesaian 0 291,451,705 Amortisasi HGU/HGB -50,930,288 -44,472,265 Andil/Penyertaan Bangunan PDSU 0 10,000,000 Tanaman Belum Menghasilkan 11,632,852,075 0

Pembibitan 864,268,062 0

Konversi Kelapa Sawit 2,702,947,152 0 Bangunan dalam Penyelesaian 318,213,562 0

Aktiva Tidak Produktif 9,535,855 0

21,210,043,659 403,876,740

JUMLAH AKTIVA 120,085,985,925 90,768,104,075

HUTANG LANCAR :

Hutang Bank (Kredit Investasi) 5,316,000,000 10,500,000,000 Hutang Usaha 1,337,180,161 419,913,221 Uang Muka Penjualan/Jaminan 732,000,000 500,000,000 Pendapatan diterima dimuka 0 18,750,000

7,385,180,161 11,438,663,221

Hutang Pajak

PPh Pasal 21 83,370,539 88,118,095

PPh Pasal 22 31,392,894 20,148,389

PPh Pasal 23 125,597,323 112,457,080 PPh Pasal 25 4,454,762,559 2,247,466,663

PPN 40,352,924 92,220,249

PPN Keluaran 110,823,570 331,168,123

4,846,299,809 2,891,578,599

Biaya Yang Masih Harus Dibayar 2,204,334,107 646,506,122 Hutang Dividen 28,998,192 11,402,728

Kewajiban Lain-lain 29,730,265 0

Jumlah Hutang Lancar 0 0

14,494,542,534 14,988,150,670

HUTANG JANGKA PANJANG :

Kredit Investasi 24,073,254,254 20,076,884,254 Tunjangan Hari Tua Pegawai 5,037,309,855 5,077,509,855

29,110,564,109 25,154,394,109

EKUITAS

Modal Disetor 36,151,400,000 26,140,000,000


(59)

Cadangan 0 0

Setoran Kas Daerah 0 0

Umum 5,860,715,562 2,050,096,512

Hari tua 984,432,142 0

Jasa Produksi 0 0

42,996,547,704 37,038,984,971

Laba Tahun Berjalan

Laba Tahun 2006 13,586,574,325

Laba Tahun 2007 33,484,331,578 0

Jumlah Passiva 120,085,985,925 90,768,104,075

Tabel 2

PT. Perkebunan Sumatera Utara Laporan Laba Rugi

Untuk Tahun Yang Berakhir tanggal 31 Desember 2007

Perkiraan Per 31 - 12 - 2007 Per 31 - 12 - 2006

Rp Rp

Pendapatan

Penjualan Hasil Produksi

180.205.843.403

124.066.730.940

Beban Pokok Penjualan

Persediaan Awal 936.435.794 667.177.541

Biaya Bahan Baku PMKS 92.348.708.146 68.406.867.975 Biaya Langsung 31.607.088.867 24.752.654.946 Biaya Tidak Langsung 8.073.290.043 7.420.466.902 Jumlah Penyusutan 5.390.973.088 3.288.094.712 Persediaan Akhir -1.723.799.227 -936.435.794 Jumlah Beban Pokok Penjualan 136.632.696.711 103.598.826.282 Pendapatan Kotor 43.573.146.692 20.467.904.658

Beban Umum dan Administrasi 8.568.201.686 5.840.629.613 Beban Umum dan Administrasi 205.119.700 178.479.462 Beban Penyusutan Kandir 8.773.321.386 6.019.109.075

Laba Kotor 34.799.825.306 14.448.795.583

Pendapatan/Beban Lain-lain 2.135.966.397 3.658.255.513 Pendapatan Lain-Lain -3.451.460.125 -4.520.476.771


(60)

4. Rasio Keuangan

Dari hasil perhitungan terhadap rasio keuangan selama tahun 2006 sampai dengan 2007 PT. Perkebunan Sumatera Utara, diperoleh perhitungan sebagai berikut :

Tabel 3

Hasil Perhitungan Rasio Keuangan

Rasio 2007 2006

1.Rasio Likuiditas

a.Current Ratio 3.02 1.03

b.Quick Test Rasio 2.06 0.51

c.Networking Capital 2.02 0.03

2.Solvabilitas

a.Debt to Asset Ratio 0.36 0.44

b.Debt to Equity Ratio 1.01 1.08

c.Equity Multiflier d.Interest Coverage 3.Profitabilitas

2,79 24,45

2,45 3,51

a.Gross Profit Margin 0.24 0.16

b.Net Profit Margin 0.13 0.08

c.Return On Asset 0.20 0.10

d.Return On Equity 0.55 0.26

4.Aktivitas


(61)

b.Rata-rata Penerimaan Barang 2.52 2.30

c.Inventory Turn Over 102.48 131.81

d.Lama Persediaan Mengendap 3.56 2.77

e.Total Asset Turn Over 1.50 1.37

Sumber : Perhitungan sendiri berdasarkan data perusahaan

B. Analisis Hasil Penelitian 1. Analisis Rasio Keuangan a. Analisis Rasio Liquiditas

1. Rasio Lancar (Current Ratio)

Adapun besarnya rasio lancar perusahaan pada tahun 2006 & 2007 adalah sebagai berikut :

Dari hasil perhitungan untuk tahun 2007 diperoleh rasio lancar sebesar 3,02. Nilai ini bisa dinterpretasikan bahwa untuk satu rupiah kewajiban dijamin dengan 3,02 rupiah aktiva lancar. Untuk tahun 2006 rasio lancar sebesar 1,03 Nilai ini bisa diinterpretasikan bahwa untuk satu rupiah kewajiban dijamin dengan 1,03 rupiah aktiva lancar. Terjadi kenaikan yang signifikan Tahun 2006

= 15.394.687.648 = 1,03 14.988.150.670

Tahun 2007

= 43.704.661.286 = 3,02 14.494.542.534


(62)

rasio ini disebabkan peningkatan pendapatan sebesar 180.205.843.403 ditambah piutang usaha 1.245.224.682 dan piutang lain-lain 2.050.184.614,50 serta hasil produksi 1.758.394.146.

2. Quick Ratio atau Rasio Cepat

Dari hasil perhitungan untuk tahun 2007 diperoleh quick ratio sebesar 2,06. Nilai ini bisa diinterpretasikan bahwa untuk satu rupiah kewajiban dijamin dengan 2,06 aktiva yang cepat diuangkan. Untuk tahun 2006 rasio lancar sebesar 0,51 Nilai ini bisa diinterpretasikan bahwa untuk satu rupiah kewajiban dijamin dengan 0,51 rupiah aktiva yang cepat diuangkan. Dari perbandingan tersebut bahwa terjadi kenaikan yang signifikan dalam quick ratio.

3. Net Working Capital atau Modal Kerja Bersih

Tahun 2007

= 29.210.118.752 = 2,02 14.494.542.534

Tahun 2006

= 7.593.736.284 = 0,51 14.988.150.670

Tahun 2007 =

= 2,06 29.914.953.343

14.494.542.534

Tahun 2006

= 406.536.978 = 0,03 14.988.150.670


(63)

Dari hasil perhitungan untuk tahun 2007 diperoleh Net Working Capital sebesar 2,02. Untuk tahun 2006 Net Working Capital sebesar 0,03. Kalau kita bandingkan untuk tahun 2006 dan 2007 terlihat terjadi kenaikan rasio modal kerja sampai 2,02. Ini menunjukkan bahwa pada tahun 2007 aktivitas perusahaan yang ditunjukkan dengan profitabilitas perusahaan.

b. Analisis Rasio Solvabilitas 1. Debt to Asset Ratio (DAR)

Dari hasil perhitungan diperoleh nilai rasio DAR untuk tahun 2007 sebesar 0,36 dan tahun 2006 sebesar 0,44. Maksud rasio tersebut adalah bahwa untuk tahun 2007 persentase aktiva yang didanai dari hutang adalah 36% sedangkan untuk tahun 2006 sebesar 44%.

2. Debt Equity Ratio (DER)

Tahun 2006

= 40.142.544.779 = 0,44 90.768.104.075

Tahun 2007

= 43.605.106.643 = 0,36 120.085.985.925

Tahun 2006 =

= 1,08 40.142.544.779


(64)

Dari hasil perhitungan didapat nilai DER sebesar 1,01 untuk tahun 2007 dan 1,08 untuk tahun 2006. Dengan nilai rasio ini yang diatas 1 menunjukkan bahwa pendanaan perusahaan lebih besar porsinya adalah hutang dari pada yang disediakan oleh pemegang saham. Dari persfektif kemampuan membayar kewajiban jangka panjang, menunjukka n bahwa kemampuan perusahaan kurang baik dalam membayar hutang jangka panjangnya.

3. Equity Multiplier

Dari hasil perhitungan diperoleh nilai sebesar 2,79 untuk tahun 2007 dan 2,45 untuk tahun 2006 yang berarti terdapat sedikit kenaikan porsi pemegang saham dalam pembiayaan aktiva. Meskipun demikian rasio ini masih diatas 2, yang berarti aktiva lebih banyak dibiayai oleh hutang dari pada modal pemegang saham. Konsekwensinya pembayaran bunga menjadi besar.

Tahun 2007

= 43.605.106.643 = 1,01 42.996.547.704

Tahun 2006

= 90.768.104.075 = 2,45 37.038.984.971

Tahun 2007 =

120.085.985.925 = 2,79


(65)

4. Interest Coverage atau Times Interest Earned

Dari hasil perhitungan rasio diperoleh untuk tahun 2007 sebesar 24,45 dan tahun 2006 adalah 3,51. Hal ini menunjukka n bahwa pada tahun 2007 keuntungan yang tersedia untuk membayar biaya bunga adalah 24,45 kali dari jumlah biaya bunga yang harus dibayar. Sedangkan untuk tahun 2006 keuntungan yang tersedia untuk membayar biaya bunga adalah 3,51 dari jumlah biaya bunga yang harus dibayar.

c. Analisis Rasio Profitabilitas 1. Gross Profit Margin (GPM)

Dari hasil perhitungan diperoleh nilai GPM sebesar 0,24 untuk tahun 2007 Tahun 2006

=

13.586.574.325 = 3,51

3.874.723.199 Tahun 2007

= 33.484.331.578 = 24,45

1.369.375.951

Tahun 2006

= 20.467.904.658 = 0,16 124.066.730.940

Tahun 2007 =

43.573.146.692 = 0,24 180.205.843.403


(66)

yang berarti untuk setiap rupiah penjualan perusahaan mendapatkan keuntungan kotor sebesar 0,24 rupiah dan 0,16 untuk tahun 2006 yang berarti untuk setiap rupiah penjualan perusahaan mendapatkan keuntungan kotor sebesar 0,16 rupiah. Untuk tahun 2007 terjadi kenaikan dari 0,16 ditahun 2006 menjadi 0,24 pada tahun 2007.

2. Net Profit Margin

Dari hasil perhitungan diperoleh nilai NPM sebesar 0,13 untuk tahun 2007 yang berarti untuk setiap rupiah penjualan perusahaan mendapatkan keuntungan kotor sebesar 0,13 rupiah, dan 0,08 untuk tahun 2006 yang berarti untuk setiap rupiah penjualan perusahaan mendapatkan keuntungan kotor sebesar 0,08 rupiah. Untuk tahun 2007 terjadi kenaikan dari 0,08 ditahun 2006 menjadi 0,13.

3. Return On Asset ( ROA )

Tahun 2006

= 9.528.102.125 = 0,08 124.066.730.940

Tahun 2007 =

23.456.532.105 = 0,13 180.205.843.403 Tahun 2006 = 9.528.102.125 = 0,10


(67)

Dari hasil perhitungan diperoleh ROA untuk tahun 2007 adalah sebesar 0,20 dan untuk tahun 2006 adalah 0,10. Ini berarti untuk setiap seratus rupiah aktiva yang dimiliki perusahaan, perusahaan mendapatkan keuntungan sebesar 20 rupiah untuk tahun 2007 dan 10 rupiah untuk tahun 2006. Terjadi kenaikan yang signifikan pada tahun 2007 yang menunjukkan naiknya kinerja perusahaan pada tahun 2007.

4. Return On Equity ( ROE )

Dari hasil perhitungan diperoleh ROE untuk tahun 2007 adalah sebesar 0,55 dan untuk tahun 2006 adalah 0,26. Ini berarti untuk setiap seratus rupiah aktiva yang dimiliki perusahaan, perusahaan mendapatkan keuntungan sebesar 55 rupiah untuk tahun 2007 dan 26 rupiah untuk tahun 2006. Jika dibandingkan dengan suku bunga tabungan dan deposito pada tahun yang sama sebesar 8 % menunjukkan bahwa kinerja perusahaan baik karena tingkat kembalian yang lebih tinggi kepada pemegang saham dibandingkan

Tahun 2007 =

23.456.532.105 = 0,20 120.085.985.925 Tahun 2006 = 9.528.102.125 = 0,26 37.038.984.971 Tahun 2007 = 23.456.532.105 = 0,55 42.996.547.704


(68)

d. Analisis Rasio Aktivitas

1. Receivable Turn Over (RTO)

Dari hasil perhitungan diperoleh nilai rasio RTO untuk tahun 2007 adalah 144,72 kali. Rasio tersebut diartikan bahwa tahun 2007 dalam satu tahun perusahaan mampu mengkonversi piutang konversi menjadi kas sebesar 144,72 kali. Rasio tersebut diartikan bahwa pada tahun 2007, dalam satu tahun perusahaan mampu mengkonversi piutang menjadi kas sebesar 144,72 kali. Rasio ideal untuk perputaran piutang adalah 6 kali, berarti perputaran piutang perusahaan sangat baik sekali sampai mencapai 144,72 kali. Hal ini menunjukkan pengelolaan piutang perusahaan sangat baik sekali.

2. Rata-rata Penerimaan Piutang (RPP)

Tahun 2006 = 124.066.730.940 =159,03 780.170.818 Tahun2007 = =144.72 180.205.843.403 1.245.224.682 Tahun 2006

= 365 X 780.170.818 = 2,30 124.066.730.940


(69)

Dari hasil perhitungan diperoleh nilai rasio RPP untuk tahun 2007 adalah 2,52 hari dan 2,30 untuk tahun 2006. Rasio ini diartikan bahwa untuk tahun 2007 dalam jangka waktu 2,52 hari piutang akan diubah menjadi kas sedangkan pada tahun 2006 2,30. Semakin cepat rata-rata penerimaan piutang menunjukkan semakin baik kinerja perusahaan dalam mengelola piutang.

3. Inventory Turn Over (ITO)

Dari hasil perhitungan diperoleh nilai rasio ITO untuk tahun 2007 adalah sebesar 102,48 yang berarti dalam satu tahun persediaan diubah menjadi penjualan sebanyak 102,48 kali. Sedangkan untuk tahun 2006 adalah sebesar 131,81. Ini berarti terjadi penurunan rasio yang baik karena persediaan yang meningkat.

4. Lama Persediaan Mengendap

=

365 x 1.245.224.682 = 2,52 180.205.843.403

Tahun 2006

= 124.066.730.940 = 131,81 941.284.924

Tahun 2007

= 180.205.843.403 = 102,48 1.758.394.146

Tahun 2006


(70)

Dari hasil perhitungan lama persediaan mengendap untuk tahun 2007 adalah sebesar 3,56 hari dan untuk tahun 2006 adalah 2,77. Ini menunjukkan cepatnya perputaran persediaan hanya 3,56 hari tahun 2007 dan untuk tahun 2006 adalah 2,77. Ini dapat berakibat tidak tersedianya persediaan untuk produksi. Perputaran stok yang baik adalah berkisar 30 - 45 hari.

5. Total Asset Turn Over

Dari hasil perhitungan diperoleh untuk tahun 2007 adalah sebesar 1,50 yang berarti untuk setiap rupiah aktiva perusahaan menghasilkan 1,50 rupiah menjadi penjualan. Untuk tahun 2006 adalah sebesar 1,37 yang berarti untuk setiap rupiah aktiva perusahaan menghasilkan 1,37 rupiah menjadi penjualan atau masih diatas turn over bagi perusahaan yang produktif diatas 1. Dari angka tersebut dapat disimpulkan bahwa manajemen cukup efektif dalam menggunakan aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan penjualan.

Tahun 2007

= 365 x 1.758.394.146 = 3,56 180.205.843.403

Tahun 2006

= 124.066.730.940 = 1,37 90.768.104.075 Tahun 2007 = 180.205.843.403

= 1,50


(1)

59

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Setelah memberikan uraian mengenai masalah, menganalisa dan

mengevaluasi mengenai Manfaat analisa rasio keuangan untuk mengukur kinerja

keuangan pada PT. Perkebunan Sumatera Utara, maka selanjutnya dapat ditarik

kesimpulan sekaligus memberikan saran-saran yang dapat diterapkan pada

perusahaan.

A. Kesimpulan

1. Rasio yang digunakan sesuai dengan Surat Keputusan Menteri BUMN Nomor

: KEP-100/MBU/2002 tentang Penilaian Kinerja Perusahaan BUMN.

2. Kesimpulan yang menyatakan analisa rasio keuangan bermanfaat mengukur

kinerja keuangan PT. Perkebunan Sumatera Utara terbukti kebenarannya. Hal

ini ditandai dengan melihat kondisi dan prestasi keuangan perusahaan.

3. Pada perusahaan perkebunan hasil analisa laporan keuangan bermanfaat untuk

mengetahui keadaan perkembangan perusahaan dan sebagai bahan

pertimbangan bagi pihak manajemen dalam mengambil keputusan dan

penyusunan kebijaksanaan untuk masa yang akan datang.

4. Berdasarkan analisa ratio keuangan, pertumbuhan perusahaan dikatakan

meningkat yang dilihat dari rasio likuiditas, solvabilitas, profitabilitas dan

aktivitas.


(2)

60

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka saran-saran yang dapat penulis

berikan adalah sebagai berikut :

1. Untuk dapat meningkatkan kinerja keuangan pada tahun-tahun berikutnya,

maka perusahaan harus mampu mempertahankan dan meningkatkan rasio

profitabilitas serta menggunakan biaya operasi yang sewajarnya sehingga akan

menghasilkan laba yang optimal.

2. Perusahaan akan mampu membayar semua kewajiban-kewajibannya jika jatuh

tempo apabila dengan perolehan dan penggunaan dana yang baik.

3. Untuk memperlancar aktiva perusahaan, pihak manajemen perlu menetapkan

kebijaksanaan yang tepat mengenai perputaran aktiva dan penurunan jangka

waktu pengumpulan piutang agar jumlah piutang tak tertagih dapat berkurang

atau bahkan tidak terjadi setiap tahunnya sehingga dapat menambah aktiva

lancar perusahaan.

4. Penilaian kinerja keuangan walaupun hanya dilakukan pada bagian pusat,

namun tidak ada salahnya jika perusahaan menghitung rasio tiap-tiap unit

kebun dan mengadakan perbandingan antar kebun untuk meningkatkan

kinerja.

5. Pada akhirnya keefektifan analisa rasio keuangan yang baik suatu perusahaan

tergantung kepada manusia yang bekerja dalam sistem tersebut. Sebaik apapun

kebijakan prosedur dalam perusahaan jika tidak dipatuhi maka sistem tidak


(3)

61

perusahaan melakukan pembinaan dan peningkatan sumber daya manusia yang


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Agnes Sawir, Dra, SS, SE, MM, 2005. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan, Cetakan Ketiga, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Aliminsyah dan Padji, 2003. Kamus Istilah Akuntansi, CV. Yrama Widya, Bandung.

Freddy Rangkuti, 2004. Analisis Swot Teknik Membedah Kasus Bisnis, Cetakan Kesebelas, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Hansen, Dan R dan Maryanne M. Mowen, 2000. Akuntansi Manajemen, Jilid 2, Terjemahan : A. Hermawan, Erlangga, Jakarta.

Harahap, Sofyan S, 2006. Analisa Kritis atas Laporan Keuangan, Edisi Pertama, Cetakan Ketiga, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

PS Djarwanto, 2001. Pokok-pokok Analisis Laporan Keuangan, Cetakan Kedelapan, BPFE, Yogyakarta.

Riyanto, Bambang, 2001. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi Keempat, Cetakan Ketujuh, BPFE UGM, Jogyakarta.

Tampubolon, Bantu dan Lubis, Parlindungan, 2001. Akuntansi Biaya, Edisi Revisi, Asco Grafika, Medan.

Umar, Husein, 2001. Riset Akuntansi, Edisi ketiga, Jakarta.

Umar, Husein, 2002. Evaluasi Kinerja Perusahaan, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Wild, Jhon J. K. R. Subramanyam, Robert F, Halsey 2005. Analisis Laporan Keuangan, Edisi Kedelapan, Salemba Empat, Jakarta.

Badan Pengawas Pasar Modal, Surat Edaran Ketua, 2002. Pedoman penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik,


(5)

Departemen Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara, 2004.

Buku Petunjuk Teknik Penulisan Proposal Penelitian dan Penulisan

Skripsi, Medan.

Ikatan Akuntan Indonesia, 2007. Standar Akuntansi Keuangan, Salemba Empat, Jakarta.

Republik Indonesia, Menteri BUMN Nomor Kep-100/MBU/2002. Penilaian Tingkat Kesehatan Badan UsahaMilik Negara, Jakarta.


(6)

Dokumen yang terkait

Analisis Rasio Keuangan Untuk Mengukur Kinerja Keuangan Pada Dinas Bina Marga Provinsi Sumatera Utara

3 101 45

Analisa Rasio pada Laporan Keuangan untuk Menilai Kinerja Keuangan PT. Perkebunan Nusantara II (Persero)

6 105 73

Analisis Informasi Arus Kas Dalam Menilai Kinerja Keuangan Pada PT. Perkebunan Nusantara (PTPN III) Medan

6 90 84

Manfaat Analisa Ratio Keuangan Dalam Mengukur Kinerja Perusahaan pada PTP Nusantara IV (persero) Medan Cabang Kebun Adolina-Perbaungan Sumatera Utara

0 26 195

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN UNTUK MENGUKUR KINERJA KEUANGAN Analisis Laporan Keuangan Untuk Mengukur Kinerja Keuangan ( Studi Pada PT. Mitra Pratama Mobilindo Di Sukoharjo Tahun 2009-2013).

0 2 13

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN UNTUK MENGUKUR KINERJA KEUANGAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN UNTUK MENGUKUR KINERJA KEUANGAN (Studi Pada PT. Bank Rakyat Indonesia.Tbk Tahun 2011-2013).

0 1 14

ANALISA LAPORAN KEUANGAN UNTUK MENGUKUR KINERJA KEUANGAN PADA BKK JUWIRING KABUPATEN KLATEN.

0 1 8

ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MENGUKUR KINERJA KEUANGAN BANK PADA PT BPR Analisis Rasio Keuangan Untuk Mengukur Kinerja Keuangan Bank Pada PT BPR Puri Dharma Ponorogo.

0 1 12

ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MENGUKUR KINERJA KEUANGAN BANK PADA PT BPR Analisis Rasio Keuangan Untuk Mengukur Kinerja Keuangan Bank Pada PT BPR Puri Dharma Ponorogo.

1 4 14

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN UNTUK MENGUKUR KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN Analisis laporan keuangan untuk mengukur kinerja keuangan pada Perusahaan Textile kusumatex Yogyakarta.

0 3 13