Hasil Analisis Data HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Total 26,69 ± 5,859 20 – 40 Penelitian ini dilakukan dari tanggal 28 mei 2009 sampai 7 juli 2009 dengan jumlah sampel sebanyak 106. Sampel yang mayoritas berumur 25 tahun dengan rentang umur 20 sampai 40 tahun digolongkan menjadi kelompok kasus yang terdiri dari 54 sampel 51 dengan umur rata-rata 29,56 ± 6,052 dan rentang 20-40 tahun dan kelompok kontrol yang terdiri dari 52 sampel 49 dengan umur rata-rata 25,75 ± 5,009 dan rentang 20-37 tahun. Kelompok kasus kemudian dibagi menjadi subkelompok yang terdiri dari 18 perokok ringan 17 dengan umur rata-rata 26,28 ± 5,188 dan rentang 20-37 tahun, 18 perokok sedang 17 dengan umur rata-rata 28,94 ± 5,450 dan rentang 20-40 tahun, dan 18 perokok berat 17 dengan umur rata-rata 33,44 ± 5,458 dan rentang 25-40 tahun.

5.3 Hasil Analisis Data

Setelah dilakukan analisis terhadap data yang dikumpulkan di Kelurahan Kesawan Medan tahun 2009, didapatkan hasil sebagai berikut. Tabel 5.2. Persentase Sampel yang Merasakan Keluhan Oftalmik dalam Kelompok Kontrol dan Kasus Kelompok Jumlah Keluhan Tanpa Keluhan 1 jenis 2 jenis 3 jenis 4 jenis 5 jenis 6 jenis Kontrol n = 52 40 77 8 15 4 8 Kasus n = 54 8 15 10 19 11 20 12 22 10 18 2 4 1 2 n = jumlah sampel Dari analisis keluhan oftalmik – mata terasa cepat lelah, gatal, berpasir, nyeri menusuk atau terbakar, kering, lakrimasi berlebihan dan kemerahan – pada sampel, 40 sampel 77 pada kelompok kontrol tidak merasakan adanya keluhan sedangkan pada kelompok kasus hanya terdapat 8 sampel 15 yang tidak merasakan adanya keluhan. 46 sampel 85 pada kelompok kasus mengeluhkan adanya gangguan pada mata, sedangkan keluhan tersebut hanya terdapat pada 12 sampel 23 pada kelompok kontrol. Universitas Sumatera Utara Keluhan oftalmik subjektif pada kelompok kontrol dan kasus dilampirkan pada tabel dibawah ini. Tabel 5.3. Keluhan Oftalmik Subjektif pada Kelompok Kontrol dan Kasus Parameter Kelompok Kontrol n = 52 Kelompok Kasus n = 54 P-value n n Cepat lelah 6 11,54 30 55,56 0.001 Gatal 5 9,6 26 48,15 0.001 Berpasir 15 27,78 0.001 Nyeri menusuk atau terbakar 1 1,92 3 5,56 0,618 Kering 2 3,85 21 38,89 0.001 Lakrimasi berlebihan 1 1,92 9 16,67 0.016 Kemerahan 2 3,85 20 37,04 0.001 Total Gejala 17 4,7 124 48,8 0,001 n = jumlah sampel Dari tabel diatas, 55,56 sampel pada kelompok kasus mengeluhkan keluhan cepat lelah lebih sering dibandingkan 11,54 sampel pada kelompok kontrol P 0,001. Pada perbandingan keluhan lain juga ditemukan adanya perbedaan seperti gatal P 0,001, kering P 0,001, lakrimasi berlebihan P = 0,016, dan kemerahan P 0,001. Untuk keluhan berpasir, pada kelompok kontrol tidak ditemukan adanya keluhan tersebut. Namun, keluhan tersebut signifikan pada 27,78 sampel kelompok kasus P 0.001. Keluhan nyeri menusuk atau terbakar pada 5,56 kelompok kasus tidak bermakna jika dibandingkan pada 1,92 sampel kelompok kontrol P = 0,618. Selain analisis keluhan oftalmik yang dilakukan pergejala, menurut Satici 2003 keluhan tersebut dapat dijumlahkan. Dari semua keluhan, 4,7 17364 dikeluhkan pada kelompok kontrol dan 48,8 124 378 pada kelompok kasus. Dari analisis tersebut, ditemukan perbedaan jumlah gejala yang signifikan diantara kedua kelompok tersebut P 0,001. Universitas Sumatera Utara Selain analisis keluhan oftalmik, berikut adalah deskripsi frekuensi keluhan objektif pada kelompok kontrol dan kasus. Tabel 5.4. Frekuensi Keluhan Oftalmik Subjektif pada Kelompok Kontrol dan Kasus Frekuensi Keluhan Oftalmik 1 2 3 n n n n Kontrol n = 52 40 77 10 19 1 2 1 2 Kasus n = 54 8 15 18 33,3 19 35,2 9 16,5 Frekuensi Keluhan Oftlamik: 0 Tanpa keluhan; 1 Frekuensi keluhan yang dialami terjadi kurang dari sekali dalam sebulan; 2 Frekuensi keluhan yang dialami terjadi sekali dalam seminggu sampai sekali dalam sebulan; 3 Frekuensi Frekuensi yang dialami terjadi beberapa kali seminggu. Pada pemeriksaan frekuensi keluhan oftalmik, 19 sampel pada kelompok kontrol merasakan keluhan dialami kurang dari sekali dalam sebulan namun lebih tinggi dijumpai pada kelompok kasus 33,3. Dua persen sampel kelompok kontrol mengalami keluhan dengan frekuensi sekali dalam seminggu sampai sekali dalam sebulan dan sisanya dengan frekuensi beberapa kali seminggu. Sedangkan pada kelompok kasus, presentasi sampel dengan frekuensi keluhan yang dialami sekali dalam seminggu sampai sekali dalam sebulan dan beberapa kali seminggu secara berturut-turut adalah 35,2 dan 16,5. Dari analisis tersebut, frekuensi keluhan oftalmik pada kelompok kasus lebih tinggi secara signifikan daripada kelompok kontrol P 0,001. Tabel 5.5. Deskripsi Frekuensi Mengedip pada Kelompok Kontrol dan Kasus Kelompok n Mean ± SD kali permenit Rentang kali permenit Kelompok Kontrol 52 3,98 ± 1,54 1 – 9 Kelompok Kasus 54 7,48 ± 2,951 3 - 14 Perokok Ringan 18 5,39 ± 2,38 3 – 13 Perokok Sedang 18 7,39 ± 2,38 4 – 13 Perokok Berat 18 9,67 ± 2,473 6 – 14 Total 106 5,76 ± 2,939 1 – 14 n = jumlah sampel Dari tabel diatas, sampel pada penelitian ini memiliki rentang frekuensi mengedip 1-14 kali permenit dengan mayoritas memiliki frekuensi mengedip 3 Universitas Sumatera Utara kali permenit. Pada analisis frekuensi mengedip, uji normalitas dilakukan pertama kali untuk mengetahui apakah data yang dikumpulkan berdistribusi normal. Hasil uji normalitas Kolmogorov-Smirnov menunjukkan bahwa data tidak berdistribusi normal P-value 0,05 sehingga analisis frekuensi mengedip yang digunakan berupa analisis non-parametrik. Hasil uji kelompok kasus 7,48 ± 2,951 kali permenit dengan rentang 3-14 kali permenit memiliki frekuensi mengedip yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol 3,98 ± 1,54 kali permenit dengan rentang 1-9 kali permenit dengan P 0,001. Tabel 5.6. Analisis Frekuensi Mengedip Analisis Perbandingan P-value Kontrol dengan Kasus 0.001 Perokok Ringan, Sedang, dan Berat 0,001 Kontrol dengan Perokok Ringan 0.008 Kontrol dengan Perokok Sedang 0,001 Kontrol dengan Perokok Berat 0,001 Perokok Ringan dengan Perokok Sedang 0,004 Perokok Ringan dengan Perokok Berat 0,001 Perokok Sedang dengan Perokok Berat 0,007 Perbandingan setiap subgrup pada kelompok kasus juga ditemukan adanya peningkatan yang signifikan dengan nilai P 0,001. Selain itu, hasil yang signifikan juga ditemukan dari analisis kelompok kontrol dengan kelompok perokok ringan P 0,001, perokok sedang P = 0,008, dan perokok berat P 0,001. Perbandingan frekuensi mengedip pada kelompok perokok ringan dengan perokok sedang dan berat juga ditemukan adanya perbedaan yang bermakna P = 0,004 dan 0,001. Analisis terakhir dengan membandingkan kelompok perokok sedang dan perokok berat juga menunjukkan perbedaan yang signifikan P = 0,007.

5.4 Pembahasan

Dokumen yang terkait

Gambaran Paparan Asap Rokok Selama Kehamilan dan Berat Badan Bayi yang dilahirkan pada Ibu yang Melahirkan di Beberapa Rumah Sakit dan Klinik Bersalin di Medan

7 69 113

Pengaruh Paparan Asap Rokok Elektrik Terhadap Motilitas, Jumlah Sel Sperma Dan Kadar MDA Testis Mencit Jantan (Mus musculus, L.)

10 92 71

HUBUNGAN PAPARAN ASAP ROKOK KRONIS TERHADAP DERAJAT KELUHAN DRY EYE SYNDROME PADA PASIEN PRIA YANG PERIKSA DI POLI MATA RSU dr.SAIFUL ANWAR MALANG PERIODE 2012-2013

3 35 23

FAKTOR RISIKO USIA, PEKERJAAN DAN PAPARAN ASAP ROKOK PADA IBU DENGAN KEJADIAN BERAT BAYI LAHIR RENDAH DI Faktor Risiko Usia, Pekerjaan Dan Paparan Asap Rokok Pada Ibu Dengan Kejadian Berat Bayi Lahir Rendah Di Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali.

0 4 19

FAKTOR RISIKO USIA, PEKERJAAN DAN PAPARAN ASAP ROKOK PADA IBU DENGAN KEJADIAN BERAT BAYI LAHIR RENDAH DI Faktor Risiko Usia, Pekerjaan Dan Paparan Asap Rokok Pada Ibu Dengan Kejadian Berat Bayi Lahir Rendah Di Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali.

0 3 16

DAFTAR PUSTAKA Perbedaan Kadar Sgot Dan SGPT Pada Tikus (Rattus Norvegicus) Yang Diberi Paparan Asap Rokok Herbal Dan Asap Rokok Konvensional.

0 1 5

Hubungan antara paparan asap rokok dengan frekuensi kejadian ispa pada balita di Puskesmas Gambirsari Surakarta AWAL

0 0 13

Jurnal Hubungan Antara Paparan Asap Rokok dengan Frekuensi Kejadian ISPA pada Balita di Pusk

0 1 9

PENGARUH PAPARAN ASAP ROKOK TEHADAP KEJA

0 0 7

RISIKO PAPARAN ASAP ROKOK TERHADAP KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL

0 0 13