Sejarah Sekolah Batutis Al-Ilmi Bekasi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada analisis dan perancangan sistem ini, penulis menggunakan metode pengembangan sistem Rapid Application Development RAD yang terdiri atas fase perencanaan syarat-syarat, fase perancangan, fase konstruksi, dan fase pelaksanaan.

4.1 Fase Perencanaan Syarat-syarat

4.1.1 Sejarah Sekolah Batutis Al-Ilmi Bekasi

Sekolah Batutis Al-Ilmi merupakan Sekolah gratis untuk kaum dhuafa. Dengan menggunakan metode pengajaran BCCT Beyond Centers and Circle Time yang disebut sebagai Metode Sentra, anak belajar melalui main dan kerja. Pendekatan yang dilakukan selalu menekankan agar anak merasa nyaman. Karena itu, dalam program tersebut guru dilarang melakukan “3M”: menyuruh, melarang, apalagi marah. Sejarah sekolah ini diawali dari garasi, dikelola oleh Siska Y. Massardi di kediamannya di Pondok Pekayon Indah, Bekasi, sejak September 2005. Siska Y. Massardi merasa terusik dengan jawaban sekelompok anak kecil yang mengaku tidak sekolah karena tidak punya uang. Anak-anak itu berasal dari kampung- kampung di sekitar kompleks perumahannya. Orangtua mereka kebanyakan bekerja sebagai tukang ojek, tukang sol sepatu, pembantu rumah tangga, pemulung, dan sebagainya. Siska merasa terpanggil untuk melakukan sesuatu. Setelah berembug dengan suaminya, Yudhistira ANM Massardi, terbesit gagasan di benaknya untuk membuat sekolah darurat. Aksi pun segera dilakukan. Garasi rumah mereka di Pondok Pekayon Indah Blok BB 29 No. 6 Jl. Pakis VB, Pekayon Jaya, Bekasi Selatan, disulap menjadi kelas. Di ditulah Siska membuka sekolah gratis “Batutis Al-Ilmi” singkatan dari “Baca tulis gratis”. Tanpa promosi, murid yang mendaftar langsung jumlahnya 70 anak. Dari jumlah itu, yang diterima 40 anak, karena keterbatasan tempat belajar. Siska turut mengajar langsung, dibantu dua orang guru. Seluruh biaya diambil dari kantong pribadinya. Seiring berjalannya waktu, masalah demi masalah sering dihadapi Siska, terutama berkaitan dengan perilaku para muridnya yang agresif dan kasar. Ia pernah putus asa dan ingin menutup sekolahnya. Namun, setelah berpikir panjang, di tengah kebingungan menemukan cara terbaik menghadapi perilaku anak- anak itu, Siska ditawari seorang teman mengikuti pelatihan yng memperkenalkannya kepada metode pengajaran dengan bernain dan bekerja, yang disebut dengan Metode Sentra. Setelah mengikuti pelatihan, metode itu kemudian diterapkannya di Sekolah Batutis Al-Ilmi. Hasilnya, kemampuan berbahasa murid terbangun dengan baik, perilakunya lebih terkontrol, dan mereka cenderung belajar dengan gembira, karena diberi kebebasan memilih dan bebas dari tekanan. Dengan desakan dari orangtua murid yang anaknya sudah merasa nyaman bersekolah di Batutis, saat ini Siska telah menyewa sebidang tanah, dan di atasnya telah didirikan bangunan semi permanen untuk SD Batutis Al-Ilmi dengan bantuan dana sukarela dari teman-temannya.

4.1.2 Visi dan Misi Sekolah Batutis Al-Ilmi