44 memberikan hasil bahwa kecerdasan emosi seorang auditor berpengaruh
terhadap kinerja auditor. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Zaenal Fanani et al.
2007, Reza Surya 2004, Heni Febriana dan Rossi Sanusi 2006, Rissyo Melandy dan Nurna Aziza 2006, serta Rapina 2008, maka hal ini diduga
bahwa emotional quotient merupakan variabel moderating antara role conflict
dan kinerja auditor. Oleh karena itu, hipotesis dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
H
1
: Interaksi antara role conflict dengan emotional quotient berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja auditor.
2. Interaksi antara role ambiguity dengan emotional quotient terhadap
kinerja auditor
Dyah Sih Rahayu 2002 yang meneliti anteseden dan konsekuensi tekanan peran role stress pada auditor independen, hasilnya secara parsial
menunjukkan bahwa ketidakjelasan peran berhubungan dengan kepuasan kerja, kinerja, dan keinginan untuk berpindah. Penelitian lain yang
dilakukan oleh Zaenal Fanani et al. 2007 mengenai pengaruh struktur audit, konflik peran, dan ketidakjelasan peran terhadap kinerja auditor
dengan sampel yang diambil dari Kantor Akuntan Publik yang ada di Jawa Timur sesuai dengan Directory Kantor Akuntan Publik yang dikeluarkan
IAI pada tahun 2003, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ketidakjelasan peran tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor. Penelitian ini
bertentangan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dyah Sih Rahayu
45 2002 yang menyatakan bahwa ketidakjelasan peran berhubungan dengan
kinerja.
Bashir dan Ramay 2010 melakukan penelitian hubungan antara job stress
dan job performance pada karyawan di sektor perbankan Pakistan, hasilnya menunjukkan bahwa terdapat korelasi negatif yang signifikan
antara job stress dan job performance, yang mana menunjukkan bahwa job stress
secara signifikan mengurangi kinerja individual. Snarey dan Vaillant 1985 dalam Cartwright dan Pappas 2008:159 melaporkan hasil 40 tahun
longitudinal study dari 450 anak laki-laki, menunjukkan bahwa IQ hanya
sedikit berhubungan dengan kinerja yang dicapai di tempat kerja saat dewasa. Sebaliknya, kinerja lebih erat dipengaruhi oleh kemampuan mereka
untuk menangani frustrasi, kontrol emosi, dan bergaul dengan orang lain. Jordan et al. 2002 dalam Cartwright dan Pappas juga menyelidiki
hubungan antara Emotional Intelligence EI dan kinerja dari 44 tim kerja Australia selama sembilan minggu. Hasil penelitian ini ditemukan bahwa
pada minggu-minggu awal, tim yang meiliki EI yang tinggi lebih baik dibandingkan yang memiliki EI yang rendah. Namun, pada sembilan
minggu terakhir, tingkat kinerja dari semua tim serupa. Mereka menyimpulkan bahwa seseorang yang memiliki kecerdasan emosional yang
tinggi mampu lebih cepat membentuk tim kerja yang kohesif dan efektif
dibandingkan dengan seseorang yang memiliki EI yang rendah.
Di halaman jurnal yang sama Cartwright dan Pappas, 2008:159, Slaski dan Cartwright 2003 juga menemukan korelasi positif namun tidak
46 signifikan antara EI skor dan pengukuran kinerja dalam kelompok
manajerial di sektor ritel Inggris. Namun, pembatasan jangkauan juga dapat menjadi keterbatasan inheren dalam penelitian ini.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Snarey dan Vaillant 1985, Dyah Sih Rahayu 2002, Jordan et al. 2002, Slaski dan Cartwright
2003, serta Bashir dan Ramay 2010, maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:
H
2
: Interaksi antara role ambiguity dengan emotional quotient berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja auditor.
3. Role conflict dan role ambiguity terhadap kinerja auditor