Analisis Informasi Arus Kas Dalam Menilai Kinerja Keuangan Pada PT. Perkebunan Nusantara (PTPN III) Medan

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM S-1 EKSTENSI MEDAN

SKRIPSI

ANALISIS INFORMASI ARUS KAS DALAM MENILAI KINERJA KEUANGAN PADA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA (PTPN III)

MEDAN

Oleh

NAMA : ROFINOL DEWANTO

NIM : 040522212

DEPARTEMEN : AKUNTANSI

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi


(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul :

“Analisis Informasi Arus Kas Dalam Menilai Kinerja Keuangan Pada PT. Perkebunan Nusantara (PTPN III) Medan”.

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul dimaksud belum pernah dibuat, dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi level program S1 – Ekstensi Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Sumatera Utara.

Semua sumber dan data informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas dan benar apa adanya. Apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh universitas.

Medan, 21 April 2008

Yang membuat pernyataan

Rofinol Dewanto


(3)

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah Swt, karena atas segala berkat dan rahmatnya yang diberikan kepada penulis sehingga akhirnya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul : “Analisis Informasi Arus Kas Dalam Menilai Kinerja Keuangan Pada PT. Perkebunan Nusantara (PTPN III) Medan” guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna yang disebabkan pengetahuan penulis yang terbatas. Tetapi karena bimbingan, bantuan, dan pengarahan dari semua pihak maka penyusunan skripsi ini dapat penulis selesaikan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, dengan segala hormat dan setulus serta kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, MEc, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Arifin Akhmad, MSi, Ak, selaku Ketua Departemen Akuntansi dan Bapak Fahmi Natigor Nasution, SE, M.Acc, Ak, selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Narumondang B. Siregar, MM, Ak, selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam penulisan skripsi ini.


(4)

4. Bapak Drs. Syahrul Rambe, MM, Ak dan Bapak Drs. Rustam, Ak, selaku Dosen Pembanding / Penguji.

5. Segenap dosen dan Staf Administrasi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang telah membimbing dan membantu penulis, serta Pegawai Perpustakaan Fakultas Ekonomi yang telah membantu penulis dalam penelitian kepustakaan.

6. Bapak H. Sunardiono, SE, selaku Kepala Bagian Umum PTPN III Medan yang telah bersedia memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian serta segenap karyawan PTPN III Medan yang telah membantu selama penulisan skripsi ini.

7. Teristimewa untuk Ibunda Rohani K yang saya sayangi beserta abang dan kakak tercinta Arfian, Aryati, Leni Marlina, dan Sri Rahayu Ningsih yang senantiasa memberikan dukungan moril dan materi kepada penulis dalam menyelesaikan studi dan skripsi ini.

8. Serta seluruh teman-teman seperjuangan yang telah banyak memberikan motivasi, saran, dan kritik konstruktif dalam penyelesaian skripsi ini, my sweethearth siskayani dan para sahabatku Naldo, Devi, Zulfi, Jubaidi, Nella, Joni Tarigan, Sata, Renni, Pak Lucky, Risma, Edi ndut, Bangun, Sutan, Rudi, Lae Erik, Nita, Bang Iqbal, Bang Edo, Bang Nangkir, Bang Jan Pieter, Endo, Bang Taifiq, Bang Saut, Reza, vernando, rika, reinhart, komeni, imam, kusnaedi yang tidak pernah lelah mengingatkanku untuk terus berjuang dalam menyelesaikan kuliahku terima kasih untuk segalanya.


(5)

Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi penyempurnaan di masa yang akan datang. Semoga tulisan ini berguna bagi kita semua, terima kasih.

Medan, 21 April 2008

Penulis

Rofinol Dewanto


(6)

ABSTRAK

Suatu keharusan bagi perusahaan mencantumkan laporan arus kas dalam laporan keuangan tahunan, membuat penggunaan informasi laporan arus kas sebagai alat analisis kinerja perusahaan semakin penting. Salah satu analisis kinerja keuangan dengan menggunakan laporan arus kas adalah rasio laporan arus kas. Analisis laporan arus kas, komponen neraca dan laporan laba rugi sebagai alat analisis rasio. Tujuan dari penelitian dalam skripsi ini adalah untuk mengetahui dan menilai tingkat likuiditas dan fleksibilitas keuangan perusahaan yang diukur dengan menggunakan analisis informasi arus kas dalam bentuk rasio dan mengungkapkan peranan informasi arus kas dalam mengukur kinerja keuangan perusahaan pada PTPN III Medan.

Tempat penelitian adalah PT. Perkebunan Nusantara III Medan yang beralamat di jalan Sei Batang Hari No. 2 Medan. Jenis data yang digunakan adalah data primer yang bersumber dari hasil hasil wawancara atau keterangan – keterangan yang dikumpulkan dari pegawai perusahaan dan data sekunder berupa dokumen resmi perusahaan seperti sejarah berdirinya perusahaan, struktur organisasi perusahaan, dan laporan keuangan perusahaan. Prosedur pengumpulan data adalah teknik dokumentasi dan wawancara. Dalam menganalisis data, penulis menggunakan metode deskriptif.

Dari hasil penelitian dalam skripsi ini, penulis menyimpulkan bahwa tingkat likuiditas keuangan PTPN III Medan dilihat dari analisis rasio likuiditas arus kas untuk tahun 2005 menurun bila dibandingkan pada tahun 2004, kecuali untuk nilai rasio cakupan arus dana yang meningkat sebesar 2,98 kali. Sedangkan tingkat fleksibilitas keuangan PTPN III Medan dilihat dari analisis rasio fleksibilitas arus kas untuk tahun 2005 meningkat secara signifikan bila dibandingkan pada tahun 2004, pada perhitungan rasio arus kas bersih bebas meningkat sebesar 46,28% dan pada perhitungan rasio kecukupan arus kas meningkat sebesar -47%.

Kata Kunci : Analisis, Laporan Arus Kas, Rasio Likuiditas Arus Kas, Rasio Fleksibilitas Arus Kas


(7)

ABSTRACT

A necessity for companies include cashflow statement in annual financial statement, it make using information of cashflow statement as an instrument in analyze performance at companies more essential. One of instruments in analyze financial performance by using cashflow statement is cashflow ratio. Analysis of cashflow statement, componen of balancesheet, and income statement that are needed as instruments in analyze ratio. Goals of this research are understand and evaluate level of liquidity and flexibility financial that is measured by using information in cashflow ratio and also express roles of infomation into cashflow in measuring financial performance at PTPN III Medan.

Object of this research is PT. Perkebunan Nusantara III Medan at Jalan Sei Batang Hari No. 2 Medan. Kinds of data that are needed consist of primer data and seconder data. Primer data is collected from result of interviewing with companies labour, whereas seconder data is officials documents like historical of company established, organizational structure, and financial statement. Collecting data procedures are documentation technic and interviewing. In analyze data, the writter use descriptive method.

The result of this research, the writter conclude that level of liqudity financial at PTPN III Medan counted by using analysis of liquidity cashflow ratio in 2005 most decrease than in 2004, except for value of sufficient fundflow that increase sum 2,98 times. Whereas at level of flexibility financial measured by using analysis of flexibility cashflow ratio more increase in 2005 than in 2004. The increasing from level of flexibility financial able is seem at net free cash flow ratio that increase sum 46,28% and value of sufficient cashflow ratio also increase sum 47%.

Keyword : Analysis, Cashflow Statement, Liquidity Cashflow Ratio, Flexibility Cashflow Ratio


(8)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

Tabel 2.1 Tabel Ilustrasi Klasifikasi Arus Kas... 15 Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Rasio Arus Kas Operasi... 58 Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Rasio Cakupan Kas

Terhadap Bunga (CKB)... 59 Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Rasio Cakupan Kas Terhadap

Hutang Lancar (CKHL)... 60 Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Rasio Pengeluaran Modal (PM)... 61 Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Rasio Total Hutang (TH)... 62 Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Rasio Cakupan

Arus Dana (CAD)... 63 Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Rasio Arus Kas

Bersih Bebas (AKBB)... 64 Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Rasio Kecukupan

Arus Kas (KAK)... 65 Tabel 4.9 Daftar Kewajiban Lancar Untuk Lima Tahun

Untuk Tahun 2004... 65 Tabel 4.9 Daftar Kewajiban Lancar Untuk Lima Tahun


(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Kebun PT.Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan Lampiran 2 Struktur Organisasi PT.Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN... i

KATA PENGANTAR... ii

ABSTRAK... v

ABSTRACT... vi

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR LAMPIRAN... viii

DAFTAR ISI... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Perumusan Masalah... 4

C. Batasan Masalah... 4

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 4

E. Kerangka Konseptual... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Kas... 7

B. Pengertian Laporan Arus Kas... 9

C. Tujuan dan Kegunaan Laporan Arus Kas... 9

D. Format Laporan Arus Kas... 10

1. Klasifikasi Laporan Arus Kas... 10

2. Sumber-sumber data dalam penyusunan laporan arus kas... 15


(11)

3. Teknik penyusunan laporan arus kas... 15

E. Konsep Analisis Laporan Keuangan... 19

1. Pengertian Analisis Laporan Keuangan... 19

2. Tujuan Analisis Laporan Keuangan... 20

3. Objek Analisis Laporan Keuangan... 22

4. Prosedur Analisis Laporan Keuangan... 23

5. Metode Analisis Laporan Keuangan... 24

6. Kelemahan Analisis Laporan Keuangan... 24

F. Analisis Informasi Arus Kas Dalam Menilai Kinerja Keuangan... 25

1. Analisis Rasio Arus Kas... 25

2. Aplikasi Analisis Rasio Arus Kas... 27

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat Penelitian... 39

B. Jenis Data... 39

C. Prosedur Pengumpulan Data... 40

D. Analisis Data... 40

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Data Penelitian... 41

1. Gambaran Umum PTPN III Medan... 41

a. Sejarah Singkat Perusahaan... 41


(12)

2. Laporan Keuangan PTPN III Medan... 47

a. Neraca... 47

b. Laporan Laba Rugi... 51

c. Laporan Arus Kas... 53

B. Analisis Hasil Penelitian... 55

1. Analisis Likuiditas Rasio Arus Kas... 55

2. Analisis Fleksibilitas Rasio Arus Kas... 61

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 64

B. Saran... 65


(13)

ABSTRAK

Suatu keharusan bagi perusahaan mencantumkan laporan arus kas dalam laporan keuangan tahunan, membuat penggunaan informasi laporan arus kas sebagai alat analisis kinerja perusahaan semakin penting. Salah satu analisis kinerja keuangan dengan menggunakan laporan arus kas adalah rasio laporan arus kas. Analisis laporan arus kas, komponen neraca dan laporan laba rugi sebagai alat analisis rasio. Tujuan dari penelitian dalam skripsi ini adalah untuk mengetahui dan menilai tingkat likuiditas dan fleksibilitas keuangan perusahaan yang diukur dengan menggunakan analisis informasi arus kas dalam bentuk rasio dan mengungkapkan peranan informasi arus kas dalam mengukur kinerja keuangan perusahaan pada PTPN III Medan.

Tempat penelitian adalah PT. Perkebunan Nusantara III Medan yang beralamat di jalan Sei Batang Hari No. 2 Medan. Jenis data yang digunakan adalah data primer yang bersumber dari hasil hasil wawancara atau keterangan – keterangan yang dikumpulkan dari pegawai perusahaan dan data sekunder berupa dokumen resmi perusahaan seperti sejarah berdirinya perusahaan, struktur organisasi perusahaan, dan laporan keuangan perusahaan. Prosedur pengumpulan data adalah teknik dokumentasi dan wawancara. Dalam menganalisis data, penulis menggunakan metode deskriptif.

Dari hasil penelitian dalam skripsi ini, penulis menyimpulkan bahwa tingkat likuiditas keuangan PTPN III Medan dilihat dari analisis rasio likuiditas arus kas untuk tahun 2005 menurun bila dibandingkan pada tahun 2004, kecuali untuk nilai rasio cakupan arus dana yang meningkat sebesar 2,98 kali. Sedangkan tingkat fleksibilitas keuangan PTPN III Medan dilihat dari analisis rasio fleksibilitas arus kas untuk tahun 2005 meningkat secara signifikan bila dibandingkan pada tahun 2004, pada perhitungan rasio arus kas bersih bebas meningkat sebesar 46,28% dan pada perhitungan rasio kecukupan arus kas meningkat sebesar -47%.

Kata Kunci : Analisis, Laporan Arus Kas, Rasio Likuiditas Arus Kas, Rasio Fleksibilitas Arus Kas


(14)

ABSTRACT

A necessity for companies include cashflow statement in annual financial statement, it make using information of cashflow statement as an instrument in analyze performance at companies more essential. One of instruments in analyze financial performance by using cashflow statement is cashflow ratio. Analysis of cashflow statement, componen of balancesheet, and income statement that are needed as instruments in analyze ratio. Goals of this research are understand and evaluate level of liquidity and flexibility financial that is measured by using information in cashflow ratio and also express roles of infomation into cashflow in measuring financial performance at PTPN III Medan.

Object of this research is PT. Perkebunan Nusantara III Medan at Jalan Sei Batang Hari No. 2 Medan. Kinds of data that are needed consist of primer data and seconder data. Primer data is collected from result of interviewing with companies labour, whereas seconder data is officials documents like historical of company established, organizational structure, and financial statement. Collecting data procedures are documentation technic and interviewing. In analyze data, the writter use descriptive method.

The result of this research, the writter conclude that level of liqudity financial at PTPN III Medan counted by using analysis of liquidity cashflow ratio in 2005 most decrease than in 2004, except for value of sufficient fundflow that increase sum 2,98 times. Whereas at level of flexibility financial measured by using analysis of flexibility cashflow ratio more increase in 2005 than in 2004. The increasing from level of flexibility financial able is seem at net free cash flow ratio that increase sum 46,28% and value of sufficient cashflow ratio also increase sum 47%.

Keyword : Analysis, Cashflow Statement, Liquidity Cashflow Ratio, Flexibility Cashflow Ratio


(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap perusahaan perlu mengetahui perkembangan kegiatan usahanya dari waktu ke waktu agar dapat diketahui apakah perusahaan mengalami kemajuan atau kemunduran. Salah satu informasi yang diperlukan adalah informasi akuntansi yang bersifat keuangan yaitu laporan keuangan. Laporan keuangan adalah suatu media informasi yang menerangkan semua aktivitas perusahaan dan sebagai pertanggung jawaban (accountability) manajemen kepada pemegang saham, pemilik perusahaan, dan kepada pihak ekstern lainnya serta menggambarkan indikator kesuksesan suatu perusahaan dalam mencapai tujuannya.

Laporan keuangan dibuat oleh manajemen perusahaan untuk mempertanggung jawabkan hasil kegiatan perusahaan. Adapun komponen - komponen yang lengkap dari laporan keuangan : Neraca, Laporan Laba Rugi, Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan Arus Kas, dan Catatan Atas Laporan Keuangan. Namun informasi yang paling ditinjau ulang oleh para pemakai laporan keuangan adalah bagaimana perusahaan menghasilkan dan menggunakan kas dan setara kas, yang mana hal ini diungkapkan dalam laporan arus kas.

Laporan arus kas yang direkomendasikan kepada pihak manajemen haruslah sesuai dengan format yang tercantum dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.2, dalam standar tersebut laporan arus kas merupakan


(16)

laporan mengenai arus kas masuk dan arus kas keluar bersih yang digolongkan menjadi tiga kategori utama sebagai aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan serta menggunakan metode yang telah ditetapkannya yaitu metode langsung ataupun metode tidak langsung.

Laporan arus kas disajikan untuk melengkapi kesenjangan informasi yang tidak termuat dalam informasi lain. Laporan arus kas memainkan peranan komplementer bagi neraca dan laporan laba rugi dalam penjabaran secara lengkap mengenai asset dan struktur keuangan (kewajiban dan ekuitas pemilik) perusahaan serta bagaimana asset, kewajiban dan ekuitas tersebut berubah dalam periode tertentu.

Laporan arus kas bermanfaat secara internal bagi pihak manajemen perusahaan dan secara eksternal bagi pihak pemodal dan kreditur. Bagi internal perusahaan dengan menganalisa laporan arus kas, pihak manajemen akan mengetahui apakah kebijakan yang dilakukan berjalan baik dalam hal memperoleh serta menggunakan kas tersebut pada periode tertentu. Sedangkan bagi pihak eksternal perusahaan, informasi dalam laporan arus kas ini akan membantu para investor, kreditur, dan pihak lainnya dalam menilai berbagai aspek dari posisi keuangan perusahaan, seperti yang dikemukakan oleh Kieso, Weygandt dan Warfield (2002 : 373), yaitu :

1. Kemampuan entitas untuk menghasilkan arus kas dimasa depan. 2. Kemampuan entitas untuk membayar deviden dan memenuhi

kewajibannya.

3. Penyebab perbedaan antara laba bersih dan arus kas bersih dari kegiatan operasi.

4. Transaksi investasi dan pembiayaan yang melibatkan kas non kas selama satu periode.


(17)

Suatu keharusan bagi perusahaan mencantumkan laporan arus kas dalam laporan keuangan tahunan, membuat penggunaan informasi laporan arus kas sebagai alat analisis kinerja perusahaan semakin penting. Salah satu analisis kinerja keuangan dengan menggunakan laporan arus kas adalah rasio laporan arus kas. Analisis laporan arus kas, komponen neraca, dan laporan laba rugi sebagai alat analisis rasio.

PT. Perkebunan Nusantara (PTPN III) adalah salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di bawah Departemen Pertanian yang bergerak dibidang perkebunan, mencakup pengusahaan tanaman, pengolahan, pemasaran hasil, dan industri serta jasa-jasa penunjangnya. Pada laporan arus kas PTPN III Medan periodik untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2004 dan 31 Desember 2005, arus kas dari aktivitas investasi dan arus kas dari aktivitas pendanaan meningkat, akan tetapi arus kas dari aktivitas operasi menurun pada tahun 2005 dibandingkan tahun 2004. Hal ini mempengaruhi kemampuan arus kas operasi perusahaan dalam melunasi kewajiban lancarnya dan harus dianalisis untuk dijadikan dasar dalam mengukur likuiditas dan fleksibilitas keuangan perusahaan.

Berdasarkan uraian diatas dan melihat pentingnya pengolahan arus kas dalam perusahaan, maka penulis mencoba membahas dalam bentuk skripsi dengan judul “Analisis Informasi Arus Kas Dalam Menilai Kinerja Keuangan Pada PT. Perkebunan Nusantara (PTPN III) Medan”.


(18)

B. Perumusan Masalah

Penulis mencoba merumuskan masalah yaitu “Bagaimana tingkat likuiditas dan fleksibilitas keuangan perusahaan pada PTPN III Medan yang diukur dengan menggunakan analisis informasi arus kas dalam bentuk rasio?”

C. Batasan Masalah

Pengukuran dalam menilai kinerja keuangan perusahaan dalam penelitian skripsi ini hanya dibatasi pada tingkat likuiditas dan fleksibilitas keuangan, kemudian penulis hanya akan menganalisa laporan arus kas PTPN III Medan secara periodik untuk tahun yang berakhir tanggal 31 Desember 2004 dan 31 Desember 2005.

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian yang dilakukan penulis adalah :

1. Mengetahui dan menilai tingkat likuiditas dan fleksibilitas keuangan perusahaan pada PTPN III Medan yang diukur dengan menggunakan analisis informasi arus kas dalam bentuk rasio.

2. Mengungkapkan peranan informasi arus kas dalam mengukur kinerja keuangan perusahaan pada PTPN III Medan.


(19)

Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Bagi Penulis

Dapat memberikan pengetahuan yang lebih mendalam mengenai analisis laporan arus kas dalam bentuk rasio untuk melihat kinerja keuangan perusahaan.

2. Bagi perusahaan

Dengan melihat analisis rasio laporan arus kas diharapkan dapat memberikan informasi mengenai kondisi keuangannya dan dapat diketahui sejauh mana prestasi yang dicapai perusahaan dari tahun ketahun sehingga membantu pihak manajemen perusahaan dalam pengambilan keputusan.

3. Bagi Pihak Lain

Menambah referensi khususnya untuk mengkaji topik-topik yang berkaitan dengan analisis laporan arus kas dalam bentuk rasio untuk digunakan oleh pihak – pihak yang berkepentingan.


(20)

E. Kerangka Konseptual

Manajemen Perusahaan

Laporan Keuangan

Neraca Laporan

Laba rugi

Laporan Perubahan Ekuitas

Laporan Arus Kas

Catatan atas laporan keuangan

Analisis laporan arus kas untuk mengukur likuiditas dan fleksibilitas keuangan PT. Perkebunan Nusantara III Medan


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Kas

Kas merupakan komponen aktiva (aset) lancar yang paling likuid di dalam neraca, karena kas sering mengalami mutasi atau perpindahan dan hampir semua transaksi yang terjadi dalam perusahaan akan mempengaruhi posisi kas.

Dalam Standar Akuntasi Keuangan (IAI), (2007 : 1.7), aset lancar dijelaskan bahwa suatu aset diklasifikasikan sebagai aset lancar, jika aset tersebut :

1. Diperkirakan akan direalisasikan atau dimiliki untuk dijual atau digunakan dalam jangka waktu siklus operasi normal perusahaan;atau

2. Dimilki untuk diperdagangkan atau untuk tujuan jangka pendek dan diharapkan akan direalisasi dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan dari tanggal neraca;atau

3. Berupa kas atau setara kas yang penggunaannya tidak dibatasi. Menurut Stice dan Skousen (2005 : 495) mendefenisikan kas adalah “Aktiva Lancar yang paling likuid dan terdiri dari bagian yang bertindak sebagai alat pertukaran serta memberikan dasar untuk perhitungan akuntansi”.

Dari defenisi diatas dapat diketahui yang termasuk kas adalah aktiva lancar paling likuid berupa uang yang tersimpan pada perusahaan) atau luar perusahaan misalnya bank, yang akan digunakan sebagai alat pembayaran oleh perusahaan.

Selain istilah kas, kita juga mengenal istilah setara kas (cash equivalent) dalam Standar Akuntansi Keuangan (IAI) No.2 (2007 : 2.2) dinyatakan :

Setara kas dimilki untuk memenuhi komitmen kas jangka pendek, bukan untuk investasi atau tujuan lain. Untuk memenuhi persyaratan setara kas, investasi harus segera dapat diubah menjadi kas dalam jumlah yang telah diketahui tanpa menghadapi risiko perubahan nilai


(22)

yang signifikan. Karenanya, suatu investasi baru dapat memenuhi syarat sebagai setara kas hanya jika segera akan jatuh tempo dalam waktu tiga bulan atau kurang dari tanggal perolehannya.

Dari keterangan diatas dapat diketahui bahwa untuk memenuhi persyaratan setara kas, suatu investasi harus segera dapat diubah menjadi kas dalam jumlah yang diketahui tanpa menghadapi risiko perubahan nilai yang signifikan dan segera akan jatuh tempo dalam waktu tiga bulan atau kurang dari tanggal perolehannya.

Kas merupakan konsep dana yang paling berguna, karena keuputusan para investor, kreditur, dan pihak lainnya terfokus pada penilaian arus kas di masa mendatang. Perusahaan akan memanfaatkan kas menganggur dengan menanamkannya pada investasi jangka pendeknya yang sangat likuid.

Dalam pengertian kas ini tercakup pula pengertian setara kas. Kas terdiri atas saldo kas perusahaan (cash on hand) dan kas yang ada di bank dalam bentuk rekening koran atau giro (cash in bank). Setara kas (cash equivalent) adalah investasi yang sifatnya sangat likuid, berjangka pendek dan yang dengan cepat dapat dijadikan dalam jumlah tertentu tanpa menghadapi risiko perubahan nilai yang signifikan.

Untuk itu adapun salah satu laporan keuangan yang lebih mendalam menyajikan informasi mutasi kas yang terdiri dari arus kas masuk (inflow) dan arus kas keluar (outflow) atau sumber dan penggunaan kas adalah laporan arus kas


(23)

B. Pengertian Laporan Arus Kas

Definisi laporan arus kas menurut Henry Simamora (2001 : 488), “Laporan arus kas (Cash Flow Statement) adalah laporan keuangan yang memperlihatkan pengaruh dari aktivitas-aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan perusahaan terhadap arus kas selama periode akuntansi tertentu dalam suatu cara merekonsiliasi saldo awal dan akhir kas”.

C. Tujuan dan Kegunaan Laporan Arus Kas 1. Tujuan Arus Kas

Menurut Horngren, Harrison, Robinson, dan Secokusumo (2003 : 845), arus kas dirancang untuk memenuhi tujuan-tujuan berikut ini :

a. Untuk memperkirakan arus kas dimasa yang akan datang.

Kas dan bukan laba akuntansi yang digunakan untuk pembayaran tagihan. Dalam banyak kasus, sumber dan penggunaan kas perusahaan tidaklah berubah secara dramatis dari tahun ke tahun. Karena itu penerimaan dan pengeluaran kas dapat diterima sebagai alat yang baik untuk memperkirakan penerimaan dan pengeluaran kas dimasa datang.

b. Untuk mengevaluasi keputusan manajemen.

Jika manajer membuat keputusan investasi yang bijaksana, maka perusahaannya akan sejahtera. Tetapi jika manajer membuat keputusan yang tidak bijaksana, maka perusahaan akan menderita karenanya. Laporan arus kas akan melaporkan kegiatan investasi perusahaan sehingga memberikan informasi arus kas kepada investor dan kreditor untuk mengevaluasi keputusan manajer.

c. Untuk menentukan kemampuan perusahaan membayar deviden pada pemegang saham, pembayaran bunga, dan pokok pinjaman pada kreditor.

Pemegang saham tertarik pada penerimaan deviden dari investasinya dalam saham perusahaan. Kreditor ingin menerima bunga dan pokok pinjamannya tepat waktu. Laporan arus kas kepada investor dan kreditor untuk mengetahui apakah perusahaan bisa melakukan pembayaran-pembayaran ini.


(24)

d. Untuk menunjukkan hubungan laba bersih terhadap perubahan arus kas perusahaan.

Biasanya kas dan laba bersih bergerak bersama. Tingginya tingkat laba cenderung menyebabkan peningkatan kas dan sebaliknya. Akan tetapi nilai sisa kas menurun ketika laba bersih tinggi dan kas bisa meningkat ketika laba bersih rendah. Adanya kemungkinan bangkrutnya suatu perusahaan yang mempunyai laba bersih yang cukup tetapi kas yang rendah, menyebabkan diperlukannya informasi arus kas.

2. Kegunaan Arus Kas

Menurut Standar Akuntansi Keuangan (IAI) No.2 (2007 : 2.1), kegunaan laporan arus kas yaitu :

Jika digunakan dalam kaitannya dengan laporan keuangan lain, laporan arus kas dapat memberikan informasi yang memungkinkan para pemakai untuk mengevaluasi perubahan dalam aktiva bersih, struktur keuangan (termasuk likuiditas dan solvabilitas) dan kemampuan untuk mempengaruhi jumlah serta waktu arus kas dalam rangka adaptasi dengan perubahan keadaan dan peluang. Informasi arus kas berguna untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas dan memungkinkan para pemakai mengembangkan model untuk menilai dan membandingkan nilai sekarang dari arus kas masa depan (future cash flows) dari berbagai perusahaan. Informasi tersebut juga meningkatkan daya banding pelaporan kinerja operasi berbagai perusahaan karena dapat meniadakan pengaruh penggunaan perlakuan akuntansi yang berbeda terhadap transaksi dan peristiwa yang sama.

D. Format Laporan Arus Kas 1. Klasifikasi Laporan Arus Kas

Penerimaan kas dan pengeluaran kas dalam suatu periode diklasifikasikan dalam tiga aktivitas yaitu :

a. Arus kas dari aktivitas operasi

Semua transaksi yang berkaitan dengan laba yang dilaporkan dalam laporan laba rugi dikelompokkan dalam aktivitas operasi. Berikut beberapa contoh arus


(25)

kas yang berasal dari aktivitas operasi baik arus kas masuk (cash inflows) maupun arus kas keluar (cash outflows) :

Arus kas masuk, antara lain :

1) Penerimaan kas dari pelanggan (penjualan barang atau penyerahan jasa). 2) Penerimaan kas dari pemberian pinjaman (bunga yang diterima).

3) Penerimaan kas dari ekuitas surat berharga (deviden yang diterima).

4) Semua penerimaan yang bukan berasal dari sebagian yang sudah dimasukkan dalam kelompok investasi dan pembiayaan, serta jumlah uang yang diterima dari tuntutan pengadilan, klaim asuransi, kecuali yang lansung berhubungan dengan kegiatan investasi dan pembiayaan seperti kerusakan gedung.

Arus kas keluar antara lain :

1) Pembayaran kas untuk pembelian bahan yang akan digunakan untuk dijual atau produksi termasuk pembayaran utang jangka pendek.

2) Pembayaran kepada supplier lain dan pegawai untuk kegiatan selain produksi barang dan jasa.

3) Pembayaran kas kepada pemerintah untuk pajak, kewajiban lainnya, denda, dan lain-lain.

4) Pembayaran kepada pemberi pinjaman dan kreditur lainnya berupa bunga. 5) Seluruh pembayaran kas yang tidak berasal dari transaksi investasi atau

pembiayaan seperti pembayaran tuntutan dipengadilan, pengembalian dana kepada langganan dan sumbangan.


(26)

b. Arus kas dari aktivitas investasi

Aktivitas investasi merupakan perolehan dan pelepasan aktiva jangka panjang serta investasi lain yang tidak termasuk setara kas. Pengungkapan terpisah arus kas yang berasal dari aktivitas investasi perlu dilakukan sebab arus kas tersebut mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas sehubungan dengan sumber daya yang bertujuan untuk menghasilkan pandapatan dan arus kas dimasa depan. Berikut beberapa contoh arus kas yang berasal dari aktivitas investasi, baik arus kas masuk (cash inflows) maupun kas keluar (cash outflows).

Arus kas masuk antara lain :

1) Penerimaan kas dari penagihan piutang jangka panjang.

2) Penerimaan kas dari penjualan surat berharga yang berupa investasi jangka panjang.

3) Penerimaan kas dari penjualan aktiva tetap, aktiva tidak berwujud, dan aktiva jangka panjang.

Arus kas keluar antara lain :

1) Pembayaran kas untuk pembelian aktiva tetap dan aktiva jangka panjang lainnya.

2) Pembayaran kas untuk pembelian surat berharga perusahaan yang berupa investasi jangka panjang.

3) Pembayaran kas untuk aktiva tidak berwujud.

Beberapa transaksi seperti penjualan aktiva tetap dapat menimbulkan keuntungan ataupun kerugian yang dimasukkan dalam perhitungan laba rugi


(27)

bersih. Transaksi ini harus dimasukkan dalam klasifikasi arus kas dari kegiatan investasi.

c. Arus kas dari aktivitas pendanaan

Aktivitas pendanaan adalah aktivitas yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah serta komposisi modal dan pinjaman perusahaan. Arus kas dari aktivitas pendanaan ini harus diungkapkan terpisah, kerena pengungkapan terpisah arus kas dari aktivitas pendanaan berguna untuk memprediksi klaim atas arus kas masa depan oleh para penanam modal di perusahaan tersebut. Kegiatan pendanaan melibatkan upaya-upaya untuk memperoleh dana selaku peminjam atau penerbit sekuritas dan membayar kembali pinjaman atau sekuritas kepemilikan tersebut.

Arus kas masuk dari aktivitas pendanaan antara lain : 1) Penerimaan kas dari penjualan surat berharga.

2) Penerimaan kas dari pemberian pinjaman kreditur. 3) Penerimaan kas dari penerbitan saham.

4) Penerimaan kas dari penerbitan kewajiban jangka panjang. Arus kas keluar antara lain :

1) Pembayaran kas kepada para pemegang saham dalam bentuk deviden. 2) Pembayaran kas untuk penebusan kewajiban jangka panjang.

3) Pembayaran kas untuk memperoleh kembali sekuritas ekuitas (termasuk pembelian saham tresuri).


(28)

Tabel 2.1

Tabel Ilustrasi Klasifikasi Arus Kas AKTIVITAS INVESTASI

Kas Masuk (Cash-inflow)

Penerimaan dari penjualan barang dan jasa Penerimaan pendapatan bunga

Penerimaan deviden kas

Penerimaan pendapatan, royalti, komisi, fee, dan imbalan lain Kas Keluar (Cash-outflow)

Pembayaran untuk pembelian bahan Pembayaran utang jangka pendek Pembayaran kepada supplier Pembayaran gaji karyawan

Pembayaran pajak kepada pemerintah Pembayaran bunga pada kreditur Pembayaran biaya-biaya lainnya

Pos –pos Laporan Laba Rugi

AKTIVITAS INVESTASI Kas Masuk (Cash-inflow)

Penerimaan dari penagihan piutang jangka panjang Penerimaan dari penjualan investasi jangka panjang

Penerimaan dari penjualan aktiva tetap, aktiva tidak berwujud, dan aktiva jangka panjang

Kas Keluar (Cash-outflow)

Pembayaran untuk pembelian aktiva tetap dan aktiva jangka panjang lainnya

Pembayaran untuk investasi jangka panjang

Pembayaran untuk pembelian aktiva tidak berwujud

Pos-pos Aktiva Tidak

Lancar

AKTIVITAS PENDANAAN Kas Masuk (Cash-inflow)

Penerimaan dari penjualan surat berharga. Penerimaan dari pemberian pinjaman kreditur Penerimaan dari penerbitan saham.

Penerimaan dari penerbitan kewajiban jangka panjang Kas Keluar (Cash-outflow)

Pembayaran untuk para pemegang saham dalam bentuk deviden. Pembayaran untuk penebusan kewajiban jangka panjang.

Pembayaran untuk memperoleh kembali sekuritas ekuitas (termasuk pembelian saham tresuri)

Pos-pos Utang Jangka

Panjang dan Modal


(29)

d. Transaksi non kas yang signifikan

Karena laporan arus kas hanya melaporkan pengaruh kegiatan operasi, investasi, dan pendanaan dalam istilah arus kas, maka beberapa transaksi non kas yang signifikan dan kejadian lainnya yang merupakan kegiatan investasi atau pendanaan juga harus diungkapkan dalam laporan arus kas, akan tetapi tidak mempengaruhi secara langsung kepada ketiga aktivitas dalam laporan arus kas. Menurut Kieso, Weygandt, dan Warfield (2002 : 404), ada beberapa transaksi non kas yang harus dilaporkan atau diungkapkan dalam beberapa cara adalah sebagai berikut :

1) Akuisisi aktiva dengan menciptakan kewajiban (termasuk kewajiban lease modal) atau dengan menerbitkan sekuritas ekuitas. 2) Pertukaran aktiva non moneter.

3) Pembiayaan kembali hutang jangka panjang.

4) Konversi sekuritas hutang atau saham preferen menjadi saham biasa.

5) Penerbitan sekuritas ekuitas untuk melunasi hutang. 2. Sumber-sumber data dalam penyusunan laporan arus kas

Dalam penyusunan laporan arus kas yang menjadi sumber data adalah laporan keungan, sehingga pemahaman terhadap laporan keuangan dipandang sangat perlu, seperti yang dikemukakan oleh Kieso, Weygandt, dan Warfield (2002 : 376), informasi untuk penyusunan arus kas berasal dari tiga sumber utama yaitu :

a. Neraca komparatif yang menyajikan jumlah perubahan aktiva, kewajiban, dan ekuitas dari awal hingga akhir periode.

b. Laporan laba rugi berjalan yang berisi data yang membantu pembaca menentukan jumlah kas yang diterima dari atau digunakan oleh operasi selama periode berjalan.

c. Data transaksi tertentu dari buku besar umum yang memberikan informasi tambahan terinci yang dibutuhkan untuk menentukan bagaimana kas diterima dan digunakan selama periode berjalan.


(30)

Menyiapkan laporan arus kas dari sumber-sumber data diatas melibatkan tiga langkah utama yaitu :

a. Menentukan perubahan kas

Prosedur ini bersifat langsung karena perbedaan antara saldo kas awal dan akhir dapat dengan mudah dihitung dengan memeriksa neraca komparatif.

b. Menentukan arus kas bersih dari kegiatan operasi

Prosedur ini rumit, melibatkan analisis atas laporan laba rugi tahun berjalan dan neraca komparatif serta data transaksi tertentu.

c. Menentukan arus kas bersih dari kegiatan investasi dan pendanaan Semua perubahan lain dalam akun-akun neraca harus di analisis untuk menentukan pengaruhnya terhadap kas.

3. Teknik penyusunan laporan arus kas

Adapun teknik penyusunan laporan arus kas dapat menggunakan dua metode yaitu metode lansung dan metode tidak lansung. Perbedaan dari dua metode tersebut menurut Darsono dan Ashari (2005 : 90) yaitu :

Pada metode lansung, arus kas disusun berdasarkan buku besar kas perusahaan selama satu periode. Sedangkan pada metode tidak lansung, arus kas disusun berdasarkan perubahan pada komponen neraca.

Perbedaan utama metode lansung dan metode tidak lansung adalah pada pelaporan kegiatan operasi. Pada metode lansung, arus kas operasi disusun berdasarkan kelompok-kelompok utama penerimaan kas operasi (dari pelanggan), dan pembayaran kas operasi (pemasok dan karyawan). Sedangkan pada kegiatan investasi dan pendanaan, antara metode lansung dan metode tidak lansung relatif sama.


(31)

Ilustrasi Laporan Arus Kas dengan Metode Lansung : PT. ABC

Laporan Arus Kas

Tahun yang berakhir 31 Desember 200X Arus Kas dari Aktivitas Operasi

Penerimaan kas dari pelanggan xxxx Pembayaran kas kepada pemasok dan karyawan (xxxx) Kas yang dihasilkan operasi xxxx

Pembayaran bunga (xxxx)

Pembayaran pajak penghasilan (xxxx)

Arus kas sebelum pos luar biasa xxxx Hasil dari asuransi gempa bumi xxxx

Arus kas bersih dari aktivitas operasi xxxx Arus Kas dari Aktivitas Investasi

Perolehan anak perusahaan (xxxx)

Pembelian tanah, bangunan, dan peralatan (xxxx) Hasil dari penjualan peralatan xxxx

Penerimaan bunga xxxx

Penerimaan deviden xxxx

Arus kas bersih yang digunakan untuk aktivitas investasi (xxxx) Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan

Hasil dari penerbitan saham xxxx

Hasil dari pinjaman jangka panjang xxxx Pembayaran utang sewa guna usaha keuangan (xxxx)

Pembayaran deviden (xxxx)

Arus kas bersih yang digunakan untuk aktivitas pendanaan (xxxx)

Kenaikan bersih kas dan setara kas xxxx

Kas dan setara kas pada awal periode xxxx


(32)

Ilustrasi Laporan Arus Kas dengan Metode Tidak Lansung PT. ABC

Laporan Arus Kas

Tahun yang berakhir 31 Desember 200X

Arus Kas dari Aktivitas Operasi

Laba bersih sebelum pajak pos luar biasa xxxx Penyesuaian untuk :

Penyusutan xxxx

Kerugian selisih kurs xxxx

Penghasilan investasi (xxxx)

Beban bunga xxxx

Laba operasi sebelum perubahan modal kerja xxxx Kenaikan piutang dagang dan piutang lain (xxxx)

Penurunan persediaan xxxx

Penurunan utang dagang (xxxx)

Kas yang dihasilkan dari operasi xxxx

Pembayaran bunga (xxxx)

Pembayaran pajak penghasilan (xxxx)

Arus kas bersih sebelum pos luar biasa xxxx Hasil dari penyelesaian asuransi gempa bumi xxxx

Arus kas bersih dari aktuvitas operasi xxxx Arus Kas dari aktivitas Investasi

Perolehan perusahaan anak (xxxx)

Pembelian tanah, bangunan, dan peralatan (xxxx) Hasil dari penjualan peralatan xxxx

Penerimaan bunga xxxx

Penerimaan deviden xxxx


(33)

Arus kas dari aktivitas Pendanaan

Hasil dari penerbitan modal saham xxxx

Hasil pinjaman jangka panjang xxxx

Pembayaran utang sewa guna usaha keuangan (xxxx)

Pembayaran deviden (xxxx)

Arus kas bersih yang digunakan untuk aktivitas pendanaan (xxxx)

Kenaikan bersih kas dan setara kas xxxx

Kas dan setara kas awal periode xxxx


(34)

E. Konsep Analisis Laporan Keuangan 1. Pengertian Analisis Laporan Keuangan

Analisis laporan keuangan terdiri dari dua kata, analisis dan laporan keuangan. Untuk menjelaskan pengertian kata ini maka dapat dilihat dari arti masing-masing kata. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Analisis adalah penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri, serta hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan.

Sedangkan laporan keuangan menurut IAI (2007 : 1), “Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap meliputi neraca, laporan rugi laba, laporan perubahan posisi keuangan, Catatan dan Laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan”.

Menurut Sofyan Syafri Harahap (2006 : 190), ada beberapa pengertian dari analisis laporan keuangan yang dijelaskan oleh para ahli antara lain :

a. Berstein menjelaskan bahwa pengertian dari analisis laporan keuangan adalah : “Analisis laporan keuangan mencakup penerapan metode dan teknik analitis atas laporan keuangan dan data lainnya untuk melihat dari laporan keuangan itu ukuran-ukuran dan hubungan tertentu yang sangat berguna dalam proses pengambilan keputusan”.

“Laporan keuangan ini merupakan kebalikan dari kegiatan pembukuan. Kalau proses pembukuan dimulai dari transaksi, dicatat kebuku, diproses dan akhirnya menjadi laporan keuangan, maka dalam analisis laporan keuangan kegiatan dimulai dari laporan keuangan, ditelusuri kebuku, sampai ketransaksi perusahaan”.


(35)

b. Foster mengemukakan pengertian analisis laporan keuangan sebagai berikut :

“Mempelajari hubungan-hubungan didalam surat set laporan keuangan pada suatu saat tertentu dan kecenderungan-kecenderungan dari hubungan ini sepanjang waktu”.

c. Helfert dalam kata pendahuluannya, walaupun tidak merupakan defenisi eksplisit tetapi terkandung makna bahwa Analisa Laporan Keuangan adalah :

“Merupakan alat yang digunakan dalam memahami masalah dan peluang yang terdapat dalam laporan keuangan.”

Ia juga menekankan bahwa :

“Analisis Laporan Keuangan adalah pada arus dana dalam suatu sistem bisnis. Dari gambaran arus dana ini dapat dilihat prestasi perusahaan, proyeksi, optimalisasi modal, dan sumber dana perusahaan”.

Dan dari berbagai pengertian diatas, penulis menyimpulkan bahwa pengertian dari analisis laporan keuangan adalah suatu alat yang dapat digunakan untuk memahami hubungan-hubungan yang terdapat dalam laporan keuangan pada suatu saat tertentu dan kecenderungan-kecenderungannya.

2. Tujuan Analisis Laporan Keuangan

Pembahasan tentang tujuan analisis laporan keuangan perusahaan akan lebih baik apabila dimulai dengan mempertemukan antara kepentingan para pemakai laporan keuangan perusahaan, khususnya dalam rangka pengambilan keputusan ekonomi, dengan karakteristik laporan keuangan itu sendiri. Disini akan tampak adanya kesenjangan antara informasi yang disajikan oleh laporan keuangan dan informasi yang dibutuhkan oleh pemakai laporan keuangan.

Pada satu sisi laporan keuangan menyajikan informasi mengenai apa yang telah terjadi sementara pada sisi yang lain para pemakai laporan keuangan membutuhkan informasi mengenai apa yang mungkin terjadi dimasa yang akan datang. Kesenjangan kebutuhan informasi ini pada akhirnya menuntut suatu


(36)

pemecahan. Meskipun bukan merupakan satu-satunya sumber informasi, laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang cukup penting untuk pengambilan keputusan ekonomi. Untuk memecahkan kesenjangan kebutuhan informasi inilah diperlukan suatu analisis terhadap laporan keuangan yaitu mengevaluasi kinerja keuangan perusahaan.

Analisis laporan keuangan mencakup pengaplikasian berbagai alat dan teknik analisis laporan keuangan dan data keuangan dalam rangka untuk memperoleh ukuran-ukuran dan hubungan-hubungan yang berarti dan berguna dalam pengambilan keputusan. Dengan demikian fungsi yang pertama dan utama dari analisis laporan keuangan adalah untuk mengkonversikan data menjadi informasi.

Dari sudut lain tujuan analisis laporan keuangan menurut Berstein dalam Prastowo (2002 : 197) adalah sebagai berikut :

a. Screnning

Analisis ini dilakukan dengan melihat secara analitis laporan keuangan dengan tujuan untuk memilih kemungkinan investasi atau merger.

b. Forecasting

Analisis ini digunakan untuk meramalkan kondisi keuangan suatu perusahaan dimasa yang akan datang.

c. Diagnosis

Analisis dimaksudkan untuk melihat kemungkinan adanya masalah-masalah yang terjadi baik dalam manajemen, operasi, keuangan atau masalah lain.

d. Evaluation

Analisis dilakukan untuk menilai prestasi manajemen, operasional, dan efesiensi.

Dari semua tujuan tersebut, yang paling penting dari analsis laporan keuangan adalah untuk mengurangi ketergantungan para pengambil keputusan pada dugaan murni, tekanan intuisi, mengurangi dan mempersempit lingkup


(37)

ketidakpastian yang tidak bisa dielakkan pada setiap pengambilan keuputusan. Analisis laporan keuangan tidaklah berarti mengurangi kebutuhan akan penggunaan berbagai pertimbangan, melainkan memberikan dasar yang layak dan sistematis dalam menggunakan pertimbangan-pertimbangan tersebut.

3. Objek Analisis Laporan Keuangan

Objek dari analisis laporan keuangan menurut Sofyan Syafri Harahap (2006 : 198) adalah Laporan Keuangan itu sendiri sehingga objeknya terdiri dari :

a. Analisis Laba Rugi b. Analisis Neraca c. Analisis Arus Kas

Ketiga objek analisis laporan keuangan di atas dapat lebih dijelaskan menjadi sebagai berikut :

a. Analisis Laba Rugi

Analisis laba rugi merupakan media untuk mengetahui keberhasilan operasional perusahaan, keadaan usaha nasabah, kemampuannya memperoleh laba, efektivitas operasinya. Disini yang menjadi sorotan adalah :

1. Tren Penjualan

2. Harga Pokok Produksi 3. Biaya Overhead

4. Margin yang diperoleh

Poin-poin tersebut dapat dibandingkan dengan rata-rata prestasi perusahaan sejenis atau perusahaan tertentu yang dianggap sebagai saingan atau berrprestasi baik.

b. Analisis Neraca

Analisis neraca merupakan refleksi dari hasil yang diperoleh perusahaan selama periode tertentu dan modal yang digunakan untuk melaksanakan dan mencapainya. Disini disorot mutu dan kecukupan aktiva, modal serta hubungan krtiganya, apakah ada

“overstead”. Dalam analisis kerangka neraca dapat juga dirinci dalam analisis modal kerja. Begitu pula dengan analisis struktur utang dapat juga dilihat dari laporan neraca.

c. Analisis Arus Kas

Analisis arus kas menunjukkan pergerakan arus kas, dari mana sumber kas diperoleh dan kemana dialirkan. Biasanya dalam laporan arus kas, sumber dan penggunaan kas diperoleh dari tiga sumber yaitu : Operasional, Pembiayaan, dan investasi.


(38)

Sementara hubungan antara ketiga laporan ini akan dapat melahirkan informasi yang banyak, misalnya dengan menghubungkan laba rugi dengan neraca akan diketahui efektivitas sumber kekayaan yang digunakan untuk menghasilkan laba, sumber mana yang efektif dan memberikan sumbangan terhadap perusahaan.

4. Prosedur Analisis Laporan Keuangan

Berbagai langkah harus ditempuh dalam menganalisis laporan keuangan. Adapun langkah-langkah yang harus ditempuh menurut Prastowo (2002 : 41) adalah :

1. Memahami latar belakang data keuangan perusahaan.

Pemahaman latar belakang data keuangan perusahaan yang dianalisis mencakup pemahaman tentang bidang usaha perusahaan dan kebijakan akuntansi yang dianut dan diterapkan oleh perusahaan. Memahami latar belakang data keuangan perusahaan yang akan dianalisis nerupakan langkah yang perlu dilakukan sebelum menganalsis laporan keuangan perusahaan.

2. Memahami kondisi-kondisi yang berpengaruh pada perusahaan. Selain latar belakang data keuangan, kondisi-kondisi yang mempunyai pangeruh terhadap perusahaan perlu juga untuk dipahami. Kondisi-kondisi yang perlu dipahami mencakup informasi mengenai trend (kecenderungan) industri dimana perusahaan beroperasi, perubahan teknologi, perubahan selera konsumen, perubahan faktor-faktor ekonomi seperti perubahan pendapatan perkapita, tingkat bunga, tingkat inflasi dan pajak, dan perubahan yang terjadi didalam perusahaan itu sendiri, seperti perubahan posisi manajemen kunci.

3. Mempelajari dan mereview laporan keuangan.

Kedua langkah pertama akan memberikan gambaran mengenai karakteristik (profil) perusahaan. Sebelum berbagai teknik analisis diaplikasikan, perlu dilakukan review terhadap laporan keuangan secara menyeluruh. Tujuan langkah ini adalah untuk memastikan bahwa laporan keuangan telah cukup jelas menggambarkan data keuangan yang relevan dan sesuai dengan standar akuntansi keuangan.

4. Menganalisis laporan keuangan.

Setelah memahami profil perusahaan dan mereview laporan keuangan, maka dengan menggunakan berbagai metode dan teknik


(39)

analisis yang ada dapat menganalsis laporan keuangan dan menginterprestasikan hasil analisis tersebut (bila perlu disertai dengan rekomendasi).

5. Metode Analisis Laporan Keuangan

Menurut Prastowo (2002 : 54), secara umum metode analisis laporan keuangan dapat diklasifikasikan menjadi dua klasifikasi, yaitu :

1. Metode analisis horizontal (dinamis).

Metode analisis horizontal (dinamis) adalah metode analisis yang dilakukan dengan cara membandingkan laporan keuangan untuk beberapa periode, sehingga dapat diketahui perkembangan dan kecenderungannya. Disebut metode analisis dinamis karena metode ini bergerak dari tahun ke tahun (periode). Teknik-teknik analisis yang termasuk pada klasifikasi metode ini adalah teknik analisis perbandingan, analisis tren (index), analisis sumber dan penggunaan dana, analisis perubahan laba kotor.

2. Metode analisis vertikal (statis).

Metode analisis vertikal (statis) adalah metode analisis yang dilakukan dengan cara menganalisis laporan keuangan pada tahun (periode) tertentu, yaitu dengan membandingkan antara pos yang satu dengan pos lainnya pada laporan keuangan yang sama pada tahun (periode) yang sama. Oleh karena membandingkan antara pos yang satu dengan lainnya pada laporan keuangan yang sama, maka disebut metode vertikal. Disebut metode statis kerana metode ini hanya membandingkan pos-pos laporan keuangan pada tahun (periode) yang sama. Teknik-teknik analisis yang termasuk pada klasifikasi metode ini adalah teknik analisis persentase per komponen (common size), analisis rasio, dan analisis impas.

6. Kelemahan Analisis Laporan Keuangan

Dikemukakan oleh Sofyan Syafri Harahap (2006 : 203), kelemahan analisis laporan keuangan antara lain :

1. Analisis laporan keuangan didasarkan pada laporan keuangan, oleh karenanya harus selalu diingat kelemahan dari laporan keuangan agar kesimpulan dari analisis tidak salah.

2. Objek analisis laporan keuangan hanya laporan keuangan. Untuk meilai suatu laporan keuangan tidak cukup hanya dari angka-angka laporan keuangan, tetapi juga harus melihat aspek lainnya seperti tujuan perusahaan, situasi eknomi, situasi industri, gaya manajemen, budaya perusahaan, dan budaya masyarakat.


(40)

3. Objek analisis adalah data historis yang menggambarkan masa lalu dan kondisi ini dapat berbeda dengan kondisi masa depan.

4. Jika kita melakukan perbandingan dengan perusahaan lain, maka perlu dilihat beberapa perbedaan prnsip yang bisa menjadi penyebab perbedaan angka, misalnya :

a. Prinsip Akuntansi

b. Size atau Ukuran Perusahaan c. Jenis Industri

d. Periode Laporan

e. Laporan individual atau Laporan Konsolidasi

f. Motif perusahaan apakah profit motive atau non profit motive

5. Laporan keuangan hasil konsolidasi atau hasil konversi mata uang asing perlu mendapat perhatian tersendiri karena perbedaan bisa saja timbul karena masalah kurs konversi atau metode konsolidasi F. Analisis Informasi Arus Kas Dalam Menilai Kinerja Keuangan

Salah satu analisis kinerja keuangan dengan menggunakan informasi laporan arus kas adalah analisis rasio laporan arus kas. Analisis laporan arus kas ini menggunakan komponen dalam laporan arus kas dan komponen neraca dan laporan laba rugi sebagai informasi dalam analisis rasio.

1. Analisis Rasio Arus Kas

Menurut Darsono dan Ashari (2005 : 91), alat analisis rasio laporan arus kas yang diperlukan untuk menilai likuiditas dan fleksibilitas kinerja keuangan perusahaan antara lain :

a. Rasio Likuiditas Arus Kas

1) Rasio Arus Kas Operasi (AKO).

Rasio arus kas operasi menghitung kemampuan arus kas operasi dalam membayar kewajiban lancar. Rasio ini diperoleh dengan membagi arus kas operasi dengan kewajiban lancar.

Jumlah Arus Kas Operasi AKO =

Kewajiban lancar

2) Rasio Cakupan Kas Terhadap Bunga (CKB).

Rasio ini digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar bunga atas hutang yang telah ada. Rasio ini


(41)

diperoleh dengan arus kas dari operasi tambah pembayaran bunga, dan pembayaran pajak dibagi pembayaran bunga

Arus Kas Operasi + Bunga + Pajak CKB =

Bunga

3) Rasio Cakupan Kas Terhadap Hutang Lancar (CKHL).

Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar hutang lancar berdasarkan arus kas operasi bersih. Rasio ini diperoleh dengan arus kas operasi ditambah deviden kas dibagi dengan hutang lancar.

Arus Kas Operasi + Deviden Kas

CKHL =

Hutang Lancar 4) Rasio Pengeluaran Modal (PM).

Rasio ini digunakan untuk mengukur modal tersedia untuk investasi dan pembayaran hutang yang ada. Rasio ini diperoleh dengan arus kas dari operasi dibagi dengan pengeluaran modal.

Arus Kas Operasi PM =

Pengeluaran Modal 5) Rasio Total Hutang (TH).

Rasio ini menunjukkan jangka waktu pembayaran hutang oleh perusahaan dengan asumsi semua arus kas operasi digunakan untuk membayar hutang. Rasio ini diperoleh dari arus kas operasi dibagi dengan total hutang. Dengan mengetahui rasio ini, kita bisa menganalisis dalam jangka waktu berapa lama perusahaan akan mampu membayar hutang dengan menggunakan arus kas yang dihasilkan dari aktivitas operasional perusahaan.

Arus Kas Operasi Total Hutang =

Total Hutang 6) Rasio Cakupan Arus Dana (CAD).

Rasio ini digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas guna membayar komitmen-komitmennya (bunga, pajak, dan deviden preferen). Rasio ini diperoleh dengan laba sebelum pajak dan bunga (EBIT) dibagi bunga, penyesuaian pajak, dan deviden preferen.


(42)

EBIT CAD =

Bunga + Penyesuaian pajak + Deviden Preferen b. Rasio Fleksibilitas Arus Kas

1) Rasio Arus Kas bersih Bebas (AKBB)

Rasio ini diperoleh dari (laba bersih + beban bunga diakui dan dikapitalisasi + depresiasi dan amortisasi + biaya sewa dan leasing operasi – deviden yang diumumkan – pengeluaran modal) dibagi (biaya bunga dikapitalisasi dan diakui + biaya sewa dan leasing operasi + proporsi hutang jangka panjang + proporsi sekarang dari kewajiban leasing yang dikapitalisasi). Rasio ini berguna untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban kas dimasa mendatang.

Lababersih+Bunga+Depresiasi+Sewa+Leasing+Deviden-Peng.Modal AKBB =

Biaya bunga + Sewa + Hutang Jangka Panjang + Kewajiban Leasing

2) Rasio Kecukupan Arus Kas (KAK)

Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam menyediakan kas untuk memenuhi kewajibannya dalam jangka 5 tahun mendatang. Rasio ini diperoleh dengan (laba sebelum pajak dan pembayaran bunga - pembayaran pajak – pengeluaran modal) dibagi rata-rata hutang yang jatuh tempo setiap tahun selama lima tahun).

EBIT – Bunga – Pajak – Pengeluaran Modal KAK =

Rata-rata hutang lancar selama 5 tahun

2. Aplikasi Analisis Analisis Rasio Arus Kas

Untuk melihat aplikasi analisis terhadap laporan arus kas dalam bentuk rasio pada perusahaan, penulis akan menerapkan aplikasi analisis tersebut pada laporan arus kas PT. Makmur Sentosa dan juga disajikan neraca dan laporan laba ruginya.


(43)

Ilustrasi Neraca PT. Makmur Sentosa :

PT. Makmur Sentosa Neraca

Untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2002 dan 31 Desember 20003 (dalam ribuan rupiah)

2003 2002

Aktiva

Aktiva Lancar Kas dan setara kas Investasi jangka panjang Wesel tagih

Piutang usaha

(setelah dikurangi penyisihan piutang ragu- ragu sebesar Rp.1.611.250.000 pada tahun 2003 Rp.1.511.250.000 pada tahun 2002) Piutang lainnya

Persediaan barang Pajak dibayar dimuka Biaya dibayar dimuka Jumlah Aktiva Lancar Aktiva Tidak Lancar Piutang hubungan istimewa Investasi pada perusahaan asosiasi Aktiva tetap

(Setelah dikurangi akumulasi penyusutan sebesar Rp. 35.375.000.000 pada tahun 2003 dan

Rp.29.100.000.000 pada tahun 2002) Aktiva lainnya

Jumlah Aktiva Tidak Lancar Jumlah Aktiva

Kewajiban dan Ekuitas Kewajiban Lancar Pinjaman jangka pendek Utang usaha

Biaya masih harus dibayar Pendapatan diterima dimuka

Bagian kewajiban jangka panjang yang akan jatuh tempo dalam waktu satu tahun

4.410.500 3.000.000 650.000 12.460.750 278.000 58.801.600 5.236.500 195.500 85.033.850 425.000 1.250.000 35.925.000 800.000 38.400.000 123.433.850 4.210.000 2.750.000 600.000 10.560.000 306.000 52.211.000 1.585.000 131.000 72.353.000 421.000 750.000 36.650.000 723.000 38.544.000 110.897.000 1.675.000 4.430.000 350.000 1.168.900 4.000.000 3.500.000 9.630.000 320.000 2.150.000 4.000.000


(44)

Kewajiban lancar lainnya Jumlah Kewajiban Lancar Kewajiban Tidak Lancar Hutang pajak

Pinjaman jangka panjang Utang sewa guna usaha

Jumlah Kewajiban Tidak Lancar Jumlah Kewajiban

Ekuitas

Modal saham Rp.1.000 Modal dasar 100.000 saham

Modal ditempatkan dan disetor penuh 70.000 saham pada tahun 2003 dan 60.000 pada tahun 2002

Tambahan modal disetor

Selisih penilaian kembali aktiva tetap Saldo laba

Jumlah Ekuitas

Jumlah Kewajiban dan Ekuitas

899.700 12.523.600 662.250 15.000.000 350.000 16.012.250 28.535.850 70.000.000 2.700.000 450.000 21.748.000 94.898.000 123.433.850 505.900 20.662.600 1.212.600 19.000.000 450.000 20.662.600 40.768.500 60.000.000 2.200.000 - 7.928.500 70.128.500 110.897.000


(45)

Ilustrasi Laporan Laba Rugi PT. Makmur Sentosa : PT. Makmur Sentosa

Laporan Laba Rugi

Untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2002 dan 31 Desember 20003 (dalam ribuan rupiah)

2003 2002

Pendapatan Usaha Pendapatan garmen

Pendapatan tekstil

Jumlah pendapatan usaha Biaya Pokok Penjualan

Biaya pokok penjualan garmen Biaya pokok penjualan tekstil Jumlah Biaya Pokok Penjualan Laba Kotor

Biaya Usaha Biaya pemasaran

Biaya umum dan administrasi Jumlah biaya usaha

Laba Usaha

Penghasilan (Biaya) lain-lain Penghasilan lain-lain

Biaya lain-lain

Jumlah Penghasilan (Biaya) lain-lain Laba Sebelum Pajak Penghasilan Taksiran Laba Penghasilan Laba Dari Aktivitas Normal Pos Luar Biasa

Laba Bersih Jumlah Saham Laba Per Saham

195.244.700 140.454.500 335.699.200 136.001.500 107.767.500 243.769.000 91.930.200 1.540.000 71.860.000 73.400.000 18.530.200 1.407.200 (530.600) 876.600 19.406.800 5.822.000 13.584.800 234.700 13.819.500 70.000 197 167.671.100 115.095.100 282.766.200 116.512.700 99.780.000 216.292.700 66.473.500 1.460.000 57.099.000 58.559.000 7.914.500 1.417.500 (257.000) 1.160.500 9.075.000 2.722.500 6.352.500 (124.000) 6.228.500 60.000 104


(46)

Ilustrasi Laporan Arus Kas PT. Makmur Sentosa : PT. Makmur Sentosa

Laporan Arus Kas

Untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2002 dan 31 Desember 20003 (dalam ribuan rupiah)

2003 2002

Arus Kas Dari Aktivitas Operasi Penerimaan kas dari pelanggan Pembayaran kepada :

Pemasok

Direksi dan karyawan

Kas yang dihasilkan dari operasi Penghasilan bunga dan jasa giro Pembayaran bunga

Pembayaran pajak penghasilan Penambahan investasi jangka pendek Kas Bersih dari (untuk) Aktivitas Operasi Arus Kas Dari Aktivitas Investasi

Hasil penjualan dari : Aktiva tetap

Penambahan untuk : Aktiva tetap

Investasi jangka panjang

Penurunan (kenaikan) aktiva lain-lain Kas Bersih dari (untuk) Aktivitas Investasi Arus Kas Dari Aktivitas Pendanaan

Kenaikan (penurunan) pinjaman jangka pendek Penerimaan dari tambahan penerbitan saham bersih Penambahan (pembayaran) utang jangka panjang : Bank

Sewa guna usaha

Pembayaran deviden tunai

Penurunan (kenaikan) piutang hubungan istimewa Kas Bersih dari (untuk) Aktivitas Pendanaan Kenaikan (penurunan) Kas dan Setara Kas Saldo Kas dan Setara Kas Awal Tahun Saldo Kas dan Setara Kas Akhir Tahun 333.798.545 (196.103.470) (131.330.575) 6.364.500 1.325.900 (523.000) (5.236.500) (250.000) 1.680.900 225.600 (5.700.000) (500.000) (77.000) (6.051.400) (1.825.000) 10.500.000 (4.000.000) (100.000) - (4.000) 4.571.000 200.500 4.210.000 4.410.500 279.326.288 (155.440.888) (113.476.400) 10.409.000 1.345.000 (234.000) (1.510.000) - 10.010.000 - (5.600.000) (200.000) - (5.800.000) 2.000.000 - (4.000.000) (100.000) (1.400.000) - (3.500.000) 710.000 3.500.000 4.210.000


(47)

a. Rasio Likuiditas Arus Kas

1) Rasio Arus Kas Operasi (AKO)

Rasio ini digunakan untuk menghitung kecukupan arus kas operasi dalam membayar kewajiban jangka pendek. Perhitungannya adalah sebagai berikut :

Jumlah Arus Kas Operasi AKO =

Kewajiban Lancar

10.010.000.000

AKO 2002 =

20.105.968.400

= 0,498

1.680.900.000 AKO 2003 =

12.523.654.400

= 0,134

Dari hasil hasil tersebut terlihat bahwa rasio arus kas operasi untuk tahun 2002 adalah sebesar 0,948 yang berarti untuk setiap seratus rupiah kewajiban lancar dijamin dengan 49,8 rupiah arus kas operasi. Sedangkan untuk tahun 2003, rasio arus kas operasi adalah 0,134 yang berarti untuk setiap seratus rupiah kewajiban lancar dijamin dengan 13,4 rupiah kas dari operasi peusahaan. Rasio tersebut menunjukkan bahwa rasio arus kas operasi berada di bawah satu yang berarti terdapat kemungkinan perusahaan tidak mampu membayar kewajiban lancar, tanpa menggunakan arus kas dari aktivitas lain. Dalam perusahaan, aktivitas normal adalah aktivitas utama yang merupakan kegiatan terus menerus. Ketidakcukupan menghasilkan arus kas dari aktivitas utama untuk membayar kewajiban dari aktivitas normal bisa mengakibatkan kebangkrutan perusahaan


(48)

karena masalah terbesar dalam kebangkrutan biasanya akibat ketidakmampuan dalam membayar kewajiban jangka pendek.

2) Rasio Cakupan Kas Terhadap Bunga (CKB)

Rasio ini diperoleh dengan arus kas dari operasi ditambah pembayaran bunga dan pembayaran pajak kemudian dibagi dengan pembayaran bunga. Perhitungannya adalah sebagai berikut :

Arus Kas Operasi + Bunga + Pajak

CKB =

Bunga

10.010.000.000 + 234.000.000 + 1.510.000.000 CKB 2002 =

234.000.000

= 50,23

1.680.900.000 + 523.000.000 + 5.236.500.000 CKB 2003 =

523.000.000

= 14,23

Dari hasil perhitungan terlihat bahwa rasio cakupan bunga untuk tahun 2003 adalah sebesar 14,23 yang berarti bahwa kemampuan arus kas operasi dalam menutup biaya bunga adalah 14 kali sedangkan pada tahun 2002 sebesar 50,23 kali. Rasio yang besar menunjukkan bahwa arus kas operasi mempunyai kemampuan yang lebih baik dalam menutup biaya bunga.

3) Rasio Cakupan Kas Terhadap Hutang Lancar (CKHL)

Rasio diperoleh dengan arus kas operasi ditambah deviden kas dibagi dengan hutang lancar. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut :


(49)

Arus Kas Operasi + Deviden Kas CKHL =

Hutang Lancar 10.010.000.000 CKHL 2002 =

20.105.968.400

= 0,498

1.680.900.000 CKHL 2003 =

12.523.654.400

= 0,134

Dari hasil perhitungan terlihat bahwa nilai cakupan arus kas terhadap hutang lancar adalah sebesar 0,134 untuk tahun 2003 yang berarti kemampuan arus kas operasi untuk membayar hutang lancar sebesar 0,134 kali, sedangkan untuk tahun 2002 sebesar 0,498. Rasio yang rendah menunjukkan kemampuan yang rendah dari arus kas operasi dalam menutup kewajiban lancar.

4) Rasio Pengeluaran Modal (PM)

Rasio ini diperoleh dengan arus kas dari operasi dibagi dengan pengeluaran modal. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut :

Arus Kas Operasi

PM =

Pengeluaran Modal

10.010.000.000

PM 2002 =

5.600.000.000

= 1,787

1.680.900.000


(50)

5.700.000.000

= 0,295

Dari hasil perhitungan terlihat bahwa rasio pengeluaran modal untuk tahun 2003 adalah 0,295 yang berarti kemampuan arus kas operasi dalam membiayai pengeluaran modal sebesar 0,295 kali sedangkan untuk tahun 2002 sebesar 1,787 kali. Rasio yang rendah menunjukkan kemampuan yang rendah sedangkan rasio yang tinggi menunjukkan kemampuan yang tinggi dari arus kas operasi dalam membiayai pengeluaran modal. Jika kita bandingkan antara tahun 2003 dan tahun 2002 terlihat bahwa terjadi penurunan dalam rasio pengeluaran modal.

5) Rasio Total Hutang (TH)

Rasio ini diperoleh dari arus kas operasi dibagi dengan total hutang. Dengan mengetahui rasio ini, kita bisa menganalisis dalam jangka waktu berapa lama perusahaan akan mampu membayar hutang dengan menggunakan arus kas dari aktivitas normal perusahaan. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut :

Arus Kas Operasi Total Hutang =

Total Hutang

10.010.000.000

TH 2002 =

40.769.477.880

= 2,2455

1.680.900.000 TH 2003 =

28.535.700.400


(51)

Dari hasil perhitungan terlihat bahwa rasio total hutang untuk tahun 2003 adalah sebesar 0,0589 atau sebesar 5,89% yang berarti total hutang perusahaan yang dijamin dengan arus kas operasi bersih adalah sebesar 5,89% sedangkan untuk tahun 2002 adalah 24,55%. Rasio yang cukup rendah pada tahun 2002 menunjukkan bahwa perusahaan mempunyai kemampuan yang kurang baik dalam membayar semua kewajibannya dari arus kas yang berasal dari aktivitas normal perusahaan.

6) Rasio Cakupan Arus Dana (CAD)

Rasio ini digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas guna membayar komitmen-komitmennya (bunga, pajak, dan deviden preferen). Rasio ini dirumuskan sebagai berikut :

EBIT

CAD =

Bunga + Penyesuaian pajak + Deviden Preferen 19.406.820.000

CAD 2002 =

530.000.000 + 662.046.000

= 16,28

9.075.031.600 CAD 2003 =

234.000.000 + 1.212.509.480

= 6,27

Dari perhitungan tersebut terlihat bahwa rasio cakupan arus dana untuk tahun 2003 adalah 16,28 sedangkan untuk tahun 2002 adalah sebesar 6,27. Nilai rasio sebesar 16,28 berarti bahwa kemampuan laba dalam menutup


(52)

komitmen-komitmen yang akan jatuh tempo adalah 16 kali sedangkan untuk tahun 2002 sebesar 6 kali. Rasio yang besar menunjukkan bahwa kemampuan yang lebih baik dari laba sebelum pajak dalam menutup komitmen yang jatuh tempo dalam satu tahun. Dari dua perbandingan terlihat bahwa terjadi perbaikan dengan rasio cakupan dana.

b. Rasio Fleksibilitas Arus Kas

1) Rasio Arus Kas Bersih Bebas (AKBB)

Rasio ini diperoleh dari (laba bersih + beban bunga diakui dan dikapitalisasi + depresiasi dan amortisasi + biaya sewa dan leasing operasi + deviden yang diumumkan + pengeluaran modal) dibagi (biaya bunga dikapitalisasi dan diakui + biaya sewa dan leasing operasi + proporsi hutang jangka panjang + proporsi sekarang dari kewajiban leasing yang dikapitalisasi). Perhitungannya adalah sebagai berikut :

Laba bersih+Bunga+Depresiasi+Sewa+Leasing+Deviden-Peng.Modal AKBB =

Biaya bunga + Sewa + Hutang Jangka Panjang + Kewajiban Leasing 6.228.522.120+234.000.000+1.450.000.000+950.000.000-5.600.000.000

AKBB 2002 =

234.000.000+1.450.000.000+19.000.000.000+450.000 = 0,684

13.819.664.000+523.000.000+2.250.000.000+1.000.000.000-5.700.000.000 AKBB 2003 =

523.000.000+1.000.000.000+15.000.000.000+350.000.000

= 0,705

Dari hasil peritungan terlihat bahwa nilai rasio arus kas bersih bebas tahun 2003 adalah sebesar 0,705 yang berarti dari semua jumlah arus kas yang dimiliki oleh perusahaan sebanyak 29,5% adalah arus yang bebas digunakan untuk investasi


(53)

sedangkan yang 70,5% digunakan untuk membayar semua kewajiban yang akan jatuh tempo. Sedangkan pada tahun 2002, arus kas bebas yang dimilki adalah 31,6% dengan arus kas yang digunakan untuk membayar kewajiban adalah 68,4%.

2) Rasio Kecukupan Kas Arus Kas (KAK)

Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam menyediakan kas untuk memenuhi kewajibannya dalam jangka 5 tahun mendatang. Rasio ini diperoleh dengan (laba sebelum pajak dan pembayaran bunga - pembayaran pajak – pengeluaran modal) dibagi rata-rata hutang yang jatuh tempo setiap tahun selama lima tahun).

EBIT – Bunga – Pajak – Pengeluaran Modal KAK =


(54)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Yang menjadi objek penelitian adalah PT. Perkebunan Nusantara III Medan yang beralamat di jalan Sei Batang Hari No. 2 Medan. Sedangkan waktu penelitian dimulai bulan Januari sampai dengan bulan Mei tahun 2008.

B. Jenis Data

Jenis data yang dikumpulkan oleh penulis selama melakukan penelitian dibagi atas dua yaitu :

a. Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh dari objek penelitian dan masih perlu diolah agar dapat dipergunakan dalam penelitian, data primer yang dipakai penulis adalah hasil wawancara atau keterangan – keterangan yang dikumpulkan dari pegawai perusahaan.

b. Data Sekunder

Data sekunder yaitu jenis data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah diolah dalam dokumen resmi perusahaan seperti sejarah berdirinya perusahaan, struktur organisasi perusahaan, dan laporan keuangan perusahaan.


(55)

C. Prosedur Pengumpulan Data

Penulis mengumpulkan data dengan menggunakan : a. Teknik Dokumetasi

Dalam hal ini penulis mengumpulkan data yang berkaitan dalam penyusunan skripsi ini secara langsung dari perusahaan dan internet.

b. Wawancara

Dalam hal ini penulis melakukan tanya jawab dan diskusi dengan bagian keuangan dan bagian akuntasi perusahaan.

D. Analisis Data

Dalam menganalisis data, penulis menggunakan metode deskriptif yaitu dengan mengumpulkan data, disusun, diinterprestasikan, dan dianalisis sehingga memberikan kesimpulan yang jelas dan objektif terhadap masalah yang ada.


(56)

BAB IV

ANALISIS HASIL PENELITIAN

A. Data Penelitian

1. Gambaran umum PTPN III Medan a. Sejarah Singkat Perusahaan

Sejak berlakunya Undang-Undang No.86 tahun 1958, maka dilaksanakan nasionalisasi perusahaan perkebunan milik Belanda yang mengakibatkan lahirnya Perusahaan Perkebunan Milik Negara Baru (PPN – Baru). Karena pertumbuhan dan perkembangan organisasi, perkebunan ini meminta perhatian yang lebih khusus, maka perusahaan Perkebunan Negara Baru yang ada di Sumatera Utara diubah menjadi Perusahaan Perkebunan Negara Sumut (PPN – Sumut).

Pada tahun 1963, PPN – Sumut diatur dan dikelola menurut jenis dan budidaya tanaman yang ada, sehingga melahirkan Perusahaan Perkebunan Karet (PPN – Karet), Perusahaan Perkebunan Sawit (PPN – Sawit), dan Perusahaan Perkebunan Negara Aneka Tanaman (PPN – Antara). Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.14 tahun 1968, diadakan reorganisasi perusahaan perkebunan seluruh Indonesia dari 88 menjadi 28 dengan nama baru yaitu : Perusahaan Negara Perkebunan (PNP). Perusahaan Negara Gabungan III (PNP – III) adalah gabungan dari perusahaan Perkebunan Negara Karet VII, Karet VII, Karet VIII, mantan kebun-kebun Bandar Rubber MY, Rubber Culture MY, Amsterdam Culture MY, Serba Jadi Culture MY, Keraloe, Kota Pinang Culture MY, Verenidge Deli MY dan Goodyear Sumatera Plantation Ltd. Kemudian pada


(57)

tahun 1974, dalam melaksanakan ketentuan Undang-Undang No.9 tahun 1969 tentang perusahaan perkebunan (Persero) dan Peraturan Pemerintah No.9 tahun 1971 tentang peralihan bentuk PNP – III menjadi perusahaan persero dengan nama Perseroan Terbatas Perkebunan III (PTP – III), dimana seluruh saham dimiliki oleh pemerintah, yaitu Departemen Pertanian dan Departemen Keuangan. Sesuai akte pendiriannya, tujuan didirikannya PTP - III adalah turut melaksanakan dan menunjang kebijakan serta program pemerintah dibidang ekonomi dan pembangunan, khususnya dibidang pertanian.

Kemudian terhitung sejak tanggal 14 Februari 1996, PTP – III berganti nama menjadi PT. Perkebunan Nusantara III yang didirikan dengan akte Notaris Harun Kamil, SH., No. 62 – 8331. HT. 01 tahun 1996, tanggal 8 Agustus 1996, serta telah diumumkan dalam berita negara RI No.81 tanggal 8 Oktober 1996, tambahan No.8674/1996. Perseroan merupakan suatu badan usaha hasil rekonstruksi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sektor pertanian subsektor pertanian gabungan PTP III, PTP IV, PTP V yang masing-masing didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah No.26 tahun 1971 dan No.27 tahun 1971 dalam suatu perusahaan perseroan yang sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.8 tahun 1996 tanggal 14 Februari 1996.

(Lokasi kebun dan komoditi yang dihasilkan PT. Perkebunan Nusantara III Medan dapat dilihat pada lampiran 1).

b. Struktur Organisasi Perusahaan

Berdasarkan Surat Keputusan Direksi PT. Perkebunan Nusantara III Medan No.03 7/KTP S/SR/3/1984, dalam pelaksanaan pencapaian tujuan, ditetapkan


(58)

suatu organisasi yang menyangkut fungsi, tugas, wewenang, dan tanggung jawab dari masing-masing pengelola.

Struktur organisasi PT. Perkebunan Nusantara III Medan adalah struktur organisasi garis dan satff. (Struktur organisasi PT. Perkebunan Nusantara III Medan dapat dilihat pada lampiran 2).

Berikut ini akan dijelaskan tugas pokok, wewenang, dan tanggung jawab masing-masing fungsi dari struktur organisasi PT. Perkebunan Nusantara III Medan :

1) Direktur Utama

Wewenangnya antara lain :

a) Melaksanakan kebijakan perusahaan sesuai yang diatur dalam anggaran dasar perusahaan dan ketentuan-ketentuan yang digariskan oleh RUPS dan Dewan Komisaris.

b) Menetapkan langkah-langkah pokok dan sasaran perseroan dalam melaksanakan kebijakan perusahaan dibidang produksi, teknik pengolahan, sumber daya manusia, keuangan, pemasaran, dan pengembangannya baik jangka pendek maupun jangka panjang.

c) Mengkoordinasikan tugas para anggota direksi dan mengawasi pengolahan perusahaan secara umum.


(59)

Tanggung Jawabnya antara lain :

a) Bertanggung jawab kepada Dewan Komisaris dan RUPS.

b) Mengendalikan dan mengawasi Direktur produksi, Direktur Keuangan, Direktur SDM / Umum, Direktur Pemasaran, Kepala Bagian Sekretariat Korporat, Kepala Bagian SPI, dan Kepala Bagian Teknologi Informasi. 2) Direktur Produksi

Wewenangnya antara lain :

a) Menyusun perencanaan dibidang pekerjaan yang tercantum dalam fungsi diatas.

b) Melaksanakan pengaturan, pengendalian, dan pengawasan terhadap semua kegiatan dari unit-unit produksi dan sarana pendukungnya yang mencakup tanaman produk, teknik pengolahan dan sebagainya.

Tanggung Jawab antara lain :

a) Dalam melaksanakan tugasnya, Direktur Produksi bertanggung jawab kedalam kepada Direktur Utama dan Keluar kepada Dewan Komsaris dan RUPS.

b) Mengendalikan dan mengawasi Kepala Bagian Tanaman, Kepala Bagian Teknik, dan Kepala Bagian Teknik / CMR.

3) Direktur Keuangan Wewenangnya antara lain :

a) Menyusun perencanaan dibidang pekerjaan yang tercantum dalam fungsi tersebut diatas.


(60)

b) Melaksanakan pengaturan dan pengawasan dari unit usaha dan sarana pendukungnya yang mencakup keuangan secara umum, administrasi, dan penyimpangan barang kebutuhan manusia.

Tanggung Jawabnya antara lain :

a) Dalam melaksanakan tugasnya, Direktur Keuangan bertanggung jawab kedalam kepada Direktur Utama dan Keluar kepada Dewan Komsaris dan RUPS.

b) Mengendalikan dan mengawasi Kepala Bagian Pembiayaan dan Kepala Kemitraan dan Bina Lingkungan.

4) Direktur SDM / Umum Wewenangnya antara lain :

a) Menyusun perencanaan dibidang pekerjaan yang tercantum dalam fungsi tersebut diatas.

b) Menetapkan ketentuan-ketentuan dibidang tenaga kerja dan umum

c) Mengelola administrasi perkantoran dan segala sesuatu yang berkaitan dengannya.

Tanggung Jawabnya antara lain :

a) Dalam melaksanakan tugasnya, Direktur SDM / Umum bertanggung jawab kedalam kepada Direktur Utama dan Keluar kepada Dewan Komsaris dan RUPS.

b) Mengendalikan dan mengawasi Kepala Bagian Umum dan Kepala Bagian SDM.


(61)

5) Direktur Pemasaran Wewenangnya antara lain :

a) Menyusun perencanaan dibidang pekerjaan yang tercantum dalam fungsi tersebut diatas.

b) Melaksanakan pengaturan dan pengawasan dari unit usaha dan sarana pendukungnya yang mencakup pemasaran hasil produksi primer dan hasil industri serta pengadaan bahan baku dan pelengkap yang diperlukan proses produksi.

Tanggung Jawabnya antara lain :

a) Dalam melaksanakan tugasnya, Direktur Pemasaran bertanggung jawab kedalam kepada Direktur Utama dan Keluar kepada Dewan Komsaris dan RUPS.

b) Mengendalikan dan mengawasi Kepala Bagian Pemasaran dan Kepala Bagian Pengadaan.


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan penulis serta didukung dengan data yang diperoleh selama penelitian, penulis menarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Hasil analisis perhitungan rasio likuiditas arus kas PTPN III medan untuk tahun 2004 dan untuk tahun 2005 adalah sebagai berikut :

a. Rasio Arus Kas Operasi (AKO) untuk tahun 2004 sebesar 94% dan untuk tahun 2005 sebesar 33%.

b. Rasio Cakupan Kas Terhadap Bunga (CKB) untuk tahun 2004 sebesar 15,78 kali dan untuk tahun 2005 sebesar 9,54 kali.

c. Rasio Cakupan Kas Terhadap Hutang Lancar (CKHL) untuk tahun 2004 sebesar 0,94 kali dan untuk tahun 2005 sebesar 0,33 kali.

d. Rasio Pengeluaran Modal (PM) untuk tahun 2004 sebesar 3,23 kali dan untuk tahun 2005 sebesar 0,96 kali.

e. Rasio Total Hutang (TH) untuk tahun 2004 sebesar 39% dan untuk tahun 2005 sebesar 14%.

f. Rasio Cakupan Arus Dana (CAD) untuk tahun 2004 sebesar 1,33 kali dan untuk tahun 2005 sebesar 4,31 kali.


(2)

2. Hasil analisis perhitungan rasio fleksibilitas arus kas PTPN III medan untuk tahun 2004 dan untuk tahun 2005 adalah sebagai berikut :

a. Rasio Arus Kas Bersih Bebas (AKBB) untuk tahun 2004 sebesar 9,82% dan untuk tahun 2005 sebesar 56,10%.

b. Rasio Kecukupan Arus Kas (KAK) untuk tahun 2004 sebesar -49% dan untuk tahun 2005 sebesar -7%.

3. Tingkat likuiditas keuangan PTPN III Medan yang dianalisis dengan menghitung rasio arus kas rata-rata menurun kecuali untuk nilai rasio cakupan arus dana yang meningkat sebesar 2,98 kali.

4. Tingkat fleksibilitas keuangan PTPN III Medan yang dianalisis dengan menghitung rasio arus kas ada yang meningkat secara signifikan, pada perhitungan rasio arus kas bersih bebas meningkat sebesar 46,28% dan pada perhitungan rasio kecukupan arus kas meningkat sebesar -47%.

B. Saran

Beberapa saran yang dapat penulis berikan untuk perbaikan atau peningkatan kinerja lebih lanjut dimasa yang akan datang setelah menganalisis informasi arus kas dalam bentuk rasio adalah sebagai berikut :

1. Penurunan jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas normal disebabkan oleh penambahan aktiva tetap, hutang jangka panjang, dan investasi jangka panjang yang relatif besar. Untuk itu PTPN III Medan hendaknya lebih selektif untuk mengambil keputusan dalam penambahan hal-hal tersebut, karena perusahaan mempunyai kemampuan yang kurang baik dalam membayar semua kewajiban jangka pendeknya.


(3)

2. Dari perhitungan rasio arus kas operasi, telah menunjukkan bahwa nilainya berada dibawah satu. Hal ini berarti terdapat kemungkinan PTPN III Medan tidak mampu membayar kewajiban lancar, tanpa menggunakan arus kas dari aktivitas lain. Untuk itu PTPN III Medan harus lebih mengupayakan peningkatan arus kas dari aktivitas operasinya.

3. Dalam upaya meningkatkan kinerja perusahaan BUMN yang go public, sebaiknya PTPN III Medan menggunakan analisis rasio arus kas untuk menilai kinerja keuangannya dan membuat kriteria kesehatan perusahaan berdasarkan hasil perhitungan kumulatif dari rasio arus kas.


(4)

Lampiran 1

PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO) MEDAN DAFTAR KEBUN

NO. NAMA KEBUN BUDIDAYA

1. PIR Lokal / Wil. Utara Karet

2 Bandar Selamat Karet / Kakao

3 Mambang Muda Karet / Kelapa Sawit

4 Merbau Selatan Karet / Kakao

5 Rantau Parapat Karet / Kelapa Sawit

6 Aek Nabara Utara Karet / Kakao / Kelapa Sawit

7 Aek Nabara Selatan Kelapa Sawit

8 Sisumut Kakao / Kelapa Sawit

9 Aek Torop Kelapa Sawit

10 PIR Aek Raso Kelapa Sawit

11 PIR Lokal / Wli. Selatan Karet / Kelapa Sawit

12 Sei Putih Karet / Kakao

13 Tanah Raja Karet / Kelapa Sawit

14 Sei Rambutan Karet / Kelapa Sawit

15 Sei Mangkei Keret / Kelapa Sawit

16 Sei Dadap Keret / Kelapa Sawit

17 Sei Silau Keret / Kelapa Sawit

18 Pulau Mandi Keret / Kelapa Sawit

19 Huta Padang Keret / Kelapa Sawit

20 Sarang Giling Karet / Kakao / Kelapa Sawit

21 Silau Dunia Karet / Kakao

22 Gunung Pamela Kakao / Kelapa Sawit

23 Gunung Para Karet / Kakao / Kelapa Sawit

24 Bandar Betsy Karet / Kelapa Sawit

25 Bangun Karet / Kelapa Sawit

26 Batang Toru Karet / Kakao / Kelapa Sawit

27 Hapesong Karet / Kakao / Kelapa Sawit

28 Sei Tahuru Karet / Kakao / Kelapa Sawit

29 Torgamba Kelapa Sawit

30 Sei Daun Kelapa Sawit

31 Sei Meranti Kelapa Sawit

32 Bukit Tujuh Kelapa Sawit


(5)

(6)

DAFTAR PUSTAKA

Simamora, Henry, 2001. Akuntansi Basis Pengambilan Keputusan Bisnis, Jilid Dua, Cetakan Pertama, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Donald E. Kieso, Jerry J. Weygandt dan Terry D. Warfield, 2002. Akuntansi Intermediate, Edisi Ketujuh, Jilid Ketiga, Alih Bahasa Herman Wibowo, Binapura Aksara, Jakarta.

Darsono & Ashari, 2005. Pedoman Praktis Memahami Laporan Keuangan, Penerbit Andi Yogyakarta, Yogyakarta.

Harahap, Sofyan Syafri, 2006. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan, PT. Raja Grafindo, Jakarta.

Soemarso, S.R.,2003. Akuntansi Suatu Pengantar, Edisi Lima, Jilid Kedua, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Horngren., Harrison., Robinson., dan Secokusumo, 2003. Akuntansi Di Indonesia, Jilid Dua, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Tunggal, Amin Widjaja. 2000, Dasar-Dasar Analisis Laporan Keuangan, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Jumingan, 2006. Analisis Laporan Keuangan, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta. Prastowo, Dwi, 2002, Analisa Laporan Keuangan, Penerbit UPP AMP YKPN,

Yogyakarta.

Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, 2004. Buku Petunjuk Teknis Penulisan Proposal Penelitian Dan Penulisan Skripsi Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi USU, Medan.

Ikatan Akuntan Indonesia, 2007, Standar Akuntansi Keuangan (per 1 September 2007), Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan, 2007, Laporan Finansial : “http://members.bumn-ri.com/ptpn3/financial.html”, Download tgl 15 Januari 2007.

Stice, Earl K., James D. Stice dan K. Fred Skousen, 2005. Akuntansi Intermediate, Edisi Kelima Belas, Terjemahan Safrida R. Parulian dan Ahmad Maulana, Salemba Empat, Buku 1, Jakarta.