90
C. Pembahasan
1. Pengaruh interaksi antara role conflict dengan emotional quotient terhadap kinerja auditor.
Hasil uji interaksi menunjukkan bahwa variasi variabel role conflict, emotional quotient
, dan moderasi TRC mampu menjelaskan 76 variasi variabel kinerja auditor. Role conflict, emotional quotient, dan moderasi
TRC secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor. Secara Individual ketiga variabel tersebut juga berpengaruh signifikan
terhadap kinerja auditor. Variabel moderasi TRC menunjukkan tingkat signifikansi sebesar 0,0270,05, hal ini menandakan bahwa emotional
quotient bisa menjadi variabel moderating antara role conflict dan kinerja
auditor. Emotional quotient
dapat membantu auditor saat dihadapkan pada tekanan atau tuntutan yang diberikan oleh peran-peran yang dimiliki auditor
tersebut dalam mencapai kinerjanya. K
onflik peran yang merupakan suatu gejala psikologis yang dialami oleh auditor yang timbul karena adanya dua
rangkaian tuntutan yang bertentangan sehingga menyebabkan rasa tidak nyaman dalam bekerja, secara potensial bisa menurunkan motivasi kerja
sehingga bisa menurunkan kinerja secara keseluruhan
, akan tetapi, melalui pengelolaan emosional yang baik, kinerja auditor akan tetap stabil dan tetap
terjaga, sehingga auditor akan tetap tangguh, mampu bertahan dalam berbagai situasi konflik yang terjadi, dan memiliki hubungan antar pribadi
dengan baik.
91
Penelitian ini mendukung penelitian Zaenal Fanani et al. 2007, Rapina 2008, serta Heni dan Rossi 2006 yang menyatakan bahwa konflik peran
berhubungan negatif dengan kinerja, serta mendukung penelitian Reza Surya 2004 yang menunjukkan bahwa kecerdasan
emosi seorang auditor berpengaruh terhadap kinerjanya.
2. Pengaruh interaksi antara role ambiguity dengan emotional quotient terhadap kinerja auditor.
Analisis uji interaksi role ambiguity, emotional quotient, dan moderasi TRA mampu menjelaskan 75,3 variasi variabel kinerja auditor. Penelitian
ini menunjukkan bahwa emotional quotient bukanlah variabel moderating antara role ambiguity dengan kinerja auditor karena tingkat signifikansi
moderasi TRA sebesar 0,354. Ketidakjelasan peran cenderung dialami oleh akuntan senior yang telah
sering melakukan audit, sehingga walaupun mereka mengalami Ketidakjelasan peran namun dapat mengatasinya dengan pengalaman dan
kemampuan yang cukup, sehingga masih dapat mencapai kinerja yang tinggi Viator, 2001 dalam Zaenal Fanani et al., 2007:13-14. Berdasarkan
hasil temuan Viator 2001, sehingga dapat disimpulkan pada penelitian ini ditolaknya hipotesis diduga karena responden penelitian ini memiliki
pengalaman kerja minimal satu tahun, sehingga dengan pengalaman dan pengetahuan yang ada, auditor yang mengalami role ambiguity masih dapat
mencapai kinerja yang tinggi dengan menggunakan kecerdasan intelektual yang tinggi, seperti yang kita ketahui, kecerdasan manusia terbagi menjadi
92 tiga wilayah, yakni intellectual quotient, emotional quotient, dan spiritual
quotient , dimana auditor yang mengalami ketidakjelasan peran cenderung
memerlukan informasi sehingga walaupun mereka dalam ketidakjelasan peran, namun mereka dapat mengatasinya dengan pengetahuan dan
pengalamannya yang cukup. Hasil penelitian ini bertentangan dengan temuan Reza Surya 2004
yang menyatakan bahwa emotional quotient berpengaruh terhadap kinerja auditor, dan penelitian yang dilakukan oleh Dyah 2002 yang menunjukkan
bahwa ketidakjelasan peran berhubungan dengan kepuasan kerja, kinerja, dan keinginan untuk berpindah serta hasil penelitian yang dilakukan oleh
Fogarty et al. 2000, Bashir dan Ramay 2010, Gilboa et al. 2008, Heni dan Rossi 2006, serta Patelli 2007. Akan tetapi, mendukung penelitian
yang dilakukan oleh Zaenal Fanani et al. 2007 dan Rapina 2008 yang menyatakan bahwa ketidakjelasan peran tidak berpengaruh terhadap kinerja
auditor. 3. Pengaruh role conflict dan role ambiguity terhadap kinerja auditor.
Hasil uji hipotesis H
3
menunjukkan bahwa role conflict dan role ambiguity
secara bersama-sama simultan berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor. Hal ini menunjukkan bahwa apabila konflik peran dan
ketidakjelasan peran dihadapkan pada auditor, maka hal itu akan sangat mengancam kinerja auditor. Kinerja auditor akan menurun jika secara terus
menerus auditor dihadapkan oleh konflik dan ketidakjelasan dalam menjalankan perannya.
93 Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Zaenal
Fanani et al. 2007 dan Rapina 2008, yang menyatakan bahwa konflik peran berpengaruh terhadap kinerja auditor, serta penelitian yang dilakukan
oleh Dyah 2002 yang menunjukkan bahwa ketidakjelasan peran berhubungan dengan kinerja auditor, penelitian ini juga mendukung hasil
penelitian yang dilakukan oleh Fogarty et al. 2000, Heni dan Rossi 2006, Patelli 2007, Gilboa et al. 2008, serta Bashir dan Ramay 2010.
94
BAB V PENUTUP