merupakan zat iritan Physician for a Smoke-Free Canada, 1999. Dalam Physician for a Smoke-Free Canada 2008, diuraikan dampak dari setiap
kandungan dalam asap rokok. Hampir semua uraian didalamnya dapat mengiritasi mata. Hal ini juga didukung oleh State Building Construction Trades Council
of California 2008.
2.5.2. Pengaruh pada Mata Secara Eksternal
Mekanisme asap rokok mempengaruhi permukaan mata dan kelenjar lakrimalis masih berupa teori-teori. Namun, mengingat bahwa zat yang
terkandung dalam asap rokok bersifat iritatif, hal ini menyebabkan inflamasi lokal yang dimediasi imun pada kelenjar lakrimalis dan permukaan okuler. Menurut
Moss, et al. yang dikutip oleh Yoon 2005, selain mengiritasi mata, asap rokok juga berperan dalam mekanisme iskemik atau oksidatif yang melibatkan produksi
radikal bebas dan penurunan mekanisme antioksidan. Menurut Wilson 2003, akibat iritasi kronik tersebut, lengkung neural diaktivasi secara berlebihan dan
menyebabkan perubahan sekresi air mata. Hal ini ditandai dengan sekresi sel T yang teraktivasi dan sitokin dalam air mata. Keberadaan sitokin dalam air mata
menyebabkan inflamasi pada permukaan okuler. Hal ini akan mengganggu penyampaian sinyal sensoris dari permukaan mata sehingga sekresi basal air mata
menurun Stern, 2004. Selain itu, kelenjar lakrimalis baik secara langsung maupun tidak langsung juga mengalami kerusakan. Keadaan ini menyebabkan
penurunan sekresi air mata dan inflamasi tersebut tidak dapat diatasi oleh sistem pertahanan mata yang normal. Inflamasi tersebut juga menyebabkan disfungsi dari
sistem air mata sehingga terjadi gangguan drainase. Secara fisiologis, di dalam air mata mengandung komponen anti inflamasi. Akibat difungsi dari sekresi air mata,
hal ini menyebabkan iritasi tidak terkontrol dan menyebabkan peningkatan aktivasi dari limfosit T. Sitokin dan mediator inflamasi lainnya juga menyebabkan
peningkatan jumlah sel T yang diaktivasi, jumlah produksi substansi inflamasi dan jumlah kerusakan jaringan Wilson, 2003.
Adapun penelitian dilakukan Metcalfe, et al., Mack, et al. dan Smyth, et al. yang dikutip oleh Baker 2006 melampirkan bahwa dampak dari paparan asap
Universitas Sumatera Utara
rokok secara in vitro menyebabkan terjadi peningkatan produksi tumor necrosis factor
α TNF-α, interferon γ, interleukin 1 dan glikosaminoglikan oleh fibroblas orbital. Akibat penghasilan Interferon
γ, terjadi ekpresi HLA-DR oleh fibroblas tersebut. Selain itu, paparan asap rokok secara in vitro juga menyebabkan
pelepasan IL-4, IL-5, IL-10, IL-13 dan TNF- α oleh sel mast. Selain yang
disebutkan diatas, Foster 2008 juga menyatakan bahwa adanya interaksi sitokin terhadap reseptor opioid yang menyebabkan gangguan pada pelepasan
neurotransmiter. Selain itu, calcitonin gene related peptide CGRP dan substance P juga terlibat dalam aktivasi limfosit.
Menurut De Paiva 2007, penurunan produksi akueus air mata akibat paparan zat iritan secara kronik dapat menyebabkan metaplasia dan penurunan
jumlah sel goblet pada epitel konjungtiva. Hal ini terjadi akibat aktivasi sel T dan NK cells
sehingga terjadi pelepasan interferon γ IFN-γ dimana sitokin ini terlibat pada hampir seluruh respon imun dan inflamasi. IFN-
γ dikenal memiliki potensi untuk meningkatkan regulasi protein yang berhubungan dengan diferensiasi epitel
konjungtiva conjunctival epithelial differentiation-related proteins. IFN- γ
dilaporkan mampu meningkatkan trankripsi RNA yang mengkode prekursor keratinisasi.
Berikut adalah ilustrasi mengenai proses paparan zat iritatif yang berlangsung kronik dapat menyebabkan penurunan sekresi air mata Wilson,
2003.
Gambar 2.8. Siklus Inflamasi Akibat Paparan Zat Iritan Secara Kronik
Universitas Sumatera Utara
Perlu diketahui bahwa sel pada lapisan kornea mendapatkan oksigen dan nutrien berupa elektrolit yang disekresikan di air mata oleh kelenjar lakrimalis.
Elektrolit tersebut penting dalam sekresi mukus oleh sel goblet. Akibat kehilangan komponen akueus dari air mata, konsentrasi sodium akan meningkat yang
akhirnya akan menyebabkan penurunan jumlah sel goblet. Penurunan sel goblet akan berdampak pada penurunan jumlah glikogen di kornea yang akan
menurunkan kemampuan regenerasi kornea. Osmolaritas yang meningkat tersebut juga dapat menarik air diantara sel epitel konjungtiva yang nantinya menyebabkan
deskuamasi dari sel tersebut Cohen, 2004.
2.5.3. Pengaruh pada Mata Secara Internal