Interaksi antara role conflict dengan emotional quotient terhadap

42 dengan tolak ukur baik secara kuantitas, kualitas, ketepatan waktu, maupun bersifat kooperatif dengan rekan kerja dalam menjalankan tugas yang diberikan. Kinerja seseorang dapat dikatakan baik apabila hasil kerja individu tersebut dapat mencapai peran atau target yang ditentukan sebelumnya.

B. Keterkaitan Antara Variabel dan Perumusan Hipotesis

1. Interaksi antara role conflict dengan emotional quotient terhadap

kinerja auditor Konflik peran adalah suatu konflik yang timbul dari mekanisasi pengendalian birokratis organisasi tidak sesuai dengan norma, aturan, etika, dan kemandirian professional. Kondisi tersebut biasanya terjadi karena adanya dua perintah yang berbeda yang diterima secara berbarengan dan pelaksanaan salah satu perintah saja akan mengakibatkan terabainya perintah yang lain. Konflik peran dapat menimbulkan rasa tidak nyaman dalam bekerja dan bisa menurunkan motivasi kerja karena mempunyai dampak negatif terhadap perilaku individu, seperti timbulnya ketegangan kerja, banyaknya terjadi perpindahan, penurunan kepuasan kerja sehingga bisa menurunkan kinerja auditor secara keseluruhan Zaenal Fanani et al., 2007:7. Penelitian yang dilakukan oleh Zaenal Fanani et al. 2007 mengenai pengaruh struktur audit, konflik peran, dan ketidakjelasan peran terhadap kinerja auditor dengan sampel yang diambil dari Kantor Akuntan Publik 43 yang ada di Jawa Timur sesuai dengan Directory Kantor Akuntan Publik yang dikeluarkan IAI pada tahun 2003, hasilnya menunjukkan bahwa struktur audit, konflik peran berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Rapina 2008 serta Heni Febriana dan Rossi Sanusi 2006, yaitu konflik peran berhubungan negatif dengan kinerja. Berdasarkan pengertian tradisional, kecerdasan meliputi kemampuan membaca, menulis, dan berhitung yang merupakan keterampilan kata dan angka yang menjadi fokus di pendidikan formal sekolah, dan sesungguhnya mengarahkan seseorang untuk mencapai sukses di bidang akademis. Tetapi definisi keberhasilan hidup tidak hanya ini saja, pandangan baru yang berkembang mengatakan bahwa ada kecerdasan lain di luar kecerdasan intelektual IQ, seperti bakat, ketajaman pengamatan sosial, hubungan sosial, kematangan emosional, dan lain-lain yang harus juga dikembangkan Rissyo Melandy RM dan Nurna Aziza, 2006:5. Reza Surya 2004:38-39 menguji pengaruh emotional quotient EQ terhadap kinerja auditor di kantor akuntan publik, hasil penelitiannya menunjukkan kecerdasan emosi seorang auditor berpengaruh terhadap kinerja auditor, dimana variabel ketrampilan EQ tidak memiliki pengaruh signifikan dan negatif terhadap kinerja, variabel kecakapan EQ memiliki pengaruh secara signifikan dan positif terhadap kinerja, variabel nilai keyakinan EQ tidak memiliki pengaruh secara signifikan tetapi positif terhadap kinerja. Seluruh rangkaian proses analisis yang telah dilakukan 44 memberikan hasil bahwa kecerdasan emosi seorang auditor berpengaruh terhadap kinerja auditor. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Zaenal Fanani et al. 2007, Reza Surya 2004, Heni Febriana dan Rossi Sanusi 2006, Rissyo Melandy dan Nurna Aziza 2006, serta Rapina 2008, maka hal ini diduga bahwa emotional quotient merupakan variabel moderating antara role conflict dan kinerja auditor. Oleh karena itu, hipotesis dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: H 1 : Interaksi antara role conflict dengan emotional quotient berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja auditor.

2. Interaksi antara role ambiguity dengan emotional quotient terhadap