BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan pendekatan cross-sectional dimana penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara faktor resiko
dengan efek dengan cara pendekatan, observasi, dan pengumpulan data sekaligus suatu saat point time approach Notoatmodjo, 2005. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui perubahan frekuensi mengedip dan keluhan-keluhan yang dirasakan pada mata yang sering terpapar dengan asap rokok.
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Kesawan, Medan. Penelitian dilakukan pada orang-orang yang memenuhi kriteria peneliti yang datang ke
lokasi penelitian untuk melakukan aktivitas perdagangan atau reparasi kendaraan bermotor.
Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2009 dan berakhir pada bulan Juli 2009
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian
4.3.1. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pria berumur antara 20 tahun dan 40 tahun baik yang merokok maupun tidak merokok di Kelurahan Kesawan,
Medan.
4.3.2. Sampel Penelitian
Sampel pada penelitian ini adalah sebagian dari pria berumur 20 tahun sampai 40 tahun. Sampel kemudian digolongkan menjadi dua kelompok yaitu
kelompok kasus dan kelompok kontrol.
Universitas Sumatera Utara
Pada kelompok kasus, sampel dibagi menjadi 3 subkelompok berdasarkan jumlah rokok yang dikonsumsi setiap hari menurut African American Smokers
Okuyemi, 2005, yaitu: a. Perokok ringan: jumlah rokok yang dikonsumsi perhari adalah 1 sampai 9
batang rokok. b. Perokok sedang: jumlah rokok yang dikonsumsi perhari adalah 10 sampai 19
batang rokok. c. Perokok berat: jumlah rokok yang dikonsumsi perhari adalah 20 batang rokok
atau lebih. Teknik pengambilan sampel pada penelitan ini dilakukan dengan metode
consecutive sampling. Teknik ini dilakukan dengan mengambil sampel yang melewati ataupun datang ke lokasi penelitian dan sesuai dengan kriteria peneliti
serta bersedia terlibat dalam penelitian tersebut. Pengumpulan sampel akan dihentikan jika jumlah sampel yang diperlukan telah terpenuhi sesuai dengan
perhitungan jumlah sampel.
4.3.3. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
Berikut adalah kriteria inklusi dan eksklusi pada sampel yang akan diteliti Satici, 2003 dan Yoon, 2005:
a. Kriteria inklusi pada kelompok kasus adalah perokok dengan lama merokok lebih dari 1 tahun menurut ATSDR 2009, paparan dikatakan kronik jika
lebih dari 1 tahun. b. Kriteria inklusi pada kelompok kontrol adalah:
1. Sampel bukan perokok serta tidak ada perokok dalam anggota keluarga ataupun teman dekatnya untuk mencegah kemungkinan efek paparan asap
tembakau pasif. 2. Tidak ada gangguan oftalmologis pada sampel selain gangguan refraksi
ringan c. Kriteria eksklusi pada kelompok kasus dan kontrol adalah:
1. Adanya riwayat penyalahgunaan obat. 2. Sampel merupakan tunaaksara.
Universitas Sumatera Utara
3. Sampel merupakan pengguna lensa kontak. 4. Sampel pernah menjalani operasi mata.
5. Pengguna obat lokal untuk mata
maupun sistemik seperti obat hipertensi, diuretik, tiroid, alergi dan sebagainya.
6. Sampel pernah mengalami kelainan kornea ataupun konjungtiva. 7. Sampel yang memiliki riwayat atopi ataupun alergi.
8. Sampel menderita gangguan psikiatri dan gangguan pergerakan. 9. Sampel memiliki kebiasaan sering mengedip.
10. Sampel menderita penyakit mata baik primer maupun sekunder akibat penyakit sistemik yang dapat mempengaruhi sekresi dan distribusi dari air
mata.
4.3.4. Besar Sampel
Perhitungan nilai varian pada penelitian ini dengan menggunakan rumus Wahyuni, 2007:
Dengan jumlah sampel dan standar deviasi yang didasari dari penelitian sebelumnya Yoon, 2005 dengan n
1
bernilai 58 dengan standar deviasi 2,26 dan n
2
bernilai 52 dengan standar deviasi 3,14. Maka varian yang dihasilkan σ
2
adalah 7,35. Maka perhitungan jumlah sampel pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rumus Madiyono, 2008:
Dengan tingkat kepercayaan yang dikehendaki sebesar 95 dengan nilai α sebesar 5
= 1.96 , β seb esar 2 0 = 0,842, dan perbedaan klinis
yang diinginkan X
1
–X
2
adalah 1,5, maka hasil yang didapatkan adalah 51.29. Jumlah sampel yang diperoleh dengan memakai rumus tersebut adalah dibulatkan
menjadi 52 orang pada masing-masing grup. Namun pada kelompok kasus,
Universitas Sumatera Utara
jumlah sampel akan dibagi menjadi 3 subgrup. Agar pembagian merata, jumlah sampel pada kelompok kasus dijadikan 54 sampel sehingga setiap subgrup terdiri
dari 18 sampel. Maka total sampel yang diambil pada penelitian ini berjumlah 106 sampel.
4.4. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian ini dibagi menjadi dua tahap yaitu pengumpulan informasi mengenai gejala-gejala yang dialami pasien dan frekuensi
mengedip. a. Tahap wawancara gejala.
Keluhan-keluhan yang dialami pasien – mata terasa cepat lelah, gatal, berpasir, nyeri menusuk atau terbakar, kering, lakrimasi berlebihan dan
kemerahan – akan diperoleh melalui teknik wawancara. Kemudian dari keluhan tersebut, frekuensi dari keluhan ditanyakan dan digolongan ke tiga grup menurut
Franck and Skov 1989 yang dikutip dari Satici 2003: 1. Frekuensi keluhan yang dialami terjadi kurang dari sekali dalam sebulan.
2. Frekuensi keluhan yang dialami terjadi sekali dalam seminggu sampai sekali dalam sebulan.
3. Frekuensi Frekuensi yang dialami terjadi beberapa kali seminggu.
b. Tahap penilaian frekuensi mengedip Pada tahap kedua, frekuensi mengedip akan dinilai didalam ruangan
dengan mempersilahkan sampel membaca suatu cerita yang diletakkan dengan tinggi sejajar dengan mata sampel dengan jarak kira-kira 60 cm. Bahan bacaan
berupa dongeng anak-anak yang mudah dimengerti. Sebelum pemeriksaan ini, sampel kasus diminta untuk tidak merokok selama 45 menit.
Pada saat membaca, sampel diposisikan dalam duduk. Suasana saat membaca dilakukan pada suhu ruangan. Pencahayaan dipertahankan agar yang
cukup melalui ventilasi yang memadai. Untuk sampel yang ingin memakai kacamata dipersilahkan jika pemakaian tersebut merupakan kebiasaan. Aktivitas
mengenyitkan mata tidak diperbolehkan. Penilaian ini dilakukan mulai dari pagi
Universitas Sumatera Utara
hari sampai sore hari dan tidak dilakukan pada malam hari karena menurut Babarto 2000 dalam Dreisbach 2005, frekuensi mengedip meningkat saat
malam hari. Aktivitas mengedip sampel direkam dengan menggunakan kamera
perekam Nikon Coolpix P4VR selama 2 menit 20 detik. Perhitungan jumlah mengedip dilakukan dengan menggunakan program Windows Media Player
Classic. Penilaian tidak dilakukan pada 20 detik pertama dengan tujuan adaptasi dan mengurangi canggung didepan video perekam. Penilaian frekuensi mengedip
hanya dilakukan pada 2 menit terakhir dan jumlah kedipan dirata-ratakan dalam 1 menit.
4.5. Instrumen Peneltian